Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di SMAN 10 Samarinda. Individu yang menjadi

subjek penelitian ini siswa SMAN 10 Samarinda yang memiliki kemandirian

belajar. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling,

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalaah 100 siswa. Karakteristik

subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 17 berikut:

Tabel 11. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia


No. Usia Jumlah Persentase
1 15 tahun 12 12%
2 16 tahun 28 28%
3 17 tahun 43 43%
4 18 tahun 17 17%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2022)

Berdasarkan tabel 11, tersebut diketahui bahwa subjek penelitian SMAN 10

Samarinda dengan usia 15 tahun berjumlah 12 orang (12%), mahasiswa dengan

usia 15 tahun berjumlah 28 orang (28%), siswa dengan usia 17 tahun berjumlah

43 orang (43%) dan siswa usia 18 tahun berjumlah 17 orang (17%). Sehingga

dapat diambil diambil kesimpulanbahwa subjek penelitian di di dominasi oleh

usia 17 tahun yaitu sebesar 43%.

Tabel 12. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis Kelamin Kategori Jumlah
1. Laki-laki 39 39%
2. Perempuan 61 61%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2022)
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa siswa SMAN 10 Samarinda

berdasarkan jenis kelamin yaitu, laki-laki 39orang (39%) dan perempuan 61 orang

(61%). Sehingga dapat diambil kesimpulanbahwa subjek penelitian di di dominasi

oleh perempuan yaitu sebesar 61%.

Tabel 13. Distribusi Subjek Berdasarkan Kelas


No. Jurusan Kategori Jumlah
1. X 36 36%
2. XI 53 53%
3. XII 11 11%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2022)

Berdasarkan tabel 13, dapat diketahui siswa SMAN 10 Samarinda

berdasarkan kelas yaitu, kelas X berjumlah 36 orang (36%), kelas XI berjumlah

53 orang (53%) dan kelas XII berjumlah 11 orang (11%). Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa subjek penelitian di dominasi oleh kelas XI sebesar 53%

2. Hasil Uji Deskriptif

Deskriptif data digunakan untuk menggambarkan kondisi sebaran data pada

siswa SMAN 10 Samarinda. Mean empiris dan mean hipotesis diperoleh dari

respon sampel penelitian melalui dus skala penelitian yaitu skala kemandirian

belajar dan efikasi diri.

Kategori berdasarkan perbandingan mean hipotetik dan mean empirik dapat

langsung dilakukan dengan melihat deskriptif data penelitian. Menurut Azwar

(2016) pada dasarnya interpretasi terhadap skor skala psikologi bersifat normatif,

artinya makna skor terhadap suatu norma (mean) skor populasi teoritik sebagai

parameter sehingga alat ukur berupa angka (kuantitatif) dapat diinterpretasikan


secara kualitatif. Acuan normatif tersebut memudahkan pengguna memahami

hasil pengukuran.

Setiap skor mean empirik yang lebih tinggi secara signifikan dari mean

hipotetik dapat dianggap sebagai indikator tingginya keadaan kelompok subjek

pada variabel yang diteliti, demikian juga sebaliknya. Berikut mean empirik dan

mean hipotesis penelitian ini.

Tabel 14. Mean Empirik dan Mean Hipotetik


Mean SD Mean SD
Variabel Status
Empirik Empirik Hipotetik Hipotetik
Kemandirian
90.09 9.427 100 20 sedang
Belajar
Efikasi Diri 41.91 7.875 45 9 sedang
Sumber data: Lampiran hal.

Berdasarkan tabel 14, diperoleh hasil pengukuran melalui skala kemandirian

belajar yang telah terisi diperoleh mean empirik 90.09 lebih kecil dari mean

hipotetik 100 dengan status kategori rendah. Hal ini membuktikan bahwa subjek

berada pada kategori tingkat kemandirian belajar yang sedang. Adapun sebaran

frekuensi data untuk skala tersebut sebagai berikut:

Tabel 15. Kategorisasi Skor Skala Kemandirian belajar


Interval Kecenderungan Skor Kategori F (%)
X ≥ M + 1.5 SD ≥ 130 Sangat Tinggi 0 0
M+0.5 SD <X <M+1.5 110 – 130 Tinggi 48 48
SD
M-0.5 SD <X <M+0.5 SD 90 – 109 Sedang 49 49
M-1.5 SD <X <M-0.5 SD 70 – 89 Rendah 3 3
X≤M – 1.5 SD ≤ 70 Sangat Rendah 0 0
Sumber data: Lampiran hal.

