Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU BIOMEDIK DASAR

HUKUM MENDEL 1 & 2

Dosen pengampu : Desi Afriyanti, NS,MKEP


DISUSUN OLEH:
Alfina Sabila Talitha Nindya Paramitha
Deden Hendriawan Tiara Puspa Octaviananda
Dewi Oktaviani Intan Indriyani
Erizka Salsabila Mianto Hidayatul Husni
Safitri Ramadhaniah Sugiawati
Siti Nur Azziziah Bilal Takbir
Pandu Alfiano Laely Uswatun Khasanah

STIKES RAFLESIA
Jl. Mahkota Raya No.32B Pondok Duta 1 Tugu, Cimanggis Depok
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Hukum Mendel I-II ” ini berjalan dengan baik
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada mata kuliah ilmu biomedik dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini .

Depok, 29 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………...

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..

A. Latar Belakang Teori Mendel………………………………………………


B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan…………
C. Hukum Mendel I…………………………………………………………
D. Hukum Mendel II…………………………………………………………
E. Teori Pewarisan Sifat…………………………………………………….
F. Percobaan Mendel……………………………………………………….

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….

A. Kesimpulan ………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum pewarisan Mendel adalah okum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya ‘Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman’. Hukum ini terdiri dari dua bagian

Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment)
dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

Hukum pewarisan Mendel adalah okum mengenai pewarisan sifat pada


organisme, yang kita kenal dengan okum segregasi dan okum asortasi bebas, yang
telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada
pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari
induknya sebagaimana bunyi okum mendel I, dan bunyi okum mendel II,
menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi okum mendel I?
3. Apa bunyi okum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?

Tujuan
1. Agar siswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar siswa mengetahui okum mendel I.
3. Agar siswa mengetahui okum mendel II.
4. Agar siswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar siswa mengetahui percobaan mendel
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Teori Mendel

Genetika adalah ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Gregor Johann mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah biara
di Brunn, Austria menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian hasil
persilangan ditanam dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.

B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan


1. Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok.
2. Melakukan penyerbukan sendiri
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang
4. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat.
5. Mempunyai keturunan banyak.

Langkah awal sebelum dilakukan perhitungan terhadap pengamatannya


adalah menentukan galur murni jenis tanaman yang dijadikan percobaan. Tanaman
galur murni adalah tanaman yang apabila dilakukan penyerbukan sendiri akan
menghasilkan keturunan yang semuanya mempunyai sifat yang sama dengan
induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan perkawinan silang dengan
menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang berbeda sebagai induk-
induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut hybrid, sedangkan prosesnya
hibridisasi.

Dari hasil percobaan yang diperolehnya, Mendel menyusun beberapa hipotesis,


yaitu:

1. Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang factor keturunan, satu
dari induk jantan dan satu induk betina
2. Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk alternative sesamanya,
misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning atau hijau. Kedua bentuk
alternative ini disebut alel.
3. Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu tanaman, factor
dominasi akan menutup factor resesif.
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel akan
memisah secara bebas.
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
C. Hukum Mendel I

Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada


pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam
dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan
satu sifat beda)

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter


turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar),
dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua
betina
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu
terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
D. Hukum Mendel II

Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,


menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang
sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada
sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat
beda) atau lebih.

Seperti nampak pada gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe


ww (secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR
(secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar)
merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga
membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe wR).Selanjutnya,
persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan membentuk indidividu pada
keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri
(induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2).
Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti
nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww.
Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga
berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.

Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-
induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.

Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan


genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka
akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan
baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2
mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika
genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna
kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).

Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil


bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe
SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1

E. Teori Pewarisan Sifat

Pewarisan sifat atau yang dikenal dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan
sifat dari induk kepada keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat
disebut dengan genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan
gen. Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :

1. Teori Embryo

Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang menyatakan,


bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Reiner de Graaf
(1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur
yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan bahwa ovarium pada
burung sama dengan ovarium pada kelinci.

2. Teori Preformasi

Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan


bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniature yang
telah terbentuk sebelumnnya.

3. Teori Epigenesis Embriologi

Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang menyatakan bahwa
ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini menyebabkan
pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.

4. Teori Plasma Nutfah

Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan


bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan) terhadap
struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.

5. Teori Pengenesis

Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa setiap


bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuia.

6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa spermatozoa
sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab sebagai penurunan
sifat.

F. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan PenuhPersilangan dua individu dengan
satu sifat beda menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama
dengan salah satu sifat induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut.
Contoh: Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang
ercis berbatang pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1
dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2
yang berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut

Parental 1 (P1) Kacang ercis ><  Kacang ercis


Batang Tinggi Batang Pendek

Genotipe TT ><  tt

Fenotipe Tinggi Pendek

Gamet T dan T t dan t

Filial (F1) Tt Fenotipe : Batang


Tinggi

Parental 2 (P2) Kacang ercis ><  Kacang ercis


Batang Tinggi Batang Tinggi

Genotipe T  t T   t

Gamet T dan t ><  T dan t

Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :

          Gamet         
Gamet T t
TT Tt
T (Tinggi)  .1 (Tinggi)   .2
Tt
T Tt  (Tinggi)  .3 (pendek)  .4
  

            Pada persilangan ini , gen untuk faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen
untuk faktor pendek (t). Maka Individu bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki
fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe F2 pada persilangan monohibrid dominan
penuh adalah Tinggi : Pendek = 3 : 1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt :
tt = 1 : 2 : 1

Persilangan Monohibrid Intermediet Persilangan ini tidak seperti salah satu


fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan
dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang
semuanya berbunga  merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan
dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda,
dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai
berikut :

P1 Tanaman ><  Tanaman berbunga putih


berbunga
merah
Genotipe MM ><                Mm
Gamet M dan M           m dan m
F1 Mm Fenotipe : berbunga
merah muda
P2 Mm ><  Mm (merah muda)
(merah
muda)
Gamet M dan m ><  M dan m
 Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :

       Gamet
Gamet M M
MM Mm (merah
M (Merah)              1 muda)         2
Mm (merah Mm
M muda)    3 (putih)                     4

Perbandingan Fenotipe F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :


merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm
=1:2:1

2. Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)

            Persilangan dua individu dengan dua sifat beda atau lebih menghasilkan
keturunan dengan perbandingan fenotipe dan genotipe tertentu. Mendel dalam
percobaannya menggunakan kacang ercis galur murni yang mempunyai biji bulat
warna kuning dengan galur murni yang mempunyai biji keriput warna hijau. Karena
bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan hijau, maka F1 seluruhnya berupa
kacang ercis berbiji bulat dan warna biji kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam
kembali dan dilakukan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan
kedua F2 yang diperoleh adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah
persilangan dua individu dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.

B=bulat, dominan terhadap keriput b=keriput,

K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau

Perhatikan bagan persilangan  dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
 

P1 Kacang ercis berbiji ><  Kacang ercis berbiji


bulat warna kuning keriput warna hijau
Genotipe BBKK ><  Bbkk
Gamet BK dan BK ><  bk dan bk
F1 BbKk Fenotipe : berbiji bulat
warna kuning
P2 BbKk ><  BbKk
Gamet BK,B k,bK,bk ><  BK,Bk,bK,bk
   

Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K


memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah:

1. bulat – kuning    = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13


2. bulat-hijau= nomor : 6, 18, 14
3. keripit–kuing  = nomor : 11, 12, 15
4.      keriput – hijau    = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
 

Kemungkinan Kotak Genotipe Fenotipe


ke- nomor
1 1 BBKK Bulat kuning
2 2, 5 BBKk Bulat kuning
3 3, 9 BbKK Bulat kuning
4 4,7, 10, 13 BbKk Bulat kuning
5 6 BBkk Bulat hijau
6 8, 14 Bbkk Bulat hijau
7 11 bbKK Keriput
kuning
8 12, 15 bbKk Keriput
kuning
9 16 bbkk Keriput hijau
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk

1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1

3.    Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)

            Misalnya persilangan kacang ercis dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi,
biji bulat dan biji warna kuning, dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau.
Keturunan F1 yang dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah Sifat Beda    Jumlah Macam Gamet    Jumlah Macam Genotipe F2    Jumlah
Macam Fenotipe F2    Perbandingan Fenotipe F2    Jumlah Individu F2      

Jumla Jumla Jumlah Jumlah Perbandingan Jumlah


h Sifat h Macam Macam Fenotipe F2 Individ
Beda Maca Genotip Fenotip u F2
m e F2 e F2
Gamet
1 21 = 2 3 2 3:1 4
2
2 2  = 4 9 4 9:3:3:1 16
3
3 2  = 8 27 8 27:9:9:9:3:3:3: 64
1
N 2n 3n 2n 4n

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Hukum pewarisan Mendel adalah hokum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
“Percobaan Mengenai Persilangan Tanaman”. Hukum ini terdiri dari dua
bagian :

Hukum pemisah (segregation) dari mendel, juga dikenal sebagai Hukum


Pertama Mendel, dan hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai hukum kedua Mendel.
B.SARAN

Mahasiswa harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karna apabila


salah menyilangkan, maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat materi
pembelajaran ini sangat berguna untuk kehidupanmendatang, maka disarankan
kepada seluruh mahasiswa agar rajinmempelajarinya.

Makalah ini ditulis dengan keterbatasan penulis atas pengalaman dan ilmu
pengetahuan, sehingga makalah ini tercipta jauh dari hasil yang sempurna, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai