Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PASANGAN USIA SUBUR DI


PUSKESMAS BLEGA KABUPATEN BANGKALAN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Stase Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi dan Perencanaan

Kehamilan Sehat

Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : AISYAH FISTAMAYA

NIM : 2215901002

Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA


2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT


DI PUSKESMAS BLEGA

Disusun oleh:
Nama : AISYAH FISTAMAYA

NIM : 2215901002

KELAS :A
Tanggal Pemberian Asuhan : 27 Januari 2023

Disetujui:

Kepala Ruangan
Tanggal: 27 Januari 2023 (Sri Anita Kusuma, S.Tr.Keb, Bd)
Di: Puskesmas Blega NIP.1976057 200701 2 013

Pembimbing Institusi
Tanggal: 27 Januari 2023
Di: STIKes Ngudia Husada Madura ( Rila Rindi Antina, S.ST, M. AP, M. Kes)
NIDN. 0718108802

Pembimbing Kasus
Tanggal: 27 Desember 2023
Di: Puskesmas Blega (Sri Anita Kusuma, S.Tr.Keb, Bd)
NIP.1976057 200701 2 013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di
Puskesmas Blega.
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Prodi Profesi
Bidan STIKes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan ini
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan
selanjutnya.

Bangkalan, Januari 2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global Sustainable Development
Goals (SDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat turun menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh
dari target SDGs sehingga perlu upaya yang lebih besar untuk menurunkan AKI agar
mencapai target SDGs di tahun 2030. (Kemenkes, 2015)Adapun jumlah AKI di Kota
Surabaya pada tahun 2014 merupakan tertinggi di Jawa Timur (Dinkes Prov. Jatim,
2015).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 disebutkan penyebab
utama kematian ibuadalah eklampsia, perdarahan, penyakit jantung, dan infeksi. Salah
satu faktor risiko eklampsia adalah kehamilan pertama atau primipara (Prawirohardjo,
2010).Kehamilan pertama merupakan pengalaman pembentukan kehidupan yang
membawa perubahan sosial dan psikologis yang besar bagi seorang perempuan. Menurut
Newman (2006), beberapa perempuan merasa sangat senang menghadapi kehamilan,
sedangkan yang lain mengalami kecemasan. Kemampuan seorang perempuan untuk
beradaptasi saat kehamilan pertama tergantung pada kesiapan yang dimilikinya.Apabila
seorang perempuan belum siap menghadapi kehamilan, dapat menyebabkan kecemasan
lebih lanjut sehingga meningkatkan hormon adrenalin yang kemungkinan berdampak
buruk pada outcome persalinan (Wulandari, 2006).Outcome persalinan yang dimaksud
diantaranya dijelaskan dalam penelitian Tudiver (2008), bahwa kegagalan dalam
adaptasi dan persiapan sebelum hamil dapat mempersulit masa kehamilan dan
persalinan, menyebabkan depresi post partum, serta meningkatkan perilaku kekerasan
pada anak yang dilahirkan.
Penelitian Varney (2007) menyebutkan bahwa apabila pelayanan kesehatan dan
persiapan dilakukan setelah masa konsepsi, kemungkinan akan mengakibatkan
keterlambatan dalam mencegah kecacatan janin, kejadian bayi berat lahir rendah, dan
kematian janin.
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat persiapan
pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka panjang yang sehat
dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al, 2015). Kesiapan menikah terdiri
atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran, usia, seksual, dan finansial (Sari, dkk, 2013).
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015).Dengan kesehatan
reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan kehamilan tidak
diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada saat hamil, bersalin,
maupun nifas.Oleh karena itu, program persiapan pranikah menjadi penting dalam
perencanaan kehamilan.Dengan demikan, bidan sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan
anak memiliki peran penting dalam memberikan edukasi tetang perencanaan kehamilan
pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan kehamilan dan prakonsepsi ?


2. Apa tujuan perencanaan kehamilan dan prakonsepsi?
3. Apa manfaat prakonsepsi?
4. Apa saja langkah-langkah perencanaan kehamilan dan prakonsepsi?
5. Factor apa saja yang mempengaruhi kesuburan ?
6. Apa saja Persiapan untuk kehamilan ?
7. Apa yang dimakskud dengan Kehamilan sehat ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang perencanaan kehamilan dan prakonsepsi ?


