Anda di halaman 1dari 13

INTELIGENSI

1
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman ini, kebanyakan orang lebih mementingkan kecerdasan


intelektual untuk menilai tingkat kesuksesan seseorang. Seorang anak dengan
ranking tinggi di sekolah dianggap lebih berpotensi dan sukses di sekolah, dan
dianggap mempunyai masa depan yang cerah dan menjanjikan.
Kecerdasan intelektual meliputi kemahiran seseorang dalam
menyelesaikan masalah matematika, menguraikan proses biologis, mengingat
sejarah Perang Dunia I, dan sebagainya. Kecerdasan intelektual cenderung
dikaitkan dengan otak bagian kiri dan tingginya tingkat Intelligent Quotient (IQ).
Kecerdasan intelektual berhubungan erat dengan kecerdasan kognitif.
Kecerdasan intelektual seseorang memang dapat menentukan kesuksesan
seseorang, namun hanya sebagian kecil saja. Kecerdasan emosional seseorang
mempengaruhi lebih banyak aspek kehidupan daripada kecerdasan intelektual.
Kecerdasan emosional meliputi kemampuan untuk bersosialisasi, bekerja dalam
tekanan, kepemimpinan, dan lainnya. Kemampuan tersebut dapat menjadi faktor
pendukung seseorang dalam meraih kesuksesan.
Namun, kecerdasan emosional masih dipandang sebelah mata oleh para
orangtua karena kemampuan anak dalam bersosialisasi dan meregulasi emosi
mereka masih kalah penting dibanding kecerdasan intelektual mereka. Kecerdasan
emosional jarang dijadikan tolak ukur keberhasilan anak, selain karena sulit
diukur secara kuantitatif, orangtua masih berpikir secara tradisional dan lebih
mementingkan kecerdasan intelektual anak sebagai tolak ukur kesuksesan anak.
Kesuksesan ini dapat diraih dengan berbagai cara, salah satunya melalui
jalan akademik. Walaupun dalam jalan akademik, kecerdasan intelektual lebih
unggul dalam menyukseskan seseorang, kecerdasan emosional pun patut
diperhitungkan. Karena kecerdasan emosional mengatur kestabilan emosional,
kontrol diri seseorang, dan mengelola stres.

2
Maka, dengan paper ini saya akan mengkaji hubungan kecerdasan
emosional dengan prestasi akademik seseorang.

B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi
akademik.

C. Manfaat
Makalah ini dapat dijadikan landasan dalam peningkatan kecerdasan
emosional untuk mencapai hasil akademik yang lebih baik.

D. Hasil Penelitian
1. Jurnal Profiling Kecerdasan Emosional Mahasiswa menunjukkan hasil
bahwa 92% mahasiswa jurusan Akuntansi dan Manajemen di STIE Trisakti dan
Universitas Bina Nusantara memiliki kecerdasan emosional rata-rata dan sisanya
memiliki kecerdasan emosional di bawah rata-rata.
2. Hasil penelitian dari jurnal Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Aktivis Organisasi Kemahasiswaan
di Lingkungan Universitas Udayana menunjukkan hubungan negatif antara
kecerdasan emosional dengan prestasi akademik, artinya peningkatan kecerdasan
emosional akan diikuti dengan penurunan prestasi akademik pada mahasiswa
aktivis organisasi kemahasiswaan.
3. Jurmal dengan judul The Relationship between Emotional Intelligence
and Academic Achievement in Medical Science Students in Iran memperlihatkan
hasil yang bertentangan dengan jurnal kedua, yaitu kecerdasan emosional
berkorelasi dan sangat predikatif terhadap prestasi akademik mahasiswa.
4. Hasil penelitian dari jurnal The Influence of Emotional Intelligence on
Academic Achievement menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dan
positif antara kecerdasan emosional (penilaian dan pemahaman emosi diri) dengan
prestasi akademik.

