ABSTRAK
Kanker payudara menjadi penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia dengan
prevalensi dan mortalitas yang terus meningkat. Data GLOBACAN, International Agency for Research
on Cancer (IARC) mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 presentasi kasus baru kanker payudara
merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 43,1 % dan menyebabkan kematian sebesar 12, 9 % (WHO,
2017). Penatalaksanaan kanker payudara dengan kemoterapi memberikan dampak utama yaitu mual
muntah dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Studi telah menunjukkan bahwa meskipun
mendapatkan profilaksis antiemetik, frekuensi pengalaman mual muntah akut dan lambat lebih dari
50%. Studi lain menunjukkan bahwa 22-50% pasien mengalami mual dan muntah akibat kemoterapi
(Genc, Can, & Aydiner, 2013). Tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan faktor resiko terjadinya mual
muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Metode
yang digunakan yaitu penelitian deskriptif dengan metode case control. Teknik pengambilan sampel
menggunakan cara non probability sampling jenis consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi
dan ekslusi sampai mencukupi jumlah sampel yang tersedia. Hasil penelitian yaitu karakteristik
demografik dari responden: rata-rata berusia 46 tahun, berpendidikan sarjana (28,3%); sebagian besar
adalah ibu rumah tangga (61,7%); dan pada umumnya sudah menikah (86,7%). Secara klinis,
responden mengalami mual muntah lambat dan paling banyak terjadi pada wanita yang tidak
menggunakan KB (51,7%); hampir sebagian besar terdiagnosa stadium kanker IIIB (45%); dan
sebagian besar mendapatkan kemoterapi neoadjuvant (51,7%) dengan emetogenisitas tinggi (38,3%);
dan sebagian besar mengalami status gizi kurang/malnutrisi (60%). Hasil analisis data menunjukkan
status klinis yang memiliki pengaruh signifikan terhadap terjadinya mual muntah lambat adalah riwayat
penggunaan alat kontrasepsi (p=0,037) dan tingkat emetogenisitas obat kemoterapi (p=0,045).
Kesimpulan: Perawat dan tim tenaga kesehatan lain sebaiknya melakukan intervensi keperawatan dan
terapi alternative komplimenter kepada pasien yang mendapat kemoterapi dengan tingkat
emetogenisitas tinggi dan memiliki riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
388
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
paclitaxel, docetaxel, fluouracil, dan kanker payudara yang menjalani kemoterapi di
methotrexate (Peoples et al., 2016). RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Mual muntah akibat kemoterapi atau Sampel penelitian sebanyak 60 orang.
Chemotherapy-induced nausea and vomiting Pengambilan sampel menggunakan cara non
(CINV) dikategorikan dalam tiga jenis probability sampling jenis consecutive
berdasarkan waktu terjadinya sehubungan sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
dengan pemberian kemoterapi yaitu penderita kanker payudara yang menjalani
antisipatori, akut dan lambat (delayed) (Aapro, kemoterapi dan pernah mengalami mual
Jordan, & Feyer, 2015; Hesketh, 2008). muntah akibat kemoterapi dan memenuhi
Mual dan muntah akibat kemoterapi (CINV) kriteria inklusi..
merupakan salah satu efek samping dari a. Kriteria Inklusi
pengobatan kemoterapi pada pasien kanker 1) Perempuan yang berusia ≥ 18 Tahun
payudara. Lebih dari setengah dari wanita yang 2) Pasien kanker payudara yang
menjalani kemoterapi telah dilaporkan menjalani kemoterapi
mengalami mual muntah post kemoterapi 3) Riwayat mengalami mual dan muntah
meskipun telah menggunakan obat antiemetik b. Kriteria eksklusi
(Peoples et al., 2016). Kemoterapi, selain 1) Riwayat konsumsi alkohol
mengakibatkan peningkatan mual, muntah, 2) Riwayat merokok
juga menyebabkan diare, hilangnya nafsu 3) Terdapat luka robek atau lecet pada
makan serta mengurangi status kesehatan di lokasi titik pericardium 6
antara penderita kanker payudara (Chean, 4) Belum pernah kemoterapi
Zang, Lim, & Zulkefle, 2016). 5) Penderita kanker saluran pencernaan,
Gejala mual muntah merupakan salah satu hati & pankreas
efek samping yang berat akibat pemberian obat
kemoterapi. Hal ini bisa menjadi potensi Pengumpulan Data
terjadinya stress pada pasien yang terkadang Pengambilan data dengan kuesioner Rhodes
membuat pasien memilih untuk menghentikan dilakukan setelah responden bersedia menjadi
siklus terapi dan berpotensi untuk sampel dalam penelitian setelah
mempengaruhi harapan hidup di masa depan. menandatangani lembar persetujuan (informed
Disamping itu, jika efek samping ini tidak consent). Proses informed consent ini akan
ditangani dengan baik, maka mual muntah melindungi partisipan dan peneliti dari
dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi, eksploitatif (Rachmawaty, 2017). Peneliti
ketidakseimbangan elektrolit, dan resiko melakukan wawancara kepada responden
aspirasi pneumonia (Hesketh, 2008) untuk mengisi kuesioner Rhodes.