2. Untuk mengetahui tentang tujuan perencanaan kehamilan dan prakonsepsi?
3. Untuk mengetahui tentang manfaat prakonsepsi?
4. Untuk mengetahui tentang langkah-langkah perencanaan kehamilan dan prakonsepsi?
5. Untuk mengetahui tentang factor yang mempengaruhi kesuburan ?
6. Untuk mengetahui tentang Persiapan kehamilan ?
7. Untuk mengetahui tentang yang dimakskud dengan kehamilan sehat ?

D. Manfaat
1. Untuk memenuhi laporan tugas di stase 702 tentang pra konsepsi dan persiapan
kehamilan yang sehat
2. Untuk menambah ilmu serta pengetahuan tentang kasus kehamilan sehat terhadap
pasangan persiapan kehamilan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)

a. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi

Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa


prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan kehamilan
merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya
menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas
hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya
kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan
oleh keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya sebelum
(Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel telur (ovum)
dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum
kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah sebelum
terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat menyebabkan
kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan
yang optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan proses
terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit
sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum,
dan diakhiri dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya
kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil
konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka
menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi biomedik,
perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya sebelum terjadi
konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk
menemukan dan mengubah risiko biomedik, perilaku, dan social untuk mewujudkan
kesehatan perempuan atau hasil kehamilan melalui pencegahan dan pengelolaan yang
menyangkit faktor-faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi
atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi,
2016).
b. Tujuan Prakonsepsi

Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya


berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak
tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua.
c. Manfaat Prakonsepsi

Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi,
ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat
prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang
menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
a. Identifikasi keadaan penyakit

b. Penilaian keadaan psikologis

c. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup

d. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk membantu


membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
d. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi

1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga


kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap
smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi

4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab


banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga (kesulitan dalam kehamilan, persalinan,
nifas maupun kecacatan)
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi (olah
raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/
hentikan bila ibu sudah terbiasa)
7. Identifikasi masalah kesehatan (DM, epilepsy, hipertensi dll), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan
yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis
yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan

Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi


hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu
menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam siklus
menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga bila
perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi
selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk
perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus
terpendek dikurangi 18.
1) Umur

Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko tinggi
adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara
fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah. Meskipun pada umur
40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat
sesudah usia tersebut. Usia reproduktif perempuan yang terbaik pada usia 20
tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-lahan.
Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ
reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan
akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara
perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal
organ reproduksi (Khaidir, 2006).
2) Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada saat
ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam
organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi
sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita
umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila koitus dilakukan pada
waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun
suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur
istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan
dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).

3) Lama berusaha

Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan


kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil dalam satu bulan
pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72,1% dalam enam bulan pertama,
85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adalah 2,3-2,8 bulan. Jadi lama
suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk
dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).

f. Persiapan kehamilan

BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat diantaranya:

1. Pemeriksaan kesehatan

2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh

3. Menghentikan kebiasaan buruk

4. Meningkatkan asupan makanan bergizi

Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, asam folat,


konsumsi berbagai Vitamin, cukupi zat seng, cukupi zat besi, fosfor, selenium (Se),
kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak, membatasi Kafein
5. Persiapan secara psikologis dan mental

6. Perencanaan financial/keuangan

7. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap


pasangan suami istri, baik itu secara psikologi/mental, fisik dan finansial adalah hal yang
tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan
diinginkan dan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga
(Mirza, 2008). 1.2 Persiapan Kesehatan 1. Status Nutrisi Salah satu masalah gizi yang
dihadapi di Indonesia adalah masalah gizi pada masa kehamilan, gizi prakonsepsi
didefinisikan sebagai masukan makanan dan kebiasaan makan yang dilakukan wanita usia
subur yang merencanakan kehamilan.

2. Kehamilan Sehat

Kehamilan yang sehat Masa kehamilan merupakan masa yang dinantikan oleh
pasangan suami istri setelah pernikahan. Namun banyak pasangan suami istri yang tidak
mempersiapkan kesehatan diri dalam kesehatan reproduksinya. Mereka menganggap
kehamilan dan mempunyai anak adalah hal yang alami yang tidak perlu persiapan
kesehatan secara khusus, padahal kualitas kesehatan suatu bangsa dimulai pada saat masa
prakonsepsi. Untuk dapat menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui
skrining prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek positif
terhadap kesehatan ibu dan anak (Lusiana, dkk. 2017). Ketika seorang wanita
menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya sebuah komitmen untuk menjalani hidup
sehat. Pola hidup sehat ketika hamil menjadi perhatian serius karena akan berpengaruh
terhadap kelangsungan kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin, proses
persalinan, serta mengurangi resiko kelahiran abnormal pada janin. Kehamilan yang
sehat didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan. Kehamilan
yang sehat adalah kondisi ibu dalam keadaan sehat serta bayi yang dilahirkan dalam
kondisi sehat dan normal

