Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3 IDIK4007

METODE PENELITIAN

Nama : Ruth Cinta Putri


Nim : 856822355
Jurusan : PGSD Semester 5 (S1)
UNIVERSITAS TERBUKA
(UPJJ-UT)(BENGKULU) MUKO-MUKO
Unduh artikel yang terdapat dalam Jurnal Pendidikan pada link berikut:

https://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp/issue/archive

(1) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kuantitatif, dan

(2) dua buah artikel yang menggunakan metode analisis data kualitatif.

Dari masing-masing artikel yang telah diunduh, tentukan hasil analisis data yang terdapat pada
artikel tersebut.

Artikel Pertama yang menggunakan metode analisis data kuantitatif


PEMANAFAATAN MEDIA 3 DIMENSI BERBASIS VIRTUAL REALITY UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD Sebagai
tenaga pengajar profesional guru harus siap menghadapi era 4.0. yang diindikasikan
dengan penggunaan ICT yang intensif dan ekspansif. Guru perlu mampu mengembangkan
media pembelajaran berbasis teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,
inovatif, konkrit dan menyenangkan, sehingga dapat membangkitkan minat siswa
khususnya pada materi IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan keefektifan
media pembelajaran 3 dimensi (3D) berbasis virtual reality dalam peningkatan minat dan
hasil belajar siswa kelas V SD. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian
pengembangan (Research and Development) model ADDIE yang terdiri dari analisis
(Analysis), desain (Design), pengembangan (Development), implementasi
(Implementation), dan evaluasi (Evaluation). Penelitian dilaksanakan terhadap siswa yang
tersebar di 7 sekolah dasar, yaitu 1 sekolah uji coba, 3 sekolah kontrol, dan 3 sekolah
eksperimen di Kecamatan Tasikmadu, Surakarta. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode observasi, angket, wawancara dan tes. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa media pembelajaran 3 dimensi (3D) berbasis virtual reality efektif
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA siswa, ditunjukkan oleh perbedaan yang
signifikan minat dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media
pembelajaran, dari rata-rata yang semula 52,95 diperoleh capaian rata-rata baru sebesar
82,05.

Hasil analisis data artikel pertama adalah sampel yang diambil dari suatu populasi
dengan cara tidak memilih memilih individu yang dijadikan anggota sampel atas dasar alasan
tertentu atau alasan yang bersifat subyektif seperti suka tidak suka mudah sulit dijangkau dalam
hal ini semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan
sampel
a) Keefektifan Media 3 Dimensi (3D) Berbasis Virtual Reality Terhadap Hasil belajarUji
efektifitas produk media 3D dalam meningkatkan hasil belajar siswa berpengaruh secara
signifikan. Hasil rerata postes kelompok kontrol diperolah nilai 52,95, dan kelompok eksperimen
mendapat nilai 82,08 sehingga terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 55,01%.

b) Keefektifan media 3 Dimensi (3D) Berbasis Virtual Reality Terhadap Minat SiswaHasil rata-
rata uji efektifitas minat siswa kelompok kontrol 63,64, sedangkan kelompok eksperimen 85,87.
Dengan demikian terjadi peningkatan minat siswa sebesar 34,93%. Kesimpulannya kenaikan
kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol.

-Populasi Data memiliki kesamaan (kesetaraan). Nilai F diperoleh 3,520 sehingga nilai lebih
besar dari nilai α = 5% (F = 0,063 > α = 0,05). Sehingga memiliki varian sama. Karena data
homogen, terlihat ada perbedaan pada taraf 5%, nilai Sig (2- tailed) lebih kecil dari nilia α (0,000
< 0,05). Artinya kelas postes kelompok eksperimen memiliki perubahan yang signifikan
dibanding kelompok kontrol Data memiliki kesamaan (kesetaraan). Perolehan nilai Levene (F)
lebih besar dari nilai α. Nilai F diperoleh 0,177 sehingga nilai lebih besar dari nilai α=5% (F=
0,675 > α = 0,05). Menunjukkan varian kelompok kontrol dan eksperimen sama. Pada taraf 5%
nilai Sig (2-tailed) lebih kecil dari nilai α (0,675 < 0,05). Artinya kelompok eksperimen memiliki
perubahan yang signifikan dibanding dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, perlakuan
dengan produk media 3 dimensi (3D) berbasis virtual reality pada kelompok eksperimen
berhasil.
Hasil uji postes kelompok eksperimen sebesar 1,057 dan kontrol sebesar 1,130 sehingga Ho
diterima, karena 1,057 > 0,05 dan 1,130 > 0,05 data berdistribusi normal. Kemudian diuji
homogenitas dengan hasil belajar diperoleh sigfikansi 0,063 > 0,05 sehingga Ho diterima dan
data homogen. Hasil uji Independent Sample t Test sebesar 0,00 < 0,05, disimpulkan Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sehingga pembelajaran yang diberi perlakuan menggunakan media 3 dimensi
(3D) berbasis virtual reality menjadikan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan produk.

Populasi Data memiliki kesamaan (kesetaraan). Nilai F diperoleh 3,520 sehingga nilai lebih
besar dari nilai α = 5% (F = 0,063 > α = 0,05). Sehingga memiliki varian sama. Karena data
homogen, terlihat ada perbedaan pada taraf 5%, nilai Sig (2- tailed) lebih kecil dari nilia α (0,000
< 0,05). Artinya kelas postes kelompok eksperimen memiliki perubahan yang signifikan
dibanding kelompok kontrol Data memiliki kesamaan (kesetaraan). Perolehan nilai Levene (F)
lebih besar dari nilai α. Nilai F diperoleh 0,177 sehingga nilai lebih besar dari nilai α=5% (F=
0,675 > α = 0,05). Menunjukkan varian kelompok kontrol dan eksperimen sama. Pada taraf 5%
nilai Sig (2-tailed) lebih kecil dari nilai α (0,675 < 0,05). Artinya kelompok eksperimen memiliki
perubahan yang signifikan dibanding dengan kelompok kontrol. Dengan demikian, perlakuan
dengan produk media 3 dimensi (3D) berbasis virtual reality pada kelompok eksperimen
berhasil.

Hasil uji postes kelompok eksperimen sebesar 1,057 dan kontrol sebesar 1,130 sehingga Ho
diterima, karena 1,057 > 0,05 dan 1,130 > 0,05 data berdistribusi normal. Kemudian diuji
homogenitas dengan hasil belajar diperoleh sigfikansi 0,063 > 0,05 sehingga Ho diterima dan
data homogen. Hasil uji Independent Sample t Test sebesar 0,00 < 0,05, disimpulkan Ho ditolak
dan Ha diterima artinya terdapat perbedaan antara hasil belajar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, sehingga pembelajaran yang diberi perlakuan menggunakan media 3 dimensi
(3D) berbasis virtual reality menjadikan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan produk.

Artikel kedua yang menggunakan metode analisis data kuantitatif


PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM SEKOLAH INKLUSI BERDASARKAN
KEBUTUHAN PERSEORANGAN ANAK DIDIK Tujuan penelitian ini ialah untuk
menetapkan validitas empiris model kurikulum untuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus (ABK). Pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, dokumentasi serta
observasi, melibatkan guru, murid dan kepala sekolah. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya guru dan
kepala sekolah menilai model kurikulum yang dikembangkan sudah relevan dan dapat
diterapakan, karena memuat kompetensi dasar yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa-siswa berkebutuhan khusus, bagi ABK ringan yang mempunyai kendala minimal
dalam belajar, kompetensi dasar menyusut 21,1%. Sedangkan ABK dengan tingkat
kesulitan sedang, kompetensi dasar dalam kurikuum menyusut 37,3%, dan kelompok
siswa ini membutuhka ndukungan orang lain yang lebih maksimal. Adapun buku
pedoman yang dikembangkan secara umum dinilai mudah dipahami, dan dari segi fomat
penulisan dan wujud sudah memadai. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai alternatif
kurikulum untuk digunakan oleh kalangan yang lebih luas.

Hasil analisis data artikel kedua Pendekatan penelitian ini menggunakan Research &
Development Model yang terdiri dari tiga komponen atau elemen, sebagai berikut: 1) Model
pengembangan; 2) Prosedur penelitian pengembangan; serta 3) Ujicoba produk pengembangan.
Model pengembangan yang dipergunakan ialah model procedural yaitu Tujuan penelitian ini
ialah untuk menetapkan validitas empiris model kurikulum untuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus (ABK). Pengumpulan data dilaksanakan melalui wawancara, dokumentasi serta
observasi, melibatkan guru, murid dan kepala sekolah. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya guru dan kepala
sekolah menilai model kurikulum yang dikembangkan sudah relevan dan dapat diterapakan,
karena memuat kompetensi dasar yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa-siswa
berkebutuhan khusus, bagi ABK ringan yang mempunyai kendala minimal dalam belajar,
kompetensi dasar menyusut 21,1%. Sedangkan ABK dengan tingkat kesulitan sedang,
kompetensi dasar dalam kurikuum menyusut 37,3%, dan kelompok siswa ini membutuhka
ndukungan orang lain yang lebih maksimal. Adapun buku pedoman yang dikembangkan secara
umum dinilai mudah dipahami, dan dari segi fomat penulisan dan wujud sudah memadai.
Dengan demikian dapat dijadikan sebagai alternatif kurikulum untuk digunakan oleh kalangan
yang lebih luas.