Studi telah menunjukkan bahwa meskipun
mendapatkan profilaksis antiemetik, frekuensi Analisis Data
pengalaman mual muntah akut dan lambat 1. Analisis univaraiat
lebih dari 50%. Studi lain menunjukkan bahwa Data karakteristik responden dengan data
22-50% pasien mengalami mual dan muntah numeric disajikan dalam bentuk nil ai mean,
akibat kemoterapi (Genc et al., 2013). Selain standar deviasi. Data kategorik
itu, mual muntah akibat kemoterapi juga menggunakan ferekuensi dan persentasi
diperparah dengan beberapa faktor resiko yang 2. Analisis Bivariat
berhubungan dengan usia, jenis obat Analisis menggunakan uji Chi-Square,
kemoterapi berdasarkan tingkat Pearson Chi-Square dan Mann Whitney
emetogenisitasnya, siklus kemoterapi, dan
status gizi pasien kemoterapi (Vergara, HASIL PENELITIAN
Montoya, Luna, Amparo, & Cristal-Luna, 2013). Data demografi responden disajikan pada
Dari paparan di atas peneliti ingin Tabel 1. Dari tabel dapat dilihat usia, tingkat
menggambarkan faktor resiko terjadinya mual pendidikan, pekerjaan, dan riwayat pernikahan
muntah lambat akibat kemoterapi pada pasien responden. Mayoritas responden berusia rata-
kanker payudara di RSUP Dr. Wahidin rata 46 tahun (SD=9,04) dengan tingkat
Sudirohusodo, Makassar. pendidikan terbanyak yaitu SMA dan perguruan
tinggi yang masing-masing berjumlah 17 orang
BAHAN DAN METODE (28,3%). Responden yang menjadi sampel
Lokasi, populasi, dan sampel penelitian mayoritas telah menikah (86,7%) dan
Penelitian ini menggunakan pendekatan desain bekerja sebagai ibu rumah tangga (61,7%).
case control . Penelitian ini dilakukan di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sejak
bulan Juli sampai Agustus 2017. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
389
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
Tabel 1. Karakteristik Demografik Responden responden. Mual muntah lambat paling banyak
terjadi pada wanita yang tidak menggunakan
Karakteristik n (%) KB sebanyak 31 orang (51,7%), tetapi skor
Usia (mean ± SD); tahun 46,18 ± 9,04 mual muntah yang ringan dan sedang lebih
Tingkat Pendidikan banyak terjadi pada wanita yang menggunakan
Tidak sekolah 2 (3,3%)
SD 16 (26,7%)
KB masing-masing sebanyak 12 orang
SMP 8 (13,3%) (41,4%). Stadium kanker yang paling banyak
SMA 17 (28,3%) yaitu stadium IIIB sebanyak 27 orang (45%)
Perguruan Tinggi 17 (28,3%) dan menyebabkan skor mual muntah ringan
Pekerjaan sebanyak 11 orang (40,7%). Respoden
PNS 8 (13,3%) penelitian lebih banyak status kemoterapi
Wiraswasta 12 (20%) neoadjuvant 31 orang (51,7%). Adapun
IRT 37 (61,7%) emetogenisitas obat kemoterapi lebih banyak
Tidak Bekerja 3 (5%) yang menggunakan emetogenisitas tinggi
Riwayat Pernikahan
sebanyak 23 orang (38,3%) dan mayoritas
Menikah 52 (86,7%)
Belum Menikah 8 (13,3%)
pasien mengalami status gizi kurang/malnutisi
(60%). Semua data status klinis pada Tabel 2
Tabel 2 menunjukkan analisis riwayat klinis menunjukkan bahwa yang memiliki pengaruh
responden yang menjalani kemoterapi pada yang signifikan yaitu riwayat pemakaian KB
pasien kanker paydara. Total sampel 60 (p=0,037) dan tingkat emetogenisitas obat
kemoterapi (p=0,045)
390
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
Penelitian ini menggambarkan bahwa kombinasi obat kemoterapi menimbulkan
sebagian besar responden mendapatkan derajat emetogenik yang lebih tinggi daripada
kemoterapi dengan potensi emetik tinggi dan dosis tunggal.
menyebabkan mual muntah ringan hingga
sangat berat. Hampir semua pasien akan KESIMPULAN
mengalami mual muntah sekitar 1-2 jam Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa
setelah pemberian kemoterapi dengan potensi rata-rata umur pasien yaitu 46 tahun. Tingkat
emetik tinggi. Biasanya muntah mereda setelah pendidikan responden terbanyak SMA dan
18-24 jam dan akan mencapai puncak Perguruan Tinggi. Lebih dari setengah pasien
kekambuhan kedua setelah 48-72 jam (Grove, kanker payudara merupakan ibu rumah tangga
Burns, & Jennifer, 2013; Grunberg, 2004; dan sudah menikah. Pada penelitian ini faktor
Jenelsins et al., 2014). Hal ini sejalan dengan yang mempengaruhi kejadian mual muntah
penelitian Suh (2012) yang menemukan 92% lambat pada kanker payudara berhubungan
dan 51% responden masing-masing dengan emetogenesitas obat kemoterapi dan
melaporkan mual dan muntah akut; 60% riwayat penggunaan KB.
melaporkan muntah lambat dan 96% mual
lambat (hari ke-2 sampai 5). Hal ini karena SARAN
regimen kemoterapi yang didapatkan Perawat dan tim tenaga kesehatan lain
responden merupakan kemoterapi kombinasi sebaiknya melakukan intervensi keperawatan
yang dapat menyebabkan emetogenik dan terapi alternative komplimenter kepada
kemoterapi juga meningkat dibandingkan pasien yang mendapat kemoterapi dengan
dengan kombinasi tunggal. Ignatavicius & tingkat emetogenisitas tinggi dan memiliki
Workman (2006) menjelaskan bahwa riwayat penggunaan alat kontrasepsi.
kemoterapi kombinasi lebih efektif daripada
agen sitotoksik tunggal, tetapi beberapa
DAFTAR PUSTAKA
Aapro, M., Jordan, K., & Feyer, P. (2015). Pathophysiology of Chemotherapy induced Nausea and Vomiting.
Springer Healthcare. London: Springer Healthcare. Retrieved from www.springerhealthcare.com
Chean, D. C., Zang, W. K., Lim, M., & Zulkefle, N. (2016). Health Related Quality of Life ( HRQoL ) among Breast
Cancer Patients Receiving Chemotherapy in Hospital Melaka : Single Centre Experience. Asian Pacific
Journal of Cancer Prevention, 17, 5121–5126. https://doi.org/10.22034/APJCP.2016.17.12.5121
Genc, A., Can, G., & Aydiner, A. (2013). The efficiency of the acupressure in prevention of the chemotherapy-
induced nausea and vomiting. Supportive Care Cancer, 253–261. https://doi.org/doi.org/10.1007/s00520-
012-1519-3
Grove, S. K., Burns, N., & Jennifer, G. (2013). The practise of nursing research: Appraisal, synthesis, and
generation of evidence (7th ed.). St. Louis Missouri: Elsevier Saunders.
Grunberg, S. M. (2004). Chemotherapy induced nausea vomiting: Prevention, detection and treatment-how are
we doing? Tje Journal of Supportive Oncology, 2(1), 1–12.
Hesketh, P. J. (2008). Chemotherapy-Induced Nausea and Vomiting. The New England Journal of Medicine,
358, 2482–2494. Retrieved from www.nejm.org
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. . (2006). Medical Surgical Nursing; Critical Thinking for Collaborative Care
(5th ed.). Philadelphia: W.B. Sounders Company.
Jenelsins, M. C., Tejani, M., Kamen, C., Peoples, A., Mustian, K., & Morrow, G. R. (2014). Current
pharmacotherapy for chemotherapy induced nausea and vomiting in cancer patiens, 14(6), 757–766.
https://doi.org/https://doi.org/10.1517/14656566.2013.776541
Key, T., Appleby, P., & Barnes, L. (2002). Endogenous sex hormones and breast cancer in post menopausal
women: Reanalysis of nine prospective studies. Journal of the National Cancer Institute, 94, 606–616.
Lumintang, L. M., Susanto, A., Gadri, R., & Djatmiko, A. (2015). Profil Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit
Onkologi Surabaya, 2014. Indonesian Journal of Cancer, 9(2), 105–110. Retrieved from
httpwww.indonesianjournalofcancer.or.ide-journalindex.phpijocarticleview381
Peoples, A. R., Roscoe, J. A., Block, R. C., Heckler, C. E., Ryan, J. L., Mustian, K. M., … Dozier, A. M. (2016).
Nausea and disturbed sleep as predictors of cancer-related fatigue in breast cancer patients: a multicenter
NCORP study. Supportive Care in Cancer. https://doi.org/10.1007/s00520-016-3520-8
391
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531
Pusat-Data-dan-Informasi. (2015). Situasi penyakit kanker. Kementerian Kesehatan RI, 2. Retrieved from
www.pusdatin.kemkes.go.id
Rachmawaty, R. (2017). Ethical issues in action-oriented research in Indonesia. Nursing Ethics, 24(6), 686–693.
https://doi.org/10.1177/0969733016646156
Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Vergara, N., Montoya, J. E., Luna, H. G., Amparo, J. R., & Cristal-Luna, G. (2013). Quality of life and nutritional
status among cancer patients on chemotherapy. Oman Med J, 28(4), 270–274.
https://doi.org/10.5001/omj.2013.75
WHO. (2017). Globocan 2012 : Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Wordwide 2012. Retrieved
April 24, 2017, from http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx
392
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11 Nomor 4 Tahun 2017 ● eISSN : 2302-2531