Status kesehatan ibu hamil merupakan suatu proses yang butuh perawatan khusus
agar dapat berlangsung dengan baik, kehamilan mengandung unsur kehidupan ibu
maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat dinamis karena ibu hamil yang pada
mulanya normal, secara tiba-tiba dapat beresiko tinggi. Jika status kesehatan ibu hamil
buruk, misalnya menderita anemia maka bayi yang dilahirkan beresiko lahir dengan berat
bayi lahir rendah, bayi dengan BBLR ini memiliki resiko kesakitan seperti infeksi saluran
nafas bagian bawah dan kematian yang lebih tinggi dari pada bayi yang dilahirkan dengan
berat badan normal. Bagi ibu sendiri anemia ini meningkatkan resiko pendarahan pada
saat persalinan dan pasca persalinan, gangguan kesehatan bahkan resiko kematian
(kusmiyati, 2009).

Anemia selama kehamilan merupakan masalah global yang sangat berhubungan


dengan tingkat morbiditas dan mortalitas ibu, janin dan kelahiran premature. Rendahnya
kadar HB yang mengikat oksigen di dalam darah dapat menyebabkan kekurangan oksigen
pada sirkulasi ibu dan janin sehingga terjadi hipoksia janin yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin, banyak mengkonsumsi makanan sumber protein menjaga ibu hamil
dari kemungkinan terkena anemia (Ribot et al, 2013). Ibu sering mengalami defisiensi
besi pada trimester kedua dan ketiga, disaat tubuh memerlukan banyak zat besi, sehingga
meningkatkan resiko anemia.

a. . Pemeriksaan Antropometri
1.  Mengukur lemak tubuh
      Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut
memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
a. Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan
kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
b. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi.
Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan
untuk mengukur lemak tubuh.
c. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar
X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:
1. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur
dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
2. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita
berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya
dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak
dilakukan oleh tenaga ahli.

2. Body Mass Index (BMI)


BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat
badan dengan tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan
(dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Seseorang
dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
    BB (kg)
IMT = --------------
TB x TB (m)
BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan
IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan
gemuk bila IMT nya > 25. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan perlu
diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita penyakit degeneratif seperti
Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan metabolisme lain yang
memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium

Resiko rendah : BMI < 27


Resiko menengah : BMI 27-30

Resiko tinggi : BMI 30-35

Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih

3. Pengobatan

Calcium I + Antilipemic + Chitosan + Doubl Cellulose yang terdapat pada produk


Kesehatan dengan cara pemakaian :

 1 sachet Calcium I sehari

2 bag teh Antilipemic sehari

2 kapsul Chitosan sebelum makan


1 tablet Double Cellulose ½ jam setelah makan
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita
berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500
kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga
Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200
kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat anti-
obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.
Manfaat olahraga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih nyaman.
Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat aman selama
kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan berat badan
serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena
kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan berat
badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi
dan diabetes selama kehamilan.
3. Infertilitas dan Konsumsi Buah Kurma Muda
Infertilitas dapat menimbulkan dampak psikologis bagi keluarga. Infertilitas yang
didefinisikan sebagai kegagalan untuk hamil setelah lebih dari 1 tahun mencoba kehamilan
dengan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, dianggap sebagai
masalah di hamper semua budaya dan masyaratakat. Infertilitas dapat timbul dari faktor
laki-laki, faktor perempuan, atau keduanya. Faktor infertilitas wanita berkontribusi pada
sekitar 50% dari semua kasus infertilitas disebabkan oleh gangguan ovulasi, kelainan
rahim, tuba obstruksi, dan faktor peritoneal (1). Anovulasi menyumbang 25-50%
penyebab infertilitas wanita (4). Infertilitas dapat menyebabkan masalah psikologis,
seperti kecemasan dan depresi (5). Sekitar 80% pasangan mencoba keluar obat
tradisional untuk ketidaksuburan mereka sejak itu tersedia, murah, dan memiliki berbagai
manfaat kesehatan.
Mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah kurma muda yang dipercaya
sebagai penambah fertilitas. Pada perempuan, manfaat kurma berpotensi memicu
pematangan dan pembentukan sel telur. Khasiat ini juga menjaga fungsi hormon
reproduksi wanita sehingga berpotensi meningkatkan keberhasilan program kehamilan
atau promil.

