Anda di halaman 1dari 81

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Proses belajar disekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh. Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang

tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki intelligensi quotient (IQ) yang

tinggi, karena intelligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan

dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan prestasi belajar yang

optima. Menurut Binet dalam buku Winkel (1997:529) hakikat intelligensi adalah

kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,untuk

mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai

keadaan diri secara kritis dan objektif.

Kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah sering

ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang tidak setara dengan

kemampuan intelegensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi

tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang rendah, namun ada siswa yang

walaupun kemampuan intelegensinya relatif rendah dapat meraih prestasi belajar

yang relative tinggi. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan satu-satunya factor yang

menentukan keberhasilan seseorang, karena ada factor lain yang mempengaruhi.

Menurut goleman (2000:44), Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang

20% bagi kecerdasan sedangkan 80% adalah sumbangan factor kekuatan lain,

diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni


2

kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati ,

mengatur suasana hati (MOD) berempati serta kemampuan bekerja sama.

Dalam proses belajar siswa, kedua intelegensi itu sangat diperlukan

IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional

terhadap mata pelajaran yang disampaikan disekolah namun biasanya kedua

intelegensi itu saling melengkapi. Keseimbanyan antara IQ dan EQ merupakan

kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman,2002). Pendidikan

disekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu modal

pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu

mengembangkan emotional intelligence siswa.

Hasil beberapa penelitian di University Of Vermont mengenai

analisis struktur neorologis otak manusia dan penelitian perilaku oleh LeDoux

(1970) menunjukan bahwa dalam peristiwa penting seseorang EQ selalu

mendahuluin Intelligence Rasional. EQ yang baik dapat menentukan keberhasilan

individu dalam belajar membangun kesuksesan karir, mengembangkan hubungan

suami istri yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam

kalangan remaja (Golemant , 2002:17)

Memang harus diakui bahwa mereka yang memiliki IQ rendah dan

EQ mengalami keterbelakangan mental akan mengalami kesulitan , bahkan

mungkin tidak mampu mengikuti pendidikan formal yang seharusnya sesusai

dengan usia mereka .namun fenomena yang ada menunjukan bahwa tidak sedikit

orang dengan IQ tinggi yang ber prestasi rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
3

sedang yang dapat mengungguli prestasi belajar orang dengan IQ tinggi. Hal ini

menunjukan bahwa IQ tidak selalu data memperkirakan prestasi belajar

seseorang.

Kemunculan istilah kecerdasan emosional dalam pendidikan bagi

sebagian orang mungkin dianggap sebagai jawaban atas kejanggalan tersebut.

Teori Daniel Golemant, sesuai dengan judul bukunya memberikan definisi baru

terhadap kata cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang relative baru

dibandingkan IQ, namun beberapa penelitian telah mengisyaratkan bahwa

kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan IQ (Golemant,2002:44)

Menurut Golemant (2002:512), kecerdasan Emosioal adalah

kemampuan seseorang mengatur kemampuan emosinya dengan intelligensi ( To

manage our emotional live with intelligence) : menjaga keselarasan emosi dan

pengungkapannya (The appropriatenesof emotion and its expression) melalui

keterampilan kesadaran diri , pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

keterampilan social.

Menurut golemant, khusus pada orang-orang yang murni hanya

memiliki kecerdasan akademis tinggi mereka cenderung memiliki rasa gelisah

yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri , terkesan dingin

dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat.

Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-

orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karna sifat-sifat diatas , bila

seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka


4

cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala,sulit bergaul, mudah

frustasi, tidak mudah percaya pada orang lain, tidak peka dengan kondisi

lingkungn dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya,

dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi.Kecerdasan emosional dapat dikembangkan

seumur hidup dengan belajar.

Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan

contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orangtuanya. Namun di era

globalisasi sekarang , orang tua semakin disibukan dengan pekerjaannya sehingga

anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan karakter, mereka lebih

banyak meniru tokoh-tokoh idolanya yang sering muncul di media dibandingkan

meniru hal-hal baik dari orangtuanyaketika menginjak remaja, mereka lebih

banyak waktu dengan teman-temannya daripada dengan keluarga, bahkan ketika

punya masalah mereka lebih banyak sharing dengan teman daripada dengan orang

tua.karna kesibukan orang tua maka anak dimanjakan oleh fasilitas-fasilitas

dirumahnya, seperti computer, internet, game dan lain-lain sehingga waktu

mereka untuk belajar jadi berkurang porsinya.

Biologi sebagai salah satu mata pelajaran kelompok Sains

mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Biologi

memiliki struktur ke-ilmuan dan metode pembelajaran tersendiri, serta

terdapatnya produk-produk ke-ilmuan seperti konsep, teori, postulat dan lain-lain .


5

Pada kenyataannya, hasil belajar konsep siswa masih rendah.Salah

satu diantaranya adalah penguasaan konsep, atau pemahaman yang salah bisa

terjadi karena kesempatan memformulasikan konsep,rendahnya asumsi awal dan

kesalahan dedukasi.

Berbagai informasi tentang penguasaan konsep biologi diperlukan

sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan upaya apa yang paling

efisien yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap

konsep biologi.

Dari permasalahan diatas penulis akan melakukan penelitian yang

berjudul’’ Pengaruh Kecerdasan Emosional Siswa dan Penguasaan Konsep

Biologi Terhadap Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas.”(Survey pada SMP

Negeri di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat )

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka berbagai masalah dapat

diidentifikasikan seperti :

1. Apakah kecerdasan emosional siswa mempengaruhi penguasaan konsep

biologi ?

2. Apakah yang mempengaruhi penguasaan konsep biologi ?

3. Apakah kecerdasan emosional siswa mempengaruhi sikap pada perilaku

pergaulan bebas ?

4. Bagaimanakah meningkatkan pengetahuan penguasaan konsep biologi ?


6

5. Bagaimanakah pengaruh penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada

perilaku pergaulan bebas ?

6. Apakah penguasaan konsep biologi memepengaruhi sikap pada perilaku

pergaulan bebas ?

7. Bagaimanakah sikap siswa pada perilaku pergaulan bebas ?

8. Apakah yang mempengaruhi sikap pada perilaku pergaulan bebas ?

9. Kecerdasan emosional yang bagaimanakah yang berpengaruh positif terhadap

sikap pada perilaku pergaulan bebas ?

10. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi sikap pada perilaku pergaulan

bebas ?

11. Bagaimanakah pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada

perilaku pergaulan bebas melalui penguasaan konsep biologi ?

C. Pembatasan masalah

Masalah yang ter-identifikasi ternyata cukup kompleks. Karena

banyaknya faktor yang mempengaruhi sikap pada perilaku seksual bebas, dan

agar penelitian ini menjadi lebih ter-arah, dan juga terbatasnya waktu,

tenaga, biaya, maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh kecerdasan

emosional siswa dan penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada perilaku

pergaulan bebas siswa SMPN kelas IX di kecamatan Sawah Besar.


7

D. Rumusan masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi

masalah dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan di kaji dalam

penelitian ini dirumuskan sebaga berikut:

1. Adakah pengaruh lagsung kecerdasan emosiona siswa (EQ) (X1) terhadap

sikap pada perilaku pergaulan bebas (Y) ?

2. Adakah pengaruh langsung penguasaan konsep biologi (X2) terhadap sikap

pada perilaku pergaulan bebas (Y) ?

3. Adakah pengaruh langsung kecerdasan emosional siswa (EQ) (X1) terhadap

penguasaan konsep biologi (X2) ?

4. Adakah pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional siswa (X1) terhadap

sikap pada perilaku pergaulan bebas (Y) melalui penguasaan konsep biologi

(X2) ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh langsung kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada perilaku

pergaulan bebas

2. Pengaruh langsung penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada perilaku

pergaulan bebas

3. Pengaruh langsung kecerdasan emosional siswa terhadap penguasaan konsep

biologi
8

4. Pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional siswa terhadap sikap pada

perilaku pergaulan bebas melalui penguasaan konsep biologi.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaa Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan

sumbangan bagi dunia pendidikan, khususnya dalam mendidik siswa-siswinya

agar tidak terjerumus pada perilaku pergaulan bebas.Bagi orangtua diharapkan

mampu memberikan perhatian yang tepat dalam mendidik dan membimbing

putra-putrinya agar terhindar dari perilaku pergaulan bebas.

2. Kegunaan Praktis

Bagi almamater, penelitian ini dapat menambah referensi yang ada,

dan dapat digunakan oleh semua pihak yang memerlukan.Bagi pembaca,

penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kepustakaan yang merupakan

informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang mempunyai permasalahan yang

sama atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

BAB II
9

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hakikat Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas (VariabelTerikat) (Y)

Menurut Krech dalam Edi Prayitno, dkk (2002 : 225), sikap

merupakan suatu system yang terdiri dari komponen kognitif, perasaan dan

kecenderungan untuk bertindak. Sikap merupakan tingkat perasaan positif

maupun negative yang ditujukan ke objek-objek psikologi.

Menurut Bruno dalam Muhibin Syah (2007: 120), sikap adalah

kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk

terhadap orang atau barang tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut

Anas Sudjiono (2008: 27), sikap merupakan bagian dari tingkah laku manusia

sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Dengan

demikian sikap merupakan tingkah laku atau perbuatan akibat reaksi seseorang

terhadap orang lain atau benda tertentu.