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 15, diketahui bahwa dari 100 subjek

terdiri dari kategori tinggi dengan rentang nilai 110 hingga 130 sebanyak 48 orang

dengan persentase (48%), kategori sedang dengan rentang nilai 90 hingga 109

sebanyak 49 orang dengan persentase (49%) kemudian terdapat subjek pada


kategori rendah rentang nilai 70 hingga 89 sebanyak 3 orang dengan persentase

(3%).

Berdasarkan hasil pengukuran melalui skala efikasi diri yang telah terisi

diperoleh mean empirik 41.91 lebih kecil dari mean hipotetik 45 dengan status

kategori sedang.

Hal ini membuktikan bahwa subjek berada pada kategori tingkat efikasi diri

yang rendah. Adapun sebaran frekuensi data untuk skala tersebut sebagai berikut:

Tabel 16. Kategorisasi Skor Skala Efikasi diri


Interval Kecenderungan Skor Kategori F (%)
X ≥ M + 1.5 SD ≥ 59 Sangat Tinggi 1 1
M+0.5 SD <X <M+1.5 50 – 59 Tinggi 15 15
SD
M-0.5 SD <X <M+0.5 SD 41 – 49 Sedang 40 40
M-1.5 SD <X <M-0.5 SD 32 – 40 Rendah 33 33
X≤M – 1.5 SD ≤ 32 Sangat Rendah 11 11
Sumber data :Lampiran hal.

Berdasarkan kategorisasi pada tabel 16, diketahui bahwa dari subjek terdiri

dari kategori sangat tinggi dengan nilai lebih dari sama dengan 59 sebanyak 1

orang dengan persentase (1%), kategori tinggi dengan rentang nilai 50 hingga 59

sebanyak 15 orang dengan persentase (15%), kategori sedang dengan rentang nilai

41 hingga 49 sebanyak 40 orang dengan persentase (40%), kategori rendah

dengan rentang nilai 32 hingga 49 sebanyak 33 orang dengan persentase (33%),

dan subjek pada kategori sangat rendah dengan rentang nilai kurang dari sama

dengan 32 sebanyak 11 orang dengan persentase (11%).

3. Hasil Uji Asumsi

Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode analisis regresi. Sebelum dilakukan perhitungan dengan


metode korelasi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas

dan uji linieritas, uji sebagai syarat dalam penggunaan analisis regresi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah alat uji yang digunakan untuk mengetahui apakah

sebaran data yang akan dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak, jika

distribusi dari nilai-nilai residual tersebut tidak dapat dianggap berdistribusi

normal, maka dikatakan ada masalah terhadap asumsi normalitas Santoso (2015).

Adapun kaidah yang digunakan dalam uji normalitas adalah jika p > 0.05 maka

sebaran datanya normal, sebaliknya jika p < 0.05 maka sebaran datanya tidak

normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

1) Tabel Test Of Normality


Tabel 17. Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-
Variabel Smirnov Keterangan
P
Kemandirian belajar 0.084 Normal
Efikasi Diri 0.093 Normal
Sumber: Lampiran Halaman.

2) QQ Plot
a) Kemandirian belajar

Gambar 2. Q-Q Plot Kemandirian belajar


b) Efikasi diri

Gambar 3. Q-Q Plot Efikasi diri

Berdasarkan tabel 23. diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

a) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel kemandirian

belajar menghasilkan nilai p = 0.084. Hasil uji normalitas

berdasarkan kaidah menunjukan bahwa sebaran butir-butir

kemandirian belajar adalah normal.

b) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variabel efikasi diri

menghasilkan nilai p = 0.200. Hasil uji normalitas berdasarkan

kaidah menunjukan bahwa sebaran butir-butir efikasi diri adalah

normal.

Berdasarkan tabel 17, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel

kemandirian belajar dan efikasi diri dengan memiliki sebaran data yang normal.
b. Uji linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang

linier antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linieritas dapat juga untuk

mengetahui taraf penyimpangan dari linieritas pengaruh tersebut.

Adapun kaidah yang digunakan dalam uji linieritas hubungan adalah bila nilai

deviant from linierity yaitu jika p > 0.05 maka pengaruh dinyatakan linier

(Sugiyono,2015). Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 18. Hasil Uji Linieritas Pengaruh


Fhitung Ftabel P
Kemandirian belajar-efikasi diri 1.225 3.94 0.245
Sumber: Lampiran Halaman.

Hasil uji asumsi linieritas antara variabel kemandirian belajar dengan efikasi

diri menunjukan nilai F hitung < F tabel yang artinya tidak terdapat pengaruh

antara kemandirian belajar dengan efikasi diri yang mempunyai nilai deviant

from linierity yaitu F= 1.626 dan P= 0.245 > 0.05 yang berarti pengaruhnya

dinyatakan tidak linier.

4. Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri

terhadap kemandirian belajar. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil pengujian regresi linier sederhana atas

variabel efikasi diri terhadap kemandirian belajar, didapatkan hasil sebagai

berikut:
Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana
Variabel F Hitung F Tabel R2 P Keteranga
n
Efikasi Diri 0.382 0.394 0.004 0.000 Signifikan
(X)
Kemandirian belajar
(Y)
Sumber Sumber data: Hasil Olah SPSS

Berdasarkan tabel 19, dapat diketahui bahwa F hitung > F tabel dan P < 0.05

yang artinya bahwa efikasi diri terhadap kemandirian belajar memiliki pengaruh

yang signifikan dengan F =0.382, R2 = 0.004, dan P = 0.000, hal tersebut

bermakna bahwa hipotesis pertama H1 diterima dan H0 ditolak dalam penelitian

ini. Nilai R2

= termasuk dalam kategori moderate (sedang).

Selanjutnya hasil analisis regresi parsial dengan kecenderungan untuk

pengalaman belajar (YA) disajikan pada tabel dibawah ini

Tabel 20. Hasil Uji Analisis Regresi Parsial terhadap Pengalaman Belajar
(YA)
Aspek Βeta tHitung ttabel P keterangan
Magnitude ( tingkat ) 0.264 1.163 1.984 0.313
(XA)
Strength ( kekuatan ) 0.213 1.252 1.984 0.214
(XB)
Generality ( 0.241 1.874 1.984 0.243
generalisasi )(XC)
Sumber data : Lampiran hal.

Hasil pada tabel 20, dapat diketahui aspek magnitude (tingkat)(XA), strength
(kekuatan)(XB) dan aspek generality (generalisasi )(XC) tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap aspek variabel terikat yaitu pengalaman belajar (YA).

Lebih lanjut pada pengujian analisis regresi parsial terhadap aspek variabel terikat

yaitu pengembangan keahlian (YB), memberikan hasil sebagaimana ditunjukkan

tabel 33, berikut:

Tabel 21. Hasil Uji Analisis Regresi Parsial terhadap Pengembangan


Keahlian (YB)
Aspek Βeta tHitung ttabel P keterangan
Magnitude ( tingkat ) (XA) -0.283 -1.742 1.984 0.085 Tidak Pengaruh
Strength ( kekuatan ) (XB) 0.315 0.184 1.984 0.854 Tidak Pengaruh
Generality ( generalisasi ) (XC) 0.028 2.611 1.984 0.001 pengaruh
Sumber data : Lampiran hal.

Hasil pada tabel 21, dapat diketahui aspek generality (generalisasi) (XC)

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek variabel terikat

yaitu pengembangan keahlian (YB). Sedangkan aspek magnitude (tingkat) (XA)

dan strength (kekuatan) (XB) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu pengembangan keahlian (YB). Lebih lanjut pada pengujian

analisis regresi parsial pada aspek variabel terikat yaitu performansi kinerja (YC),

memberikan hasil sebagaimana ditunjukkan tabel 35. berikut :

Tabel 22. Hasil Uji Analisis Regresi Parsial terhadap Performansi Kinerja
(YC)
Aspek Βeta tHitung ttabel P Keterangan
Magnitude ( tingkat ) (XA) 0.027 2.398 1.984 0.005 Pengaruh
Strength ( kekuatan ) (XB) 0.147 0.862 1.984 0.391 Tidak Pengaruh
Generality ( generalisasi ) 0.324 1.889 1.984 0.187 Tidak Pengaruh
(XC)
Sumber data : Lampiran hal.

Hasil pada tabel 22, dapat diketahui bahwa aspek magnitude (tingkat) (XA)
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek variabel terikat

yaitu performansi kinerja (YC). Sedangkan strength (kekuatan) (XB) dan aspek

generality (generalisasi) (XC) tidak memiliki pengaruh terhadap aspek variabel

terikat yaitu performansi kinerja (YC).

Lebih lanjut pada pengujian analisis regresi parsial terhadap aspek variabel

terikat yaitu manajemen diri (YD), memberikan hasil sebagaimana ditunjukkan

tabel 33, berikut:

Tabel 23. Hasil Uji Analisis Regresi Parsial terhadap Manajemen Diri (YD)
Aspek Βeta tHitung ttabel P Keterangan
Magnitude (tingkat) (XA) 0.006 2.033 1.984 0.003 Pengaruh
Strength (kekuatan) (XB) 0.165 0.095 1.984 0.248 Tidak Pengaruh
Generality (generalisasi) 0.085 0.487 1.984 0.627 Tidak Pengaruh
(XC)
Sumber data : Lampiran hal.

Hasil pada tabel 23, dapat diketahui aspek magnitude (tingkat) (XA)

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek variabel terikat

yaitu manajemen diri (YD). Sedangkan aspek strength (kekuatan) (XB) dan

generality (generalisasi) (XC) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu manajemen diri (YD). Lebih lanjut pada pengujian analisis

regresi parsial terhadap aspek variabel terikat yaitu motivasi diri (YE),

memberikan hasil sebagaimana ditunjukkan tabel 33. berikut:

Tabel 24. Hasil Uji Analisis Regresi Parsial terhadap Motivasi Diri (YE)
Aspek Βeta tHitung ttabel P keterangan
Magnitude ( tingkat ) (XA) 0.074 0.447 1.984 0.283 Tidak Pengaruh
Strength ( kekuatan ) (XB) 0.127 2.007 1.984 0.004 Pengaruh
Generality ( generalisasi ) 0.890 0.051 1.984 0.960 Tidak Pengaruh
(XC)
Sumber data : Lampiran hal.
Hasil pada tabel 24, dapat diketahui aspek strength (kekuatan)(XB) memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek variabel terikat yaitu

motivasi diri (YE). Sedangkan aspek magnitude (tingkat) (XA) dan generality

(generalisasi )(XC) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap aspek variabel

terikat yaitu motivasi diri (YE).

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri terhadap

kemandirian belajar siswa SMAN 10 Samarinda. Berdasarkan hasil analisis

regresi secara sederhana didapat hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif

secara signifikan antara efikasi diri terhadap kemandirian belajar depan siswa

SMAN 10 Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam

penelitian ini adalah H1 diterima.

Kontribusi (R2) efikasi diri terhadap kemandirian belajar sebesar 0.48,8, hal

ini menunjukkan bahwa 48,8 persen dari faktor terjadinya kemnadirian belajar

dapat dijelaskan olehefikasi diri. Sisanya 51,2 persen dijelaskan oleh variabel lain

atau sebab-sebab lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tasaik and Tuasikal (2018) mengatakan bahwa kemandirian belajar adalah

kemampuan peserta didik dalam mewujudkan kehendak dan keinginannya secara

nyata dengan tidak bergantung pada orang. Kemandirian belajar sebagai aktivitas

yang utama bagi. Kemandirian belajar sebagai aktivitas yang utama bagi diri

sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain dan memiliki rasa tanggung jawab,

percaya diri, dan inisiatif dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban.


Sebagaimana diperjelas menurut La (2016) kemandirian dalam belajar diartikan

sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan

sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.

Kemandirian belajar siswa adalah aktivitas belajar secara langsung atau

nyata dan kemampuan pada siswa dalam mewujudkan keinginan dan

kehendaknya dan tidak bergantung pada orang lain,tapi atas dasar kemauan pada

dirinya sendiri, untuk mencapai tujuan belajar yang baik dan hasil belajar yang

optimal (Patras, Horiah, Zen dan Hidayat, 2021).

Titik (2016) mengemukakan efikasi diri merupakan keyakinan seseorang

tentang kemampuannya untuk menunjukan performansi tertentu yang dapat

memengaruhi kehidupannya. Efikasi diri menentukan bagaimana orang

merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri, serta berperilaku. Keyakinan yang

terbentuk dalam efikasi diri terbangun melalui empat proses utama, yaitu proses

kognitif, proses motivasi, proses afektif dan proses seleksi (Patras, Horiah, Zen

dan Hidayat, 2021).

Pada hasil hipotesis, hasil analisis regresi secara sederhana didapatkan hasil

terdapat pengaruh yang signifikan antara efikasi diri terhadap kemandirian belajar

siswa SMAN 10 Samarinda. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis dalam

penelitian ini H1 diterima yang artinya ada pengaruh efikasi diri terhadap

kemandirian belajar siswa SMAN 10 Samarinda.

Efikasi diri merupakan variabel bebas dalam penelitian ini yang terbukti

memiliki pengaruh terhadap kemandirin belajar siswa. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yulyani (2021) efikasi diri dari siswa memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kemandirian belajar karena dasar atas self-efficacy adalah percaya

pada kompetensi diri untuk secara mandiri terlibat aktif dalam kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan secara luring ketika masa pandemi Covid-19.

Dukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Febriani (2016) mahasiswa

jurusan PGSD/PSD/FIP Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul pengaruh

efikasi diri dan regulasi diri terhadap kemandirian belajar siswa pada mata

pelajaran IPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: efikasi diri berpengaruh

signifikan terhadap kemandirian belajar siswa dengan sumbangan 43,21%;

regulasi diri berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar siswa dengan

sumbangan 28,09% dan 3 efikasi diri dan regulasi diri secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap kemandirian belajar dengan sumbangan 71,3%.

Pendapat (La 2016) kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas

belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri,

dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran. Keyakinan pada diri sendiri bisa

disebut sebagai efikasi diri, yang merupakan suatu evaluasi terhadap kemampuan

yang dimiliki individu, sudah menampilkan yang terbaik atau belum. Hal ini

sejalan dengan penelitian lain Sari (2017) menjelaskan terdapat faktor efikasi diri

yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa.

Berdasarkan hasil uji deskriptif, diperoleh hasil yang paling mendominasi

sebanyak 49 siswa (49%) siswa berada pada ketegori kemandirian belajar yang

sedang. Hal ini membuktikan bahwa siswa siswa SMAN 10 Samarinda memiliki

kemandirian belajar yang berada pada kategori sedang. Siswa SMAN 10

Samarinda memiliki kemandiri belajar saat setelah pulang sekolah atau saat libur
sekolah. Siswa sudah mamanpu untuk belajar secara mandiri dan tidak tergantung

pada orang lain dan memiliki rasa tanggung jawab, percaya diri, dan inisiatif

dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban dalam.

Pada skala efikasi diri yang telah terisi diperoleh hasil yang paling

mendominasi bahwa sebanyak 40 siswa (40%) siswa memiliki efikasi yang

sedang. Hal ini berarti efikasi diri yang dimiliki siswa SMAN 10 Samarinda

tergolong sedang. Siswa SMAN 10 Samarinda memiliki keyakinan pada

kemampuan diri sendiri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan

kemampuan dalam mengatasi berbagai tindakan yang dihadapinya. Efikasi diri

menentukan bagaimana orang merasakan, berpikir, memotivasi diri sendiri, serta

berperilaku.

Pada hasil analisis regresi parsial, menunjukkan bahwa aspek Generality (

generalisasi ) (XC) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu pengembangan keahlian (YB). Kemampuan individu yang

dimana individu merasa dan mampu menyelesaikan masalah diluar dari jam

belajar untuk menambah skill. Dari hasil penelitian Yulyani (2021) terlihat bahwa

kepercayaan diri siswa untuk mengikuti kegitan diluar jam pembelajaran oleh

kemampuan belajar secara mandiri karena tidak bertumpu sentralisasi sumber

ilmu pada guru.

Pada hasil analisis regresi parsial, menunjukkan bahwa aspek magnitude


(tingkat) (XA) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu performansi kinerja (YC). Siswa yang selalu berusaha

memberikan pekerjaan yang baik dan yakin akan kemampunanya.


Seperti yang dikemukakan oleh (Lestari and Afifah 2016) kesanggupan seseorang

untuk dapat menguasai situasi yang tidak menyenangkan dan penuh dengan

tekanan kemudian berusaha untuk meyakinkan diri sesuai dengan penilaian diri

terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan agar

mengubah suatu situasi dan mampu menghasilkan berbagai hasil positif.

Pada hasil analisis regresi parsial, menunjukkan bahwa aspek magnitude

(tingkat) (XA) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu manajemen diri (YD). Siswa berupaya untuk mengatur diri

dan waktu agar lebih efiensi dalam mengerjakan tugas. Menyusun sesuai dengan

tingkat kesulitannya.

Sesuai dengan yang dikatakan Bandura (2006) individu dengan efikasi diri

yang kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan

berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.

Pada hasil analisis regresi parsial, menunjukkan bahwa aspek strength

(kekuatan)(XB) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap aspek

variabel terikat yaitu motivasi diri (YE). Siswa selalu berupaya megevaluasi diri

sendiri dan meningkatkan keyakinan atau pengharapan individu mengenai

kemampuannya. Menurut Patras, Horiah, Zen dan Hidayat (2021) mengatakan

keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

dengan kemampuan dalam mengatasi berbagai tindakan yang dihadapinya, yang

dapat memengaruhi kehidupannya.

Keterbatasan dalam penelitan ini adalah pengambilan data penelitian

menggunakan google forms ehingga penulis tidak dapat mengamati secara


langsung dan cermat pengisian skala yang diberikan kepada subjek benar-benar

sesuai dengan yang dirasakan atau pendapatnya sendiri. Kemudian penulis juga

tidak dapat melakukan observasi sebagai data penunjang penelitian karena

pengisian kuesiner secara online

Anda mungkin juga menyukai