2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Pranikah

1) Langkah I : Tahap Pengumpulan data dasar.

Data Subjektif
1. Biodata / Identitas

Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain :
a. Umur
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat reproduksi
belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum stabil akibatnya
meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Sukaesih, 2012).

Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ lainnya
sudah menurun, apalagi wanita yang hamil pertama pada usia ini, memiliki
risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).

- Laki-laki

Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai


dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun.
Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan
mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan
pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin
tua usia seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA, 2013).
Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik fisik
maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat

Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap


kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih sering
mengalami abortus spontan dankasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering dijumpai
diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi karbamat pada
trimester II (Winardi, 2016).
c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka


memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan
yang diinginkan.Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah kebutuhan
nutrisi.Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan terjadinya anemia
pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan prematur
(Reeder, dkk, 2011).
2. Riwayat menstruasi

Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang merupakan
tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda siklus masa subur
telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan gangguan mentruasi dapat
mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16
tahun.
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-15%
yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh, 2009).
3) Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi
berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
4) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea (Kusmiran,
2012)
5) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna putih,
dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya
kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)
3. Riwayat imunisasi

Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama imuniasai TT.
Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi tetanus
100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining (Kemenkes RI,
2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV, TORCH/Rubella,
dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi tinggi di daerah tempat
tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
4. Riwayat kontrasepsi

Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan pada


perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan setelah
lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh
Handayani,dkk (2010), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca
menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13
bulan.
5. Riwayat obstetri yang lalu

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan


morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan
cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan nasihat
tentang konsepsi.
- Paritas

Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak


terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah melahirkan 1 - 2
kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki besar risiko 3 kali untuk
mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu yang
pernah melahirkan 4 kali atau lebih yakni antara lain : kelainan letak, persalinan
letak lintang: robekan rahim pada kelainan letak lintang; persalinan lama;
perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).
- Jumlah anak

Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai risiko relatif


tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua dan
ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya (Sofian,
2011).
- Jarak kehamilan

Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5 tahun.Menurut


anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN, 2009).
- Riwayat komplikasi

Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya merupakan salah satu
penyebab komplikasi obstetrik yang tidak langsung. Termasuk riwayat obstetrik
sebelumnya yang buruk meliputi abortus, partus prematur, IUFD, perdarahan
postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat kehamilan mola hidatidosa, perdarahan
antepartum, gemeli, hidramnion, riwayat persalinan dengan tindakan. Seorang ibu
yang pernah mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan yang
sebelumnya berisiko akan mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan
berikkutnya (Manuaba, 2010).
6. Riwayat kesehatan klien

- Hipertensi

Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur


dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal yang lenih
tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang
paling sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan kemudian
dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian besar wanita dengan hipertensi
kronis dapat mengharapkan kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat.
Sasaran utama pada periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan
penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi
pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan
janin (Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek samping
obat. - Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar
waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba nueral,
jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan
meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur. Oleh karena itu,
wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat konseling dan memantau
disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa prakonsepsi maupun sepanjang
masa usia subur (Varney, 2007; Prawirhardjo, 2010).
- Asma

Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit,
hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan
emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga merupakan salah satu
penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.
- Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat penyakit
jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat
terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan jantung, stres pada
perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan dekompensasi jantung. Tanda
dan gejala penyakit jantung (palpitasi, frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas
ketika beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat
dilakukan penatalaksaan yang tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah dengan ereksi.
Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan pembuluh darah penis dan
jantung.
- Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya dalam
kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
- IMS

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari
seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). IMS seperti
gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma akuminata,
bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
- TORCH

Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima jenis


penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat menjangkiti
pria maupun wanita dan dapat berpengaruh buruk pada janin yang dikandung.
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut
Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing
yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari hewan terinfeksi yang
belum matang sempurna. Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri otot,
kelelahan, dan pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat
menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran
plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan
seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata (Prawirohardjo, 2010).
7. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan bisa
menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran penting dalam
mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis
kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan trombofilia
merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial dan dapat berpengaruh pada
kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki (Varney, 2007).
8. Pola fungsional kesehatan

a) Nutrisi

Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka


kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
20002200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi (Felicia,
dkk, 2015).
b) Aktivitas

Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi sistem
hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi hormone seksual
c) Personal hygiene

Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ reproduksi
(Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan
pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi normalnya
ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau sesering mungkin (Kemenkes RI,
2015). Menggunakan air bersih saat mencuci vagina dari arah depan ke belakang
dan tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun
obat semprot pewangi vagina (Fitriyah, 2014).
d) Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam melakukan
suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak kurang
dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat, dapat
menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit. Tidur/istirahat pada malam hari
sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah,
dkk, 2002a; Varnney, 2007).
d) Pola kebiasaan

Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok aktif.
Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti
abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain
itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain SIDS (sindroma
kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis, asma, otitis media
(Prawirohardjo, 2010).

Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat membahayakan


janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis adalah kemungkinan
mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air ketuban yang tercampur
dengan residu jamu membuat air ketuban menjadi keruh dan menyebabkan bayi
hipoksia sehingga mengganggu saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
9. Riwayat pernikahan

Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan, alasan
berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan
dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan
pasangan sekarang.
10. Riwayat psikososial budaya dan spiritual

Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital psychological


screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah
keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi kebutuhan hidup
sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi
selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah
pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga serta
penentuan pengambil keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum
terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua pihak.
Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga, seberapa jauh keluarga besar
dapat menerima atas pernikahan tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau ras
akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya tentang
perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara berkomunikasi,
keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah pada perkawinan itu
sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh orangtua sejak kecil dan pola
pengasuhan anak (Imanda, 2016).

Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Tanda-tanda vital, normal jika : -


- Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler. Normal
100/60-140/90 mmHg

- Nadi

Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus


defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi
sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula
pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat dari
kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas tinggi,
kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-110 x/menit.
- Suhu

Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu


menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,0°C.
- Respirasi

Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan


tipe/pola pernapasan.Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit(Uliyah,
dkk, 2009).
b. Antropometri

- Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko preeklampsia
dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus dianjurkan untuk
meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per hari (Kemenkes,
2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi yang baik, mencapai
berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan mengembangkan
kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu mempertahankan
kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
- Tinggi badan

TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB


<145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming,
dkk, 2013).

Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh


(IMT) dengan rumus :

Indeks Massa Tubuh =

- Lingkar lengan atas (LiLA)

Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm.Jika < 23,5 cm merupakan indikator


Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR (Maryam,
2016).

2. Pemeriksaan fisik

- Wajah

Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk, 2013).
Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah serius jika
muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik
yang lain (Prawirohadjo, 2010).
- Leher

Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada


klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan jantung,
dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah
tirotoksikosis.
- Payudara

Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.

- Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.

- Genitalia

Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-tanda
keputihan patologis
- Ekstremtas

Tidak ada odema, CRT < 2 detik,akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto, dkk,
2017).

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

- Albumin

Untuk menyingkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan


pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
- Reduksi urin

Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes


melitus).
- Hemoglobin

Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan


terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
- Golongan darah dan rhesus

- HbsAg
- HIV/AIDS

- IMS (Sifilis)

b) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi, tes


sperma, tes tuberculosis.

2) Langkah II : Interprestasi data dasar.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan

interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

3) Langkah III : mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial

berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada

dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segara oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan

atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan ang lain sesuai dengan kondisi

klien.

5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi.

6) Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebaian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan

tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya.

7) Langkah VII : Evaluasi.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam  diagnosa dan masalah. Rencana

tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN


KEHAMILAN SEHAT DI PUSKESMAS BLEGA

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 27 Januari 2023
Jam : 09.00 WIB

IDENTITAS PASIEN:
Nama : Ny “A” Nama Suami : Tn “A”
Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Madura/Indonesia Suku Bangsa: Madura/Indonesia
Alamat : Kauman Blega Alamat : Kauman Blega

DATA SUBJEKTIF

a. Keluhan Utama
Ingin melakukan program hamil dan tidak ada keluhan
b. Riwayat perkawinan :
Menikah ± 5 tahun
c. Riwayat menstruasi :
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus haid : Tidak Normal (35 hari)
Lama haid : 5 hari
Banyak : ganti pembalut 3 kali sehari
d. Riwayat Imunisasi
Status TT3 (imunisasi dasar lengkap, imunisasi waktu SD 2x)
e. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga tidak memiliki penyakit menurun (hipertensi, asma, TBC), tidak
memiliki penyakit menular (hepatitis, HIV/AIDS) serta tidak memiliki riwayat
penyakit gonorrhea, kista ovarium, endometritis, vaginitis, dan tidak ada keturunan
gemelli.
f. Riwayat Seksual
Ibu mengatakan bahwa aktivitas seksual jarang dilakukan seminggu 1 kali atau tidak
menentu.
g. Kebutuhan fisik :
a. Nutrisi : Makan 2x sehari dengan porsi 1 piring penuh (nasi, lauk-pauk, sayuran).
Minum ±7-8 gelas setiap hari
b. Pola istirahat
Tidur siang 3 jam, tidur malam 8 jam
c. Pola aktivitas
Ibu melakukan perkejaan rumah seperti (mencuci baju, memasak, menyapu,
mengepel, dll)

