Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum

Penelitian dilaksanakan di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

pada bulan Juli tahun 2020. Penelitian ini menggunakan teknik analitik

observasional menggunakan data rekam medik dengan metode Retrospective

Study sebanyak 30 sampel yang merupakan pasien yang memiliki Kanker

Payudara RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung pada tahun 2020 yang

telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.1.2 Analisis Univariat

Analisa dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian, baik variabel dependen

maupun variabel independen. Hasil dari setiap variabel ini ditampilkan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi berikut ini.

1. Distribusi Frekuensi Usia

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Usia Pasien Kanker Payudara di RSUD dr. H. Abdul
Moeloek

Usia Frekuensi (n) Persentase (%)


Dewasa (26-45 tahun) 11 36.7
Lansia (46-65 tahun) 16 53.3
Manula (>65 tahun) 3 10.0
Total 30 100.0

Tabel 3 di atas menunjukan distribusi sampel berdasarkan usia. Dari 30

sampel didapatkan sampel yang masuk kategori usia dewasa sebanyak 11 orang
(36,7%), kategori lansia sebanyak 16 orang (53,3%), dan masuk kategori manula

sebanyak 3 orang (10%).

2. Distribusi Frekuensi Derajat Diferensiasi Kanker Payudara

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Derajat Diferensiasi Kanker Payudara


di Sampel di RSUD dr. H. Abdul Moeloek

Derajat diferensiasi Kanker


Frekuensi (n) Persentase (%)
Payudara
Derajat diferensiasi I 8 26.7
Derajat diferensiasi II 18 60.0
Derajat diferensiasi III 4 13.3
Total 30 100.0

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 30 sampel yang diteliti, terlihat

bahwa sampel yang memiliki Kanker Payudara dengan Derajat Diferensiasi I

sebanyak 8 orang (26,7%), Derajat Diferensiasi II sebanyak 18 orang (60%), dan

Derajat Diferensiasi III sebanyak 4 orang (13,3%).

4.1.3 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara usia dengan derajat

diferensiasi kanker payudara. Uji statistik yang dilakukan pada analisis bivariat

ini adalah Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 95%). Berdasarkan

hasil uji statistik akan diperoleh nilai probabilitas (p-value) < 0,05 (pada CI;95%)

maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna dan

jika probabilitas (p-value)≥ 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak ada hubungan yang bermakna.

Tabel 5 Uji Analisis Chi Square Antara Usia Dengan Derajat diferensiasi
Kanker Payudara

Usia
Total
Derajat diferensiasi Dewasa Lansia Manula P-Value
n % n % n % n %
Derajat diferensiasi I 4 36,4% 3 18,8% 1 33,3% 8 26,7% 0.355
Derajat diferensiasi II 7 63,6% 9 56,3% 2 66,7% 18 60,0%
Derajat diferensiasi III 0 0,0% 4 25,0% 0 0,0% 4 13,3%
Total 11 100,0% 16 100,0% 3 100,0% 30 100,0%

Uji analisis bivariat antara usia dengan derajat diferensiasi kanker payudara pada

sampel di RSUD dr. H. Abdul Moeloek tahun 2020 dapat dilihat pada tabel di atas

dimana dari 30 sampel penelitian yang mengalami kanker payudara didapatkan sampel

yang masuk kategori kelompok usia dewasa, 4 orang mengalami kanker payudara

derajat diferensiasi I dan 7 orang mengalami kanker payudara derajat diferensiasi II.

Sementara itu, dari sampel yang masuk kategori kelompok usia lansia, didapatkan 3

orang mengalami kanker payudara derajat diferensiasi I, 9 orang mengalami kanker

payudara derajat diferensiasi II, dan 4 orang mengalami kanker payudara derajat

diferensiasi III. Selanjutnya, sampel yang masuk kategori kelompok usia manula,

didapatkan 1 orang mengalami kanker payudara derajat diferensiasi I dan 2 orang

mengalami kanker payudara derajat diferensiasi II. Dari analisis Chi-square diperoleh

nilai p = 0,355 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

usia dengan derajat diferensiasi kanker payudara.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Kanker atau tumor ganas yaitu jaringan baru yang timbul dalam tubuh pada lokasi

tertentu yang dipengaruhi berbagai penyebab, sehingga jaringan setempat terjadi

pertumbuhan yang tidak normal, jaringan ini dapat menginvasi dan merusak struktur

disekitarnya dan menyebar ke tempat jauh (metastasis) serta menyebabkan kematian

(Kumar et al., 2015).

Disebut kanker payudara ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh,

kehilangan kendali, dan berkembang dengan cepat di dalam jaringan payudara. Kanker

Payudara (Carcinoma mammae) pada prinsipnya adalah tumor ganas yang berasal dari

kelenjar kulit, saluran kelenjar, dan jaringan di sebelah luar rongga dada. Sel kanker
payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh kita selama bertahun-tahun tanpa kita

ketahui dan tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker (American Cancer Society,

2016).

Kanker payudara sendiri merupakan jenis kanker tersering pada wanita, pada

tahun 2017 diperkirakan sekitar 252.710 kasus baru kanker payudara invasif dan sekitar

63.410 kasus kanker payudara non invasif yang akan didiagnosis pada wanita. Sekitar

40.610 orang wanita diperkirakan meninggal akibat kanker payudara pada tahun 2017

(American Cancer Society, 2017). Kanker payudara merupakan penyebab kematian

terbanyak, lebih dari 2,1 juta wanita menderita kanker payudara. Pada tahun 2018,

diperkirakan 627.000 wanita meninggal akibat kanker payudara atau sekitar 15% dari

semua kematian akibat kanker di kalangan wanita (WHO, 2018).

Pada penelitian ini didapatkan hasil uji Chi–square menunjukkan hasil tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan derajat diferensiasi kanker

payudara (p-value=0.355>0.05). Berdasarkan data – data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan perhitungan statistik, maka hasil penelitian tersebut dapat dibahas

sebagai berikut.

Berdasarkan usia, dari 30 sampel penelitian didapatkan sampel yang masuk

kategori usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 11 orang dengan persentase 36,7%.

Sedangkan sampel yang kategori lansia (46-65 tahun) sebanyak 16 orang dengan

persentase 53,3%. Selanjutnya, sampel yang masuk kategori manula (>65 tahun)

sebanyak 3 orang dengan persentase 10%. Berdasarkan kriteria Depkes RI (2009),

sampel paling banyak masuk dalam kategori usia lansia (46-65 tahun).

Sementara itu, berdasarkan derajat diferensiasi kanker payudara, dari 30 sampel

penelitian didapatkan sebanyak 8 sampel yang mengalami kanker payudara derajat


diferensiasi I dengan persentase 26,7%. Sedangkan sebanyak 18 sampel penelitian

mengalami kanker payudara derajat diferensiasi II dengan persentase 60%. Sementara

itu, 4 sampel mengalami kanker payudara derajat diferensiasi III. Dapat disimpulkan

sampel paling banyak masuk dalam kategori kanker payudara derajat diferensiasi II.

Berdasarkan penjabaran di atas, hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sari,

dkk. pada tahun 2018 yang menyatakan bahwasannya faktor risiko yang tidak memiliki

pengaruh terhadap kanker payudara adalah usia, riwayat kanker payudara pada anggota

keluarga, usia menarche, penggunaan pil KB, usia melahirkan anak pertama, dan

aktifitas fisik. Analisis yang dilakukan antara variabel penelitian menunjukan beberapa

variabel yang diteliti ada yang secara mandiri menunjukan pengaruh yang bermakna

terhadap ekspresi reseptor estrogen namun ada juga menunjukkan variabel yang tidak

berpengaruh terhadap ekspresi reseptor estrogen. Variabel yang secara mandiri (analisis

bivariat) tidak memiliki kemaknaan perbedaan terhadap ekspresi reseptor estrogen

adalah usia dengan p=0,1; riwayat kanker payudara (KPD) pada keluarga dengan

p=0,16; usia menarche dengan p=0,17; penggunaan pil KB dengan p=0,1; dan aktifitas

fisik dengan p sebesar 0,2 (Sari, dkk. 2018).

Sementara itu, National breast and ovarian cancer yang menyatakan

bahwasannya wanita yang memiliki usia kurang dari 40 tahun berisiko rendah untuk

terkena kanker payudara yaitu 1 per 200 penduduk dan risiko ini akan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan seiring dengan bertambahnya usia (≥ 40 tahun)

yaitu 1 per 10 penduduk. Hal ini menjadikan kanker payudara sebagai salah satu jenis

kanker yang paling banyak ditemui pada wanita usia paruh baya (Sihombing, 2014).

Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara.

Meskipun kanker payudara dapat terjadi pada wanita muda, secara umum kanker
payudara merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada usia tua. Seorang wanita

berusia 30-an risikonya kira-kira 1 dari 250, sedangkan untuk wanita pada usia 70-

annya, adalah sekitar 1 dari 30. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis

adalah setelah menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi setelah

50 tahun (National Breast and Ovarian Cancer Centre, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Gumayesty (2016) juga bertentangan

dengan hasil penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat hubungan

antara usia (p=0,002 ; OR=2,83), riwayat keluarga (p=0,009 ; OR=2,55), usia menarche

(p=0,028 ; OR=2,12), dan penggunaan kontrasepsi hormonal dalam waktu lama

(p=0,008 ; OR= 2,65) dengan kejadian kanker payudara (Sari dan Gumayesty, 2016).

