UKHUWAH:
II
Memelihara Agama
Memelihara Jiwa
memelihara Akal
memelihara Keturunan
memelihara harta
III
dharuriyat,
Hajiyat, dan
Tahsiniyat
IV
األمور مبقاصدها
segala urusan tergantung kepada tujuannya .
الضرر يزال
kemudaratan harus dilenyapkan
العادة حمكمة
adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum
َ ب ْال َم
صال ِِح ِ دَ رْ ُء ْال َم َفاسِ ِد ُم َق َّد ٌم َع َلي َج ْل
Menolak kerusakan harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan
أخ ِّف ِه َما
َ ب َ ان ر ُْوعِ َي أَعْ َظ ُم ُه َما
ِ ض َررً ا ِبارْ ِت َكا ِ ض َم ْف َسدَ َت َ ا َِذا َت َع
َ ار
Apabila dua buah kerusakan saling berlawanan, maka haruslah dipelihara yang lebih
.berat mudaratnya dengan melaksanakan yang lebih ringan daripadanya
ت اَ ْو َخاص ًَّة
ْ ضر َُر ِة َعام ًَّة َكا َن َ اَ ْل َح
َّ اج ُة ُت َن َّز ُل َم ْن ِز َل َة ال
Kebutuhan (hajat) itu ditempatkan pada tempat darurat baik kebutuhan itu bersifat
umum atau khusus
Dalilnya: QS. al-Baqarah,2: 173; al-Ma’idah, 4: 3; al-An’am, 6: 119
ير َو َما أ ُ ِه َّل ِب ِه ل َِغي ِْر هّللا ِ َف َم ِن ِ إِ َّن َما َحرَّ َم َع َل ْي ُك ُم ْال َم ْي َت َة َوال َّد َم َو َلحْ َم ْالخ
ِ ِنز
١٧٣- اغ َوالَ َعا ٍد َفال إِ ْث َم َع َل ْي ِه إِنَّ هّللا َ َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم ٍ اضْ طرَّ َغي َْر َب-
ُ
Sesungguhnya Dia hanya Mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa
(memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
VI
KHALWAT MEDIS
Berkhilwat pada prinsipnya dilarang dalam syari’at, sebagaimana hadis Rasulullah saw yang
melarang dua orang berlainan jenis yang bukan mahram berduaan secara tertutup
(bersunyi-sunyian). Tetapi dalam kondisi kebutuhan medis, professional, dan darurat, hal
tersebut mendapat toleransi sebatas kebutuhan syar’i dan harus diusahakan semanan
mungkin dari fitnah. Bagi seorang dokter dan paramedis dibolehkan dalam rangka tugas
medis untuk mengambil kondisi khalwat bilamana tidak ada alternatif dan jalan lain yang
dapat menghindarinya.
VII
ABORTUS
Proses penciptaan manusia (QS. al-Mu’minun, 23: 12-14): Nutfah, ‘Alaqah, Mudghah,
‘izham, lahm, ciptaan lain....
Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda (yang
maknanya): Proses kejadian manusia itu pertama merupakan bibit yang telah dibuahi dalam
rahim ibu selama 40 hari, kemudian berubah menjadi ‘alaqah yang memakan waktu selama
40 hari, kemudian berubah menjadi mudhghah yang memakan waktu selama 40 hari pula.
Setelah itu Allah mengutus malaikat yang diperintah menulis empat hal, yaitu tentang
amalnya, rezekinya, ajalnya, dan nasibnya celaka atau bahagia; kemudian kepadanya
ditiupkan roh.
Jadi, menurut hadis ini janin itu baru dapat dikatakan menjadi makhluk hidup setelah
melampaui batas 120 hari, memasuki minggu ke 18 setelah terjadinya konsepsi atau
pembuahan.
Aborsi setelah ditipkan roh hukumnya haram (QS. al-Isra’, 17: 31 dan al-An’am, 6: 151);
sebelum ditiupkan roh hukumnya makruh, tetapi ada juga yang mengatakan hukumnya
boleh. Termasuk di sini aborsi karena darurat, misalnya karena nyawa ibu terancam, atau
karena hasil perkosaan (sebelum ditiupkan roh).
VIII
SEWA RAHIM
Sperma + Ovum : nutfah? Dititip di rahim perempuan yang dikontrak (Surrogate mother),
dihamilkan dan kemudian dilahirkan.
Terlarang karena Nabi saw melarang menitip/memasukkan bibit kepada yang bukan haknya.
Dan juga firman Tuhan: istri-isterimu adalah (laksana) kebunmu, maka datangilah kebunmu
sesuai keinginanmu. Jadi, yang boleh hanya kepada istri, selainnya terlarang.
Cerita gadis Amerika yang ingin punya anak tetapi tidak mau punya suami ...
Suami-istri pesohor (di Afrika Selatan?), menanam benihnya pada rahim ibu mertuanya
(ibunya istri) kemudian hamil dan melahirkan anaknya, tetapi bermasalah karena sang ibu-
wakil (surrogate mother) ini menolak untuk menyerahkan bayinya kepada ibu biologisnya.
IX
REKAYASA GENETIKA