A. Hasil penelitian
1. Hasil Penelitian
a. Analisis univariat
Tabel 4.1
Kejadian Ruptur
No Jumlah (%)
Perineum
1 Ruptur 28 57,1
2 Tidak Ruptur 21 42,9
Total 49 100
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Paritas di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
Tahun 2020
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Jarak kehamilanDiRSUDSiti Aisyah Kota
Lubuklinggau Tahun 2020
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berat Lahir Bayi di RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau Tahun 2020
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Keterampilan Penolong PersalinanDiRSUDSiti
Aisyah Kota Lubuklinggau Tahun 2020
Keterampilan Penolong
No Jumlah (%)
Persalinan
1 Tidak Terampil 16 32,7
2 Terampil 33 67,3
Total 49 100
Berdasarkan tabel diatas dari 49 responden sebanyak 32,7 % bidan
b. Analisis bivariat
yaitu jarak kehamilan, Berat badan lahir bayi, paritas dan keterampilan
Tabel 4.6
Hasil Analisis Hubungan Paritas Dengan Kejadian Rupture Perineum
di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
Ruptur Perineum r
Paritas Jumlah % χ2
Ya % Tidak %
Beresiko 18 81,8 4 18,2 22 100
8,18 0,00
Tidak beresiko 2 4
10 37,0 17 63,0 27 100
Jumlah 28 57,1 21 42,9 49 100
perineum.
8,182, hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,004, nilai ini < 0.05.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Hubungan Jarak Kehamilan Dengan Kejadian
Rupture Perineum Di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
5,718, hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,017 , nilai ini < 0.05.
perineum
Tabel 4.8
Hasil Analisis Hubungan Berat Badan Lahir Bayi Dengan Kejadian
Rupture Perineum Di RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau
5,002, hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,025 , nilai ini < 0.05.
sehingga bisa dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada
rupture perineum
Tabel 4.9
Hasil Analisis Hubungan Keterampilan Penolong Persalinan
Dengan Kejadian Rupture Perineum Di RSUD Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau
Keterampilan r
Ruptur Perineum Jumlah % χ2
Penolong
Persalinan Ya % Tidak %
Tidak Terampil 15 93,8 1 6,3 16 100
10,8 0,00
Terampil 75 1
13 39,4 20 60,6 33 100
Jumlah 28 57,1 21 42,9 49 100
10,875, hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,001 , nilai ini < 0.05.
B. Pembahasan
1. Univariat
a. Jarak kehamilan
dari seorang wanita. Jarak kelahiran yang cepat atau cenderung singkat dapat
menimbulkan beberapa dampak negatif pada ibu dan bayi yang dilahirkan
(Safitri, 2014). Jarak atau interval kelahiran yang ideal adalah lebih dari dua
Lubuklinggau
melahirkan bayi >4000 Gram dan 71,4% ibu melahirkan bayi dengan
Berdasarkan teori yang ada berat bayi yang dilahirkan ibu dapat
mempengaruhi terjadinya ruptur perineum terutama pada bayi lahir lebih dari
4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan
dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi
dengan berat bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum.
perineum terjadi pada kelahiran dengan berat bayi lahir yang besar. Hal ini
terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan
cukkup kuat menahan renggangan kepala bayi dengan berat bayi yang besar,
sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat bayi lahir besar sering
beberapa hal diantaranya ibu menderita diabetes militus, ibu yang memiliki
riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, pengaruh kecukupan gizi,
(Saifuddin, 2016).
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42
minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan
menurut Saifuddin, (2014) adalah bayi besar adalah bayi lebih dari
4000 gram, bayi cukup adalah bayi berat badan lebih dari 2500 sampai
4000 gram, bayi berat lahir rendah adalah bayi berat badan 1500
sampai 2500 gram dan bayi berat sangat rendah sekali adalah bayi
dengan berat badan 1000 sampai kurang dari 1500. Robekan perineum
terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini
terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan
cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi
yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan
Lubuklinggau
Paritas ibu bersalin menurut data yang paling banyak adalah ibu
sebagai acuan. Seiring dengan itu pula pemerintah dan berbagai pihak
oleh berbagai faktor diantaranya berat bayi lahir, umur ibu, jarak kehamilan,
daerah tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Perineum meregang
ruptur perineum.
hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,017 , nilai ini < 0.05. sehingga bisa
kota lubuklinggau.