Menurut Ngalim Purwanto (2007-141), sikap adalah suatu cara

bereaksi terhadap suatu perangsang. Dalam pengertian ini sikap merupakan

kecenderungan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu

objek atau situasi objek atau situasi yang dihadapi sehingga sikap dapat bersifat

positif dan adapula yang bersifat negative. Sikap positif adalah kecenderungan

tindakan untuk mendekati, menyenangi, mengharapkan objek-objek

tertentu.Sedangkan sikap negative adalah kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek-objek tertentu.


10

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan di bentuk dan dipelajari. Sikap

dapat berubah-ubah tergantung keadaan/kondisi.

2. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi selalu mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu obyek.

3. Obyeknya dapat bersifat tunggal tetapi dapat juga merupakan kumpulan

beberapa obyek.

4. Sikap menyangkut aspek motivasi, perasaan, dan sifat alamiah.

Sikap dapat dipengaruhi beberapa faktor,antara lain pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media

massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Untuk

dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah kuat. Oleh

karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Pada umumnya seseorang

cenderung memiliki sikap kompromis atau searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Tanpa disadari kebudayaan telah mempengaruhi sikap

seseorang terhadap suatu masalah, karena kebudayaanlah yang memberikan corak

pengalaman seseorang. Demikian pula media massa yang bias diakses dengan

mudah baik surat kabar maupun media elektronik dapat mempengaruhi sikap

konsumennya. Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan atau lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan.Sehingga pada gilirannya konsep

tersebut mempengaruhi sikap.


11

Sikap merupaka sesuatu yang tidak dibawa sejak lahir dan tidak

terjadi dengan begitu saja, melainkan melalui suatu proses tertentu. Sikap

terbentuk melalui perkembangan individu, jadi dapat berubah-ubah.

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia

baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmojo, 2003).Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari

hubungan dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, perilaku baru terjadi

bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi. Sesuatu tersebut

disebut rangsangan. Jadi rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi berupa

perilaku tertentu. Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku

di bedakan menjadi dua, yaitu perilaku yang tidak tampak/terselubung (covert

behavior) dan perilaku yang tampak (overt behavior).Perilaku yang tidak tampak

ialah berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan, dan lain-lain.

Perilaku yang tampak antara lain berjalan, berbicara, berpakaian, dan sebagainya.

(Machfoedz;2005).

Kosep umum yang digunakan untuk mendiagnosis konsep perilaku

adalah konsep dari Green (1980) yang dikutip Notoatmodjo 2003. Green mencoba

menganalisis perilaku manusia, selanjutnya periaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari tiga faktor :

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)


12

Adalah faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang,

antara lain :

1. Pengetahuan

Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Dalam hal ini

berupa informasi yang didapat dari manapun, seperti sekolah, orang tua

dan sebagainya. Pengetahuan ini sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang.

2. Sikap

Reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau obyek.

3. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau di peroleh dari orang tua.Seseorang

menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa ada

pembuktian terlebih dahulu.

4. Nilai-nilai

Nilai-nilai didalam masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini

terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan

masyarakat bersama.

b. Fakto-faktor pendukung (Enabling factors)


13

Adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku

atau tindakan yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana seperti media massa.

c. Faktor-faktor pendukung (Reinforcing factors)

Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadnya

perilaku. Dalam hal ini di pengaruhi dari lingkungan luar seperti pengaruh

dari teman.

Menurut Purwanto (2004) faktor yang mempengaruhi perilku

seseorang adalah keturunan yang berarti sebagai pembawaan atau heredity dan

lingkungan yang berarti segala apa yang berpengaruh pada diri individu untuk

berperilaku, lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan

atau kehidupan seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut Purwanto (2004)

adalah :

1. Keturunan

Keturunan diartikan pembawaan yang merupakan karunia dari Tuhan

Yang Maha Esa. Keturunan sering pula disebut heredity atau pembawaan

2. Lingkungan

Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang

berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku, seperti keluarga, sekolah,

masyarakat.
14

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang

merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam

gejala antara lain perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi. Gejala itu

muncul bersama-sama dan saling mempengaruhi. (Notoatmodjo,2007). Beberapa

faktor yang mempengaruhi bentuk perilaku manusia, antara lain :

1. Pengamatan: penglihatan, pendengaran, modalitas pengamatan lain

2. Tanggapan

3. Fantasi

4. Ingatan

5. Berpikir

6. Motif

Faktor perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku

merupakan resultan dari beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Secara

garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis

dan social. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang

tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci, sebenarnya

perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak (niat), minat, motivasi, persepsi, sikap, dan

sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).

Disamping asumsi-asumsi tersebut ada beberapa asumsi lain antara

lain asumsi yang mendasarkan pada teori kepribadian dari Spranger. Yang

membagi kepribadian menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang


15

ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.

Selanjutnya kepribadian tersebut akan menentukan pola dasar perilaku manusia

yang bersangkutan (Notoatmodjo,2007).

Penelitian Rodgers mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang bersangkutan, yaitu :

1. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik dengan stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini sikap responden berarti sudah lebih baik lagi.

4. Trial, Orang telah mencoba perilaku yang baru.

5. Adoption, orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positive

maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Long

Lasting) ( Mupitunendo,2009).

Setelah memasuki masa remaja, setiap manusia baik pria maupun

wanita merasakan adanya dorongan seksual ( Nafsu Birahi ). Dorongan seksual

adalah perasaan erotis terhadap lawan jenis dengan tujuan akhir melakukan

hubungan seksual (bersetubuh). Pada awalnya dorongan seksual muncul karena


16

pengaruh hormone, tetapi kemudian ada faktor lain yang mempengaruhi dorongan

seksual yaitu faktor psikis, rangsangan seksual dari luar dan pengalaman seksual

sebelum nya (bercumbu, berciuman, dan sebagainya), disertai faktor coba-coba

dan ingin tahu yang akhirnya keterusan dan terjerumus dalam seks bebas

(Tjokronegoro, 2000)

Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum

adanya hubungan resmi sebagai suami isteri yang meliputi beberapa hal dimulai

dari menunjukan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips

kissing (ciuman bibir), genital stimulation (melakukan rangsangan pada alat

genital), petting (saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi), kemudian

berlanjut pada hubungan seksual (Wijanarko, 2002).

Menurut Masland (2004) dan Mu’tadin (2002), perilaku seks bebas

meliputi :

a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual,

seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian yang sensitive yang

bisa menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup

merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir dan mulut

terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang disebut French kiss.

Kadang-kadang ciuman ini juga di sebut ciuman mendalam (soul kiss).


17

b. Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking

adalah istilah yang umumnya untuk menggambarkan ciuman dan pelukan

yang lebih mendalam.

c. Petting

Perilaku menggesek-gesekan bagian tubuh yang sensitive seperti

payudara, organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari

necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan

termasuk lengan , buah dada, kaki dan kadang-kadang daerah kemaluan entah

diluar atau didalam pakaian.

d. Intercourse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan

pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk kedalam

vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Perilaku seksual adalah perilaku yang didasari oleh dorongan

seksual/kegiatan mendapat kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku

(Bachtiar,2004). Perilaku seksual merupakan tindakan fisik atau mental yang

menstimulasi, merangsang dan memuaskan secara jasmaniah (Madan,1995).

Perilaku seksual terdiri dari berbagai macam perilaku dan

ditentukan oleh suatu interaksi factor-faktor yang kompleks. Perilaku seksual

dipengaruhi oleh hubungan seksual dengan orang lain, baik oleh lingkungan atau
18

kultur budaya yang dibawa atau diturunkan dari orang tua dimana sseorang

tinggal.

Menurut PKBI dalam (Harmoko,2007) pengertian perilaku seksual

adalah segala bentuk kegiatan yang dapat memberikan penyaluran pada dorongan

seksual yang dilakukan oleh dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda mulai

dari bermesraan, bercumbu, sampai dengan hubungan kelamin.

Menurut Sarwono (2002), hal-hal yang berpengaruh terhadap

perilaku seks bebas pada remaja adalah :

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja perubahan-

perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan

hasrat seksual remaja ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah

laku seksual tertentu.

2. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja, antara lain

penundaan usia perkawinan, norma agama, media informasi, orang tua yang

masih menabukan membicarakan permasalahan seks dengan anak.

Sedangkan menurut Gunarsa (2008), beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perilaku seks bebas adalah :

1. Waktu, dengan adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan sebaik mungkin

oleh remaja membuka peluang besar terjadinya perilaku seks bebas.

2. Kurangnya pelaksanaan dalam menjalankan agama secara konsekuen.

3. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap perkembangan anak .

4. Kurangnya pemahaman moral dalam pergaulan remaja.


19

5. Pengaruh norma budaya dari luar

Sarwono (2000), mengatakan dalam (Notoatmodjo, 2007) bahwa

perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

dengan lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku

berkencan, bercumbu sampai dengan berhubungan seksual

Dari beberapa pendapat di atas, dapat di tarik kesimpulan sikap

pada perilaku seksual adalah sikap pada perilaku seksual pra-nikah tentang suatu

perbuatan yang dapat di observasi baik secara langsung maupun tidak langsung

yang dilakukan pada dua individu yang berbeda jenismulai dari berkencan,

bercumbu, dan bersengama tetapi belum ada ikatan yang sah menurut

norma,hukum, atau agama.

