Anda di halaman 1dari 5

I

UKHUWAH:

Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, Ukhuwah Insaniyah/Basyariyah

II

MAQASHID AL-SYARI’AH (MASLAHAT)

Memelihara Agama

Memelihara Jiwa

memelihara Akal

memelihara Keturunan

memelihara harta

III

TIGA TINGKATAN PERTIMBANGAN

dharuriyat,

Hajiyat, dan

Tahsiniyat

IV

DASAR ETIKA/HUKUM ISLAM

Ayat/Hadis – al-Qawaid al-Asasiyah (5 qaedah dasar):

‫األمور مبقاصدها‬
segala urusan tergantung kepada tujuannya .

‫اليقني اليزال بالشك‬


keyakinan itu tidak dapat dikalahkan oleh keraguan .

‫املشقة جتلب التيسري‬


Kesukaran itu menarik kemudahan

‫الضرر يزال‬
kemudaratan harus dilenyapkan

‫العادة حمكمة‬
adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum

DARURAT MEMBOLEHKAN YANG TERLARANG

Dari qaedah ‫ الضرر يزال‬diturunkan/ditarik banyak qaedah, di antaranya:

‫ات‬ ُ ْ‫ات ُت ِب ْي ُح ْال َمح‬


ُ ‫ظ ْو َر‬ ُ ‫ضر َُر‬
َّ ‫اَل‬
Dalam keadaan darurat dibolehkan yang terlarang

‫ضر ُْو َر ِة ُي َق َّد ُر ِب َق ْد ِر َها‬ َ ‫َو َما ا ُ ِبي‬


َّ ‫ْح لِل‬
Sesuatu yang diperbolehkan karena darurat ditetapkan hanya sekedar
kedaruratannya

‫اَلض ََّر ُر الَ ي َُزا ُل ِبالض ََّر ِر‬


Kemudaratan itu tidak dapat dihilangkan dengan kemudaratan yang lain

َ ‫ب ْال َم‬
‫صال ِِح‬ ِ ‫دَ رْ ُء ْال َم َفاسِ ِد ُم َق َّد ٌم َع َلي َج ْل‬
Menolak kerusakan harus didahulukan dari pada menarik kemaslahatan
‫أخ ِّف ِه َما‬
َ ‫ب‬ َ ‫ان ر ُْوعِ َي أَعْ َظ ُم ُه َما‬
ِ ‫ض َررً ا ِبارْ ِت َكا‬ ِ ‫ض َم ْف َسدَ َت‬ َ ‫ا َِذا َت َع‬
َ ‫ار‬
Apabila dua buah kerusakan saling berlawanan, maka haruslah dipelihara yang lebih
.berat mudaratnya dengan melaksanakan yang lebih ringan daripadanya

‫ت اَ ْو َخاص ًَّة‬
ْ ‫ضر َُر ِة َعام ًَّة َكا َن‬ َ ‫اَ ْل َح‬
َّ ‫اج ُة ُت َن َّز ُل َم ْن ِز َل َة ال‬
Kebutuhan (hajat) itu ditempatkan pada tempat darurat baik kebutuhan itu bersifat
umum atau khusus
Dalilnya: QS. al-Baqarah,2: 173; al-Ma’idah, 4: 3; al-An’am, 6: 119

‫ير َو َما أ ُ ِه َّل ِب ِه ل َِغي ِْر هّللا ِ َف َم ِن‬ ِ ‫إِ َّن َما َحرَّ َم َع َل ْي ُك ُم ْال َم ْي َت َة َوال َّد َم َو َلحْ َم ْالخ‬
ِ ‫ِنز‬
١٧٣- ‫اغ َوالَ َعا ٍد َفال إِ ْث َم َع َل ْي ِه إِنَّ هّللا َ َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم‬ ٍ ‫اضْ طرَّ َغي َْر َب‬-
ُ
Sesungguhnya Dia hanya Mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging)
hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa
(memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

VI

KHALWAT MEDIS

Berkhilwat pada prinsipnya dilarang dalam syari’at, sebagaimana hadis Rasulullah saw yang
melarang dua orang berlainan jenis yang bukan mahram berduaan secara tertutup
(bersunyi-sunyian). Tetapi dalam kondisi kebutuhan medis, professional, dan darurat, hal
tersebut mendapat toleransi sebatas kebutuhan syar’i dan harus diusahakan semanan
mungkin dari fitnah. Bagi seorang dokter dan paramedis dibolehkan dalam rangka tugas
medis untuk mengambil kondisi khalwat bilamana tidak ada alternatif dan jalan lain yang
dapat menghindarinya.

VII

ABORTUS

Proses penciptaan manusia (QS. al-Mu’minun, 23: 12-14): Nutfah, ‘Alaqah, Mudghah,
‘izham, lahm, ciptaan lain....

Hadis diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda (yang
maknanya): Proses kejadian manusia itu pertama merupakan bibit yang telah dibuahi dalam
rahim ibu selama 40 hari, kemudian berubah menjadi ‘alaqah yang memakan waktu selama
40 hari, kemudian berubah menjadi mudhghah yang memakan waktu selama 40 hari pula.
Setelah itu Allah mengutus malaikat yang diperintah menulis empat hal, yaitu tentang
amalnya, rezekinya, ajalnya, dan nasibnya celaka atau bahagia; kemudian kepadanya
ditiupkan roh.

Jadi, menurut hadis ini janin itu baru dapat dikatakan menjadi makhluk hidup setelah
melampaui batas 120 hari, memasuki minggu ke 18 setelah terjadinya konsepsi atau
pembuahan.

Aborsi setelah ditipkan roh hukumnya haram (QS. al-Isra’, 17: 31 dan al-An’am, 6: 151);
sebelum ditiupkan roh hukumnya makruh, tetapi ada juga yang mengatakan hukumnya
boleh. Termasuk di sini aborsi karena darurat, misalnya karena nyawa ibu terancam, atau
karena hasil perkosaan (sebelum ditiupkan roh).

VIII

SEWA RAHIM

Sperma + Ovum : nutfah? Dititip di rahim perempuan yang dikontrak (Surrogate mother),
dihamilkan dan kemudian dilahirkan.

Terlarang karena Nabi saw melarang menitip/memasukkan bibit kepada yang bukan haknya.
Dan juga firman Tuhan: istri-isterimu adalah (laksana) kebunmu, maka datangilah kebunmu
sesuai keinginanmu. Jadi, yang boleh hanya kepada istri, selainnya terlarang.

Cerita gadis Amerika yang ingin punya anak tetapi tidak mau punya suami ...

Suami-istri pesohor (di Afrika Selatan?), menanam benihnya pada rahim ibu mertuanya
(ibunya istri) kemudian hamil dan melahirkan anaknya, tetapi bermasalah karena sang ibu-
wakil (surrogate mother) ini menolak untuk menyerahkan bayinya kepada ibu biologisnya.

IX

REKAYASA GENETIKA

ETIKA KEDOKTERAN DAN HUKUM ISLAM

1. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang hubungan antar manusia


2. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang tindakan medis pada pasien non-
muhrim/”Khalwat medis”
3. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang abortus
4. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang sewa Rahim
5. Mampu menjelaskan pandangan Islam tentang rekayasa genetika

Anda mungkin juga menyukai