Anda di halaman 1dari 17

Proposal Penelitian

PENGARUH EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI
SMA PGRI 1 PALEMBANG

OLEH
MURTI WIDA NINGSIH
PENDIDIKAN AKUNTANSI
2017132003

DOSEN PENGASUH : NOVA PRATIWI, M.PD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PGRI
PALEMBANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sekolah merupakan tempat belajar untuk meningkatkan pengetahuan

siswa dalam mengetahui hal-hal baru yang dalam setiap prosesnya berbeda-beda

bagi setiap siswa. Dalam setiap proses pembelajaran akan meningkatkan

kecerdasan, pengetahuan, perubahan prilaku yang berdasarkan pengalaman.

Kemampuan belajar siswa akan bergantung pada tingkat siswa dalam bertindak

secara terarah, berpikir secar rasional dan mampu menghadapi lingkungan sekitar

secara efektif.

Kemampuan belajar siswa akan mempengaruhi siswa dalam menyerap

pelajaran. maka dari itu siswa yang menempuh pendidikan dalam belajar dengan

baik untuk meningkatan kompetensinya. Tingkat kemampuan siswa berbeda-beda

sesusai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya kecerdasan

emosional yaitu suatu kemapuan yang dimiliki oleh siswa yang dipengaruhi dari

sudut emotionalnya sehingga akan berbeda setiap siswa sesuai dengan EQ yang

dimiliki dan akan mempengaruhi hasil belajar.

Kenyataanya, dalam proses belajar mengajar di sekolah siswa terkadang

tidak sesuai dengan kemampuan intelegensinya sehingga mempengaruhi hasil

belajarnya, hal ini dikarenakan ada yang mempengaruhi siswa tersebut selain

intelegensi yaitu Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional yakni

“kemampuan seperti kemampuan mencerdaskan diri sendiri dan bertahab

menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan

kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

melumpuhkan kemampuaan berfikir dan berdoa.” (Goleman, 2007:45)


Belajar akuntansi bagi seorang siswa bukan merupakan hal mudah, sering

mengalami kesulitan terutama dalam memahami konsep, tugas dan

pengaplikasianya hal ini sering membuat frustasi walupun siswa tersebut memiliki

intelegensi yang baik dalam pelajaran akuntansi. Kesulitan memahami akuntansi

inilah akan mempengaruhi keadaan emosional siswa sehingga keadaan belajar

siswa menjadi tidak nyaman dan tidak stabil, ini akan berpengaruh pada hasil

belajar siswa.

Dari uraian di atas peneliti tertarik untukmeneliti mengenaihubungan

antara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa dengan judul “Pengaruh

Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Akuntansi Di SMA PGRI 1 Palembang”.

2. Identifikasi Masalah

Hasil belajar akan berpengaruh berdasarkan tingkat Emotional Quotient

(EQ)yang dimiliki setiap siswa dalam mata pelajaran akuntansi.

3. Batasan masalah

3.1 Melihat kecerdasan emosional siswa berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran akuntansi

3.2 Hasil belajar dilihat berdasarkan tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki

setiap siswa

3.3 Siswa yang mengikuti pelajaran akuntansi di sekolah SMA PGRI 1

Palembang

4. Rumusan Masalah

“Adakah pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran akuntansi di SMA PGRI 1 Palembang?”.


5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran

akuntansi di SMA PGRI 1 Palembang.

6. Manfaat Penelitian

6.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis dapat memperkaya konsep serta teori

mengenai kecerdasan emosional yang ada pada siswa.

6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi guru penelitian ini berguna untuk mnambah pengetahuan

mengenai kecerdasan emosional yang dapt diterapkan kepada siswa

b. Bagi siswa penelitian ini dapatmeningkatkan kecerdasan emosional

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

c. Bagi peneliti dapat dijadikan rujukan sebagai penelitian yang relevan,

sehingga kecerdasan emosional dapat dikembangkan lagi untuk

meningkatkan hasil belajar siswa


BAB II
Landasan Teori
2.1 Kecerdasan Emosional
2.1.1 Pengertian Kecerdaasan Emosional

Daniel Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut.

“Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence),

menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of

emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian

diri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial.”(Goleman, 2005:12)

Kecerdasan emosional adalah keterampilan memahami diri sendiri,

mengatur diri sendiri, memotivasi dari empati, sebagai prediktor yang sangat kuat

dan dapat di percaya untuk meraih keberhasilan.

Sebagai seorang guru, aktifitas tidak lepas dari proses pembelajaran.

sementara proses mengajar merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap

komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. Sebagai suatu

sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapainya. Maka dari itu, guru tidak hanya ditintut menguasai materi

tetapi juga dituntut mampu memahami karakteristik anak didik. Usaha untuk

meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Akuntansi

diperlukan pembelajaran afektif.hal ini diharapkan mampu meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Atas dasar inilah peneliti bermaksud

meneliti pengaruh Emotional Quotiont (EQ) dalam proses belajar mengajar di

dalam kelas.
2.1.2 Faktor-Faktor Kecerdasan Emosional

Menurut Salito “kecerdasan emosi sangat tinggi apabila dipengaruhi oleh

mampu mengenal emosinya sendiri, mampu mengendalikan emosinya sesuai

situasi dan kondisi, mampu mengunakan emosinya untuk meningkatkan

motivasinya, mampu mengenali emosi orang lain, dan mampu berinteraksi positif

dengan orang lain.”(Salito, 2012:136-137)

Gardner mendefinisikan kecerdasan pribadi dalam lima kemampuan utama, yaitu:

1. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk

mengenali perasaan pada saat perasaan itu muncul. Kemampuan ini merupakan

dasar dari kecerdasan emosional. Para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri

sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri.

Kesadaran diri berupa waspada terhadap suasana hati maupun pikiran

tentang suasana hati. Apabila kurang waspada, maka individu menjadi mudah

larut dalam aliran dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri belum menjamin

penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk

mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

2. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras sehingga tercapai

keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agaremosi yang merisaukan tetap

terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan yang

meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita.

Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan


kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang

ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang

menekan.

3. Memotivasi Diri Sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu,

yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan

mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif,

yaitu antusias, gairah, optimis, dan keyakinan diri.

4. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.

Kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan

kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan

apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut

pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk

mendengarkan orang lain.

Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang yang

mampu membaca perasaan dan isyarat nonverbal lebih mampu menyesuaikan diri

secara emosional, lebih popular, lebih mudah beraul, dan lebih peka. Nowicki,

ahli psikologi menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau

mengungkapkan emosi dengan baik akan terus-menerus merasa frustasi.

Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri

yang tinggi, ia semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal
dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan

untuk membaca perasaan orang lain.

5. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan

yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang

diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses

dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu

berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini popular dalam

lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya

berkomunikasi. Ramah tamah, baik hati, hormat, dan disukai orang lain dapat

dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan

orang lain. Sejauh mana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya

hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Setiap proses pastinya mengharapkan suatu hasil, sama halnya dengan


proses belajar mengajar, mengharapkan suatu hasil belajar yang baik dan
maksimal.

2.2 Kajian Terdahulu Yang Relevan

Kajian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Amalia Fachma Putri, 2017. Pengaruh Emotional Quotient (EQ) terhadap Hasil
Belajar Akidah Akhlak Siswa Kelas VII Di Mts Darul Falah Bendiljati Kulon
Tahun ajaran 2016-2017. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Program Sarjana. IAIN Tulungagung. Pembimbing:
Drs. Arsop Syafi’I, M. Ag.
2.3 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010:22) “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Sedangkan menurut Hamalik (2006:30) “hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
Sejalan dengan kedua pendapat di atas, Hakim mendefinisikan
hasil belajar adalah informasi tentang pengetahuan, sikap-sikap dan
perilaku serta keterampilan selama rentang waktu tertentu. Hasil
belajar tidak hanya merupakan pengetahuan yang diterima oleh
seseorang dan dinyatakan dalam bentuk angka namun dapat berupa
perilaku atau aktivitas siswa yang dinyatakan dengan kata-kata,
misalnya baik, cukup dan kurang. (Hakim, 2005:4).