teknik penarikan sampel yang digunakan dalam artikel ini Yang bertujuan untuk memberikan
informasi yang berhubungan dengan populasi yang ingin diteliti yaitu

1) Analisis model pengembangan yang dikembangkan, program yang dilaksanakan

antara lain:

a) Melaksanakan penelitian pengantar untuk mengumpulkan data atau

informasi seperti kajianli teratur, mengeksplorasi dokumen penilaian

mengenai komponen produk yang dibutuhkan.

b) Melaksanakan perencanaan, identifikasi komponen produk yang diperlukan

serta yang dikembangkan, langkah pengembangan, perencanaan ujicoba

validasi ahli, perencanaan ujicoba skala kecil dan besar.

2) Kegiatan pendahuluan dalam pengembangan model ini ialah:

a) Memodifikasi kurikulum level pertama pada ABK kendala ringan.

b) Memodifikasi kurikulum level kedua pada ABK kendala sedang.

3) Ujicoba kegiatan validasi para ahli serta revisi model pertama, antara lain:

a) Melaksanakan FGD untuk mereview model awal yang telah dikembangkan.

b) Melaksanakan perubahan pertama.

4) Ujicoba empiric kegiatan lapangan skala kecil dan perubahan kedua antara lain:

a) Mensosialisasikan model transformasi kurikulum berdasarkan kebutuhan perseorangan anak


didik berkebutuhan khusus tingkat I, II.

b) Pelatihan atau training penyusunan PPI atau IEP.

c) Pelatihan atau training kegiatan proses pembelajaran yang berbeda.

d) Pelatihan atau training penilaian di kelas inklusi.

e) Pelaksanaan model transformasi kurikulum level I dan II di sekolah inklusi.

Artikel pertama yang menggunakan metode analisis data kualitatif


PENGARUH PELATIHAN KETERAMPILAN BELAJAR MANDIRI TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PADA PENDIDIKAN JARAK JAUH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pelatihan Keterampilan Belajar
Mandiri (PKBM) terhadap motivasi belajar mahasiswa pada sistem belajar jarak jauh di
UPBJJ-UT Ternate. Populasi penelitian adalah mahasiswa baru UPBJJ-UT Ternate yang
menerima beasiswa Bidikmisi di masa registrasi 2019.2 sebanyak 20 mahasiswa. Dimana
seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Dari hasil analisis regresi
menghasilkan persamaan Y = a + bX = 5.274 + 1.337X. Artinya bahwa setiap peningkatan
kualitas Pelatihan Keterampilan Mandiri sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan
Motivasi Belajar Mahasiswa sebesar 1,337 satuan. Hasil koefisien determinasi R2 (R
Square) sebesar 0,712 menjelaskan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel
PKBM (X) terhadap variabel Motivasi Belajar (Y) sebesar 71,20%. Sedangkan sisanya
28,80% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengusulkan agar UT
harus terus dapat meningkatkan standar PKBM sehingga semakin baik dan dapat
membantu mahasiswa baru UT dalam menjalani proses belajarnya.

1. Hasil analisis data artikel pertama Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang mengukur pengaruh Pelatihan Keterampilan Belajar Mandiri (PKBM) sebagai
variabel independen (X) terhadap motivasi belajar mahasiswa sebagai variabel Dependen (Y).
Populasi penelitian adalah mahasiswa baru UPBJJ-UT Ternate yang menerima beasiswa
Bidikmisi di masa registrasi 2019.2 sebanyak 20 mahasiswa. Mengingat jumlah mahasiswa
kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian

Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada seluruh responden.
Kuesioner disajikan dalam bentuk skala likert untuk semua variabel, baik pada variabel pelatihan
(X) maupun variabel motivasi belajar (Y). Pada variabel PKBM (X) terdapat 10 pertanyaan
berkaitan dengan manfaat PKBM, kesesuaian materi dan peningkatan wawasan dan pengetahuan
tentang sistem belajar jarak jauh, serta peningkatan keterampilan dalam mengakses layanan
belajar online di UT. Sedangkan untuk variabel Morivasi Belajar (Y) terdiri dari 17 pertanyaan
terdiri dari pertanyaan berkaitan kepercayaan diri dalam belajar, ketertarikan dalam mengikuti
tutorial, semangat mengerjakan tugas, dan keaktifan dalam tutorial (berdiskusi maupun
bertanya). Seluruh pertanyaan, baik pada vaiabel X maupun Y ada lima alternatif jawaban yang
diberikan pada tiap pertanyaan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), agak setuju (R), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Sebelum digunakan, kuesioner terlebih dahulu diuji kepada non-responden dan diuji validitasnya
sehingga dapat mengukur tingkat akurasi instrumen yang digunakan. Setelah itu, uji reliabilitas
dilakukan untuk menentukan keakuratan data. Sebelum menguji hipotesis menggunakan analisis
regresi, data yang diperoleh terlebih dahulu diuji menggunakan uji normalitas untuk menentukan
normalitas data dan korelasinya, sebagai syarat untuk analisis regresi. Sedangkan uji
multikolinieritas, tidak dilakukan karena dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel
independen (X). Tahap akhir analisis adalah uji hipotesis penelitian menggunakan analisis
regresi berganda untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen (X) terhadap
variabel dependen