3
5. Jurnal Relationship between Emotional Intelligence and Educational
Achievement tidak menunjukkan hasil yang berhubungan positif. Hasil dari
penelitian jurnal ini pun menunjukkan korelasi antara kecerdasan intelektual dan
prestasi akademik.
6. Hasil penelitian dari jurnal Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
dan Prokrastinasi pada Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma mengungkapkan hubungan yang negatif antara
kecerdasan emosional dengan prokrastinasi, yaitu semakin tinggi tingkat
kecerdasan emosional mahasiswa maka semakin rendah tingkat prokrastinasinya.
7. Hasil dari jurnal Hubungan Antara Emosi Positif yang Dialami
Mahasiswa Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa FKIP UNILA Tahun
Akademik 2011/2012 adalah adanya korelasi signifikan antara emosi positif
dengan prestasi akademik.
8. Jurnal Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Belajar
Pada Mahasiswa yang Bekerja memperlihatkan bahwa kelelahan emosional
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku belajar mahasiswa.

4
BAB II LANDASAN TEORI

Kecerdasan emosional menurut Goleman (1995) adalah kecapakan


emosional yang meliputi kecakapan untuk mengontrol diri dan memiliki kekuatan
saat menjumpai kesulitan, dapat mengontrol impuls, dapat mengendalikan emosi,
dan mengatur kegelisahan supaya tidak menghambat pikiran, dan perhatian.
Cooper & Sawaf mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan
kemampuan merasakan, mengerti, dan menggunakan kecerdasan dan kecapakan
emosi dengan selektif untuk menjadi sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi.
Meyer & Salovey (dalam Cherniss & Goleman, 2001) juga
mendeskripsikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengerti
perasaan diri sendiri dan orang lain dan mengendalikan emosi, kecerdasan
emosional pun bertugas untuk mengembangkan kualitas hidup seseorang.
Bar-On (1997) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai perasaan
khawatir untuk memahami diri sendiri dan orang lain secara efektif, berhubungan
baik dengan orang lain, menyesuaikan dan mengatasi dengan lingkungan sekitar
agar lebih dapat mengelola urusan dengan baik dengan tuntutan lingkungan.
Kecerdasan emosional mencakup kualitas empati, mengungkapkan dan
memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan
menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi,
ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat.
Aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Salovey, antara lain:
a. Mengenali diri sendiri
b. Mengelola emosi
c. Memotivasi diri sendiri
d. Mengenali emosi orang lain
e. Membina hubungan
Kecerdasan emosional memiliki lima dimensi penting menurut Goleman (1998),
yaitu:

5
a. Kesadaran diri
b. Regulasi diri
c. Motivasi
d. Empati
e. Mengelola hubungan dengan orang lain
Menurut Goleman (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional meliputi :
a. Keturunan genetik
b. Lingkungan sekitar
Namun, kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang dapat
berkembang seiring waktu, dapat diasah dan dipelajari. Sehingga, faktor
lingkungan cenderung lebih berpengaruh dalam meningkatkan kecerdasan
emosional. Menurut Goleman, lingkungan keluarga merupakan tempat mendidik
pertama mengenai emosi, mengajarkan regulasi emosi sangat penting untuk
mempersiapkan hidup seorang anak. Anak mendapat pengalaman dan pelajaran
pertama mengenai kecerdasan emosional (perasaan terhadap diri sendiri dan orang
lain, kesan orang lain, mengenali emosi diri sendiri dan orang lain) dalam
lingkungan keluarga. Karena itu, kestabilan dan keharmonisan dalam keluarga
sangat penting untuk perkembangan kecerdasan emosional anak.
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan positif antara tingkat
kecerdasan emosional seseorang dengan tingkat prestasi akademiknya, semakin
tinggi tingkat kecerdasan emosional seseorang, maka semakin baik pula performa
akademik seseorang. Karena kecerdasan emosional mengatur kemampuan
seseorang dalam coping stres, bersosialisasi dengan orang lain termasuk meminta
bantuan pada orang lain ketika kesusahan, mampu memotivasi diri sendiri, dan
kecakapan memecahkan masalah.
Namun, ada pula beberapa penelitian yang menjabarkan bahwa tidak
adanya korelasi positif antara kecerdasan emosional dengan tingkat prestasi
akademik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kecerdasan intelektual lebih
banyak memberi pengaruh pada tingkat prestasi akademik seseorang.

