Anda di halaman 1dari 10

Hubungan Antara Usia, Siklus Haid dan Infeksi Organ Reproduksi Wanita

terhadap Kejadian Infertil pada Wanita di Klinik Bersalin Insan Medika


Semarang

The Corelations Among Age, Menstrual Cycle and Infections of the Female Reproductive
Organs in Women Infertile Insiden at Insan Medika Clinic Semarang

Devita Diatri,(1) M.Irsam, (2) Andra Novitasari (3)

ABSTRAK
Latar Belakang: Infertilitas salah satu permasalahan di masyarakat khusunya bagi pasangan suami istri yang
sudah lama menikah dan ingin memiliki anak. Faktor resiko wanita mengalami infertil diantarannya adalah
usia, siklus haid dan infeksi organ reproduksi wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara usia, siklus haid dan infeksi organ reproduksi wanita terhadap kejadian infertil pada wanita.

Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain cross sectional yang dianalisis dengan uji
statistik dengan tingkat kemaknaan 95% yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat terhadap
variabel usia, siklus haid dan infeksi organ reproduksi wanita terhadap kejadian infertil pada wanita. Sampel
dalam penelitian ini sebanyak 350 sampel rekam medis wanita.

Hasil: Hasil analisis bivariat dari 350 sampel, variabel usia (OR=0,774; p=0,356), variabel siklus haid
(OR=21,143; p=0,000), variabel infeksi organ reproduksi wanita (OR=1,788; p=0,010) variabel siklus haid
dan infeksi organ reproduksi wanita menunjukan ada hubungan dengan kejadian infertil pasda wanita,
sedangkan variabel usia tidak berhubungan. Hasil analisis multivariat menunjukan siklus haid variabel paling
berpengaruh terhadap kejadian infertil pada wanita (OR=21,143; p=0,000)

Simpulan: Ada hubungan antara siklus haid dan infeksi organ reproduksi wanita dengan kejadian infertil pada
wanita sedangkan untuk usia tidak berhubungan. Siklus haid dan infeksi organ reproduksi wanita merupakan
faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian infertil pada wanita, namun siklus haid merupakan faktor
resiko yang paling berpengaruh.

Kata kunci : Usia,Siklus Haid,Infeksi,Infertil pada Wanita

1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
2)
Staf Pengajar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
3)
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
PENDAHULUAN

Infertilitas salah satu permasalahan di masyarakat khusunya bagi pasangan suami istri

yang sudah lama menikah dan ingin memiliki anak.Infertilitas merupakan kondisi di mana

pasangan suami istri yang telah menikah selama satu tahun, melakukan hubungan senggama

teratur, tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun, tapi belum berhasil

memperoleh keturunan. 1

Faktor resiko infertil pada wanita adalah usia, faktor kelainan anatomi dan infeksi

organ reproduksi yang terletak pada serviks, uterus, tuba fallopi, serta gangguan hormon pada

wanita. 2

Fase pubertas wanita merupakan fase disaat wanita mulai dapat berproduksi, yang

ditandai dengan haid untuk pertama kalinya. Wanita yang memiliki siklus haid teratur

memiliki fungsi sel telur matang (ovulasi) yang baik. Siklus haid yang teratur merupakan

indikator terjadinya ovulasi normal.2 Siklus haid yang tidak teratur bisa merupakan salah satu

penyebab infertilitas pada wanita. 3

Pada masa pubertas jumlah folikel primordial yang nantinya akan menjadi ovum,

jumlahnya antara 750.000 - 1 juta yang nantinya akan berkurang terus sampai fungsi

reproduksinya habis/ menopause.3

Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal

inidikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa

sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase

ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.4

Gangguan organ reproduksi wanita bisa menjadi faktor terjadinya infertilitas. Faktor

resiko terjadinya infertilitas pada wanita, dapat disebabkan oleh faktor lain yang

mempengaruhiseperti faktor infeksi pada organ reproduksi wanita, apabila terjadi infeksi pada

organ reproduksi wanita kadar keasaaman dalam vagina akan meningkat. Kondisi ini akan
menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuhai sel telur. Kadar keasaman organ

reproduksi wanita juga dapat menyebabkan vagina mengerut sehingga perjalanan sperma di

dalam vagina terhambat dan menyebabkan pembuahan tidak terjadi.3

METODE PENELITIAN

Penelitan ini merupakan penelitian non eksperimental observasional dengan desain penelitian

retrospektif dan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasangan

suami istri yang periksa periode bulan Januari-Desember 2013 di Klinik Insan Medika

Semarang. Penelitian ini menggunakan sampel minimal sebanyak 350 rekam medis pasien

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasangan suami istri

yang periksa pada Januari-Desember 2013, wanita dengan pasangan pria analisis sperma

normal, catatan medik lengkap.Sedangkan kriteria ekslusinya adalah wanita menepause.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, siklus haid, dan infeksi organ reproduksi

wanita. Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian infertil pada wanita.

Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat

digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis

bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Teknik

analisis bivariat yang digunakan adalah uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan α

≤0,05 (95%) . Analisa multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan

variabel terikat serta variabel bebas mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel

terikat dengan uji regresi logistik.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi frekuensi sampel menurut usia wanita di Klinik Insan Medika Semarang.

Kategori Jumlah Persen (%)

Resiko Tinggi 68 19,4

Resiko Rendah 282 80,6

Total 350 100

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 350 sample penelitian, diperoleh hasil mayoritas

sampel memiliki usia risiko rendah sebesar 282 (80,6%), sedangkan dengan usia risiko tinggi

sebesar 68 (19,4%).

Tabel 2 Distribusi frekuensi sampel menurut siklus haid wanita di Klinik Insan Medika

Semarang.

Kategori Jumlah Persen (%)

Tidak teratur 159 45,4

Teratur 191 54,6

Total 350 100

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 350 sample penelitian, diperoleh hasil mayoritas

sampel memiliki siklus haid teratur sebesar 191 (54,6%), sedangkan dengan siklus haid tidak

teratur sebesar 159 (45,4%).


Tabel 3 Distribusi frekuensi sampel menurut infeksi organ reproduksi wanita di Klinik Insan

Medika Semarang.

Kategori Jumlah Persen (%)

Infeksi 126 36

Tidak Infeksi 224 64

Total 350 100

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 350 sample penelitian, diperoleh hasil mayoritas

sampel tidak mengalami infeksi organ reproduksi wanita sebesar 224 (64%), sedangkan

sampel yang mengalami infeksi organ reproduksi wanita sebesar 126 (36%).

ANALISIS BIVARIAT

Analisis bivariat dengan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan 5% (α = 0,05), jika p≤0,05

maka dinyatakan terdapat hubungan.

Tabel 4 Hubungan Usia dengan Kejadian Infertil pada Wanita di Klinik Insan Medika

Semarang.

Infertil

Variabel Ya Tidak Jumlah P OR

N % N % N %

Usia

Risiko tinggi 25 17,1 43 21,1 68 100 0,356 0,774

Risiko rendah 121 82,9 161 78,9 282 100

Jumlah 146 100 204 100 350 100

Hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian infertil pada wanita diperoleh bahwa ada

sebanyak 25 (17,1%) dari 68 wanita dengan usia risiko tinggi yang mengalami infertilitas.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,356 (>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara usia wanita dengan kejadian infertil pada wanita di Klinik Insan Medika

Semarang.

Tabel 5 Hubungan Siklus Haid dengan Kejadian Infertil pada Wanita di Klinik Insan Medika

Semarang.

Infertil

Variabel Ya Tidak Jumlah P OR

N % N % N %

Siklus haid

Tidak teratur 121 82,9 38 18,6 159 100 0,000 21,143

Teratur 25 17,1 166 81,4 191 100

Jumlah 146 100 204 100 350 100

Hasil analisis hubungan antara siklus haid dengan kejadian infertil pada wanita diperoleh

bahwa ada sebanyak 121 (82,9%) dari 159 wanita dengan siklus haid tidak teratur yang

mengalami infertilitas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 (<0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara siklus haid dengan kejadian infertil pada wanita.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 21,143 artinya wanita dengan siklus haid tidak

teratur mempunyai peluang 21,143 kali mengalami infertilitas dibandingkan dengan wanita

yang memiliki siklus haid teratur.

Tabel 6 Hubungan Infeksi Organ Reproduksi Wanita dengan Kejadian Infertil pada Wanita

di Klinik Insan Medika Semarang.

Infertil

Variabel Ya Tidak Jumlah P OR

N % N % N %

Infeksi

Ya 64 43,8 62 30,4 126 100 0,010 1,788

Tidak 82 56,2 142 69,6 224 100

Jumlah 146 100 204 100 350 100


Hasil analisis hubungan antara infeksi organ reproduksi wanita dengan kejadian infertil pada

wanita diperoleh bahwa ada sebanyak 64 (43,8%) dari 126 wanita dengan infeksi organ

reproduksi yang mengalami infertilitas. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,010 (<0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara infeksi organ reproduksi wanita dengan

kejadian infertil pada wanita. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,788 artinya

wanita dengan infeksi organ reproduksi mempunyai peluang 1,788 kali mengalami infertilitas

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami infeksi organ reproduksi wanita.

ANALISIS MULTIVARIAT

Tabel 7 Tabel Uji Regresi Logistik

Step Variabel P OR
2 Siklus Haid 0,000 21,143

Berdasarkan tabel 7 diatas diperoleh hasil bahwa variabel siklus haid memiliki Pvalue< 0,05.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa variabel siklus haid, berpengaruh secara signifikan

dengan kejadian infertil pada wanita. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling

dominan berpengaruh dengan kejadian infertil pada wanita adalah variabel siklus haid dimana

nilai OR=21,143.