Amalisis pada artikel ini sampel ajak sederhana yaitu sampel yang diambil dari suatu populasi
dengan cara tidak memilih milih individu yang dijadikan anggota sampel atas dasar alasan
tertentu atau alasan yang bersifat subyektif seperti suka tidak suka atau muda sulit dijangkau
dalam hal ini semua anggota populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan
sampel yaitu Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah
menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Jika rhitung ≥ rtabel
(uji 2 sisi dengan sig. 0,05, df = N-2) maka instrumen atau item-item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

Uji validitas item pertanyaan pada Variabel Pelatihan Keterampilan Belajar Mandiri (X) dan
Variabel Motivasi Belajar Mahasiswa (Y) memiliki nilai korelasi rhitung ≥ 0,423 (rtabel, df =
20-2 = 2). Sehingga dapat dikatakan bahwa item pertanyaan Variabel Keterampilan Belajar
Mandiri (X) valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Terkecuali pada
item pertanyaan nomor 9 tidak valid, karena nilai korelasi rhitung < 0,423 sehingga item
pertanyaan tersebut dikeluarkan dari uji validitas karena tidak dapat digunakan untuk mengukur
Variabel Pelatihan Keterampilan Belajar Mandiri (X).

Hasil uji validitas pada item pertanyaan Variabel Motivasi Belajar Mahasiswa (Y) juga
dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Terkecuali pada
item pertanyaan nomor 2, 3, 5, 8, 12, 15, 16, dan 17 tidak valid, karena nilai korelasi rhitung <
0,423 sehingga item pertanyaan tersebut dikeluarkan dari uji validitas karena tidak dapat
digunakan untuk mengukur Variabel Motivasi Belajar Mahasiswa (Y).
Artikel kedua yang menggunakan metode analisis data kualitatif Deskriptif
analitis kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang digunakan dalam kajian

ini. Penelitian ini dilakukan di SMA Taruna Andhiga Kota Bogor yang terdiri dari 110 orang

dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang secara random sampling. Latar belakang dari studi ini

adalah maraknya perilaku bullying di Kota Bogor dimana 30% sampai 40% pelajar menjadi

korban bullying. Berdasarkan analisi data diketahui terdapat 36 orang atau (41.9) dukungan

sosial teman sebaya negatif dan 50 orang atau (58.1%) memberikan dukungan positif. Terdapat

45 orang (52,3%) berperilaku bullying dan 41 orang (47,7%) tidak berperilaku bullying.

Terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial teman dengan perilaku bullying dengan

risiko pencegahan sebesar 0,258 kali lipat dibandingkan yang tidak mendapat dukungan sosial.

. 2. Hasil analisis data artikel kedua

dukungan sosial,teman sebaya, dan perilaku bullying, perundungan

Seorang anak yang memiliki kekurangan fisik dan mental sering menjadi korban bullying.

Sementara itu, psikiater anak dan remaja menyampaikan akibat dari perilaku bullying pada anak

bisa berbeda-beda tergantung pada respon terhadap tindakan bully serta kemampuan mentalnya

Fase remaja adalah peralihan dari masa anak-anak menjadi orang dewasa sejalan dengan

perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Terdapat tigakelompok usia remaja, yaitu: Masa

awal, rentang umur 12 tahun sampai umur 15 tahun; Masa tengah-tengah, rentang usia antara 15

sampai dengan usia 18 tahun; Masa remaja akhir, yaitu rentang umur 18 sampai dengan usia 21

tahun Masa remaja dalam perkembangnya mengalami perubahan pada berbagai aspek kejiwaan

remaja, seperti kecerdasan intelektual, emosi dan mental. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

ekstrinsik seperti stres atau ketegangan akan harapan baru, yang dapat berdampak pada

melakukan kenakalan menyampaikan bahwa ketika usia remaja sering mengalami kesulitan

untuk mengontrol atau menguasai emosi. Dengan memahami dan menguasai gejolak emosinya

para remaja mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dilingkungan dimana meraka berada

Anda mungkin juga menyukai