6
Prestasi akademik diukur melalui kecerdasan seseorang dalam bidang
akademik. Prestasi akademik ditentukan oleh kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, dan kemampuan belajar seseorang.
Sobur (2006) menyebutkan bahwa prestasi akademik adalah hasil bukti
dari upaya yang dilakukan mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan yang
ditunjukkan melalui indeks prestasi kumulatif. Salah satu usaha yang dilakukan
adalah belajar.
Belajar adalah proses perubahan perilaku, sikap, cara berpikir, dan
tingkah laku dengan tujuan memperoleh ilmu dan meningkatkan kualitas diri
melalui sekumpulan kegiatan, seperti membaca, menghitung, berbicara, dan
sebagainya.
Menurut Syah (2004) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
belajar seseorang, diantaranya faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri
seseorang meliputi jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan psikologis, yaitu
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi. Lalu faktor eksternal, yakni
lingkungan di sekitar seseorang, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, juga
masyarakat. Terakhir faktor pendekatan belajar yaitu, usaha belajar siswa yang
mencakup strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.
Adapun faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Depdikbud
adalah:
a) Faktor dari dalam individu
Mencakup kondisi fisik dan psikis seseorang.
b) Faktor dari luar individu
Terdiri dari faktor alam, faktor sosioekonomi, guru, kurikulum, metode
pengajaran, materi ajar, sarana dan prasarana.

7
BAB III PEMBAHASAN

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Antonina Pantja Juni


Wulandari yang disusun dalam jurnal Profiling Kecerdasan Emosional
Mahasiswa, tingkat kecerdasan emosional pada mahasiswa kebanyakan masih
berada di tingkat rata-rata dan memerlukan peningkatan. Penelitian yang
dilakukan menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan
menggunakan instrumen construct validity yang dirancang peneliti. Alat ukur ini
diambil berdasarkan penjelasan dari teori Goleman (2005), yaitu kecakapan
individu untuk sadar diri, mengatur dan memotivasi diri, berempati pada orang
lain, dan mampu bersosialisasi dengan pandai dengan orang lain.
Terdapat 5 dimensi kecerdasan emosional yang diukur dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Kecakapan pribadi
Kecakapan pribadi memiliki beberapa indikator penelitian, yakni kesadaran
emosi, penilaian diri, dan percaya diri.
2. Pengaturan diri
Pengaturan diri memiliki kendali diri, sifat dapat dipercaya, bersifat sungguh-
sungguh, inovatif, dan kemampuan adaptasi sebagai indikatornya.
3. Motivasi
Terdapat dorongan untuk berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme sebagai
indikator dalam dimensi motivasi.
4. Empati
Memahami orang lain, orientasi pelayanan, mengembangkan orang lain,
mengatasi keragaman, dan kesadaran politis merupakan indikator dimensi empati.
5. Keterampilan sosial
Indikator keterampilan sosial adalah pengaruh, komunikasi, kepemimpinan,
katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan
kooperasi, dan kemampuan tim.