baris atau kolom adalah 2 ) karena nilai C=0,358 maka rasio C/C max
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rosdiana yang berjudul Faktor-
Normal di PONED Darul Imarah Aceh Besar tahun 2013, didapatkan hasil
ada pengaruh jarak kehamilan terhadap kejadian ruptur perinium pada ibu
bersalin normal (P value=0,010). Hasil penelitian menunjukan ibu yang
berada pada kategori jarak kehamilan < 2 tahun lebih besar presentasenya
kelahiran dengan kejadian laserasi jalan lahir pada ibu dengan persalinan
normal dari hasil uji chi square diperoleh nilai P value 0.043 < 0.05. Hasil
bersalin dengan jarak kelahiran < dari 2 tahun akan cenderung mengalami
laserasi jalan lahir dibandingkan pada ibu bersalin dengan jarak > 2 tahun hal
ini disebabkan karena organ-organ reproduksi ibu belum kembali pulih pada
kondisi semula sebelum ibu hamil dan belum siap untuk proseskelahiran
menjadi rapuh dan mudah ruptur. sedangkan pada jarak kelahiran> 2 tahun
bahwa kejadian laserasi jalan lahir salah satu faktor yang mempengaruhi
8,182, hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,004, nilai ini < 0.05. sehingga
Kota Lubuklinggau.
baris atau kolom adalah 2 ) karena nilai C=0,410maka rasio C/C max =
berat badan lahir bayi dengan kejadian rupture perineum di RSUD siti
criteria keeratan asosiatif pada nilai 0,707 dengan nilai keeratan 0,50
menunjukan tingkat kereratan yaitu erat sekali, hal ini berarti ada
hubungan antara berat badan bayi baru lahi dengan kejadian rupture
bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi
dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran
bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi laserasi
perineum.
Dian Irawati dengan judul penelitian hubungan berat badan bayi baru
nilai p value <0,05 dan bisa dibaca Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian
dengan berat 2500-4000 gram. Hal ini dikarenakan berat badan bayi
besar berat badan bayi maka semakin besar pula bayi yang akan
bersalin. Namun jika berat badan bayi yang dilahirkan besar tetapi ibu
perineum, hal ini disebabkan perineum sudah elastis dan lentur karena
yang pada berat badan janin diatas 3500 gram, karena resiko trauma
(Chalik, 2015).
hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,001 , nilai ini < 0.05. sehingga bisa
baris atau kolom adalah 2 ) karena nilai C=0,396 maka rasio C/C max
sebagai acuan. Seiring dengan itu pula pemerintah dan berbagai pihak
ibu dan bayi dari kematian, khususnya dalam masa persalinan dan
Tiga kunci dari MPS ini adalah setiap persalinan harus ditangani
(Kemenkes, 2015).
hal ini juga terlihat pada nilai ρ 0,004, nilai ini < 0.05. sehingga bisa
Lubuklinggau.
baris atau kolom adalah 2 ) karena nilai C=0,410maka rasio C/C max =
Kota Lubuklinggau.
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas,
tanpa mengingat janinnya hidup atau mati pada waktu lahir
Endriani (2012) mengenai hubungan umur, paritas dan berat bayi lahir
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada ibu
dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki resiko lebih besar
untuk mengalami robekan perineum dari pada ibu dengan paritas lebih
dari satu. Hal ini dikarenakan karena jalan lahir yang pernah dilalui
dominasi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi uterus lebih besar
dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih rileks
sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan mengurangi lama
janin, persalinan secara progresif lebih lama. Hal ini diduga akibat
meningkat.
bahwa Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4
tahun. Bila gravida lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun maka
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik hidup
perineum. Pada ibu dengan paritas satu atau ibu primipara memiliki
dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan jalan lahir yang
belum meregang.
Pada primipara perineum utuh dan elastis, sedang pada
samping vagina. Dengan cara ini dapat diketahui pula otot levator ani.
Pada keadaan normal akan teraba elastis seperti kalau kita meraba tali
masih utuh pada primi akan mudah terjadi robekan perineum (Mochtar,
2014).
kegawatdaruratan persalinan
BAB V
A. Kesimpulan
2. sebanyak 44,9 % ibu hamil beresiko dan 55,1% ibu yang tidak
memiliki resiko.
6. Ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir bayi dengan
Kota Lubuklinggau
B. Saran
khusus.