2. Hakekat Kecerdasan Emosional

a. Pengertian emosi

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti

bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak

merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya

adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap

rangsangan dari luar dan dalam diri individu.Sebagai contoh emosi gembira

mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat

tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.


20

Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai

pikiran.Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti

meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

(Prawitasari,1995)

Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi,

antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate

(benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy

(kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :

fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411)

mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua

tokoh di atas, yaitu :

a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati

b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,

putus asa

c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali,

waspada, tidak tenang, ngeri

d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur,

bangga

e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,

rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih

f. Terkejut : terkesiap, terkejut

g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka


21

h. Malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut

Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam

emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku

terhadap stimulus yang ada.

Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut

gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri,

tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka

penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan

hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi

adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau

bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar

dirinya.

b.Hakekat kecerdasan emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun

1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari

University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional

yang tampaknya penting bagi keberhasilan.

Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau

yang sering disebut EQ sebagai : “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang
22

melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan

pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk

membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak

bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan

terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam

pembentukan kecerdasan emosional.

Keterampilan EQ (Emotional Quotient) bukanlah lawan

keterampilan IQ (intelligence Quotient) atau keterampilan kognitif, namun

keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di

dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan

Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53)

mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang

penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum

kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik,

matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal.

Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh

Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan

antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi

dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain”. Dalam

kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia


23

mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan

untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk

menuntun tingkah laku”. (Goleman, 2002 : 53).

Menurut Goundry kecerdasan emosional adalah unsur kegiatan

yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada

saat ia menghadapi suatu kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Samuel

mengartikan kecerdasan sebagai trait anxiety yang menunjukkan keadaan

emosional yang relative menetap dalam diri seseorang dalam menilai situasi dan

kondisi yang sama.

Goleman dalam T. Hermaya mengatakan kecerdasan emosional

adalah kemampauan perasaan yang dikelompokkan ke dalam lima wilayah utama

perasaan yaitu : 1) mengenali emosi diri, 2) mengelola emosi, 3) memotivasi diri

sendiri, 4) mengenali emosi orang lain, 5) membina hubungan. Mu’tadin

mengartikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan lebih yang dimiliki oleh

seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan,

mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.

Misalnya, seseorang dalam menghadapi kegagalan, emosi-emosi kecewa dan

marah lebih dominan daripada semangat untuk belajar atau bekerja kembali.

Apabila kejadian seperti itu terus-menerus, maka kecerdasan emosionalnya sangat

rendah. Tetapi sebaliknya, apabila dalam menghadapi kegagalan dan kekecewaan,

emosinya dapat dikendalikan, semangat belajar atau bekerja berlanjut dan tidak

larut dalam kekecewaan, maka fenomena seperti ini merupakan salah satu contoh

kemampuan seseorang yang dapat mengendalikan emosinya. Hal ini merupakan


24

salah satu contoh bahwa dia memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

(http:/www.e-psikologi.com/remaja/250402.-htm. On line).

Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat

menempatkan emosinya pada porsi yang tepat. Bila demikian, maka ia akan dapat

berfikir rasional, jernih, positif, dan tidak terpancing oleh emosinya, bahkan dapat

mengukur suasana hati dengan penuh ketenangan yang tergambar dalam

senyuman.

Sementara itu, Cooper dan Sawaf dalam Mu’tadin menyebutkan

bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan

secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan

pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi ini menurut penilikan perasaan

untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta

menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam

kehidupan sehari-hari. (http:/www.e-psikologi.com/remaja /250402.-htm.On line).

Berdasarkan uraian teoritis di atas, yang dimaksud kecerdasan

emosional adalah kemampuan pribadi mengenali emosi diri, dan mengenal emosi

orang lain yang ditandai dengan dua dimensi yaitu: 1) intra personal dan 2) antar

personal. Kecerdasan emosional sendiri dapat diukur melalui indikator : 1)

Mengenali Emosi diri, 2) Mengelola Emosi, 3) Memotivasi diri, 4) Memahami

orang lain dan, 5) Membina hubungan antar personal.


25

3. Hakikat Penguasaan Konsep

a. Pengertian Penguasaan Konsep

Adapun yang dimaksud dengan penguasaan konsep menurut

Dahar ( 2003), mendifinisikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa

dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam

kehidupannya sehari-hari. Sedangkan definisi penguasaan konsep menurut Bloom

yaitu kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu

mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih

dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan

konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami makna pembelajaran dan

mampu menerapkan dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari.

b. Penguasaan Konsep Materi Biologi

Penguasaan adalah pemahaman atas kesanggupan untuk

menggunakan atau mengetahui (Kamus Bahasa Indonesia Balai Pustaka ; 486 ),

sedangkan pusat pengembangan dan pembinaan Bahasa mengatakan bahwa

penguasaan adalah proses pengembangan segala macam pengetahuan dan

teknologi .

Konsep yaitu idea atau gagasan yang diabstrak dari peristiwa yang

kongkret sedangkan materi biologi adalah semua bahan atau isi yang ada dalam

pelajaran biologi.
26

Pelajaran biologi merupakan salah satu cabang dari ilmu

pengetahuan alam, dimana mata pelajaran biologi bertujuan mengembangkan

kemampuan siswa dalam memahami gejala-gejala alam, baik yang timbul dengan

sendirinya maupun timbul akibat campur tangan manusia itu sendiri, memahami

konsep dan teori serta berlatih dan memecahkan masalah biologi yang terjadi di

lingkungan masyarakat. Ruang lingkup dari mata pelajaran biologi dimulai dari

masalah-masalah alam yang terjadi dilingkungan kehidupan siswa sampai

lingkungan terjauh. Pelajaran biologi pada sekolah lanjutan memiliki tujuan, yaitu

memberikan siswa bekal berupa teori-teori dan konsep-konsep yang nantinya

dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya serta berbagai bekal untuk melanjutkan

pada jenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi (Sumantri ; 2011 ).

Jadi penguasaan konsep materi biologi merupakan suatu proses

kemampuan dan kesanggupan untuk menyusun pengetahuan seperti idea atau

gagasan yang relevan berupa peristiwa yang konkrit yang ada dalam mata

pelajaran biologi.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan kerangka

berpikir dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pengaruh langsung kecerdasan emosional (EQ) (X1) terhadap sikap

pada perilaku pergaulan bebas (Y)

Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi oleh rasa takut, sedih,

kemampuan dalam pergaulan social, stress, penganiayaan ataupun masalah-


27

masalah pribadi yang tidak biasa kegagalan situasi kehidupannya . Factor yang

mempengaruhi emosional adalah karna mengalami kehidupan yang tidak terlalu

menyenangkan, keragu -raguan, merasa kesepian dan sakit hati.

Beberapa orang yang memiliki IQ tinggi mengalami kegagalan,

sementara banyak yang lainnya dengan IQ yang sedang-sedang saja bisa

berkembang pesat. Intelligense Quotient (IQ) yang merupakan kecerdasan yang

terukur secara ilmiah dan di pengaruhi oleh faktor ilmiah.

Gagasan baru tentang kecerdasan yang sudah di kembangkan dan

memiliki dasar ilmiah, memberikan bukti yang kuat bagi konsepnya bahwa

selama IQ kita semua mempunyai Emotional Quotient merupakan tolak ukur yang

mencerminkan kemampuan seseorang untuk berempati dengan orang lain,

mengendalikan dorongan-dorongan hati, sadar diri, bertahan dan ingin bergaul

secara efektif dengan orang lain.

Terdapat hubungan erat antara kemampuan pengendalian emosi

dengan kesukesan kehidupan, menumbuhkan kemampuan anak dalam mengatasi

kegagalan, mengontrol emosi berinteraksi dengan orang lain dan unsur kecerdasan

emosional lainya sama penting dengan nilai-nilai tes di sekolah.

Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk

perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-

batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di

lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang

emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah
28

keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang

bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia

dalam kemajuan bangsa

Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas

anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pra-nikah, juga bisa

meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan

sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat

hingga lima kali lipat. Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda

pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi

sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya.

Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng

mental dan keagamaannya tidak begitu kuat.Saat ini untuk menekankan jumlah

pelaku seks bebas terutama dikalangan remaja bukan hanya membentengi diri

mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan

orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada

kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan

orang tua sendiri.Selain itu, sudah saatnya dikalangan remaja diberikan suatu

bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan

pendidikan seks secara vulgar.

2. Pengaruh langsung penguasaan konsep biologi (X2) terhadap sikap pada

perilaku pergaulan bebas (Y)

Faktor psikologis (internal) merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi belajar siswa. Sekurang kurangnya ada tujuh elemen yang


29

termasuk ke dalam faktor psikologis (internal), yaitu intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motivasi, kematangan, dan kelelahan. Menambahkan faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor sekolah (eksternal). Faktor sekolah

(eksternal) yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

palajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar

dan tugas rumah

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan

di masa depan mampu meneruskan kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik.

Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan

masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang

pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara

lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang

dapat menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS.

