Anda di halaman 1dari 12

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi IPA


(Volume 4 Tahun 2014)

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, INTERAKSI TEMAN


SEBAYA DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI SE-KECAMATAN MENGWI

N.L.M.D.Ernawati1, I W. Sadia 2, I.B. Putu Arnyana3


123
Program Studi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: diah.ernawati@pasca.undiksha.ac.id,
wayan.sadia@pasca.undiksha.ac.id,
putu.arnyana@pasca.undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung
pola asuh orang tua dan interaksi teman sebaya melalui kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar IPA serta pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap hasil belajar
IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi. Penelitian ini merupakan
penelitian ex-post pacto. Sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri se-
Kecamatan Mengwi dengan jumlah sampel 366 siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis regresi dan a nal is is j alur ( path analy s is ) .Berdasarkan hasil a n a l i s i s , pola asuh
orang tua memberikan pengaruh langsung secara signifikan sebesar 0,325 dan tidak terdapat
pengaruh tidak langsung melalui kecerdasan emosional terhadap hasil belajar. Kecerdasan
emosional memberikan pengaruh langsung secara signifikan sebesar 0,492. Sedangkan
interaksi teman sebaya memberikan pengaruh langsung secara signifikan sebesar 0,836 dan
tidak terdapat pengaruh tidak langsung melalui kecerdasan emosional terhadap hasil belajar
IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi.
.
Kata kunci: Pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya, kecerdasan emosional, hasil
belajar IPA

Abstract

This study aims to determine the effect of direct and indirect parents' parenting and
peer interaction through emotional intelligence to science learning outcomes as well as the
direct influence of emotional intelligence on science learning outcomes in Junior High School
eighth grade students in Mengwi. This research is ex-post Pacto. The samples were all students
at Junior High School eighth grade Mengwi with a sample of 366 students. Data were analyzed
with regression analysis and path analysis (path analysis). Based on the analysis, the pattern of
care parents provide significant direct effect of 0.325 and there is no indirect effect through
emotional intelligence on learning outcomes. Emotional intelligence is a significant direct effect
of 0.492. While peer interaction provide significant direct effect of 0.836 and there is no indirect
effect through emotional intelligence to science learning outcomes in Junior High School eighth
grade students in Mengwi.

Keywords : Patterns of parenting, peer interaction, emotional intelligence, learning outcomes


