Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika adalah Queen of Science. Semua pengetahuan dan perkembangan
teknologi tidak ada yang bisa lepas dari matematika. Semua bidang ilmu pengetahuan
khususnya sains pasti membutuhkan matematika dalam aplikasi dan penerapannya.
Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan zaman.
Matematika diskrit adalah salah satu ilmu yang memiliki banyak kegunaan
dalam berbagai bidang ilmu lainnya. Matematika diskrit merupakan cabang
matematika yang mempelajari tentang objek-objek diskrit. Diskrit itu sendiri adalah
sejumlah berhingga elemen yang berbeda atau elemen-elemen yang tidak
bersambungan. DImana data diskrit merupakan data yang satuannya selalu bulat
dalam bilangan asli, tidak berbentuk pecahan.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan
makhluk hidup dan kehidupan. Pada hakekatnya biologi berdasarkan kata biologi
sendiri yang terdiri dari dua kata yaitu bio yang artinya makhluk hidup dan logia tau
logos yang artinya ilmu.
Genetika adalah salah satu materi dari biologi Hukum pewarisan medel adalah
hokum yang mengatur pewarisan sifat secara genetic dari satu organisme pada
keturunannya. Hukum ini didapat dari hasil penelitian Gregor Johann Mendel,
seorang biarawan Austria.
Hukum tersebut terdiri dari dua bagian:
1. Hukum Pertama Mendel (hukum pemisahan atau segregation)
Isi dari hukum segregasi:
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, setiap pasang gen akan
disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.
2. Hukum Kedua Mendel (hukum berpasangan secara bebas atau
independent assortment)
Isi dari hukum pasangan bebas:
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi
pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk
akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas.
Hukum Mendel adalah salah satu hukum terpenting dalam perkembangan ilmu
genetic di dunia. Namun, tidak banyak orang yang menyadari bahwa penelitian
Mendel didasari pada ilmu Matematika. Dalam makalah ini akan dibahas mengenali
cara menentukan fenotip dengan menggunakan teorema binomial pascal.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui aplikasi matematika dalam pelajaran biologi khususnya pada
tingkat Sekolah Menengah Pertama.
2. Menjelaskan penerapan segitiga pascal dalam mencari fenotip
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Hukum Pewarisan Mendel
Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah
biara di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian
hasil persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan adalah :
a.       Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok
b.      Melakukan penyerbukan sendiri
c.       Mudah dilakukan penyerbukan silang
d.      Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat
e.       Mempunyai keturunan banyak
Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya adalah
menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman galur
murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan
prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis,
yaitu :
a.       Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan,
satu dari induk jantan dan satu induk betina.
b.      Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua
bentuk alternative ini disebut alel.
c.       Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
d.      Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
e.       Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.

2.      Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada
pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan  dalam
dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan
dengan satu sifat beda).
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
a.       Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
b.      Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam
gambar di samping).
c.       Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan
selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak
selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.

3.      Hukum Mendel II
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan:
‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka
diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’.
Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara
fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe
berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari
genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya
bergenotipe wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R
dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk
betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu
seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna
merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu
merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat
dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam
sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat
dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat
dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan
panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan
genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk
betinanya adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb
(semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk
individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur.
Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan
2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss);
dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya
bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk
buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1

   Percobaan Mendel
1.      Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a.      Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat
keturunannya sama dengan salah satu sifat induknya. 
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi
disilangkan dengan kacang ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian
F1 dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang
tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam
bagan berikut : 
Kacang ercis Kacang ercis Batang
Parental 1 (P1) >< 
Batang Tinggi Pendek
Genotipe TT ><  tt
Fenotipe Tinggi Pendek
Gamet T dan T t dan t
Fenotipe : Batang
Filial (F1) Tt
Tinggi
Kacang ercis Kacang ercis Batang
Parental 2 (P2) >< 
Batang Tinggi Tinggi
Genotipe T  t T   t
Gamet T dan t ><  T dan t
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut : 

