Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data hasil penelitian dimaksudkan untuk memberikan

gambaran umum mengenai penyebaran/distribusi data, baik berupa ukuran

gejala sentral, ukuran letak maupun distribusi frekuensi. Data penelitian yang

disajikan adalah data setelah diolah dari data mentah dengan menggunakan

metode statistik deskriptif (program SPSS version 16.0 for Windows), yaitu:

simpangan baku, modus (nilai kekerapan), median (nilai tengah), mean (nilai

rata-rata), distribusi frekuensi, kuortosis, skewness serta grafik histrogram.

Data yang diperoleh berupa 2 kuesioner/angket kecerdasan emosional dan

sikap pada perilaku pergaulan bebas serta 1 tes obyektif (penguasan konsep

biologi) yang berasal dari 60 responden dimana semua data telah dinyatakan

valid dan reliabel pada pra-penelitian (uji coba) sebelumnya.

Berdasarkan banyaknya variabel dan merujuk kepada masalah penelitan

yang ada, maka deskripsi data dapat disajikan menjadi tiga bagian yakni: (1)

kecerdasan emosional, (2) penguasaan konsep biologi, dan (sikap pada

perilaku pergaulan bebas. Hasil perhitungan deskriptif masing-masing

variabel secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Uraian singkat hasil

perhitungan statistik deskriptif tersebut akan dikemukakan dalam tabel

gabungan berikut ini:

59
60

Tabel 4.1
Deskripsi Data Penelitian

1. Data Kecerdasan Emosional (X1)

Data dari kecerdasan emosional diperoleh berdasarkan hasil angket.

Tes terdiri dari 30 butir pernyataan dengan 60 orang responden. Tiap item

diberi skor menurut skala Likert (Likert Scale).

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapatkan bahwa skor maksimum

124 sementara skor minimum 102. Tingkat kecerdasan emosional berada

pada angka rata-rata 112,27, deviasi standar 5,725, median 113 dan modus

113. Angka deviasi standar 5,725 berarti 5,1% dari skor rata-rata. Ini

menunjukan bahwa disparitas kecerdasan emosional relatif cukup rendah.

Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa

bersifat homogen.
61

Dari deskripsi data Tabel 4.1 di atas kita dapat melihat bahwa rata-

rata skor dan median relatif hampir sama yaitu 112,27 dan 113. Sementara

tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan skor rata-

ratanya ini mengindikasikan bahwa rata-rata reponden yang berada di level

atas lebih banyak dibandingkan mereka yang mempunyai level yang lebih

rendah.

Terlebih lagi grafik berikut berupa histogram yang memberikan

gambaran mengenai distribusi skor kecerdasan emosional adalah sebagai

berikut:

Grafik 4.1

Histogram Kecerdasan Emosional

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat sebaran

data kecerdasan emosional relatif normal karena sebarannya banyak


62

berada dalam kurva normal. Sedangkan data yang berada di luar kurva

normal relatif sedikit.

2. Data Penguasaan Konsep Biologi (X2)

Data dari penguasaan konsep biologi diperoleh berdasarkan hasil tes

obyektif berbentuk pilihan ganda (multiple choices). Butir pernyataan

terdiri dari 20 item dengan 60 orang responden. Tiap item diberi skor 1

jika jawaban benar, dan 0 jika jawaban salah.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapatkan bahwa skor maksimum 18

sementara skor minimum 9. Tingkat penguasaan konsep biologi berada

pada angka rata-rata 13,58, deviasi standar 2,431, median 14 dan modus

14. Angka deviasi standar 2,431 berarti 17,9% dari skor rata-rata. Ini

menunjukan bahwa disparitas penguasaan konsep biologi siswa relatif

kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan konsep biologi

bersifat homogen.

Dari deskripsi data Tabel 4.1 di atas kita dapat melihat bahwa rata-

rata skor dan median relatif hampir sama yaitu 13,58 dan 14. Sementara

tingkat penguasaan konsep biologi yang lebih tinggi dibandingkan skor

rata-ratanya ini mengindikasikan bahwa rata-rata reponden yang berada di

level atas lebih banyak dibandingkan mereka yang mempunyai level lebih

rendah.

Terlebih lagi grafik berikut berupa histogram yang memberikan

gambaran lebih lanjut mengenai distribusi skor penguasaan konsep biologi

disajikan sebagai berikut:


63

Grafik 4.2
Histogram Penguasaan Konsep Biologi

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat sebaran

data penguasaan konsep biologi relatif normal karena sebarannya banyak

berada (secara mayoritas) dalam kurva normal. Sedangkan data yang

berada di luar kurva normal relatif sedikit.

3. Data Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas (X3)

Data dari sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa diperoleh

berdasarkan angket/kuesioner. Butir soal terdiri dari 30 item dengan 60

orang responden. Tiap item diberi skor rentang skala Likert (Likert Scale)

sesuai dengan jawaban pernyataan yang diberikan.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas didapatkan bahwa skor maksimum

siswa sebesar 123 sementara skor minimumnya 90. Tingkat sikap pada
64

perilaku pergaulan bebas siswa berada pada angka rata-rata 105,85, deviasi

standar 8,576, median 105,5 dan modus 107. Angka deviasi standar 8,576

berarti 8,1% dari skor rata-rata. Ini menunjukan bahwa disparitas sikap

pada perilaku pergaulan bebas siswa relatif cukup rendah. Maka dapat

disimpulkan bahwa tingkat sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa

bersifat homogen.

Dari deskripsi data Tabel 4.1 di atas kita dapat melihat bahwa rata-

rata skor dan median relatif hampir sama yaitu 105,85 dan 105,5.

Sementara tingkat sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa memiliki

level yang lebih rendah dibandingkan skor rata-ratanya ini dapat

mengindikasikan bahwa rata-rata reponden yang berada di level bawah

lebih banyak dibandingkan mereka yang mempunyai level lebih atas.

Terlebih lagi grafik berikut berupa histogram yang memberikan

gambaran lebih lanjut mengenai distribusi skor sikap pada perilaku

pergaulan bebas yang disajikan sebagai berikut:


65

Grafik 4.3
Histogram Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas

Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat

sebaran data sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa relatif normal

karena sebarannya banyak berada (secara mayoritas) dalam kurva normal.

Sedangkan data yang berada di luar kurva normal relatif kecil.

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data

Data variabel penelitian yang dianalisis dengan menggunakan analisis

statistik inferensial melalui teknik korelasi dan regresi ganda harus memenuhi

beberapa persyaratan. Di antara persyaratan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data bersumber dari sampel berupa pasangan data variabel X dan variabel

Y harus diambil secara acak dan memenuhi sampel minimum.


66

2. Untuk setiap kelompok harga variabel X, dan variabel Y harus independen

dan berdistribusi normal.

3. Hubungan pasangan data variabel X, dan variabel Y harus linier.

4. Tidak terjadi multikolineritas diantara variabel bebas.

Untuk memenuhi persyaratan tersebut telah dilakukan pengujian

persyaratan analisis, yaitu pengujian normalitas distribusi data, pengujian

linieritas data dan pengujian kolineritas data. Hasil pengujian yang telah

dilakukan dikemukakan sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas masing-masing variabel dilakukan dengan

maksud tertentu untuk mengetahui apakah sebaran data dari setiap variabel

tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian

pasangan data X3 atas X1 dan Y atas X2 dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui apakah sebaran data dari setiap variabel tidak menyimpang

dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data

dalam penelitian sebagaimana telah disebutkan di atas, dilakukan dengan

menggunakan uji Lilliefors. Apabila hasilnya menunjukkan Lhitung > Ltabel,

maka H0 menyatakan, bahwa sebaran skor berdistribusi normal ditolak,

dan sebaliknya H1 diterima.

Pengujian normalitas dilakukan terhadap data variabel X1, X2, dan

X3 dengan rumusan hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 = data sampel berdistribusi normal

H1 = data sampel tidak berdistribusi normal


67

Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program

aplikasi SPSS version 16.0 for Windows. Menurut ketentuan yang ada pada

program tersebut, maka kriteria dari normalitas data adalah “jika p value

(Sig) > 0.05 maka H0 diterima dan sebaliknya H1 ditolak, yang berarti data

pada sampel tersebut berdistribusi normal. Nilai p value (Sig) adalah

bilangan yang tertera pada kolom Sig dalam tabel hasil/output perhitungan

pengujian normalitas oleh program SPSS tersebut. Dalam hal ini

digunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Hasil perhitungan normalitas

data dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2
Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas

Pada Tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa nilai pada kolom Sig dengan

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov berturut-turut 0,915; 0,503;

dan 0,837 yang berarti semua nilai p value-nya (Sig) lebih besar dari 0,05

sehingga, H0 diterima dan H1 otomatis ditolak. Dengan kata lain dapat


68

disimpulkan bahwa data dari semua sampel pada penelitian ini

berdistribusi normal.

2. Pengujian Linieritas Garis Regresi

Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : garis regresi hubungan antara variabel X1/X2 dan variabel X3 linier.

H1 : garis regresi hubungan antara variabel X1/X2 dan variabel X3 tidak

linier.

Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program

SPSS version 16.0 for Windows, dengan ketentuan yang ada pada program

tersebut. Kriteria dari normalitas data adalah “jika Sig > 0.05, maka H0

diterima dan sebaliknya H1 ditolak. Ini berarti bahwa garis regresi tersebut

bersifat linier. Nilai Sig adalah bilangan yang tertera pada kolom Sig baris

Deviation from Linearity dalam tabel ANOVA hasil perhitungan pengujian

linieritas garis regresi oleh program SPSS version 16.0 for Windows.

a. Linieritas Garis Regresi Pengaruh Variabel Kecerdasan Emosional


(X1) terhadap Variabel Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas (X3).

Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi hubungan

antara variabel bebas kecerdasan emosional terhadap variabel terikat

sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:
69

Tabel 4.3
Hasil Pengujian Linieritas Garis Regresi Pengaruh Kecerdasan Emosional
(X1) terhadap Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas (X3)

Pada Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig baris

Deviation from Linearity adalah 0,503 lebih besar dari 0,05, sehingga

H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

garis regresi pengaruh variabel kecerdasan emosional (X1) terhadap

variabel sikap pada perilaku pergaulan bebas (X3) tersebut bersifat

linier.

b. Linieritas Garis Regresi Pengaruh Variabel Penguasaan Konsep


Biologi (X2) terhadap Variabel Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas
(X3).

Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi hubungan

antara variabel bebas penguasaan konsep biologi (X2) terhadap variabel

terikat sikap pada perilaku pergaulan bebas (X 3) dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.4
Hasil Pengujian Linieritas Garis Regresi Pengaruh Penguasaan Konsep
Biologi (X2) terhadap Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas (X3)
70

Pada Tabel 4.4 di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig baris

Deviation from Linearity adalah 0,368 lebih besar dari 0,05, sehingga

H0 diterima dan H1 otomatis ditolak. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa garis regresi pengaruh variabel penguasaan konsep biologi (X2)

terhadap variabel sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa (Y)

tersebut bersifat linier.

c. Linieritas Garis Regresi Pengaruh Variabel Kecerdasan Emosional


(X1) terhadap Variabel Penguasaan Konsep Biologi (X 2)

Hasil perhitungan pengujian linieritas garis regresi hubungan

antara variabel bebas kecerdasan emosional (X1) terhadap variabel

terikat penguasaan konsep biologi (X2) dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.5
Hasil Pengujian Linieritas Garis Regresi Pengaruh Kecerdasan Emosional
(X1) terhadap Penguasaan Konsep Biologi (X2)

Pada Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa nilai pada kolom Sig baris