IPA.
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
PENDAHULUAN suasana hati (mood), berempati serta
Dewasa ini pembangunan di kemampuan bekerja sama.
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan Keseimbangan antara IQ dan EQ
kualitas sumber daya manusia. Sumber merupakan kunci keberhasilan belajar
daya manusia yang berkualitas akan siswa di sekolah (Goleman, 2002).
menjadi tumpuan utama agar suatu bangsa Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu
dapat berkompetisi dalam era globalisasi. mengembangkan rational intelligence yaitu
Salah satu cara peningkatan kualitas model pemahaman yang lazimnya
sumber daya manusia adalah melalui dipahami siswa saja, melainkan juga perlu
pendidikan. Sekolah sebagai lembaga mengembangkan emotional intelligence
formal merupakan sarana dalam rangka siswa.
pencapaian tujuan pendidikan. Hasil belajar Sangat di sayangkan, yang terjadi di
merupakan salah satu tolak ukur sekolah banyak siswa yang tidak
keberhasilan pendidikan. Setiap tahun mencerminkan kecakapan EI dan ini
Indonesia semakin menaikkan standar biasanya akan mengganggu proses
kelulusan Sekolah Dasar sampai Sekolah pembelajaran. Rendahnya kecerdasan
Menengah Atas, mulai dari nilai standar 4,0 emosional siswa ini ditandai dengan
tahun 2003 sampai dengan 5,5 tahun 2013. banyaknya pelanggaran disiplin yang
Segala daya dan upaya telah dan dilakukan siswa. Menurut Goleman (2004)
sedang digerakkan agar tuntutan anak yang mengalami kemorosotan emosi
pemerintah pusat sejalan dengan hasil akan menunjukkkan masalah seperti
yang diperoleh di lapangan. Namun upaya menarik diri dari pergaulan, cemas dan
pemerintah seolah berujung sia-sia, depresi, bermasalah dalam perhatian dan
kualitas anak didik tidak menunjukkan berfikir, nakal serta agresif. Apabila anak
peningkatan kualitas yang signifikan, didik memperlihatkan gejala tersebut, itu
semangat anak dalam belajar merosot artinya anak tersebut mengalami
dibanding tahun-tahun sebelumnya, nilai kemerosotan emosi atau rendahnya
standar semakin dinaikan tetapi nilai moral kecerdasan emosional anak. Lebih jauh
semakin menurun. Hasil belajar diduga lagi siswa akan terlihat nakal, dan
dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalyono melakukan banyaknya pelanggaran disiplin
(2009:55-60) menyebutkan bahwa yang sekolah.
mempengaruhi sukses belajar dapat Keberhasilan dalam belajar tidak
digolongkan menjadi dua faktor yaitu: hanya cukup dengan IQ yang tinggi, nilai
faktor internal dan faktor eksternal. yang baik, tetapi juga harus dibarengi
Dalam penelitian ini difokuskan dengan perubahan tingkah laku yang baik.
kajian mengenai faktor internal yaitu Disinilah peran penting kecerdasan
kecerdasan emosional atau Emotional emosional. Kecerdasan emosional sangat
Quotient (EQ), dan faktor eksternal yaitu dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat
lingkungan yang difokuskan pada pola menetap, dapat berubah-ubah setiap saat.
asuh orang tua dan interaksi teman Untuk itu peranan lingkungan keluarga
sebaya. Faktor internal yang disebutkan di terutama orang tua sangat mempengaruhi
atas yaitu kecerdasan emosional atau dalam pembentukan kecerdasan
Emotional Quotient (EQ) merupakan emosional. Menurut Goleman (2004)
kemampuan seseorang mengatur “kecerdasan emosional dipengaruhi oleh
kehidupan emosinya dengan inteligensi (to beberapa faktor yaitu keluarga dan
manage our emotional life with pengalaman”.
intelligence), menjaga keselarasan emosi Keluarga sebagai salah satu faktor
dan pengungkapannya (the ekstern yang mempengaruhi hasil belajar
appropriateness of emotion and its dan merupakan awal dari pendidikan anak
expression) melalui keterampilan selanjutnya. Lingkungan keluarga memiliki
kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi peran yang sangat penting dalam
diri, empati dan keterampilan sosial membentuk kecerdasan emosional anak
(Goleman, 2002 : 512). Menurut Goleman yang pada akhirnya akan berpengaruh