d. Personal hygiene
Mandi 2x sehari, mengganti celana dalam 2x sehari serta mengganti baju 2x sehari.
h. Keadaan Psiko, sosio, dan spiritual
Dalam keluarganya tidak ada yang mengalami keterlambatan kehamilan, cacat
kehamilan, maupun gangguan pada saat kehamilan, setelah menikah ibu sangat
semangat untuk memiliki anak.

Data Objektif (O)


1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 ◦C Nadi : 82 x/menit
Berat Badan : 46 kg
Tinggi badan : 155 cm
IMT : 18 (Normal)
LILA : 23 cm
2. Pemeriksaan fisik (data terfokus)
Inspeksi
Wajah : Tidak pucat
Mata : Sklera putih, konjungtiva merah
muda
Leher : Tidak ada pembesaran abnormal
Payudara : Tidak ada benjolan abnormal
Abdomen : Tidak teraba massa
3. Pemeriksaan Khusus : Tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada

5. Pemeriksaan Lab : Tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Ny “A” dengan Infertil Primer dengan Kebutuhan Pra Konsepsi untuk Kehamilan Sehat
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Tidak ada
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI
1. Informasikan hasil pemeriksaan secara lengkap

R/ Sebagai data acuan untuk pemeriksaan selanjutnya


2. Jelaskan kepada ibu cara menghitung masa subur dan melakukan aktivitas seksual yang
baik seminggu dengan frekuensi 2-3 kali

R/ Untuk pengetahuan ibu cara mengetahui ibu dalam keadaan subur


3. Beritahu persiapan apa saja yang harus dipersiapkan sebelum hamil

R/ Persiapan dasar yang harus diketahui ibu persiapan sebelum kehamilan


4. Jelaskan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik dan seimbang

R/ Nutrisi yang baik berperan dalam mencegah anemia saat kehamilan


5. Jelaskan kepada ibu untuk mempersiapkan fisik dan mental
R/ Untuk mengurangi stress dan mengurangi resiko komplikasi pada masa kehamilan nanti
6. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi kurma muda
R/ Herbal ini mempunyai banyak manfaat untuk program hamil (promil)
7. Kolaborasi dengan dokter SpOG memberikan terapi obat asam folat 1x1000 mg dan
vitamin E 1x1
R/ untuk pendukung keberhasilan kehamilan

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 27 Januari 2023
Jam : 09.10 wib
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan dalam batas normal, ibu mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu cara menghitung masa subur, masa subur merupakan rentang
waktu pada wanita yang terjadi “Sebulan sekali”. Masa subur terjadi pada hari ke
sebelum menstruasi selanjutnya terjadi untuk perhitungan masa subur di pakai rumus
siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18, serta dapat
melakukan aktivitas seksual pada masa subur yang telah dihitung, ibu memahami
3. Menjelaskan kepada ibu persiapan apa saja sebelum hamil yaitu persiapan pemeriksaan
kesehatan, menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh. Menghentikan kebiasaan buruk,
meningkatkan asupan makanan bergizi, persiapan psikologis dan mental, perencanaan
finansial atau keuangan. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi, ibu mengerti
4. Menjelaskan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, makan-makanan yang
mengandung zat besi dan asam folat yakni daging, susu, dsb. Ibu mengerti
5. Menjelaskan kepada ibu untuk fisik dan mental untuk menyiapkan tubuh pada
perubahan saat hamil . Ibu mengerti
6. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi kurma muda 320 mg/kg/BB
7. Memberikan terapi obat asam folat dengan dosis 1x1000 mg dan Vitamin 1 X 1. Ibu
bersedia

VII. EVALUASI
Tanggal : 01 Desember 2021
Jam : 09.20 wib
S : pasien memahami konseling yang telah diberikan petugas
O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis

A : Ny “A” dengan Infertil Primer dengan Kebutuhan Pra Konsepsi untuk Kehamilan Sehat