3. Pengaruh langsung kecerdasan emosional (EQ) (X1) terhadap

penguasaan konsep biologi (X2)

Tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu

peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat

mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan dasar

emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam

mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut

besar pengaruhnya. “Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan

dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh


30

pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman

dalam memecahkan permasalahannya sendiri, sehingga pada saat remaja akan

lebih banyak sukses di sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan

sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko obat-obat terlarang, kenakalan,

kekerasan seks yang tidak aman”.

Selain itu anak yang memiliki kecerdasan emosional akan terlihat

lebih mandiri. Karena hidupnya tidak tergantung pada orang lain terutama dalam

menghadapi masalah, lebih tenang dalam menghadapi masalah dan lebih percaya

diri dalam menyelesaikan masalah.

Penguasaan konsep biologi merupakan tingkat kemampuan yang

mengharapkan siswa mampu menguasai/memahami arti atau konsep, situasi dan

fakta yang diketahui, serta dapat menjelaskan dengan menggunakan kata-kata

sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya dengan tidak mengubah

artinya . Penguasaan konsep biologi sangat penting dimiliki oleh siswa yang telah

mengalami proses belajar. Penguasaan konsep biologi yang dimiliki siswa dapat

digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan

konsep yang dimiliki.

4. Pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional (EQ) (X1) terhadap

sikap pada pergaulan bebas siswa (Y) melalui penguasaan konsep biologi

(X2)

Kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan

menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan
31

tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan

sehari-hari.

Remaja merupakan bentuk peralihan dari kanak-kanak menuju

dewasa. Dimana secara fisik mereka mengalami perubahan menjadi besar

menyerupai manusia dewasa dan di tandai dengan matang nya organ-organ

seksual, sehingga tampilan fisik seorang remaja sudah mencerminkan kararter

seksualnya, hal tersebut disebabkan remaja telah mengalami pertumbuhan

seksundernya. Tetapi walaupun secara fisik remaja telah mengalami perubahan

ukuran menjadi dewasa, namun kematangan emosionalnya belum sempurna,

sehingga sering terjadi konflik dan pertentangan antara sesama remaja dan antara

remaja dan orang tua. Orang tua wajib mendampingi tumbuh kembang remaja,

karena walaupun remaja sudah merasa dewasa tetapi kepribadian mereka masih

labil sehingga harus ada orang yang lebih dewasa yang membimbing dan

mengarahkan remaja agar tidak melanggar norma dan berhasil dalam kehidupan

nya.

Konsep adalah kategori yang diberikan pada stimulus-stimulus

lingkungan oleh karena itu dalam pengkonsepan selalu ada kejadian (sebagai

stimulus) dalam penyajian verbal, yang sering disebut dengan gambaran mental,

dengan ini pengonsepan adalah yang tidak mudah .

Dengan demikian dapat dipahami bahwa biologi merupakan ilmu

yang tidak dapat dianggap mudah dan untuk mempermudah penguasaannya perlu
32

berpijak pada cara bagaimana mempermudah dalam menguasai konsep-konsep

yang ada dalam biologi tersebut

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibahas diatas, maka

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan kecerdasan emosional siswa

(EQ) (X1) terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas (Y)

2. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan penguasaan konsep biologi (X2)

terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas (Y)

3. Terdapat pengaruh langsung yang signifikan kecerdasan emosional siswa

(EQ) (X1) terhadap penguasaan konsep biologi ( X2).

4. Terdapat pengaruh tidak langsung yang signifikan antara kecerdasan

emosional siswa (EQ) (X1) terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas (Y)

melalui penguasaan konsep biologi (X2)


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada siswa kelas IX SMP Negeri di kecamatan

Sawah Besar, Jakarta Pusat yang terdiri dari empat (4) sekolah pada tahun

pelajaran 2013/2014. Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 bulan mulai

bulan Maret 2013 sampai bulan Juli 2014. Penelitian dilakukan dalam lima

tahapan mulai dari 1) Penentuan masalah / judul dan pengajuan proposal

penelitian, 2) Survey terkait dengan jumlah populasi yang akan dijadikan objek

penelitian, dengan sumber sanggar 02 ( SMPN 5, Jl. Dr. Sutomo No. 5, Sawah

Besar, Jakarta Pusat ) yang merupakan sanggar kecamatan Sawah besar dan

pengurusan izin penelitian, 3) Penyusunan, pengujian dan analisis instrument

dilanjutkan dengan penelitian pengambilan data, 4) Pemeriksaan, pengolahan,

analisis data, pengujian hipotesis, penyusunan kesimpulan, 5) Pembuatan laporan

penelitian. Secara rinci kegiatan ini dapat dilihat pada table dibawah ini.
34

2. Waktu Penelitian

TABEL 3.1. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO Kegiatan Waktu Penelitian Tahun 2013-2014


Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan X

masalah/ju

dul

2 Penyusuna X

n proposal

3 Survey X

sekolah-

sekolah

SMP

Negeri

sekecamat

an Sawah

Besar

4 Penyusuna X

n izin

penelitian

5 Penyusuna X

n
35

instrument

penelitian

6 Uji X X

instrument

7 Analisis X X

instrumen

8 Pengambil X X X

an data

9 Analisis X X X

data

penelitian

10 Penyusuna X X X

n laporan

penelitian

11 Sidang X

tesis

B. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey

yaitu pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan

baik terhadap suatu persoalan tertentu dan didalam suatu daerah tertentu.

( Margono,2007: 29 ). Metode ini memberikan gambaran tentang variable-


36

variabel yang ditemukan, sekaligus menyelidiki hubungan dan pengaruh antara

variable, karena itu metode ini akan mengungkapkan data faktual berdasarkan

informasi yang ditemukan.

Metode survey biasanya dilakukan untuk menemukan informasi

yang jelas guna memecahkan masalah terutama masalah pendidikan. ( Fred

N.Kerlinger, 2000 : 678 ) Arah penelitian survey ialah membuat taksiran yang

akurat mengenai karakteristi-karakteristik keseluruhan populasi. (Fred N.

Kerlinger, 2003 : 661). Data yang diperoleh kemudian diolah, ditafsirkan dan

disimpulkan.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu

pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil

penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan

statistic. (Sugiyono, 2007:7)

Variable yang diteliti menggunakan tiga variable yaitu kecerdasan

emosional siswa (X1), penguasaan konsep biologi (X2), dan sikap pada perilaku

pergaulan bebas (Y). Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian dan

peneliti ingin mengetahui bagaimanakah pengaruh antara variable kecerdasan

emosional siswa terhadap sikap pada perilaku pergaulan bebas, bagaimanakah

pengaruh antara variable penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada perilaku

pergaulan bebas, bagaimanakah pengaruh variable kecerdasan emosional siswa

dan variable penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada pergaulan bebas

secara bersama-sama, dan bagaimanakah sumbangan variable kecerdasan


37

emosional dan variable penguasaan konsep biologi terhadap sikap pada perilaku

pergaulan bebas.

2. Disain Penelitian

Gambar 3.1 Skema Paradigma Penelitian

Rx1Y X1

Px1Y

rx1x2 Px1x2 Y

Px2Y
X2
Rx2Y

Keterangan :

Variabel bebas I :

X1 : Kecerdasan emosional siswa

Variabel bebas 2 (sebagai variable jalur)

X2 : Penguasaan konsep biologi

Variabel terikat

Y : Sikap pada perilaku pergaulan bebas

Adapun pengaruh antara variable :

1. Koefisien pengaruh langsung kecerdasan emosionalsiswa terhadap sikap

pada perilaku pergaulan bebas.

2. Koefisien pengaruh langsung kecerdasan emosional siswa terhadap

penguasaan konsep biologi.


38

3. Koefisien pengaruh langsung penguasaan konsep biologi terhadap sikap

pada pergaulan bebas.

4. Koefisien pengaruh langsung kecerdasan emosional siswa terhadap sikap

pada perilaku pergaulan bebas melalui penguasaan konsep biologi.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2008 :215)

Sedangkan menurut Sudjana populasi adalah totalitas semua nilai

yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun

kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang

lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. (Sudjana, 2005 :6)

Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi adalah kumpulan dari individu

dengan kualitas serta ciri-ciri (karakteristik) tertentu yang diduga, ditetapkan dan

menjadi perhatian untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan dalam ruang dan

waktu yang ditentukan.

a. Populasi target disebut pula populasi teoritik, yaitu keseluruhan

subyek penelitian secara teori yang banyaknya tidak terjangkau /

terbilang. Oleh karena itu yang menjadi populasi target atau

menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP


39

Negeri Kelas IX di kecamatan Sawah Besar Kotamadya Jakarta

Pusat tahun pelajaran 2013-2014.

b. Populasi terjangkau yaitu populasi atau keseluruhan subyek yang

banyaknya terbilang atau terjangkau. Sebagai populasi terjangkau

dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri di

kecamatan Sawah Besar Kotamadya Jakarta Pusat tahun pelajaran

2013-2014.

b.Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto yaitu sebagai atau wakil

populasi yang diteliti, dinamakan penelitian sampel apabila bermaksud untuk

menggenaralisasikan hasil penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2002:109)

Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono,

2001:57) Pengertian yang sama dikatakan oleh Sudjana sampel adalah sebagian

dari populasi. (Sudjana, 2005: 6) Menurut Supranto sampel yaitu sebagian dari

objek atau elemen populasi. (Suprantao, 2000 : 4) Menurut Nasution menyatakan

bahwa apabila akan mengambil sampel maka sampel itu harus representative yaitu

yang mewakili keseluruhan populasi itu. (Nasution, 2003 :101)

Dari beberapa teori dalam penelitian tidak ada ketentuan yang pasti

berapa jumlah sampel yang paling ideal untuk mewakili seluruh populasi.