Hasil penelitian ini pun bertentangan dengan penelitian Ali Akbar dalam

publikasinya yang menyatakan bahwasannya pasien kanker payudara wanita yang

berusia < 40 tahun relatif lebih rendah dibandingkan dengan wanita berusia ≥ 40 tahun

(Firasi, 2016). Kanker Payudara jarang ditemukan pada wanita muda, jika pun ada

dikaitkan dengan prognosis yang kurang baik.

Menurut Firasi 2016, pada wanita yang berumur di atas 40 tahun terutama yang

masih mengalami masa reproduksi, setiap bulan akan mengalami menstruasi, namun

tidak mengalami ovulasi, sehingga hormon progesteron yang dihasilkan tidak cukup

menangkal hormon estrogen yang merupakan pemicu terjadinya kanker payudara

(Firasi, 2016). Ditinjau dari subtipe histologi dan stadium, angka harapan hidup

(survival rate) kanker payudara pada wanita berusia < 40 tahun relatif rendah

dibandingkan dengan wanita berusia ≥ 40 tahun (Firasi, 2016).

Akan tetapi, banyak faktor yang dapat berhubungan dengan terjadinya kanker

payudara diantaranya adalah riwayat keluarga dan genetik (American Cancer Society,
2015), terapi hormonal (Sakura, 2018), riwayat sistem reproduksi (menarche yang

terlalu cepat dan menopause yang terlambat) (Ponniah, 2010), riwayat menyusui

(Anggorowati, 2013), paparan radiasi (Desen, 2011), pola makan meliputi diet dan gizi

(Desen, 2011; American Cancer Society, 2015; Anggorowati, 2013), kontrasepsi

(American Cancer Society, 2015), dan riwayat kehamilan (Rasjidi, 2009). Peningkatan

faktor risiko tersebut berkaitan dengan waktu lamanya terpapar hormon reproduksi.

Seperti dijelaskan pada paragraf sebelumnya, riwayat keluarga dan genetik

menjadi faktor resiko bagi terjadinya kanker payudara. Wanita dengan riwayat keluarga

yang mengidap kanker payudara, terutama pada hubungan kekerabatan yang dekat (ibu,

saudara perempuan, anak perempuan, ayah, saudara laki-laki, atau anak laki-laki) maka

2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang

tanpa riwayat keluarga (American Cancer Society, 2015). Hal ini sejalan oleh penelitian

yang dilakukan oleh Isnaini dan Elpiana (2017) yang menyatakan bahwasannya dari

penelitian yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun

2015 didapatkan dan ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian kanker payudara

(p-value : 0,000 : OR 2,961).

Selanjutnya, faktor resiko yang paling banyak diteliti dalam kanker payudara

adalah penggunaan hormon eksogen dalam bentuk kontrasepsi oral (Oral

Contraceptions atau OCs) dan terapi penggantian hormon (Hormone Replacement

Therapy atau HRT). Dari hasil penelitian didapatkan sedikit peningkatan risiko pada

pengguna kontrasepsi oral saat ini. Risiko meningkat 1,24 kali untuk penggunaan 10

tahun. Data epidemiologi yang konsisten mendukung peningkatan risiko kejadian

kanker payudara dan kematian dengan penggunaan HRT pascamenopause. Risiko

meningkat 1,35 kali selama 5 tahun atau lebih pada penggunaan HRT. Namun, 5 tahun
setelah penghentian, risiko ini akan kembali normal. Hasil penelitian WHI (Women’s

Health Initiative), terapi estrogen dan kombinasi HRT yang digunakan untuk

pencegahan penyakit kronis menunjukkan bahwa terdapat hasil yang buruk terkait pada

penggunaan jangka panjang daripada manfaat pencegahan penyakit potensial, terutama

untuk wanita yang lebih tua dari 65 tahun (Sakura, 2018).

Faktor berikutnya yang berperan adalah riwayat reproduksi. Wanita yang

memiliki siklus haid lebih karena mereka mulai menstruasi/menarche pada usia dini

(sebelum usia 12) dan/atau melalui menopause pada usia lanjut (setelah umur 55)

mempunyai resiko sedikit lebih tinggi mendapat kanker payudara. Hal ini mungkin

terkait dengan eksposur seumur hidup yang lebih tinggi kepada hormon estrogen dan

progesteron yang diperkuat oleh penelitian yang dilakukan di RSUD dr. H. Abdoel

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 didapatkan ada hubungan antara usia menarche

dengan kejadian kanker payudara (p-value : 0,000 : OR 3,110) (American Cancer

Society, 2015; Isnaini dan Elpiana, 2017).