(2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) terhadap hasil belajar anak Pola asuh yang
hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, diberikan orang tua kepada anak-anaknya
sedangkan 80% adalah sumbangan faktor tidak hanya berpengaruh pada perilaku
kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah anak, melainkan juga berpengaruh pada
kecerdasan emosional atau Emotional prestasi belajar anak itu sendiri. Untuk itu
Quotient (EQ) yakni kemampuan orang tua hendaknya dapat
memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, membangkitkan kemauan belajar anak
mengontrol desakan hati, mengatur dengan menerapkan pola asuh yang dapat
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
mendorong anak demi keberhasilan dalam Tujuan penelitian ini adalah (1)
belajar. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis
Fenomena yang sering terjadi di pengaruh langsung pola asuh orang tua
masyarakat kadang–kadang tidak seperti terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
yang diharapkan, masih banyak orang tua Negeri se-Kecamatan Mengwi, (2) Untuk
yang beranggapan bahwa anak adalah mendeskripsikan dan menganalisis
manusia yang masih belum tahu apa-apa pengaruh langsung interaksi teman sebaya
dan mereka harus memenuhi kehendak terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
orang tua, dalam arti anak harus menjadi Negeri se-Kecamatan Mengwi, (3) Untuk
seperti yang diharapkan kedua orang mendeskripsikan dan menganalisis
tuanya karena orang tualah yang berkuasa pengaruh langsung kecerdasan emosional
di dalam rumah dan orang tua berhak terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
menetapkan aturan–aturan yang harus Negeri se-Kecamatan Mengwi, (4) Untuk
ditaati oleh setiap anggota keluarga dalam mendeskripsikan dan menganalisis
rumah itu. pengaruh tidak langsung pola asuh orang
Di samping faktor keluarga masih tua melalui kecerdasan emosional terhadap
ada faktor lain yang turut menentukan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII SMP
keberhasilan siswa dalam belajar. Hal lain Negeri se-Kecamatan Mengwi, (5) Untuk
yang tidak kalah penting dalam kaitannya mendeskripsikan dan menganalisis
dengan hasil belajar adalah faktor pengaruh tidak langsung interaksi teman
lingkungan. Hasil investigasi Barker (dalam sebaya melalui kecerdasan emosional
Santrock, 2002: 347) menemukan bahwa terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas
anak-anak berinteraksi dengan teman- VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi.
teman sebaya 10% dari waktu siang
mereka pada usia 2 tahun, 20 % pada usia
4 tahun, dan lebih dari 40 % antara usia 7 METODE
dan 11 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian
Masa remaja merupakan masa ex post facto. Penelitian dengan rancangan
pencarian jati diri. Dalam mencari jati diri ex post facto sering disebut dengan after
remaja cenderung mencari tokoh the fact artinya penelitian ini dilakukan
identifikasi melalui lingkungan sosialnya setelah suatu kejadian itu terjadi. Penelitian
terutama teman yang memiliki umur yang ini menggunakan model statistik analisis
sebaya atau teman sebaya. Bagi remaja jalur (Path Analysis). Pada diagram jalur
sekolah tingkat pertama motivasi afiliasi, penelitian ini menggunakan tiga variabel
untuk diterima sebagai teman sebaya eksogen yaitu variabel pola asuh orang tua
dalam belajar sangat menonjol. Sedangkan (X1), interaksi teman sebaya (X2) dan
menurut prinsip motivasi dari teori kecerdasan emosional (X3) serta satu
behavioristik menyatakan seorang siswa variabel endogen yaitu hasil belajar (Y).
yang duduk di sekolah tingkat pertama Populasi penelitian adalah siswa
lebih termotivasi dalam belajar kalau kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan
penguatan berasal dari teman sebaya Mengwi sebanyak 1694 siswa. Sampel
daripada guru sendiri (Prayitno,1989:54). penelitian ini adalah 366 siswa. Variabel
Kenyataan di lapangan, sebagian penelitian tiga variabel bebas yaitu variabel
siswa berusaha menguasai bahan pola asuh orang tua (X1), variabel interaksi
pelajaran atau belajar dengan giat untuk teman sebaya (X2), dan variabel
memperoleh pembenaran atau penerimaan kecerdasan emosional (X3). Variabel
dari teman-teman kelompoknya, yang terikat dalam penelitian ini adalah variabel
dapat memberikan status kepadanya hasil belajar (Y).
bahkan yang lebih memprihatinkan, untuk Instrumen yang digunakan untuk
dapat diterima dalam suatu kelompok para mengumpulkan data dalam penelitian ini
remaja mau melakukan perbuatan negatif adalah angket atau kuisioner. Pernyataan –
demi sebuah gengsi pengakuan kelompok pernyataan dalam kuisioner dijabarkan dari
seperti mabuk-mabukan, terjerumus indikator – indikator yang dikembangkan
narkoba dll. dari variabel penelitian, meliputi: (1)
Berdasarkan asumsi di atas maka Kuisioner pola asuh orang tua diukur dari
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian aspek –aspek disiplin, control, hukuman,
dengan judul: “Pengaruh Pola Asuh Orang dan sikap orang tua, (2) Kuisioner interaksi
Tua, Interaksi Teman Sebaya dan teman sebaya diukur dri aspek Inklusi
Kecerdasan Emosional terhadap Hasil (keikutsertaan dan keterlibatan), kontrol
Belajar IPA Pada Siswa Kelas VIII SMP dan afeksi, (3). Kuisioner kecerdasan
Negeri Se-Kecamatan Mengwi. emosional diukur dari aspek mengenali
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
emosi diri, mengelola emosi, memotivasi uji F. Kaidah keputusannya adalah dengan
diri sendiri, empati dan membina hubungan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05
kerjasama dan (4) Instrumen tes hasil dan dk = 1 : (n-2) : jika Fhitung> Ftabel
belajar dalam penelitian ini dikembangkan (p<0,05) maka garis regresi tersebut
oleh peneliti berdasarkan materi pelajaran signifikan. Sebaliknya, jika Fhitung< Ftabel
IPA yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat (P>0,05) maka garis regresi tidak
Satuan Pendidikan (KTSP). signifikan, (3) Untuk mencari kontribusi
Analisis data dalam penelitian ini antara masing-masing variabel bebas
meliputi (1) Analisis Deskriptif pada Data dengan variabel terikat digunakan analisis
Kuisioner Pola Asuh Orang Tua, Interaksi korelasi. Perhitungan analisis
Teman Sebaya dan Kecerdasan menggunakan program SPSS 17.0 for
Emosional. (2) Analisis Data Tes Hasil Windows. Pengujian hipotesis keempat dan
Belajar IPA. Semua analisis data yang kelima dilakukan dengan analisis jalur (path
dilakukan secara deskriptif menggunakan analysis). Untuk mengetahui hubungan
bantuan program Microsoft Excel for secara tidak langsung digunakan bantuan
Windows 2007. Uji prasayarat analisis program SPSS Amoz v 18.00 atau secara
meliputi uji normalitas data, uji linieritas, uji manual dengan Program MathLab.
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan
uji autokorelasi dilakukan dengan bantuan
computer melalui program SPSS-PC 17.0 HASIL DAN PEMBAHASAN
for Windows. Hasil
Pengujian hipotesis pertama, Nilai mean, median, modus,
kedua dan ketiga digunakan teknik analisis standar deviasi, varians, skor minimum dan
regresi sederhana yaitu (a) Menentukan maksimum dari variabel Pola Asuh Orang
persamaan regresi yang menyatakan Tua (X1), Interaksi Teman Sebaya (X2),
hubungan fungsional antara variabel bebas Kecerdasan Emosional (X3), dan Tes Hasil
dengan variabel terikat, (2) Menguji Belajar (Y) disajikan pada Tabel 1.
signifikansi regresi dengan menggunakan
Tabel 1 Rangkuman Statistik Deskriptif Variabel Pola Asuh Orang Tua (X1), Interaksi Teman
Sebaya (X2), Kecerdasan Emosional (X3), dan Tes Hasil Belajar (Y).
Variabel Pola Asuh Interaksi
Orang Tua Teman Kecerdasan Hasil Belajar
Statistik (X1) Sebaya (X2) Emosional (X3) IPA (Y)
Mean 120.85 76.90 144.49 71.49
Median 121.00 77.00 145.00 73.00
Modus 140.00 77.00 145.00 73.00
Maks 151.00 99.00 195.00 81.00
Min 85.00 48.00 110.00 42.00
Range 66.00 51.00 85.00 59.00
Varian 195.60 151.12 357.74 57.62
SD 13.99 12.29 18.91 8.26
Mean Ideal 135.00 63.00 120.00 51.50
SD Ideal 30.00 14.00 26.67 10.17

Berdasarkan perhitungan, skor emosional sebesar 144,49 (baik), skor rata-


rata-rata (mean) pola asuh sebesar 120,85 rata (mean) kecerdasan emosi sebesar
(cukup), skor rata-rata (mean) interaksi 71,49 (baik). Distribusi frekuensi variabel
dengan teman sebaya sebesar 76,90 pola asuh orang tua dapat digambarkan
(baik), skor rata-rata (mean) kecerdasan seperti pada Gambar 2
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

Gambar 2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua

Diagram batang pada Gambar 2 Distribusi frekuensi variabel


diatas menjelaskan bahwa interaksi teman sebaya digambarkan
pengelompokkan frekuensi paling banyak seperti seperti pada Gambar 3
untuk variabel pola asuh orang tua (X1)
terletak pada interval ke 5 yaitu interval
113-119 yaitu sebesar 22,68%.

Gambar 3 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Teman Sebaya


Diagram batang pada Gambar 3 terletak pada interval ke 5 yaitu interval 72-
diatas menjelaskan bahwa 77 sebesar 19,95%.
pengelompokkan frekuensi paling banyak Distribusi frekuensi variabel
untuk variabel interaksi teman sebaya (X2) kecerdasan emosional dapat digambarkan
seperti seperti pada Gambar 4

Gambar 4 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional

Diagram batang pada Gambar 4 terletak pada interval ke 5 yaitu interval


diatas menjelaskan bahwa 146-154 sebesar 18,31%.
pengelompokkan frekuensi paling banyak Distribusi frekuensi variabel hasil
untuk variabel kecerdasan emosional (X3) belajar IPA dapat digambarkan seperti
seperti pada Gambar 5

Gambar 5 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Belajar IPA

Diagram batang pada Gambar 5 Hasil analisis statistik uji F = 50,821


diatas menjelaskan bahwa (ρ<0,05). Sehingga persamaan regresi Ŷ =
pengelompokkan frekuensi paling banyak 15,711 + 0,131 X1 signifikan. Hipotesis
untuk variabel hasil belajar IPA (X4) terletak kerja (Ha) yang menyatakan: “Terdapat
pada interval ke 6 interval 27-29 yaitu pengaruh langsung antara pola asuh orang
sebesar 22,95%. tua terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
Berdasarkan hasil analisis uji VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi”
hipotesis pertama diperoleh persamaan diterima. Berdasarkan analisis jalur
regresi sederhana Y = 15,711 + 0,131 X1. besarnya pengaruh langsung dari pola
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
asuh orang tua dengan hasil belajar IPA pengaruh tidak langsung X1 terhadap Y =
adalah sebesar 0,325 dengan taraf 0,350 – 0,325 = 0,025 (ρX1X3Y<α).
signifikansi 0,05 (ρX1Y>α) berarti pola asuh Sehingga hipotesis kerja (Ha) yang
orang tua memiliki pengaruh langsung menyatakan: “Terdapat pengaruh tidak
secara signifikan terhadap hasil belajar langsung pola asuh orang tua melalui
siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan kecerdasan emosional terhadap hasil
Mengwi. belajar siswa kelas VIII SMP Negeri se-
Hasil analisis uji hipotesis kedua Kecamatan Mengwi” ditolak”, dan Ho yang
diperoleh persamaan regresi Ŷ = 3,309 + menyatakan Tidak terdapat pengaruh tidak
0,367 X2. Hasil analisis statistik uji F = langsung pola asuh orang tua melalui
1,057 (ρ<0,05). Sehingga persamaan kecerdasan emosional terhadap hasil
regresi Ŷ = 15,711 + 0,131 X1 signifikan. belajar siswa kelas VIII SMP Negeri se-
Hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan: Kecamatan Mengwi” diterima”.
“Terdapat pengaruh langsung antara Berdasarkan hasil analisis uji
interaksi teman sebaya terhadap hasil hipotesis kelima diperoleh pengaruh
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri se- langsung X2 terhadap Y = 0,836, pada
Kecamatan Mengwi” diterima. perhitungan sebelumnya diperoleh
Berdasarkan analisis jalur besarnya koefisien korelasi X2 terhadap Y (rX2Y) =
pengaruh langsung dari interaksi teman 0,862. Dengan demikian diperoleh
sebaya dengan hasil belajar IPA adalah pengaruh tidak langsung X2 terhadap 0,862
sebesar 0,836 dengan taraf signifikansi – 0,836 = 0,026 (ρX2X3Y<α). Sehingga
0,05 (ρX2Y>α) berarti interaksi teman hipotesis kerja (Ha) yang menyatakan:
sebaya memiliki pengaruh langsung secara “Terdapat pengaruh tidak langsung
signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas interaksi teman sebaya melalui kecerdasan
VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi. emosional terhadap hasil belajar siswa
Hasil analisis uji hipotesis ketiga kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan
diperoleh persamaan regresi Ŷ = -0,993 + Mengwi” ditolak”, dan Ho yang
0,225 X3. Hasil analisis statistik uji F = menyatakan Tidak terdapat pengaruh tidak
690,537 (ρ<0,05). Sehingga persamaan langsung interaksi teman sebaya melalui
regresi Ŷ = 15,711 + 0,131 X1 signifikan. kecerdasan emosional terhadap hasil
Sehingga hipotesis kerja (Ha) yang belajar siswa kelas VIII SMP Negeri se-
menyatakan: “Terdapat pengaruh langsung Kecamatan Mengwi” diterima”.
antara kecerdasan emosional terhadap Berdasarkan perhitungan MathLab
hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri dapat ditunjukkan besarnya pengaruh total
se-Kecamatan Mengwi” diterima. dari variabel bebas terhadap variabel
Berdasarkan analisis jalur besarnya terikat. Besarnya pengaruh total dapat
pengaruh langsung dari kecerdasan ditunjukkan pada Tabel 2
emosional dengan hasil belajar IPA adalah Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis
sebesar 0,492 dengan taraf signifikansi Pengaruh Total
0,05 (ρX3Y>α) berarti kecerdasan Hipotesis Pengaruh Total
emosional memiliki pengaruh langsung X1*Y 0,325
secara signifikan terhadap hasil belajar X2*Y 0,836
siswa kelas VIII SMP Negeri se-Kecamatan X3*Y 0,492
Mengwi. X1*X3*Y 0,025
Berdasarkan hasil analisis uji X2*X3*Y 0,026
hipotesis keempat diperoleh pengaruh
langsung X1 terhadap Y = 0,325, pada Berdasarkan perhitungan diatas,
perhitungan sebelumnya diperoleh maka dapat dibuat diagram jalur pada
koefisien korelasi X1 terhadap Y (rX1Y) = penelitian ini seperti pada Gambar 6.
0,350. Dengan demikian diperoleh