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


merupakan perubahan atau kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima
pengalaman belajar selama rentang waktu tertentu, hasil belajar tidak hanya
dinyatakan dalam bentuk angka namun dapat berupa perilaku atau aktivitas siswa
yang dinyatakan dengan kata-kata.

2.4 Kerangka Berfikir

Kecerdasan emosional setiap siswa akan berbeda-beda hal ini akan

mempengaruhi mereka dalam menerima pelajaran dari setiap materi yang akan

diberikan oleh guru. Materi akuntansi yang bersifat kompleks dan butuh

pemahaman yang lebih bagi setiap siswa. Siswa yang memilki tingkat kecerdasan

emosional rendah tentu akan mengalami kesulitan dalam memahami materi

akuntansi. Selama proses pembelajaran akan terlihat pengaruhnya tingkat

kecerdasan emosional setiap siswa yang akan menentukan hasil belajar.

Oleh karena itu kecerdasan emosional setiap siswa akan memberikan

pengaruh terhadap kemapuan siswa. Proses belajar mengajar dengan materi


akuntansi akan terasa berbeda bagi setiap siswa. Pada akhirnya kecerdasan

emosional akan mempengaruhi hasil belajar setiap siswa.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dapat diambil hipotesa kecerdasan

emosional yang berbeda-beda setiap siswa akan berpengaruh terhadap hasil

belajar pada mata pelajaran Akuntansi di SMA PGRI 1 Palembang.


BAB III

3.1 Obyek Penelitian

Penelitian ini meneliti siswa kelas XI di SMA 1 PGRI Palembang pda


tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 6 kelas, degan jumlah siswa 237 siswa,
dengan melihat tingkat kecerdasan emosional setiap siswa apakah akan
berpengaruh terhadap hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini untuk melihat tingkat kecerdasan emosional siswa dalam

pembelajaran mata pelajaran akuntansi, apakah akan mempengaruhi hasil belajar

setiap siswa. Maka dari itu metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif

dengan menggunakan serangkain test untuk mengetahui tingkat kecerdasan

emosional setiap siswa.

3.3 Desain Penelitian

Melalui desain penelitian survey, peneliti akan melihat bagaimana tingkat

kecerdasan setiap siswa yang menjadi objek penelitian, apakah jika tingkat

kecerdasan emosional akan mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran

akuntansi.

3.4 Operasional Variabel

3.4.1 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam merasakan

tentang diri sendiri, orang lain, lingkungan dan bagaimana memotivasi diri untuk

meraih keberhasilan baik dalam bidang apapun. Berdasarkan hal itu setiap siswa
akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda-beda sehingga cara

siswa belajar tergantung bagaimana dia memotivasi diri dalam menerima dan

menanggapi pelajaran tersebut.

3.4.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan atau kemampuan yang dimiliki


seseorang setelah menerima pengalaman belajar selama rentang waktu tertentu,
hasil belajar tidak hanya dinyatakan dalam bentuk angka namun dapat berupa
perilaku atau aktivitas siswa yang dinyatakan dengan kata-kata.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik snowball

sampling technique. Berdasarkan metode tersebut maka sampel yang akan

digunakan yaitu siswa kelas XI SMA PGRI 1 Palembang yang berjumlah 237

siswa. Sampel ini digunakan karena siswa kelas XI tersebut mempelajari

akuntansi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,

wawancara dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk memperoleh fakta

mengenai siswa kelas XI di SMA 1 PGRI Palembang, wawancara digunakan

untuk melihat tingkat kecerdasan emosional setiap siswa, dan dokumentasi

digukan untuk menilai hasil belajar siswa dengan setiap tingkatan kecerdasan

emosional yang dimilikinya.