P : - Anjurkan kontrol bila ada keluhan


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif ibu memiliki usia 23 tahun. Artinya,
dari aspek usia ibu memenuhi kriteria usia reproduksi untuk hamil. Hal ini sesuai teori
yang dikemukakan Stickler (2014) bahwa usia reproduksi ideal wanita adalah 20 -35
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang hamil di bawah usia 20 tahun
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami preeklamsia dan plasenta previa
(Stickler, 2014). Tidak ada kesenjangan teori dan fakta dalam kasus ini.
Mayoritas masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah kurma muda yang
dipercaya sebagai penambah fertilitas. Pada perempuan, manfaat kurma berpotensi
memicu pematangan dan pembentukan sel telur. Khasiat ini juga menjaga fungsi hormon
reproduksi wanita sehingga berpotensi meningkatkan keberhasilan program kehamilan
atau promil
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk berada dalam kondisi Tubuh Sehat Ideal selain postur tubuh yang ideal juga
harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk
mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari. Zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein,
lemak, vitamin, mineral, air dan serat. Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat gizi
makro dan vitamin serta mineral disebut sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat gizi
sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan/aktivitas, suhu lingkungan
dan kondisi tertentu. Misalnya pada ibu hamil/meneteki atau sedang sakit,
membutuhkan zat gizi lebih banyak. Triguna makanan adalah sumber zat tenaga atau
energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

Kebutuhan energi untuk laki-laki dewasa berkisar antara 1.900 – 2.700 Kkal/hari,
sedangkan pada wanita antara 1.700 – 2.100 Kkal./hari.

B. Saran

Seorang manusia yang sehat tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga harus sehat
rohani. Sehingga tubuh sehat dan ideal dari segi kesehatan meliputi aspek fisik,
mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit. Semua aspek tersebut akan
mempengaruhi penampilan atau performance setiap individu, dalam melakukan
aktivitas sehari hari seperti bekerja, berkarya, berkreasi dan melakukan hal-hal yang
produktif serta bermanfaat. Kesehatan, pendidikan dan pendapatan setiap individu
merupakan tiga faktor utama  yang sangat mempengaruhi kualitas sumber daya
manusia. Oleh karena itu setiap individu berhak dan harus selalu menjaga kesehatan,
yang merupakan modal utama agar dapat hidup produktif, bahagia dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Sugondo, Sidartawan. 2006. Buku Ajar “Ilmu Penyakit Dalam” Jilid III Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI : hal 1919-1925

Ahmad Syauqi Al-Fanjari. 2000. Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam. Jakarta: Bumi
Aksar.

Fatma, Lyna. 2013. Prasyarat Kesehatan Reproduksi. Dikutip (9 November 2016)


dari: http://lienfea.blogspot.co.id/2013/08/prasyarat-kesehatan-reproduksi.html

Kasdu, D dkk (2001), Info Lengkap Kehamilan & Persalinan (edisi 1). Jakarta: 3G
Publisher
Laboratorium Klinik Prodia, “Premarital Check Up: 100% Siap Nikah”, dalam
http://prodia.org/pranikah/cekkesehatan-sebelum-menikah.htm, diakses pada 9
November 2016

Monica Purba “Cek Kesehatan Sebelum Menikah”. Dalam


https://pranikah.org/pranikah/cekkesehatan-sebelum-menikah/htm, diakses pada 9
November 2016

Baby B et,al. 2016. Polycystic ovarian syndrome : therapeutic potential of herbal


remedies : a review. International Journal of Herbal Medicine. 4(5):91-96.
Rostiati Nonta Refina Napitupulu. 2010 “Bioetika: Pemeriksaan Kesehatan
Pranikah”, (Makalah- ITB, 2009)

JURNAL REFLEKSI KRITIS


PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN PRA KONSEPSI DAN PERSIAPAN
KEHAMILAN

Nama Mahasiswa : AISYAH FISTAMAYA


Tempat Praktek : PUSKESMAS BLEGA BANGKALAN
Periode : 2022-2023
Pembimbing Prodi : Rila Rindi Antina, S.ST, M. AP, M. Kes

A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik

Kenapa saya mempelajari materi ini ?

1. Untuk menambah pengetahuan tentang masalah pada persiapan kehamilan dan


perencanaan kehamilan yang sehat

2. Untuk menambah ilmu dan bisa tentang persiapan kehamilan

3. Dapat mengatasi masalah tersebut baik dari segi farmakologis maupun non
farmakologis
Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?
Mempelajari topik dengan baik untuk memberikan asuhan kebidanan yang terbaik
serta sesuai
Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?