8
Dari 5 dimensi kecerdasan emosional itu, sebanyak 92% dari sampel
penelitian mendapat skor rata-rata untuk nilai kecerdasan emosional mereka
sedangkan 8% lainnya mendapat skor rendah.
Dalam penelitian lain yang dilakukan Jesica Handayanita Saragih dan Tience
Debora Valentina, S.Psi., M.A., Psi. dalam jurnal Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Aktivis Organisasi
Kemahasiswaan di Lingkungan Universitas Udayana, menunjukkan hasil bahwa
mahasiswa aktivis organisasi memiliki nilai kecerdasan emosional yang tinggi.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan skala kecerdasan emosional yang
disusun oleh Rustika (2014) dalam disertasinya. Skala disusun berdasarkan pada 5
dimensi kecerdasan emosional dalam teori Goleman (2002), yang meliputi
kesadaran diri, pengelolaan emosi, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.
Skala terdiri dari 26 item pernyataan. Penelitian juga menggunakan metode
dokumentasi, yaitu teknik penelaahan dokumen dengan penggabungan informasi
dan data secara langsung (Kartono, 1990).
Hasil dari dua penelitian diatas selaras dengan penelitian Rachmawati (2013)
yakni perbedaan dalam kecerdasan emosional akan menyebabkan perbedaan
kepribadian dalam diri individu, tingkat kecerdasan emosional juga memberi
dampak pada kehidupan sosial individu tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan Fallahzadeh H. dalam jurnal The
Relationship between Emotional Intelligence and Academic Achievement in
Medical Science Students in Iran menunjukkan hasil positif antara hubungan
kecerdasan emosional dan prestasi akademik. Penelitian ini menggunakan metode
studi cross-sectional dan korelasional dengan instrumen EQ-I yang terdiri dari 5
skala dan 15 sub-skala. Lima skala tersebut adalah kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan interpersonal, adaptasional, pengelolaan stres, dan suasana hati. Skala
terdiri dari 90 item pernyataan. Hasil dari penelitian ini menjabarkan bahwa
kemampuan adaptasi dan pengelolaan stres berpengaruh tinggi pada tingkat
prestasi akademik.
Penelitian yang dilakukan oleh Maizatul Akmal Mohd Mohzan, Norhaslinda
Hassan, Norhafizah Abd Halil yang terdapat dalam jurnal The Influence of

9
Emotional Intelligence on Academic Achievement menunjukkan tidak adanya
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen kuisioner.
Kuisioner terdiri dari 2 bagian, yang pertama adalah bagian latar belakang
demografis berupa identitas subjek, dan yang kedua adalah bagian skala
kecerdasan emosional dengan skala Likert. Skala yang digunakan merupakan
skala dari Wong & Law (2002) yang terdiri dari 4 dimensi yaitu penilaian emosi
diri, penilaian emosi orang lain, penggunaan emosi, dan regulasi emosi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa responden memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi, namun tidak ada korelasi positif antara kecerdasan emosional
responden dengan prestasi akademiknya.
Hasil penelitian yang dilakukan Lotfi Kashani, F., Lotfi Azimi, A., dan
Vaziri, Sh. dalam jurnal Relationship between Emotional Intelligence and
Educational Achievement tidak menemukan hubungan positif antara kecerdasan
emosional dengan prestasi akademik. Penelitian ini menggunakan metode skala
sikap yang disusun oleh Travis Bradberry dan Jean Greaves menggunakan 4
keterampilan utama kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri,
kesadaran sosial, dan pengelolaan hubungan dengan orang lain. Hasil penelitian
ini menunjukkan kecerdasan intelektual lebih berpengaruh secara signifikan pada
performa akademik dan IQ dapat menjadi predikator yang dapat diandalkan untuk
memprediksi prestasi akademik.