3.7 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini intstrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri hal ini

dikarena kan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan peneliti

mempunyai andil yang besar dalam aspek penelitian, dari lingkungan, siswa yang

diteliti, dan batasan-batasan dalam penelitian yang akan dilakukan. Intrumen

penelitian ini dibuat agar penelitian lebih terarah berdasarkan kisi-kisi yang telah

disusun.

3.8Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Indikator
Tingkat kecerdasan emosional terhadap hasil belajar pada mata
1. pelajaran akuntansi

2. Langkah-langkah dalam menentukan tingkat kecerdasan emosional

Penilaian terhadap hasil belajar akuntansi sesuai dengan tingkat


3.
kecerdasan emosional siswa

Kendala dalam mengetahui tingkat kecerdasan emosional dalam


4.
lingkup sekolah

5. Solusi setelah mengetahui tingkat kecerdasan emosional setiap siswa

Uji Keabsahan Data (Uji Validitas dan Reabilitas)

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan


kriteria kredibilitas. Untuk mendapatkan data yang relevan, maka peneliti
melakukan pengecekan keabsahan data hasil penelitian dengan cara:

1. Perpanjangan Pengamatan

Peneliti tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan


data tercapai. Perpanjangan pengamatan peneliti akan memungkinan peningkatan
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Dengan perpanjangan pengamatan
ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak
benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam
sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan pengamatan,


dengan kembali lagi ke lapangan untuk memastikan apakah data yang telah
penulis peroleh sudah benar atau masih ada yang salah.

2. Ketekunan pengamatan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih


cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan
ketekunan itu ibarat kita mengecek soalsoal, atau makalah yang telah dikerjakan,
apakah ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka,
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara


membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi
dokumentasi yang terkait dengan Akuntansi.

3. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan


data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu.

Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber


digunakan untuk pengecekan data tentang keabsahannya, membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen dengan memanfaatkan berbagai sumber
data informasi sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini penulis
membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara, dan juga
membandingkan hasil wawancara dengan wawancara lainnya.

Teknis Analisa Data

1. Teknik Analisi Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh


adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian
angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data
bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi, wawancara,
dokumen) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif
tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang
diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai
alat bantu analisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup


transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.
2. Uji Hipotesis
a. Pengujian Secara Sensus
Guna untuk mengetahui apakah secara parsial variabel independen bermakna
tidak dipergunakan uji t karena penelitian dilakukan dengan memperhatikan
nilai koefisien regresi secara sensus pengujian hipotesis. Pengujian secara
parsial untuk melihat pengaruh masing-masing variabel sebab terhadap
variabel akibat. Untuk pengujian pengaruh parsial digunakan
rumusan hipotesis sebagai berikut :
Ha ; ß1 ≠ 0, Kecerdasan emosional berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
1

Ho2; ß2 = 0, Kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

Uji hipotesis tersebut ditentukan dengan kriteria pengujian sebagai berikut:


Tolak Ho jika ß ≠ 0
Terima Ho jika ß = 0

Bila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel


independen secara parsial terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan.
Sedangkan penolakan Ho menunjukkan pengaruh signifikan dari variabel
independen secara parsial terhadap suatu variabel dependen.
Jadwal kerja
Tabel Jadwal Pengerjaan

No Keterangan Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan penelitian

2 Perencanaan

3 Pelaksanaan siklus 1

4 Pelaksanaan siklus 2

5 Pelaksanaan siklus 3

6 Pengelolahan data

7 Penyusunan laporan

DAFTAR PUSTAKA
Goleman. (2007). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Goleman. (2005). Emotional Intelligence. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Salito. (20012).Pembentukan Psikolg Anak. Bandung : PT. Selemba Empat
Sudjana, Nana. 2010.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).
Bandung : PT. Remaja Rosdaknya
Hakim. (2005).Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta : PT. Remaja Rosdaknya

Anda mungkin juga menyukai