Untuk lebih paham tentang kesiapan kehamilan


Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?

mengkaji lebih dalam lagi tentang permasalahan yang ditemukan untuk


mempermudah melakukan asuhan kebidanan dengan benar.

B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:

Lebih memahami tentang obesitas yang terjadi pada persiapan kehamilan, mampu
mengetahui batas normal IMT yang menjadi penunjang KEK
Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:

 Paham tentang materi yang dijelaskan dan mengimplementasikannya baik untuk


diri sendiri maupun orang lain.
Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini
adalah:

Informasi menarik yang saya dapatkan dari mempelajari materi ini adalah edukasi
pola hidup sehat
Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :

Mendapatkan ilmu baru mengenai masalah yang mempengaruhi persiapan


kehamilan
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :
 -

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:

-
Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui

Pra konsepsi serta persiapan kehamilan yang kurang memperhatikan pola hidup
sehat

B. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine)
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian Iya


dirandomisasi?

Apakah cara melakukan randomisasi Iya


dirahasiakan?

Apakah follow-up kepada pasien Iya


cukup panjang dan lengkap?

Apakah pasien dianalisis di dalam Iya


grup di mana mereka dirandomisasi?

Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Iya


blind terhadap terapi?

Apakah grup pasien diperlakukan Tidak, terdapat 2 kelompok dibagi


sama, selain dari terapi yang menjadi kelompok kontrol dan
diberikan? eksperimen
Apakah karakteristik grup pasien Karekteristik pasien yang
sama pada awal penelitian, selain dari digunakan berbeda
terapi yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Sangat penting

Seberapa tepat estimasi dari efek Sangat akurat


terapi?

Ada efek Tidak ada efek

Terekspos 32 53

Tidak terekspos 25 3

Control event rate (CER) = c/ c+d


Experimental event rate (EER) = a/ a+b

Relative Risk Absolute Risk Number Needed to


Reduction (RRR) Reduction Treat (NTT)
(ARR)

CER EER CER-EER/CER CER-EER I/ARR

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ # pasien
eksperimen]
3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat diterapkan)
dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?

Apakah karakteristik pasien kita Karakteristik yang digunakan dalam


sangat berbeda dibandingkan pasien penelitian mencakup usia remaja
pada penelitian sehingga hasilnya hingga lanjut
tidak dapat diterapkan?

Apakah hasilnya mungkin dikerjakan Bisa


di tempat kerja kita?

Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?

Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif


terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk desimal:


_____

NNT/f = _____/_____ = _____

(NNT bagi pasien kita)

Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)


adalah event rate dari pasien kita bila
mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = _____

1/ (PEERxRRR) = 1/_____ = _____

(NNT bagi pasien kita)

Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?

Apakah kita dan pasien kita -


mempunyai penilaian yang jelas dan
tepat akan value dan preferensi pasien
kita?

Apakah value dan preferensi pasien -


kita dipenuhi dengan terapi yang akan
kita berikan?

f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya risiko
kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien kita kemungkinan
meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah
2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih kecil dibandingkan pasien pada
penelitian, maka besar f adalah 0,5.

C. Evaluasi Pembelajaran

Topik: Pra Konsepsi dan kehamilan yang sehat

Tanggal: 27 Januari 2023


Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputu tekanan darah,suhu,pernafasan, dan nadi,


LILA, IMT. Melakukan informed consent tentang keadaan pasien, memberikan
HE kepada pasien
Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya :

Melatih saya untuk berkomunikasi lebih sering kepada pasien

 Dengan banyaknya ilmu yang di dapat pada masa praktik semakin menambah
pengetahuan dan komunikasi yang lebih baik lagi terhadap pasien
Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Pentingnya menjaga pola hidup sehat khususnya bagi wanita yang ini
mempersiapkan kehamilan yang sehat
Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

 Mencari materi sebanyak mungkin tentang topik yang diangkat


Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi?

-
Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah:

-
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : AISYAH FISTAMAYA

NIM : 2215901002

RUANGAN : KIA

PKM/ RS : PUSKESMAS BLEGA, BANGKALAN

NO HARI/TANGGAL NAMA MASUKAN TTD


PEMBIMBING PEMBIMBING
Kamis, 26 Januari 2023
1 Rila Rindi Antina,
S.ST, M. AP, M. Kes

2 Senin, 30 Januari 2023 Rila Rindi Antina,


S.ST, M. AP, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai