Anda di halaman 1dari 12

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Histopatologi serviks

Kanker Serviks

Paritas <3

Paritas 3

Non Kanker Serviks

Paritas <3

Paritas 3

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional


3.2.1. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita
kanker serviks dengan bayi hidup atau mati.
a. Cara Ukur : dengan menganalisis data rekam medis yang menunjukkan paritas
pasien yang didiagnosis kanker serviks.
b. Alat Ukur : data rekam medis

c. Hasil Ukur : dalam hal ini, paritas dibagi 2, yaitu :


1. <3 kali
2. 3 kali
d. Skala Pengukuran : nominal

3.2.2. Kanker Serviks


Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dalam hal ini
berdasarkan hasil diagnosis dokter yang tertulis di rekam medis.
a. Cara Ukur : Menganalisis data rekam medis sediaan histopatologi serviks.
b. Alat Ukur : data rekam medis
c. Hasil Ukur : kanker serviks dan non kanker serviks
d. Skala Pengukuran : Nominal
3.3. Hipotesis
Dengan mempertimbangkan landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks.

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian

ini

merupakan

studi

analitik

observasional

dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yang menilai hubungan antara faktor


risiko dengan keajadian penyakit.

4.2. Waktu & Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan data sekunder selama satu
tahun mulai dari bulan Januari 2011 sampai dengan Desember 2011.
Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD. dr. Pirngadi Medan, pemilihan
lokasi tersebut karena RSUD. dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit
pendidikan, rumah sakit rujukan tipe B, dan memiliki data rekam medis yang
baik.

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis
kanker dan bukan kanker serviks berdasarkan rekam medis sediaan histopatologi
serviks di RSUD dr. Pirngadi Medan mulai dari bulan Januari 2011 sampai
dengan Desember 2011.

4.3.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling, dimana seluruh
populasi digunakan sebagai sampel penelitian yang telah memenuhi criteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
Semua pasien yang melakukan pemeriksaan histopatologi serviks di
RSUD. dr Pirngadi pada tahun 2011.

b. Kriteria Eksklusi
Rekam medis yang rusak, tidak terbaca, dan tidak ditemukan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data rekam medis bagian Patologi Anatomi dan data rekam medis pada
bagian Ginekologi di RSUD. dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2011 sampai
Desember 2011.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data


Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan kemudian
diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS)
for Windows. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan
kejadian kanker serviks digunakan uji x2 (chi square). Uji dinyatakan bermakna
bila p<0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu juga dilakukan perhitungan
rasio prevalens (RP) untuk melihat apakah paritas merupakan faktor risiko
terjadinya kanker serviks.

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan
yang berlokasi di jalan Prof. HM. Yamin, SH, jalan Perintis Kemerdekaan, dan
jalan Thamrin Medan. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi merupakan rumah sakit
milik Pemerintah Kota Medan dengan kualifikasi kelas B pendidikan berdasarkan
akreditasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.00.06.3.5.738
tanggal 9 Februari 2007. Penelitian ini dilakukan di bagian Patologi Anatomi dan
bagian rekam medis Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel


Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien yang didiagnosis kanker dan
bukan kanker serviks berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi serviks. Jumlah
data yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah sebanyak 111 orang.
a. Umur
Berdasarkan umur, hasil penelitian ini memperoleh sampel terbanyak pada
kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 39 orang (35,1 %) dan terendah pada
kelompok umur 20 tahun sebanyak 1 orang. Hal ini dapat dilihat pada table 5.1.
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Kelompok Umur

Frekuensi

Persentase (%)

20

0,9

2130

6,3

3140

19

17,1

4150

39

35,1

5160

31

27,9

6 1

14

12,6

Total

111

100,0

Berdasarkan umur, hasil penelitian ini memperoleh sampel yang


didiagnosis kanker serviks terbanyak pada kelompok umur 51-60 tahun sebanyak
21 orang (36,8 %), sedangkan pada kelompok umur
20 tahun tidak ditemukan
kasus kanker serviks.
Tabel 5.2. Distribusi Umur Sampel dengan Kanker Serviks
Kelompok Umur

Frekuensi

Persentase (%)

20

2130

3,5

3140

14

4150

18

31,6

5160

21

36,8

6 1

14

Total

57

100,0

b. Diagnosis Kanker Serviks


Berdasarkan karakteristik diagnosis histopatologi serviks, hasil penelitian
ini memperoleh sampel dengan diagnosis kanker serviks sebanyak 57 orang (51,4
%) dan bukan kanker serviks sebanyak 54 orang (48,6 %). Hal ini dapat dilihat
pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Diagnosis Kanker Serviks
Diagnosis

Frekuensi

Persentase (%)

Non Kanker Serviks

54

48,6

Kanker Serviks

57

51,4

Total

111

100

c. Paritas
Berdasarkan jumlah paritas, hasil penelitian ini memperoleh sampel
terbanyak memiliki jumlah paritas 3 yaitu 69 orang (62,2 %). Hal ini dapat
dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Paritas


Jumlah Paritas

Frekuensi

Persentase (%)

<3

42

37,8

69

62,2

Total

111

100,0

5.1.3. Hasil Analisis Data


a. Gambaran Distribusi Paritas Sampel dengan Kanker Serviks
Tabel 5.5. Distribusi Paritas Sampel dengan Kanker Serviks
Paritas

Frekuensi

Persentase (%)

10.5

3.5

8.8

14.0

16

28.1

10.5

10.5

3.5

7.0

1.8

11

1.8

Total

57

100.0

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa kasus kanker serviks proporsi terbesar
terjadi pada wanita yang memiliki paritas 4 kali sebanyak 16 orang (28,1 %),
sedangkan proporsi terendah terjadi pada wanita yang memiliki paritas 9 dan 11
kali sebanyak 1 orang (1,8 %).

b. Hubungan antara Paritas dengan Kanker Serviks


Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
jumlah paritas dengan kejadian kanker serviks. Data hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Hubungan Paritas dengan Kanker Serviks


Paritas

Kanker

Total

Kanker

Non Kanker

Serviks

Serviks

RP

CI
95 %

44

77,2

25

46,3

69

100

<3

13

22,8

29

53,7

42

100

Total

57

100

54

100

0,001

2,060 1,2683,348

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa 77,2 % wanita yang didiagnosis kanker
serviks memiliki jumlah paritas3 kali, sedangkan wanita yang didiagnosis non
kanker serviks paling sering memiliki jumlah paritas <3 kali sebanyak 53,7 %.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi Square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 (=5%), diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,001 (p<0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah paritas dengan kejadian
kanker serviks. Nilai RP=2,060 (95%: CI 1,268-3,348), berarti bahwa jumlah
paritas merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks, yakni wanita yang
memiliki paritas 3 kali mempunyai risiko menderita kanker serviks 2,060 lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki paritas <3 kali.

5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan proporsi terbesar penderita kanker serviks
adalah kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 21 orang (36,8 %). Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Melva (2008) yang menemukan bahwa penderita kanker
serviks terbanyak berada pada kelompok umur40 tahun sebesar 76,7 %. Pada
kelompok umur 20 tahun tidak ditemukan kasus kanker serviks, hal ini mungkin
disebabkan karena rendahnya jumlah paritas wanita dengan umur20 tahun dan
masih rendahnya faktor risiko lain, seperti belum pernah melakukan hubungan
seksual.
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi terbesar penderita kanker serviks
adalah wanita yang memiliki paritas 3 kali sebanyak 44 orang (77,2 %),
khususnya pada wanita dengan jumlah paritas 4 kali sebanyak 16 orang (28,1 %).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasution (2010) yang menemukan bahwa 58,5
% penderita kanker serviks merupakan multipara. Irianti (2003) menemukan
bahwa penderita kanker serviks mayoritas memiliki paritas >3 kali sebanyak 82,1
%, sedangkan menurut penelitian Aida (2010) jumlah paritas paling sering adalah
6 kali (58,7 %).
Paritas sebanyak 9 dan 11 kali hanya ditemukan kasus kanker serviks
sebanyak 1 orang, hasil ini tidak mendukung teori yang menyebutkan bahwa
semakin banyak jumlah paritas semakin besar risiko terjadinya kanker serviks.
Hal tersebut mungkin terjadi karena perubahan kebiasaan wanita zaman sekarang
yang hanya memiliki anak sebanyak 3-4 orang, sehingga hasil tersebut tidak dapat
dijadikan acuan bahwa jumlah anak 9 dan 11 orang bukan risiko terjadinya kanker
serviks.
Dari hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) yang
berarti terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah paritas dengan kejadian
kanker serviks. Nilai RP=2,060 (95%: CI 1,268-3,348) berarti wanita yang
memiliki paritas 3 kali mempunyai risiko menderita kanker serviks 2,060 lebih
besar dibandingkan dengan wanita yang memiliki paritas <3 kali pada tingkat
kepercayaan 95 %. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Surbakti E (2004) yang
menemukan bahwa wanita dengan jumlah paritas3 memiliki risiko 4,375 kali

lebih besar menderita kanker serviks. Menurut hasil penelitian IARC (2002), pada
wanita nulipara (paritas 1-2) memiliki risiko menderita kanker serviks 1,8 kali,
sedangkan wanita dengan paritas 3-6 memiliki risiko 2,6-2,8, dan risiko 3,8 kali
pada wanita dengan paritas 7.
Menurut hasil penelitian Melva (2008), paritas <3 merupakan faktor
protektif terhadap kejadian kanker serviks pada wanita, sedangkan menurut Hoyo,
et al. (2007), paritas >5 merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks.
Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling banyak dijumpai pada
wanita yang sering melahirkan. Hal ini diduga akibat perubahan hormonal yang
terjadi selama masa kehamilan dan trauma servikal yang terjadi saat melahirkan
(ACCP,

2004).

Kehamilan

juga

dihubungkan

dengan

terjadinya

immunosuppression yang memungkinkan terjadinya proses keganasan dan


replikasi

HPV (Hoyo, et al., 2007). Menurut Manuaba (2002), peningkatan

kejadian infeksi semakin besar pada kehamilan dan persalinan


3 kali,
diperkirakan risiko 3-5 kali lebih besar pada wanita yang sering partus untuk
terjadi kanker serviks.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Pirngadi Medan sejalan dengan beberapa
peneliti-peneliti lainnya, seperti yang telah diuraikan di atas. Pada umumnya
kanker serviks terjadi pada wanita dengan jumlah paritas 3 atau lebih. Dengan
demikian, terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian kanker serviks,
dimana jumlah paritas 3 kali mempertinggi risiko terjadinya kanker serviks.

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ditemukan kejadian kanker serviks lebih banyak pada sampel yang
memiliki jumlah paritas3 kali sebanyak 44

orang (77,2 %). Proporsi

terbesar adalah pada wanita dengan jumlah paritas 4 kali sebesar 28,1 %.
2. Melalui uji Chi Square dan kemaknaan nilai RP, diketahui keeratan
hubungan antara paritas sebagai faktor risiko terjadinya kanker serviks,
yakni wanita yang memiliki paritas3 kali mempunyai risiko menderita
kanker serviks 2,060 lebih besar dibandingkan dengan wanita yang
memiliki paritas <3 kali.

6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalankan, dapat diungkapkan
beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam
penelitian ini.
1. Kebanyakan penderita datang pada stadium lanjut, sehingga diharapkan
bagi petugas kesehatan dan instansi terkait untuk meningkatkan upaya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai deteksi dini kanker serviks
kepada keluarga pasien dan masyarakat umum.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit Umum
dr. Pirngadi agar semua pasien yang menderita kanker serviks ditanya
secara lengkap dan juga mencantumkan hasil diagnosis pada rekam medis
dengan lengkap.
3. Kepada

pemerintah

diharapkan

agar

dapat

meningkatkan

upaya

penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat program Keluarga

Berencana sebagai salah satu cara untuk menurunkan risiko terjadinya


kanker serviks.
4. Kepada wanita disarankan untuk membatasi jumlah kehamilan dan
kelahiran anak dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB),
yaitu cukup melahirkan 2 anak saja, sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya kanker serviks.
5. Banyak faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kanker serviks, oleh
sebab itu perlu dilaksanakan penelitian lain mengenai faktor risiko
terjadinya kanker serviks seperti usia menikah pertama kali, riwayat
berganti pasangan, infeksi kelamin, dll.

Anda mungkin juga menyukai