Deviation from Linearity adalah 0,581 lebih besar dari 0,05, sehingga

H0 diterima dan H1 otomatis ditolak. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa garis regresi pengaruh variabel kecerdasan emosional (X1)


71

terhadap variabel penguasaan konsep biologi siswa (X2) tersebut

bersifat linier.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi yang sempurna antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

yang sempurna diantara variabel bebas. Salah satu cara untuk mendeteksi

adanya multikolinieritas adalah dengan Tolerance atau Varians Inflation

Factor (VIF). Apabila tolerance lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF di atas

10, maka terjadi multikolinieritas. Aturan yang berikutnya adalah jika nilai

tolerance dan VIF mendekati angka satu, maka dalam analisis regresi

ganda tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas

Hasil uji multikolinieritas pada Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa

hasil Tolerance dan nilai Varians Inflation Factor (VIF) pada masing-

masing variabel mencapai nilai angka satu (masing-masing 1,000 dan

1,000). Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas

antara kecerdasan emosional dan penguasaan konsep biologi pada analisis

analisis jalur (path analysis) ini.


72

C. Pengujian Hipotesis Penelitian

Pada bagian ini diuraikan analisis jalur menggunakan program SPSS

version 16.0 for Windows. Penggunaan analisis jalur dikarenakan memenuhi

syarat:

1. Data masing-masing variabel merupakan data interval/rasio;

2. Hubungan antara dua variabel adalah linear dan aditif.

3. Hubungan antara setiap dua variabel bersifat rekursif (satu arah)

4. Variabel sisa (residu) tidak berkorelasi dengan sesamanya dan tidak juga

dengan variabel dalam sistem: rxe = rex = 0 dan juga re1.e2 = re2.e1. (Supardi

U.S., 2010:278-279). Teknik ini digunakan bertujuan untuk menguji

apakah tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini telah teruji

kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Pengujian yang dilakukan

meliputi dua tahap, yaitu pengujian secara keseluruhan dan pengujian

secara individual.

1. Uji Korelasi Antar Variabel

Tabel 4.7
Matriks Korelasi Antar Variabel
73

Dai tabel di atas dapat dapat disimpulkan bahwa korelasi antara X 1 dan X2

(kecerdasan emosional dan penguasaan konsep biologi) adalah 0.655 , sedangkan

korelasi antara X1 dan X3 (kecerdasan emosional dan sikap pada perilaku

pergaulan bebas) adalah 0.784 dan korelasi antara X2 dan X3 (kecerdasan

emosional dan penguasaan konsep biologi) adalah 0.738.

2. Menentukan Koefisien Jalur

a. Menetukan Koefisien Jalur X1 ke X3 dan X2 ke X3

Tabel 4.8
Koefisien Jalur X1 ke X3 dan X2 ke X3
r13 = 0,784 = 0,527

r23 = 0,738 = 0,392

X1
r13 = 0,784
P31 = 0,527

X3

P32 = 0,392
r23 = 0,738

X2

a. Menetukan Koefisien Jalur X1 ke X2

Tabel 4.9
Koefisien Jalur X1 ke X2
74

r12 = 0,655 = 0,655

X1

r12 = 0,655
P21 = 0,655

X1

X1
r13 = 0,784
P31 = 0,527
r12 = 0,655
P21 = 0,655 X3

P32 = 0,392
r23 = 0,738
X2

Gambar 4.4
Ringkasan Hasil Penelitian dengan Path Analysis

3. Pengujian Koefisien Jalur


a. Pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku
pergaulan bebas

H0 : =0
H1 : ≠0

Kriteria Pengujian:

 Terima H0 dan tolak H1 jika Sig < 0.05 artinya tidak ada pengaruh
75

kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

 Terima H1 dan tolak H0 jika Sig > 0.05 artinya ada pengaruh kecerdasan

emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

Dari nilai Coofficientsa pada Tabel 4.8 di atas didapat nilai p-value

(kolom signifikan) 0,527 yang berarti > 0,05 dengan demikian H1 diterima

dan H0 ditolak dan disimpulkan ada pengaruh antara kecerdasan emosional

terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa.

b. Pengaruh langsung penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada


perilaku pergaulan bebas.