10
BAB IV KESIMPULAN

Dalam beberapa jurnal, teori dan hasil penelitian bertolak belakang atau tidak
menunjukkan korelasi sama sekali. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya
kesalahan dalam data yang tidak bisa membuktikan hipotesis ataupun kesalahan
dari peneliti sendiri. Dalam jurnal yang lain, hasil penelitian mendukung teori dan
terbukti menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kecerdasan emosional
dengan tingkat prestasi akademik.
Kecerdasan emosional yang meliputi kesadaran diri, kemampuan untuk
mengontrol emosi, motivasi diri, mengatasi stres, dan sosialisasi, berpengaruh
besar terhadap tingkat prestasi akademik individu. Hal ini disebabkan karena
kemampuan individu dalam meregulasi diri sendiri dan dapat bekerja di bawah
tekanan merupakan sesuatu yang mendukung individu dalam melakukan usaha
untuk meningkatkan prestasi akademik individu tersebut.
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi akademik disini adalah
belajar. Belajar adalah proses dalam upaya untuk mengubah karakteristik atau
pola pikir seseorang dengan berbagai kegiatan.
Kecerdasan emosional juga mendukung individu untuk mencapai kesuksesan,
karena kemampuan individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan
kesadaran diri dalam individu merupakan faktor penting yang akan
mengembangkan kualitas diri individu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anticevic, Vesna & Kardum, Goran & Klarin, Mira & Sindik, Joško & Barać,
Ivana. (2018). Academic Achievement and Study Satisfaction: The
Contribution of High School Success and Personality. Drustvena istrazivanja.
27. 243-260. 10.5559/di.27.2.03.
Arianti, Aris. (2014). Persepsi Guru Matematika SMP Di Kabupaten Karanganyar
Jawa Tengah Tentang Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Tahun
2013/2014. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Audy Akid, Hibatulloh. (2012). Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Antara kelas
Umum dan Kelas Olahraga Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orangtua Pada
Kelas VII SMP N 4 Purbalingga. S1 thesis, Universitas negeri Yogyakarta.
Cherniss, Cary. (2000). Emotional intelligence: What it is and why it matters.
Devina, Sarah. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Prokrastinasi Pada
Mahasiswa yang Menyusun Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma. Universitas Gunadarma. (Tanpa Tahun).
F, Ioannidou, Konstantikaki V. (2008). Empathy and Emotional Intelligence:
What is it Really About?. International Journal of Caring Sciences, 1,
118-123. ISSN: 1791-5201
F, Lotfi Kashani, Lotfi Azimi, A., dan Vaziri, Sh. (2012). Relationship between
Emotional Intelligence and Educational Achievement. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 69, 1270-1275. DOI: 10.1016/j.sbspro.2012.12.061
H, Fallahzadeh. (2011). The Relationship between Emotional Intelligence and
Academic Achievement in Mendical Science Students in Iran. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 30, 1461-1466. DOI:
10.1016/j.sbspro.2011.10.283
Haryani, Dian. (2014). Kontribusi Kecerdasan Emosi Terhadap Prestasi Belajar
Serta Implikasinya Pada Bimbingan dan Konseling. S1 thesis, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Hidayah, Era. (2013). Hubungan Antara Emosi Positif yang Dialami Mahasiswa
Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa FKIP UNILA Tahun Akademik

12
2011/2012. Jurnal FKIP Unila, 2. Diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/issue/view/56
Labib, Lautry Luthfiya Sari. (2015). Hubungan antara kecerdasan emosional
dengan stres kerja pada guru MI 02, Mts, dan MA Mazra'atul Ulum Paciran -
Lamongan. S1 thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Mohzan, Maizatul A.M., Norhaslinda Hassan, dan Norhafizah Abd Halil. (2013).
The Influence of Emotional Intelligence on Academic Achievement.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 90, 303-312. DOI:
10.1016/j.sbspro.2013.07.095
Putri, Anggia. (2013). Pengaruh Kelelahan Emosional Terhadap Perilaku Belajar
Pada Mahasiswa yang Bekerja. Jurnal Penelitian Psikologi, 2. Diakses dari
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/1907
Radfar, Shokofeh, Mahdi Aghaie, Mahdi Motashaker-Arani, Sima Noohi, Amin
Saburi. (2012). Evaluation Of Emotional Intelligence And Its Relation to The
Academic Achievement in Medical Students. DOI: 10.5812/thrita.8605
Rustika, I Made. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik
Pada Remaja (Disertasi). Tersedia dari Electronic Theses and Dissertasions
Gadjah Mada University.
Saragih, Jesica Handayanita; Valentina, Tience Debora. (2015). Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Aktivis
Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Universitas Udayana. Jurnal
Psikologi Udayana, 2. ISSN 2354-5
Serrat, O. (2010). Understanding and Developing Emotional Intelligence.
Washington, DC: Asian Development Bank.
Ugoani, John & Amu, Christain & Emenike, Kalu. (2015). Dimensions of
Emotional Intelligence and Transformational Leadership: A Correlation
Analysis. Independent Journal of Management & Production, 6, 563-584.
DOI:6. 10.14807/ijmp.v6i2.278.
Wulandari, Antonina Pantja Juni. (2011). Profiling Kecerdasan Emosional
Mahasiswa. Humaniora, 2, 190-200.
DOI: https://doi.org/10.21512/humaniora.v2i1.2970

13

Anda mungkin juga menyukai