PEMBAHASAN

Hubungan Usia dengan Kejadian Infertil pada Wanita

Berdasarkan dari penelitian ini hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara usia wanita dengan kejadian infertil pada wanita.

Hasil penelitian ini tidak sesuai teori yang menyatakan bahwa usia wanita diatas 35 tahun

memiliki resiko besar mengalami infertilitas. Berdasarkan teori, prevalensi infertilitas

meningkat bila terjadi peningkatan usia. Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan
pertambahan usia pada wanita. Wanita dengan rentan usia 19-26 tahun memiliki kesempatan

untuk hamil dua kali lebih besar daripada wanita dengan rentan usia 35-39 tahun. 5

Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yuniart

di RSUP Moh Hoesin Palembang tahun 2010 menunjukan bahwa usia merupakan faktor yang

signifikan terhadap kejadian infertil pada wanita.

Adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan teori dan penelitian sebelumnya dimungkinkan

karena adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil, lokasi penelitian dilaksanakan dan

metode penelitian yang digunakan sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah faktor resiko

khususnya usia wanita. Selain itu, dapat pula dipengaruhi oleh banyaknya pasangan usia

muda yang lebih peduli untuk periksa tentang masalah infertilitas dibandingkan pasangan usia

tua.

Hubungan Siklus Haid dengan Kejadian Infertil pada Wanita

Berdasarkan dari penelitian ini hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara siklus haid dengan kejadian infertil pada wanita, dan wanita dengan siklus haid tidak

teratur mempunyai peluang 21,143 kali mengalami infertilitas dibandingkan dengan wanita

yang memiliki siklus haid teratur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa siklus haid yang tidak teratur

menandakan pelepasan sel telur atau ovulasi yang tidak baik. Ovulasi terganggu jika ada

gangguan hormonal salah satunya adalah polikistik. Sindroma ovarium polikistik merupakan

suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh gangguan sistem endokrin.6 Kelainan ini banyak

ditemukan pada wanita usia reproduksi. Gejala tersering yang ditimbulkanya antara lain

infertilitas karena siklus yang anovulatoar, oligo sampai amenore, obesitas dan hirsutisme.6,7
Hubungan Infeksi Organ Reproduksi Wanita dengan Kejadian Infertil pada Wanita

Berdasarkan dari penelitian ini hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara infeksi organ reproduksi wanita dengan kejadian infertil pada wanita, dan wanita

dengan infeksi organ reproduksi mempunyai peluang 1,788 kali mengalami infertilitas

dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami infeksi organ reproduksi wanita.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bila terjadi infeksi pada

vagina dan organ reproduksi wanita, biasannya kadar keasaman dalam vagina akan

meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan sperma mati sebelum sempat membuahi sel telur.

Kadar keasaman vagina juga dapat menyebabkan vagina mengerut sehingga perjalanan

sperma di dalam vagina terhambat sehingga, infeksi organ reproduksi dapat merupakan faktor

resiko terhadap kejadian infertil pada wanita. 5,8,9

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diambil kesimpulan bahwa :

1. Tidak ada hubungan antara usia wanita dengan kejadian infertil pada wanita.

2. Ada hubungan antara siklus haid tidak teratur dengan kejadian infertil pada wanita.

3. Ada hubungan antara infeksi organ reproduksi wanita dengan kejadian infertil pada

wanita.

4. Siklus haid tidak teratur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian

infertil pada wanita dan memiliki nilai OR = 21,143 artinya wanita dengan siklus haid

tidak teratur mempunyai peluang 21,143 kali mengalami infertilitas dibandingkan

dengan wanita yang memiliki siklus haid teratur.


UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Direktur Klinik Insan Medika Semarang

yang telah mengijinkan melakukan penelitian dan ikut membantu dalam pelaksanaannya

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2008

2. Thonneau, P. et al. "Risk factors for female and male infertility: results of a case-

control study." Human Reproduction 7.1: 55-58. 1992

3. Manuaba, I.A.C. "Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita ed 2. EGC. 2012.

4. Hekler. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. 2001.

5. ICBS. Stress and Infertility. Hospitalremedias. 2000

6. Speroff L FM. Female infertility. In Clinical Gynecologic Endocrinolology and

Infertility.7th ed. Philadelphialippincott William & Wilkin 2005 1014-67

7. Talazis. Consensus on infertility treatmen related to PCOS. The Thessaloniki

ESRE/ASRM-Sponsored PCOS Consensus Workshop Group. Fertil Steril 2008; 89 :

506-20

8. Bagian Obstetri & Genekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Genekologi. Bandung: Elstar Offset. 1981

9. S Matthew Kaufman, Jeane Simonnons Holmes, et all. First Aid For The Obstetrics &

Gynecology Clerkship Thrid Edition. NewYork : Mc Graw Hill. 2010

Anda mungkin juga menyukai