Nasution memberikan penjelasan bahwa mutu penelitian tidak ditentukan oleh


40

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teori, mutu pelaksanaan

dan pengelolaannya (Nasution, 2003 : 101)

Sedangkan Arikunto mengemukakan, untuk sekedar ancer-ancer

maka apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyek besar perlu di

pertimbangkan kemampuan, waktu, tenaga, sempit luasnya pengamatan dan

resiko yang ditanggung oleh peneliti, namun sebagai ancer-ancer dapat diambil

antara 10% sampai dengan 15% atau 20% sampai dengan 30% atau lebih.

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 107)

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

multistage random sampling artinya sampel yang berasal dari populasi yang

berstrata atau bertingkat dimana tidak semua strata ditarik menjadi sampel namun

sampel diambil secara acak (Sugiyono, 2008 : 91). Memilih sampel pada teknik

multistage random sampling setidaknya dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama,

kelompok besar atau kelompok terpilih. Kelompok ini dirancang untuk lebih

berisi populasi unit selain yang diperlukan untuk sampel akhir. Pada tahap kedua

unit yang dipilih dari kelompok terpilih untuk mendapatkan sampel akhir. Jika

lebih dari dua tahap akan digunakan, maka proses pemilihan populasi unit dalam

kelompok terus dilakukan berulang sampai akhir sampel dicapai.

Kelebihan multi- tahap sampel yang nyaman, ekonomi, dan

efisiensi. Multi-tahap sampel tidak memerlukan daftar lengkap lengkap anggota

dalam target populasi yang sangat mengurangi biaya persiapan sampel. Daftar
41

anggota diperlukan hanya bagi kelompok yang digunakan dalam tahap akhir.

Langkah-langkah menentukan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap I

1. Dari 4 SMP Negeri yang ada di wilayah kecamatan Sawah

Besar, Jakarta Pusat dikelompokan menjadi 2 kategori atau

status sekolah yaitu dengan status Sekolah Standar Nasional

(SSN) yaitu SMPN 5 Jakarta, dan sekolah Reguler yang terdiri

dari SMPN 4, SMPN 17, SMPN 64.

2. Dari 2 sekolah berdasarkan kategori atau status yakni sekolah

SSN sebanyak 1 sekolah (SMPN 5), dan regular sebanyak 3

sekolah (SMPN 4, SMPN 17,SMPN 64). Kemudian dipilih satu

sekolah yang merupakan perwakilan dari sekolah regular

sedangkan perwakilan sekolah dengan status SSN ditentukan

yaitu SMPN 5, karena dikecamatan ini yang berstatus SSN

hanya satu sekolah ini, sehingga diperoleh satu perwakilan

sekolah berstatus SSN, dan satu perwakilan sekolah yang

termasuk sekolah berstatus Reguler. Dari hasil pengundian

diperoleh satu perwakilan sekolah yang termasuk sekolah

berstatus Regular yakni SMPN 17, karena dari ketiga sekolah

tersebut .SMPN 17 rankingnya ditengah-tengah.

b. Tahap II

1. Dari 2 (dua) perwakilan sekolah berdasarkan status kemudian

dengan cara acak diambil sebanyak 20% siswa kelas IX yakni


42

berasal dari sekolah berstatus SSN yakni SMPN 5 :dan 20 %

siswa kelas IX yang berasal dari sekolah berstatus Reguler

yakni SMPN 17. (Suharsimi Arikunto 2002 : 107)

2. Dari setiap sekolah diambil kembali sampel secara random,

sehingga dari masing-masing sekolah sebagai perwakilan

diperoleh sampel penelitian sebanyak 80 siswa.

Berikut ini perincian jumlah sampel dari masing-masing sekolah yang terpilih

sebagai sampel penelitian.

Tabel 3.2. Jumlah sampel penelitian

NO Nama Status Jumlah Siswa Jumlah

Sekolah Sekolah kls IX Sampel

1 SMPN 5 SSN 167 50

2 SMPN 17 Reguler 171 50

Jumlah 338 100

D. Metode Pengumpulan Data

a. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono : 2008)

Dari diagram jalur yang disusun dapat dijelaskan bahwa X1 merupakan variable

independen (eksogen) dari X2 dan Y. X1 mempunyai jalur hubungan langsung


43

dengan Y, tetapi juga mempunyai hubungan tidak langsung dengan Y karena

harus melalui X2. Dalam hal ini variable X2 dan Y merupakan variable endogen.

Adapun variable dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Variable bebas ( X1) Kecerdasan Emosional Siswa

2) Variabel Intervening (X2) Penguasaan Konsep Biologi

3) Variable Terikat (Y) Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas

b. Sumber Data

1. Data Kecerdasan Emosional Siswa

Untuk memperoleh data tentang kecerdasan emosional siswa, berasal dari data

primer siswa kelompok sampel penelitian berjumlah 100 siswa.

2. Data Penguasaan Konsep Biologi

Untuk memperoleh data tentang penguasaan konsep biologi diperoleh dari data

primer siswa kelompok sampel penelitian berjumlah 100 siswa .

3. Data Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas

Untuk memperoleh data tentang sikap pada perilaku pergaulan bebas diperoleh

dari data primer siswa kelompok sampel penelitian yang berjumlah 100 siswa.

c. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data kecerdasan emosional dengan

cara menyebarkan angket berupa skala sikap dan skala

penilaian pada sampel yang sudah ditentukan. Instrument

meliputi : validitas isi, validitas butir, reliabilitas instrument


44

dan penskalaan skor baru. Skor dari kecerdasan emosi

siswa kemudian dihitung dengan menggunakan skala

pengukuran baru (Penskoran skala) yang dikonstruksikan

peneliti berdasarkan landasan teori para ahli.

2. Teknik pengumpulan data penguasaan konsep biologi

dalam penelitian ini yaitu dengan cara menyebarankan

instrumen hasil belajar system reproduksi pada sampel

yang telah ditentukan. Skor pengetahuan system reproduksi

diperoleh dengan menggunakan instrument hasil belajar

system reproduksi yang telah melalui pembakuan instrumen

yakni validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran yang

berupa soal pilihan ganda dengan ketentuan siswa yang

menjawab benar diberi skor 1 dan yang menjawab salah

diberi skor 0.

3. Teknik pengumpulan data sikap pada perilaku pergaulan

bebas dalam penelitian ini yaitu dengan cara menyebarkan

angket berupa skala sikap dan skala penilaian pada sampel

yang telah ditentukan .

E. Pembakuan Instrument Penelitian

Instrument penelitian memegang peranan penting dalam suatu

penelitian.Instrument penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Karena data yang dikumpulkan melalui instrument akan digunakan dalam

menjawab hipotesis penelitian.


45

Menurut Arikunto instrument penelitian adalah alat atau fasilitas

yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2001 : 123)

Instrument dalam penelitian ini terdiri dari instrument kecerdasan

emosional siswa, instrument penguasaan konsep biologi, instrument sikap pada

perilaku pergaulan bebas. Instrument penguasaan konsep biologi adalah tes

pilihan ganda dengan 4 option, siswa yang menjawab benar diberi skor 1 dan yang

menjawab salah diberi skor 0. Sedangkan kecerdasan emosional dan sikap pada

perilaku pergaulan bebas berupa non tes yaitu angket dengan skala Likert. Skala

Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena social . Angket untuk sikap pada perilaku

pergaulan bebas dalam penelitian ini menggunakan lima options atau pilihan

jawaban. Cara responden menjawab pertanyaan dengan memberikan cheklis ( )

pada salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan dalam bentuk kalimat positif dan negatif . Untuk pernyataan positif

dan negatif mendapat skor sebagai berikut :

Tabel 3.3. Kriteria Pemberian Angka/Skor pada item

pernyataan-pernyataan

ALTERNATIF JAWABAN PEMBERIAN ANGKA

POSITIF NEGATIF

Sangat Setuju (SS) Sangat Sering (SS) 5 1


46

Setuju (S) Selalu (S) 4 2

Tidak Dapat Kadang-kadang (KD) 3 3

Menentukan (TDM)

Tidak Setuju (TS) Pernah (P) 2 4

Sangat Tidak Setuju Tidak Pernah (TP) 1 5

(STS)

Sebelum instrumen disebarkan pada sampel, maka instrumen

tersebut lebih dahulu dilakukan pembakuan instrumen. Pembakuan instrumen

dilakukan dua tahap. Variabel penguasaan konsep biologi meliputi tahapan :

Pertama yaitu penyusunan definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi, dan

instrumen. Kedua yaitu mengujikan instrumen tersebut pada siswa lain yang

bukan sampel dalam penelitian, kemudian dilakukan pengujian validitas isi,

validitas butir soal, tingkat kesukaran soal, hingga reliabilitas instrumen. Variabel

kecerdasan emosional siswa dan sikap pada perilaku pergaulan bebas dilakukan

beberapa tahap meliputi : Pertama yaitu kegiatan yang meliputi penyusunan

definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi dan instrumen. Kedua

mengujikan instrumen tersebut pada siswa lain yang bukan sampel dalam

penelitian, kemudian dilakukan pengujian validasi isi, validasi butir soal,

reliabilitas instrumen, dan penghitungan penskalaan skor baru (apakah masih

sesuai dengan skjla Likert atau tidak).