H0 : =0
H1 : ≠0

Kriteria Pengujian:

 Terima H0 dan tolak H1 jika Sig < 0.05 artinya tidak ada pengaruh

kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

 Terima H1 dan tolak H0 jika Sig > 0.05 artinya ada pengaruh kecerdasan

emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

Dari nilai Coofficientsa pada Tabel 4.8 di atas didapat nilai p-value

(kolom signifikan) 0,392 yang berarti > 0,05 dengan demikian H1 diterima

dan H0 ditolak dan disimpulkan ada pengaruh penguasaan konsep biologi

terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas siswa.

c. Pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap penguasaan konsep


biologi.

H0 : =0
H1 : ≠0

Kriteria Pengujian:
76

 Terima H0 dan tolak H1 jika Sig < 0.05 artinya tidak ada pengaruh

kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

 Terima H1 dan tolak H0 jika Sig > 0.05 artinya ada pengaruh kecerdasan

emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

Dari nilai Coofficientsa pada Tabel 4.9 di atas didapat nilai p-value

(kolom signifikan) 0,655 yang berarti > 0,05 dengan demikian H1 diterima

dan H0 ditolak dan disimpulkan ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap

penguasaan konsep biologi.

d. Pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional terhadap sikap pada


perilaku pergaulan bebas melalui penguasaan konsep biologi.

H0 : = 0
H1 : ≠ 0

Kriteria Pengujian:

 Terima H0 dan tolak H1 jika Sig < 0.05 artinya tidak ada pengaruh tidak

langsung kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan

bebas melalui penguasaan konsep biologi.

 Terima H1 dan tolak H0 jika Sig > 0.05 artinya ada pengaruh tidak langsung

kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas

melalui penguasaan konsep biologi.

Dari nilai Coofficientsa pada tabel 4.8 dan 4.9 di atas didapat nilai p-

value (kolom signifikan) berturut-turut 0,527 dan 0,655 > 0,05 dengan

demikian H1 diterima dan H0 ditolak dan disimpulkan ada pengaruh tidak

langsung kecerdasan emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas

melalui penguasaan konsep biologi.


77

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Langsung Kecerdasan Emosional (X1) terhadap Sikap pada


Perilaku Pergaulan Bebas (X3)

Koefisien jalur pertama yang diuji adalah pengaruh dari kecerdasan

emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas. Dari hasil

analisis diperoleh koefisien jalur = 0,527 > 0,05 sehingga H0 ditolak

dan H1 diterima. Berarti ada pengaruh langsung antara kecerdasan

emosional terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas.

Terdapat hubungan erat antara kemampuan pengendalian emosi

dengan kesukesan kehidupan, menumbuhkan kemampuan anak dalam

mengatasi kegagalan, mengontrol emosi berinteraksi dengan orang lain

dan unsur kecerdasan emosional lainya sama penting dengan nilai-nilai tes

di sekolah.

Sementara kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah

satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud

adalah melewati batas-batas norma yang ada. Remaja adalah individu labil

yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar.

Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan

teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi

generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Siswa yang memiliki

kecerdasan emosional yang baik, cenderung tidak mengambil perilaku

pergaulan bebas, karena dia sadar bahwa pergaulan tersebut dapat

menjerumuskan dirinya ke hal yang negatif. Sementara siswa yang


78

memiliki kecerdasan emosional rendah, cenderung mudah terbawa dalam

pergaulan yang tidak sehat, karena sifat labil yang dimilikinya.