Usia mendapat anak pertama mempunyai hubungan yang bermakna dengan

insiden kanker payudara. Wanita Nulliparous memiliki risiko yang sama dengan yang

ada pada wanita yang melahirkan pertama ketika mereka berusia 30 tahun, dengan

kelahiran pertama kelahiran yang kemudian menimbulkan risiko yang lebih tinggi

(khususnya dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan) dan perempuan melahirkan ketika

mereka masih muda memiliki risiko rendah. Seorang wanita yang melahirkan pertama

ketika ia berusia 20 tahun risikonya sekitar 30% relatif lebih rendah dibandingkan

wanita yang anak pertama lahir ketika ia berusia 30 tahun (Ponniah, 2010). Ini

diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang
diinduksi oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi

yang bersifat karsinogenik (Rasjidi, 2009).

Faktor selanjutnya adalah riwayat menyusui. Wanita yang menyusui akan

memproduksi hormon prolaktin yang mana hormon ini dapat menekan paparan hormon

estrogen dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu lama yang merupakan pemicu

terjadinya kanker payudara (Anggorowati, 2013).

Berikutnya adalah riwayat paparan radiasi. Kelenjar payudara relatif peka

terhadap radiasi pengion sehingga paparan secara berlebihan menyebabkan peluang

terjadinya kanker lebih tinggi (Desen, 2011).

Faktor lainnya adalah pola makan. Berbagi studi kasus menunjukan diet tinggi

lemak dan kalori berkaitan langsung dengan timbulnya kanker payudara. Risiko kanker

payudara berhubungan dengan kelebihan berat badan disebabkan kadar estrogen yang

tinggi karena jaringan lemak sebagian besar berasal dari estrogen pada wanita pasca

menopause. Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa wanita yang melakukan

aktivitas fisik secara rutin memiliki 10-25% berisiko lebih rendah mengidap kanker

payudara dibandingkan dengan wanita yang tidak aktif, dengan bukti yang lebih kuat

pada wanita pasca menopause daripada pra menopause (Desen, 2011; American Cancer

Society, 2015; Anggorowati, 2013).

Menurut asumsi peneliti, usia memang merupakan faktor yang berperan dalam

terjadinya kanker payudara. Namun, masih banyak faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi sifat dan perkembangan dari kanker payudara yang akhirnya dapat

mempengaruhi prognosis dan terapinya. Usia bukanlah faktor tunggal yang dapat

berdiri sendiri sehingga dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, akan tetapi

secara simultan dengan faktor-faktor lainnya seperti riwayat keluarga dan genetik, terapi
hormonal, riwayat sistem reproduksi, riwayat menyusui, paparan radiasi, pola makan

meliputi diet dan gizi, kontrasepsi, dan riwayat kehamilan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Dari 30 sampel didapatkan sampel yang masuk kategori usia dewasa (26-45

tahun) sebanyak 11 orang (36,7%), kategori lansia (46-65 tahun) sebanyak 16

orang (53,3%), dan masuk kategori manula (>65 tahun) sebanyak 3 orang (10%).

2. Dari 30 sampel yang diteliti, terlihat bahwa sampel yang memiliki Kanker

Payudara dengan Derajat Diferensiasi I sebanyak 8 orang (26,7%), Derajat

Diferensiasi II sebanyak 18 orang (60%), dan Derajat Diferensiasi III sebanyak 4

orang (13,3%).

3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan derajat diferensiasi

pada penderita kanker payudara di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung.

5.2 Saran

5.2.1 Peneliti dan Universitas

Bagi peneliti dan universitas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

referensi tambahan dan sumber literatur bagi perpustakaan Universitas Malahayati

5.2.2 Tempat Penelitian

Memberikan masukan bagi RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung yang

merupakan tempat pengambilan data sampel agar dapat melengkapi data pasien baik itu

data primer maupun data sekunder.


5.2.3 Masyarakat

Dengan diketahuinya faktor risiko terjadinya kanker payudara, masyarakat

khususnya wanita dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri dalam mendeteksi

kanker payudara sejak dini, mencari informasi tentang kanker payudara serta menjaga

pola hidup sehat dan menghindari faktor pencetus yang dapat diubah dari kanker

payudara. Selain itu, perempuan perlu melakukan konseling kesehatan reproduksi dan

mengkonsultasikan usia pernikahan yang sesuai dengan tenaga kesehatan.

5.2.4 Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan

menggunakan sampel yang lebih banyak. Hal ini bisa dilakukan dengan memperpanjang

durasi cakupan penelitian ataupun meningkatkan cakupan wilayah penelitian. Variabel-

variabel lainnya juga dapat diteliti oleh penelitian selanjutnya, seperti pengaruh

hormonal, pengaruh radiasi, dan variabel-variabel lainnya.

Anda mungkin juga menyukai