47

F. Instrumen Penelitian

Instrumen Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas

1. Definisi konseptual

Sikap pada perilaku pergaulan bebas merupakan kesiapan bereaksi

( dalam hal afeksi, kognisi dan konasi ) dengan cara-cara tertentu yang meliputi

perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju untuk melakukan hubungan

intim yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan seseorang, baik dengan

lawan jenis, maupun sesama jenis dengan cara bersenggama yang dilakukan oleh

pasangan tanpa ikatan perkawinan atau hubungan intim secara bebas dengan

banyak orang yang dilakukan atas dadar suka sama suka.

2. Definisi Operasional

Sikap pada perilaku pergaulan bebas adalah skor skala sikap yang

diperoleh melalui angket atas perilaku seksual siswa terhadap pergaulan bebas

meliputi komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Semakin

tinggi skor yang diperoleh akan menunjukan semakin positif sikap siswa terhadap

perilku pergaulan bebas. Sebaliknya semakin rendah skor siswa, menunjukan

semakin negatif sikap siswa pada perilaku pergaulan bebas.

Uji Validitas Instrumen Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas

Proses validasi dilakukan dengan menganalisa data hasil uji coba

instrumen yaitu validasi butir dengan menggunakan teknik korelasi product


48

moment dimana untuk skala sikap (skala Likert) diuji dengan menggunakan

teknik korelasi product moment dari Pearson (Safari ,2005 : 35 ), yaitu :

dimana :

ryx = koefisien korelasi data x terhadap data y

x = skor butir soal tertentu untuk setiap siswa

y = skor total (semua soal) untuk setiap siswa

n = jumlah sampel uji coba

Nilai ryx yang diperoleh dari perhitungan selanjutnya

dikonsultasikan dengan r tabel product moment yang ditentukan pada uji satu sisi

yang dengan taraf signifikansi ( α ) = 0,05 dan derajat kepercayaan ( df ) = n – 2

( dimana n = banyaknya responden uji coba ). Kriterianya adalah jika ryx>rtabel

maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid ( sahih ).

Uji Reliabilitas

Pengujian Reabilitas untuk skala sikap (skala Likert) di uji dengan

menggunakan korelasi Alfa Cronbach (rAC) (Safari, 2005 : 35 ) rumusnya adalah :

dimana :

r AC = Koefisien reliabilitas tes

Sr2 = Varians skor1


49

K = Banyaknya butir valid

St 2 = Varians skor total

Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach lebih dari

0,6, maka dapat dikatakan bahwa instrumen sikap pada perilaku pergaulan bebas

memilki reliabilitas yang tinggi.

Table kisi-kisi Instrument Perilaku Pergaulan Bebas

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal Jumlah


Positif Negatif
Perilaku Kognitif Berpegangan 14 17 2
seksual tangan dan
membelai lawan
jenis
Berpelukan 6 18 2
dengan lawan
jenis
Mencium pipi dan 8 1
kening
Mencium bibir 16 22 2
lawan jenis
Meraba tubuh, 24 1
buah dada dan
pinggul lawan
jenis
Memegang alat 5 7 2
kelamin langsung
dan tidak
langsung
Melakukan 11 1
senggama
(intercourse)
Persepsi Kognitif Sek bebas 12 25 2
tentang
hubungan Pernikahan 30 1
seksual
Perilaku Berpegangan 23 19 2
seksual tangan dan
membelai lawan
jenis
Berpelukan 33 31 2
dengan lawan
50

jenis
Mencium bibir 1 9 2
lawan jenis
Meraba tubuh, 26 34 2
buah dada dan
pinggul lawan
jenis
Memegang alat 10 13 2
kelamin secara
langsung dan
tidak langsung
Melakukan 15 29 2
senggama
(intercourse)
Persepsi Sek bebas 32 1
hubungan
Berpelukan 21 1
seksual
dengan lawan
jenis
Mencium pipi dan 3 2 2
kening
Meraba tubuh, 4 27 2
buah dada dan
pinggul

lawan jenis
Melakukan 20 1
senggama
(intercourse)
Persepsi Seks bebas 28 35 2
hubungan
seksual
Jumlah total 18 17 35

Setiap pendapat yang diberikan oleh responden melalui kuesioner selanjutnya

diberi skor sesuai dengan rating scale seperti tampak pada table berikut .
51

Table : Skala Penilaian Sikap Perilaku Pergaulan Bebas

No Alternative Jawaban Bobot Skor (+) Bobot Skor (-)

1 Sangat setuju (SS) 5 1

2 Setuju (S) 4 2

3 Tidak dapat menentukan (TDM) 3 3

4 Tidak setuju (TS) 2 4

5 Sangat tidak setuju (STS) 1 5


52

KUISIONER PERILAKU PERGAULAN BEBAS

NO. RESPONDEN : ………………………………………………….

JENIS KELAMIN : …………………………………………………..

PEKERJAAN ORANG TUA : 1. Ayah : ………………………………..............

2. Ibu : ………………………………..............

ANAK KE : ………………………………………………….

KELAS : ………………………………………………….

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah identitas dengan jelas

2. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat

3. Berikan jawaban untuk setiap pernyataan dengan memberi tanda ceklist

(V) sesuai dengan tingkat persetujuan kamu, SS (sangat setuju), S (setuju),

TDM (tidak dapat menentukan ), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak

setuju)

4. Setiap pernyataan hanya diisi oleh satu jawaban

NO Pernyataan SS S TDM TS STS

1 Saya marah bila pacar mencium bibir

2 Mencium kening pacar adalah hal


53

yang wajar dilakukan

NO Pernyataan SS S TDM TS STS

3 Saya selalu menghindari jika pacar

ingin mencium kening

4 Saya selalu mengingatkan pada

pasangan saya untuk tidak

menyentuh dada ataupun pinggul

5 Memegang alat kelamin lawan jenis

adalah perbuatan asusila

6 Berpelukan dengan lawan jenis

adalah perbuatan melanggar norma

agama

7 Saya tidak berkeberatan bila pacar

memegang alat kelamin

8 Mencium kening lawan jenis

bertentangan dengan prinsip hidup

saya

9 Saya senang bila pacar mencium

bibir saya

10 Saya marah bila pacar memegang

alat kelamin

11 Saya tidak bermasalah jika pacar

menginginkan hubungan seksual


54

12 Melakukan seks bebas dapat

merusak masa depan saya

13 Senang dan bila pacar memegang

alat kelamin saya secara langsung

14 Berpegangan tangan dengan lawan

jenis adalah perilaku negative

15 Saya akan mengakhiri hubungan

dengan pacar, bila dia mengajak saya

untuk berhubungan seks

16 Mencium bibir perilaku yang

merendahkan diri saya

17 Berpegangan tangan adalah hal yang

wajar

18 Berpelukan dengan pacar adalah hal

yang biasa

19 Saya merasa tenang bila tangan saya

selalu digenggam oleh pacar saya

20 Saya menolak saat diajak

berhubungan intim oleh teman lawan

jenis

21 Saya menjelaskan pada pacar bahwa

saya tidak suka dirangkul /dipeluk


55

22 Mencium bibir boleh saja dilakukan

oleh pasangan kekasih

23 Menolak bila pacar membelai tubuh

saya

24 Pacar boleh meraba tubuh saya

setiap ada kesempatan

25 Hubungan seks dengan pacar adalah

hal yang wajar dilakukan karena

saling mencinta

26 Saya marah ketika pacar meraba

pinggul

27 Saya tidak keberatan bila pacar

meraba dada

28 Melakukan hubungan seks secara

bebas adalah perilaku yang

melanggar norma agama

29 Saya tidak keberatan bila pacar

mengajak berhubungan intim

(hubungan seks)

30 Hidup bersama dalam ikatan

pernikahan adalah idaman semua

orang meneruskan keturunan

31 Dipeluk oleh teman lawan jenis


56

setiap saat sangat menyenangkan

32 Seks bebas merupakan cara yang

paling tepat untuk membuktikan rasa

cinta

33 Saya selalu menghindar jika akan

dipeluk oleh lawan jenis

34 Saya senang jika dada atau pinggul

saya diraba-raba oleh pacar

35 Pergaulan seks bebas dapat

menambah kepercayaan diri saya


57

Tabel. Kisi-kisi instrumen pengetahuan kesehatan reproduksi

Aspek Indikator Nomor Butir

C1 C2 C3 Jumlah

Pengetahuan Kesehatan Organ 4,7 17 3

Kesehatan Reproduksi

Penyakit menular 1 9,19 6 4

seksual

Anatomi organ Organ reproduksi 2,5 3

reproduksi pria 8

Organ reproduksi 3,1 3

wanita 2,1

Fungsi organ 10 16 18 3

reproduksi 11

Perkembangan 14 20 3

seksual 15

Total 13 4 3 20
58

Table Hasil uji coba instrument penguasaan konsep biologi

pengetahuan kesehatan reproduksi

No. r hitung r tabel Keterangan

Butir

10

11

12

13

14

15

16

17

18
59

19

20
60

KUISIONER PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI

TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Pilihlah satu jawaban yang benar !

1. Yang bukan termasuk penyakit menular seksual adalah …

a. Sifilis (Raja Singa)

b. Gonorhoe (Kencing nanah )

c. Kanker Prostat

d. HIV/AIDS

2. Organ reproduksi pria bagian luar adalah …

a. Penis

b. Testis

c. Epididimis

d. Saluran sperma

3. Perhatikan gambar organ reproduksi wanita berikut ini !

Bagian yang ditunjukan oleh nomor 5 adalah…

a. Vagina
61

b. Ovarium (indung telur)

c. Tuba falopii (saluran telur)

d. Rahim (uterus)

4. Cara membersihakan organ reproduksi yang tepat menggunakan …

a. Alcohol 70%

b. Air

c. Sabun

d. Kain

5. Selain menghasilkan sel sperma, testis juga berfungsi sebagai tempat

pembentukan hormon ...

a. Insulin

b. Estrogen

c. Progesteron

d. Testosteron

6. Penularan HIV/AIDS melalui …

a. Sentuhan

b. Transfuse darah

c. Gigitan nyamuk

d. Kontak fisik

7. Penggunaan alat kontrasepsi ( pil, suntik, susuk dan IUD ) bertujuan untuk

a. Mencegah kehamilan

b. Menghambat pertumbuhan janin


62

c. Menghambat menstruasi

d. Mencegah pembentukan ovum

8. Pembentukan sperma pada laki-laki terdapat pada bagian …

a. Penis

b. Testis

c. Buah jakar (skrotum )

d. Prostat

9. Berikut ini adalah ciri-ciri penyakit yang diderita oleh seseorang :

1. Jumlah leukosit meningkat

2. System kekebalan tubuh menurun

3. Mudah terinfeksi berbagai penyakit

4. Berat badan cenderung turun

Berdasarkan cirri-ciri tersebut, maka orang tersebut menderita...

a. Hepatitis

b. Sifilis

c. Gonorhoe

d. HIV/AIDS

10. Ovarium atau indung telur pada wanita berfungsi untuk…

a. Menghasilkan sel telur (ovum)

b. Tempat pertumbuhan embrio

c. Tempat pertemuan ovum dan sperma

d. Menghasilkan sel spermatozoa

11. Testis pada pria berfungsi untuk …


63

a. Menghasilakan ovum

b. Menghasilkan sperma

c. Menghasilkan cairan mani

d. Saluran pengeluaran sperma

12. Didalam tubuh wanita, tempat pertemuan antara sel ovum dan sel sperma

(proses pembuahan /fertilisasi ) terjadi pada …

a. Vagina

b. Saluran telur/ tuba falopii

c. Rahim/uterus

d. Dinding rahim/endometrium

13. Alat kelamin luar pada wanita adalah …

a. Labium dan vulva

b. Vagina dan rahim

c. Penis dan buah zakar

d. Indung telur dan vulva

14. Tanda seks sekunder ( kelamin sekunder ) perempuan adalah …

a. Mimpi basah, suara besar

b. Menstruasi, pinggul dan dada membesar

c. Kulit halus dan dada membesar

d. Tertarik pada lawan jenis

15. Pada pria, ciri kelamin sekunder yang dapat teramati secara langsung

adalah …

a. Mimpi basah
64

b. Tumbuh jakun

c. Tubuh membesar

d. Menghasilkan sperma

16. Tempat pertumbuhan embrio didalam tubuh wanita berlangsung pada …

a. Ovarium (indung telur )

b. Vagina

c. Saluran telur (tuba falopii)

d. Rahim (uterus)

17. Usia reproduksi ideal bagi wanita adalah …

a. 15-30 tahun

b. 20-35 tahun

c. 20-45 tahun

d. Seumur hidup

18. Batas usia subur (dapat hamil ) pada wanita adalah …

a. Tanpa batas

b. Mulai puber sampai 50 tahun

c. Masa menstruasi pertama sampai 55 tahun

d. Masa menstruasi pertama sampai menopause (tidak menstruasi

lagi)

19. Penyakit menular seksual (PMS) ditularkan melalui …

a. Kontak seksual

b. Kontak fisik

c. Sentuhan
65

d. Gigitan serangga

20. Tumbuhnya rambut-rambut didaerah tertentu, suara membesar,

menguatnya otot dan mulai aktifnya kelenjar keringat merupakan tanda …

a. Seks primer pria

b. Seks primer wanita

c. Seks sekunder pria

d. Seks sekunder wanita


66

Tabel Kisi-kisi instrument Kecerdasan Emosional

NOMOR JUMLAH
NO ASPEK INDIKATOR ITEM ITEM
(+) (-) (+) (-) (∑)
1. Pengenala a. Mampu 1 2,3 1 2 3
n diri mengenali
emosi yang
sedang
dirasakan diri
sendiri
b. Mampu 4 5,6 1 2 3
mengenali
kadar
perasaan
dengan
tindakan
c. Mampu 8,10 7,9 2 2 3
mengenali
penyebab
perasaan
yang timbul
2. Penguasaa a. Mampu 11 12 1 1 2
n diri mengatasi
perasaan
frustasi
b. Mampu 13 14 1 1 2
menghibur
diri sendiri
c. Manmpu 16 15 1 1 2
menangani
ketegangan
jiwa
d. Mampu 17 18 1 1 2
menggunaka
n emosi yang
dirasakan
untuk
memandu
pengambilan
keputusan
e. Dapat 19 20 1 1 2
menunda
kesenangan
sesaat untuk
mendapatkan
67

hasil yang
baik
3. Memotiva a. Mampu 22,2 21 2 1 3
si diri memiliki 3
sendiri semangat dan
daya juang
untuk
berprestasi
b. Mampu 25 24 1 1 2
berpikir
positif untuk
meraih tujuan
c. Mampu 26 27,2 1 2 3
bertahan 8
ketika
menghadapi
masalah dan
tidak mudah
menyerah
d. Mampu 29,3 - 2 0 2
bertanggung 0
jawab
4. Empati a. Mampu 31,3 33 1 2 3
merasakan 2
perasaan
orang lain
b. Menerima 35 34 1 1 2
atau mengerti
perspektif
orang lain
c. Mampu 37 36,3 1 2 3
merasakan 8
kesulitan atau
penderitaan
orang lain
d. Mampu 39,4 - 2 0 2
membaca 0
emosi orang
lain
5. Membina a. Dapat 41 42 1 1 2
hubungan memulai dan
mempertahan
kan interaksi
b. Mampu 44,4 43 2 1 3
berkomunika 5
si dengan
68

baik dengan
orang lain
c. Mampu 46,4 47 2 1 3
menyesuaika 8
n emosi
dengan tepat
dalam
berinteraksi
dengan orang
lain
d. Menumbuhk 50 49 1 1 2
an rasa saling
percaya
TOTAL BUTIR 26 24 50

INSTRUMEN PENGUKURAN KECERDASAN EMOSIONAL

NAMA : .....................................
69

KELAS : .....................................

JENIS KELAMIN : .....................................

Petunjuk pengisian !

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama


2. Untuk setiap pernyataan pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda
3. Berilah tanda (X) pada jawaban yang anda pilih
Butir pertanyaan :

NO PERTANYAAN Selalu Sering Kadang Jarang Tidak


kadang pernah
5 4 3 2 1
1 Saya menyukai diri
saya apa adanya
2 Sya sering merasa
khawatir tanpa alasan
tertentu
3 Saya merasa banyak
kekurangan
dibandingkan orang
lain
4 Saya tahu persis hal-
hal yang
menyebabkan saya
malas belajar
5 Saya sering merasa
tidak mampu
melakukan hal yang
baru
6 Saya mudah marah
tanpa alasan tertentu
7 Saya merasa khawatir
terhadap masa depan
saya
8 Saya akan
menyelesaikan
pekerjaan yang
menjadi tanggung
jawab saya,meskipun
saya tidak menyukai
9 Saya sering
meragukan
kemampuan saya
10 Saya tahu kalau saya
70

sedih
11 Persaingan belajar
yang ketat di kelas
makin menambah
semangat saya dalam
berprestasi
12 Saya kurang sabar bila
menghadapi orang
lain
13 Saya tidak sedih bila
kehilangan barang
kesayangan saya
14 Saya merasa perlu
membalas ejekan
teman kepada saya
15 Jika orang tua
mengecewakan saya,
saya akan mengurung
diri dalam kamar dan
melakukan asksi diam
16 Saya menahan marah
kepada teman saya
walau dia menyakiti
saya
17 Saya berusaha untuk
tidak menyontek saat
ujian
18 Saya tetap gugup
dalam mengerjakan
soal ulangan
meskipun saya sudah
belajar
19 Demi sasaran lain
yang lebih besar, saya
dapat menunda
pemuasan kesenangan
sesaat saya,misalnya
mengobrol, menonton
TV, main game, jalan-
jalan,dll
20 Saya sering mengulur-
ulur waktu dalam
menyelesaikan
pekerjaan
21 Saya lebih banyak
dipengaruhi perasaan
71