          Gamet
T t
Gamet
T TT (Tinggi)  .1 Tt (Tinggi)   .2

T Tt  (Tinggi)  .3 Tt (pendek)  .4
Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor pendek
(t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan
fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1 
b.       Persilangan Monohibrid Intermediet
Persilangan ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe
diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya
berbunga  merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya,
maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan
perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
Tanaman
Tanaman                       berbunga
P1 berbunga >< 
putih
merah
Genotipe MM ><                Mm
Gamet M dan M           m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga merah muda
Mm (merah
P2 ><  Mm (merah muda)
muda)
Gamet M dan m ><  M dan m
 Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah : 
       Gamet
M M
Gamet
MM
M Mm (merah muda)         2
(Merah)              1
m Mm (merah muda)    3 Mm (putih)                     4
Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1.
Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1 
2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam percobaannya
menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan
galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan
terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna
biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan penyerbukan
sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai
berikut. Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu
bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau 
Perhatikan bagan persilangan  dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
Kacang ercis berbiji bulat Kacang ercis berbiji keriput
P1 >< 
warna kuning warna hijau
Genotipe BBKK ><  Bbkk
Gamet BK dan BK ><  bk dan bk
Fenotipe : berbiji bulat warna
F1 BbKk
kuning
P2 BbKk ><  BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk ><  BK,Bk,bK,bk
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb : 
                Gamet
F2 : BK Bk bK Bk
Gamet
BK BBKK 1 BBKk 2 BbKK 3 BbKk 4
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
bK BbKK 9 BbKk 10 bbKK 11 bbKk 12
Bk BbKk 13 Bbkk 14 bbKk 15 Bbkk 16
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K memiliki
biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1.      bulat – kuning    = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2.      bulat – hijau       = nomor : 6, 18, 14
3.      keripit – kuing   = nomor : 11, 12, 15
4.      keriput – hijau    = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 : 
Kemungkina
Kotak nomor Genotipe Fenotipe
n ke-
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput kuning
8 12, 15 bbKk Keriput kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
Perbandingan Genotipe nya :
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
3. Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi, biji bulat
dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau. Keturunan F1
yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid 
P1 TTKKBB                     >< Ttkkbb
Fenotipe Tinggi,kuning,bulat                     >< Pendek,keriput,hijau
Genotip
TKB                     >< Tkb
e
F1 TtKkBb
Fenotipe : Tinggi,kuning,bulat
P2      TtKkBb                     >< TtKkBb
Gamet TKB,TKb,TkB,Tkb,tKB,tKb,
tkB,tkb
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2 
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Sifat Perbandingan Jumlah
Macam Macam Macam
Beda Fenotipe F2 Individu F2
Gamet Genotipe F2 Fenotipe F2
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2 22 = 4 9 4 9:3:3:1 16
3 23 = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3:1 64
N 2n
3n
2n
4n

2. Bilangan Binomial Pascal

Dalam aljabar elementer, teorema binomial adalah teorema yang


menjelaskan mengenai pengembangan eksponen dari penjumlahan antara dua
variabel (binomial). Berdasarkan teorema ini, dimungkinkan untuk
mengembangkan eksponen (x + y)nmenjadi sebuah penjumlahan dari suku-suku
dengan bentuk axbyc, dimana eksponen b dan c adalah bilangan bulat non
negatifdengan b + c = n, dan koefisien a dari setiap suku adalah bilangan bulat
positif tertentu tergantung pada n dan b. Ketika suatu eksponen adalah nol, faktor
yang bereksponen nol tersebut biasanya dihilangkan dari sukunya. Contohnya,

Koefisien a pada suku axbyc dikenal sebagai koefisien binomial   

atau   (keduanya memiliki nilai yang sama). Koefisien untuk setiap


variasi n dan b dapat disusun membentuk segitiga Pascal. Angka-angka ini juga

muncul dalam kombinatorika, dimana  menunjukkan


banyaknya kombinasi yang berbeda dari unsur b yang dapat dipilih dari
suatu himpunan dengan unsur sebanyak n

Dalam matematika, segitiga Pascal adalah suatu aturan geometri


pada koefisien binomial dalam sebuah segitiga. Ia dinamakan sempena Blaise
Pascal dalam kebanyakan dunia barat, meskipun ahli matematika lain telah
mengkajinya berabad-abad sebelum dia di India, Persia, Cina, dan Italia. Barisan
segitiga Pascal umumnya dihitung dimulai dengan baris kosong, dan nomor-
nomor dalam barisan ganjil biasanya diatur agar terkait dengan nomor-nomor
dalam baris genap. Konstruksi sederhana pada segitiga dilakukan dengan cara
berikut. Di barisan nol, hanya tulis nomor 1. Kemudian, untuk membangun unsur-
unsur barisan berikutnya, tambahkan nomor di atas dan di kiri dengan nomor
secara langsung di atas dan di kanan untuk menemukan nilai baru. Jika nomor di
kanan atau kiri tidak ada, gantikan suatu kosong pada tempatnya. Misalnya,
nomor satu di barisan pertama adalah 0 + 1 = 1, di mana nomor 1 dan 3 dalam
barisan ketiga ditambahkan untuk menghasilkan nomor 4 dalam barisan keempat.
B. Penerapan Binomial Pascal dalam Hukum Pewarisan Mendel

Anda mungkin juga menyukai