2. Pengaruh Langsung Penguasaan Konsep Biologi (X2) terhadap Sikap pada


Perilaku Pergaulan Bebas (X3)

Koefisien jalur kedua yang diuji adalah pengaruh dari penguasaan

konsep biologi terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas. Setelah

mengetahui bahwa penguasaan konsep biologi mempengaruhi sikap pada

perilaku pergaulan bebas secara signifikan, maka langkah selanjutnya

adalah mencari berapa besaran pengaruh yang diperoleh. Dari hasil

analisis diperoleh nilai koefisien jalur = 0,392 > 0,05 sehingga H0

ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh penguasaan konsep biologi

terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas. Hal ini jelas karena anak

yang mempunyai penguasaan konsep biologi yang tinggi, terutama

mengenai organ reproduksi seksual, akan lebih berhati-hati dalam bergaul.

Pergaulan bebas akan membawa dampak buruk bagi dirinya, karena dia

akan mudah terkena penyakit menular seksual. Dengan kata lain,

penguasaan konsep biologi yang baik, akan mampu memberikan filter

tentang perilaku-perilaku yang negatif, seperti; minuman keras,

mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat

menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.

3. Pengaruh Langsung Kecerdasan Emosional (X1) terhadap Penguasaan


Konsep Biologi (X2)
79

Koefisien jalur ketiga yang diuji adalah pengaruh kecerdasan

emosional terhadap penguasaan konsep biologi siswa. Dari hasil analisis

didapat nilai koefisien jalur = 0,655 > 0.05. Berdasarkan perhitungan

hasil analisis ini sehingga H1 diterima maka H0 ditolak yang berarti bahwa

terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap penguasaan

konsep biologi siswa.

Penguasaan konsep biologi merupakan tingkat kemampuan yang

mengharapkan siswa mampu menguasai/memahami arti atau konsep,

situasi dan fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan

menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya dengan tidak mengubah artinya. Penguasaan konsep biologi

sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah mengalami proses belajar,

dan bergaul dalam masyarakat. Dalam hal ini penguasaan konsep biologi

tentang organ reproduksi sangat diperlukan agar siswa dapat mengenali

dirinya dengan baik dan menjaga organ itu sebaik-baiknya, agar tidak

terkena penyakit menular seksual.

Kecerdasan emosional yang baik, dapat membuat siswa memiliki

filter yang baik dalam pergaulan, sehingga tidak mudah terjebak dalam

arus pergaulan yang tidak sehat. Karenanya, kecerdasan emosional dapat

memicu siswa untuk memiliki pengetahuan dan penguasaan konsep yang

baik tentang organ reproduksi, karena dalam dirinya sudah tertanam untuk

tidak mau terjebak dalam arus pergaulan yang tidak sehat.


80

4. Pengaruh Tidak Langsung Kecerdasan Emosional (X1) terhadap


Sikap pada Perilaku Pergaulan Bebas (X 3) melalui Penguasaan
Konsep Biologi (X2)

Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional terhadap sikap pada

perilaku pergaulan bebas melalui penguasaan konsep biologi siswa.

Karena nilai koefisien jalaur berturut-turut = 0,527 dan = 0,655

> 0,05.

Sikap dalam memilih jenis pergaulan, merupakan pilihan yang harus

diambil oleh siswa. Kalau pergaulan itu sehat, tentu itu harapannya. Tetapi

kalo pergaulan itu tidak sehat dan bebas, itu akan menjadi masalah bukan

saja bagi siswa tersebut, melainkan juga orangtuanya. Karenanya, perlu

pembekalan yang cukup bagi siswa untuk memiliki pengetahuan yang

benar tentang dampak dari pergaulan bebas. Salah satu aspek yang dapat

dipelajari adalah tentang pengetahuan organ reproduksi. Dengan

pengetahuan tersebut, diharapkan siswa akan lebih protektif dan selektif

dalam menjaga organ reproduksinya. Kenyataan di lapangan menyatakan,

bahwa untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang organ

reproduksi dan dampak dari pergaulan bebas, dapat dipengaruhi oleh

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa. Kecerdasan ini dapat

mengarahkan siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat dan pada

gilirannya menggunakan pengetahuan itu secara benar, sehingga

diharapkan dapat terhindar dari pergaulan bebas.

.
81

Anda mungkin juga menyukai