takut daripada harapan


untuk sukses
22 Saya menyadari
kekurangan saya
disekolah dan
berusaha
mengimbanginya
dengan belajar lebih
giat
23 Saya berusaha masuk
peringkat 10 besar
setiap semester
24 Saya tidak memiliki
cita-cita untuk masa
depan saya
25 Saya akan terus
berusaha mendapat
nilai-nilai yang terbaik
diantara teman-teman
sekelas
26 Saya senang
menghadapi tantangan
untuk memecahkan
masalah
27 Saya mudah menyerah
pada saat menjalankan
tugas yang sulit
28 Saya malas mencoba
lagi jika pernah gagal
pada pekerjaan yang
sama
29 Saya tetap belajar
walau tidak ada
ulangan
30 Saya selalu belajar
sesuai dengan jadwal
yang telah saya susun
31 Saya bersedia
mendengar keluh
kesah teman saya
32 Saya biasanya dapat
mengetahui
bagaimana perasaan
orang lain terhadap
saya
33 Saya merasa bahagia
72

melihat teman yang


tidak saya sukai sedih
34 Saya sulit menerima
pemikiran orang lain
yang berbeda dengan
pemikiran saya
35 Saya menghormati
orang lain
36 Saya enggan
membantu teman saya
yang sedang dalam
kesusahan
37 Saya akan ikut
prihatin bila ada
teman yang terkena
musibah
38 Saya malas membantu
orang tua karena sibuk
dengan urusan saya
sendiri
39 Saya dapat mengenali
emosi orang lain
dengan melihat
ekspresi wajahnya
40 Saya dapat melihat
rasa sakit pada orang
lain, meskipun mereka
tidak
membicarakannya
41 Saya tidak mengalami
kesulitan mengajak
bermain teman yang
baru saya kenal
42 Saya merasa sulit
untuk
mengembangkan topik
pembicaraan dengan
orang lain
43 Saya lebih suka
mengerjakan tugas
sendiri dari pada
berdiskusi dengan
teman
44 Saya mempunyai cara
yang meyakinkan agar
ide-ide saya dapat
73

diterima orang lain


45 Saya mampu
mengorganisasidan
memotivasi suatu
kelompok
46 Pada hari pertama
masuk sekolah saya
dapat dengan cepat
beradaptasi dengan
lingkungan sekolah
47 Saya merasa tertekan
dan tidak banyak
bicara ketika berada
diantara orang banyak
48 Masalah-masalah
pribadi saya tidak
mengganggu
pergaulan saya dengan
orang lain
49 Saya merasa sulit
menemukan orang
yang bisa diajak
bersahabat secara
dekat
50 Saya mudah bergaul
dengan teman-teman
di sekolah
74

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, seks Bebas Dan Perkembangannya Dalam Kehidupan Masyarakat.

Didownload 28 April 2011. Dari

http://blog.unula.ac.id/abdulsyani/files/2009/08/Ib-sek-bebas-dan -

perkembangannya-dlm-kehidupan-masy 1.pdf . 2009

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta didik, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009

Arikunto Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Aksara. 2006

B Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan. Jakarta, Erlangga. 2002

Bainar . Membantu Remaja Menyelami Dunia Dengan Iman dan Ilmu,

Jakarta : Bunga Rampai. 2007

Cage, NL dan Berliner, DC, Educational Psycology, Third Edition.Boston :

Haugthon Miffin Company. 1984

Crow D.L., Crow, APsikologi Pendidikan. Penerjemah Rachman Abror

Abd.Yogyakarta : Nur Cahaya. 2005

Daniel Goleman. Kecerdasan Emosional ( Mengapa EQ lebih penting

daripada IQ ) Penarjemah T. Hermaya. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama . 1997


75

Kecerdasan Emosional ( Mencapai Puncak Prestasi )

Penerjemah Alex Tri Kancono dan Widodo . Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama . 1999

Dalyono M. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. 2007.

Dariyo Agoes. Psikologi Perkembangan Manusia. Jakarta : Jakarta : Ghali

Indonesia. 2002

Desmita .Psikologi Perkembangan .Bandung : PT Remaja Rosdakarya.2005

Depkes RI dan WHO, Materi Kesehatan Reproduksi.Jakarta : Depkes. 1999

Fedyani, Ahmad dan Irwan Martua Hidayana.Seksualitas Remaja.Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan. 1988

Fathonah, dkk. Modul Workshop :Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja

Bagi Calon Konselor Sebaya.Jakarta : Direktorat Remaja dan

Perlindungan Hak-hak Reproduksi bekerja sama dengan Pusdiklat

Pegawai dan Tenaga Program Badan Koordinator Keluarga

Nasional . 2006

Ghifari, Al Abu .Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern.Bandung :

Mujahid Press . 2003

Ghozally, Fitri .Memahami Perkembangan Psikologi Remaja .Jakarta : Prestasi

Pustaka Publisher . 2002


76

Gottman , John dan De Claire, Joan. Kiat-kiat Membesarkan anak Yang

Memiliki Kecerdasan Emosional .Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama .2002

Gunarsa, D. Singgih Psikologi gan Anak dan RemPerkembanaja.Jakarta :

Gunung Mulia. 2008

Gunarsa .Psikologi Remaja , Jakarta : BPK Gunung Mulia. 2002

Hawari , Dadang . Dampak Seks Bebas Terhadap Kesehatan Jiwa .Jakarta :

Balai Penerbit FKUI. 2009

Hurlock, B Elizabeth .Perkembangan Anak .Jakarta : Penerbit Erlangga .2002

Lawrence E. Shapiro, Ph.D .Mengajarkan Emotional Intelegence Pada Anak .

Penerjemah .Alex Tri Kuntjono . PT Gramedia Pustaka Utama .

1997

Maurice J. Elias, Steven E. Tobias, Brian S. Friedlander. Cara-cara Efektif

Mengasuh Anak dengan EQ .Penerjemah M. Jauharul

Fuad .Bandung . KAIFA 2000

Margono . Metodologi Penelitian .Jakarta : Rhineka Cipta . 2007

Maryanti dan Septikasari .Kesehatan Reproduksi Teori dan

Praktikum .Yogyakarta : Muha Medika. 2009


77

Mega sari, Dessy .Skripsi : Perbedaan Sikap remaja Terhadap Perilaku

Seksual Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua. Jakarta :

Universitas Negeri Jakarta. .2009

Miftahul, Asror .Seks dalam Bingkai Islam .Bojonegor : Jawara Surabaya. 2002

Muadz , Masri dkk. Kurikulum dan Modul Pemberian Informasi Kesehatan

Reproduksi Remaja Oleh Pendidik Sebaya .Jakarta : Badan

Koordinasi Keluarga Berencana .2007

Patricia Patton .Kecerdasan Emosional Landasan Untuk Meraih Sukses

Pribadi Dan Karier.Penerjemah .Hermes Malang :PT Mitra

Media . 1997
78

DAFTAR ISI

Hal

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………....1

B. Identifikasi Masalah …………………………………….....6

C. Pembatasan Masalah ……………………………………....7

D. Rumusan Masalah ……………………………………........7

E. Tujuan Penelitian …………………………………….........8

F. Kegunaan Penelitian …………………………………........8

BAB II LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hakekat Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas …… 10

2. Hakekat Kecerdasan Emosional …………………..…22

3. Hakekat Penguasaan Konsep ……………………...…28

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh Langsung Kecerdasan Emosional Terhadap

Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas ……………….30

2. Pengaruh Langsung Kecerdasan Emosional Terhadap

Penguasaan Konsep Biologi ………………………...33

3. Pengaruh Langsung Penguasaan Konsep Biologi Ter-


79

hadap Sikap Pada Perilaku Pergaulan Bebas …….......34

4. Pengaruh Tidak Langsung Kecerdasan Emosional Ter-

hadap Sikap Pada Perila Pergaulan Bebas

Siswa melalui Penguasaan Konsep Biologi ………….35

C. Hipotesis Penelitian ………………………………………36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………........38

B. Metode dan Desain Penelitian …………………………..41

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ……………....43

D. Pembakuan Instrumen Penelitian ………………………...51

E. Instrumen Penelitian ……………………………………...58

F. Teknik Analisis Data ..........................................................

G.

DAFTARPUSTAKA ................................................................................. ..79


80

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT,

penggenggam alam semesta, penentu segala urusan dan tanpa dipinta

oleh hamba-Nya selalu mencurahkan segala nikmat dan karuni-Nya. Hanya

dengan karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada khalifah sepanjang masa,

guru seluruh ilmu dan menjadi uswatun hasanah bagi seluruh umat yaitu Nabi

Muhammad SAW dan juga kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya

sampai akhir zaman.

Pada kesempatan yang baik ini izinkanlah penulis menyampaikan

rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus

ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sumaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI

dan selaku Dosen pembimbing Materi Universitas Indraprasta PGRI.

2. Ibu Dr. Ir. Mamik Suendarti M.P selaku Dosen Pembimbing tekhnik

Universitas Indraprasta PGRI.

3. Bapak Dr. H. Suparman IA, M.Sc selaku Direktur Progtam Pasca Sarjana

Universitas Indraprasta PGRI.


81

4. Kepala Perpustakaan Universitas Indraprasta PGRI Jakarta dan seluruh

staf, yang telah menyediakan tempat serta buku-buku sebagai bahan

referensi.

5. Kepala sekolah SMP Negeri 5 Jakarta, SMP Negeri 17 Jakarta yang

membentu dalam mempermudah jalannya penelitian.

6. Suami dan ananda tercinta yang senantiasa mendo’akan serta

mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan baik

bentuk, isi maupun tekhnik penyajiannya, oleh sebab itu kritikan yang bersifat

membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta

sangat diharapkan. Semoga kehadiran tesis ini memenuhi sasaran.

Jakarta, juli 2014

SRI UTARI

Anda mungkin juga menyukai