TUGAS III
Hasil uji KMO diperoleh nilai 0,730, dimana angka tersebut berada diatas 0,5. nilai
signifikansi < 0,05 sehingga matrik korelasi yang diuji bukan merupakan matrik identitas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji KMO dan Bartlett’s Test
variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diproses lebih lanjut. Langkah selanjutnya adalah
pengujian Measure of Sampling Adequacy (MSA), yaitu setiap variabel dianalisis untuk
mengetahui variabel mana yang dapat diproses lebih lanjut dan yang harus dikeluarkan. Untuk
dapat diproses lebih lanjut, variabel harus memiliki nilai MSA > 0,5.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 10 variabel yang dimasukkan untuk
analisis faktor, hanya terdapat 2 faktor yang terbentuk, karena hanya 2 faktor yang memiliki nilai
eigen value > 1. Faktor 1 memiliki nilai eigen value sebesar 4,676, dengan percentage of
variance sebesar 46,757% dan faktor 2 memiliki nilai eigen value sebesar 1,455, dengan
percentage of variance sebesar 14,551%. Faktor 1 terdiri dari pola pikir, persaingan teman
sebaya, karakter, perubahan suasana kehidupan, kesulitan mengelola kehidupan, dan faktor fisik,
sedangkan faktor 2 terdiri dari manajemen waktu yang buruk, penugasan berlebih, masalah
manajemen keuangan, dan lingkungan.
b) Judul Jurnal
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA
AUDIO-VISUAL TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS”
Jawaban :
a) Hasil Analisis Data
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas IV SD No 1 Sibangkaja yang
berjumlah 34 orang siswa. Setelah diberikan pre-test dilanjutkan dengan pemberian perlakuan
dengan model pembelajaran Mind Mapping berbantuan media Audio-visual sebanyak 6 kali
pada kelompok eksperimen, di akhir penelitian siswa diberikan posttest untuk memperoleh data
kompetensi pengetahuan IPS siswa. Setelah memperoleh skor posttest kemudian dicari gain
skor yang dinormalisasikan dari hasil pre-test dan post-test. Tabel di bawah ini. Deskripsi Data
Gain Skor Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD No 1 Sibangkaja Pada Kelompok
Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pengelompokkan distribusi frekuensi untuk
kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata gain skor adalah
0,53. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah kelas IV SD No 4 Sibangkaja yang bejumlah
33 orang siswa. Setelah diberikan pretest dilanjutkan dengan pemberian perlakuan dengan
pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pada kelompok kontrol, di akhir penelitian siswa
diberikan post-test untuk memperoleh data kompetensi pengetahuan IPS siswa. Setelah
memperoleh skor post-test kemudian dicari gain skor yang dinormalisasikan dari hasil pre-test
dan post-test.
Tabel berikut. Deskripsi Data Gain Skor Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD No 4
Sibangkaja Pada Kelompok Kontrol
Hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 3,333. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan
harga ttabel dengan dk = 34+33– 2 = 65 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh ttabel =
2,000 karena thitung = 3,333 > ttabel = 2,000 maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok yang dibelajarkan
melalui model pembelajaran Mind Mapping berbantuan media audio-visual dengan kelompok
yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus VIII
Kecamatan Abiansemal tahun ajaran 2018/2019.
Rata-rata gain skor kompetensi pengetahuan IPS kelompok yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran Mind Mapping berbantuan media audio-visual yaitu 0,53. Rata-rata gain
skor kompetensi pengetahuan IPA kelompok yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional yaitu 0,45.Namun dilihat dari rata-rata gain skor yang diperoleh bahwa kelompok
eksperimen memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini berarti kelompok
yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Mind Mapping berbantuan media audio-visual
berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas IV SD Gugus VIII
Kecamatan Abiansemal tahun ajaran 2018/2019.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber data untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan.
Terdapat beberapa aspek yang dinilai penting untuk mendapatkan data hasil wawancara sehingga
data yang dikumpulkan dapat terukur serta tidak keluar dari jalur dari apa yang ingin peneliti cari
dan buktikan. Peneliti menggunakan aspek yang digunakan oleh peneliti sebelumnya.
Kegiatan belajar berbasis web yang diterapkan pada SD IT Baitul Muslim Way Jepara
menghadapi beberapa tantangan, tantangan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu
tantangan dari guru dan siswa.
a. Tantangan yang Dialami Pendidik
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwasanya tantangan
yang dialami oleh pendidik itu berupa yang pertama adalah sinyal, sinyal ini menjadi salah satu
faktor yang sangat menghambat Dalam proses pelaksanaan model website melalui YouTube di
SD IT Baitul muslim Way Jepara. Yang kedua tantangan yang dirasakan oleh pendidik yaitu
sarana prasarana yang belum maksimal SDIT Baitul muslim Way Jepara seperti ada beberapa
guru yang belum memiliki HP/laptop yang memadai pembelajaran sehingga guru kesulitan
dalam mendesain video untuk melaksanakan model website melalui YouTube. Tantangan yang
ketiga yaitu adalah biaya kuota yang cukup mahal untuk mendapatkan sinyal Yang baik, Hal ini
sangat menghambat. Dalam proses pembelajaran model website melalui YouTube. Tantangan
yang keempat yaitu sulitnya pemantauan pembelajaran peserta didik dikarenakan pendidik tidak
langsung melihat bagaimana pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, kurang
maksimalnya pemantauan saat pembelajaran menggunakan youtube, Pembelajaran tidak efektif
jika pendidik tidak memiliki kendali atas kelangsungan proses pembelajaran, apalagi jika
pembelajaran dilakukan secara online.
b. Tantangan yang Dialami Peserta Didik
Proses pembelajaran dengan sistem online model website melalui youtube di SD IT Baitul
Muslim Way Jepara khususnya kelas IV dan guru-guru yang menjadi subyek penelitian ini
tentunya akan menemui beberapa permasalahan yang telah disebutkan diatas, yang menjadi
tantangan untuk pelaksanaan belajar mengajar, masalah yang dialami murid pada kegiatan
belajar online, seperti masih adanya murid yang tidak mempunyai smartphone, jaringan yang
tidak baik, keterbatasan kuota untuk mengakses youtube, lokasi sekolah yang terletak di daerah
pedesaan. Untuk mengetahui informasi secara komprehensif, data dipaparkan pada Gambar 1.