r X1Y= 0,350
X1
ΡX1Y = 0,325

r X1X3= 0,318 r X3Y= 0,809


Y
X3
ΡX3Y = 0,492
r X2X3= 0,782 0,325

ΡX2Y = 0,836
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)

X2
r X2Y= 0,862

Gambar 6 Diagram Jalur Penelitian


e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Pembahasan mampu menghadapi stress, mempunyai
Berdasarkan hasil analisis dapat minat terhadap hal-hal baru dan koperatif
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap orang-orang lain, sehingga karakter
langsung secara signifikan pola asuh orang ini akan membawa mereka pada
tua terhadap hasil belajar IPA melalui kemampuan memahami dan menguasai
persamaan regresi Ŷ = 15,711 + 0,131 X1 materi pelajaran yang berdampak positif
dengan pengaruh langsung sebesar 0,325. terhadap hasil belajar IPA.
Pola asuh orang tua yang dimaksud dalam Dari pemaparan tersebut dapat
penelitian ini adalah persepsi anak tentang diambil benang merahnya bahwa pola asuh
pola pendekatan orang tua dalam memiliki hubungan yang erat terhadap hasil
melaksanakan pendidikan bagi anak- belajar di sekolah. Seperti dalam pendapat
anaknya di dalam lingkungan keluarga. Pola Muhibbin (2003:144) “prestasi belajar siswa
yang dimaksud adalah pola asuh otoriter, dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: faktor
permisif atau asertif-demokratis yang internal dan ekternal”. Pola asuh orang tua
nantinya akan menghasilkan pribadi – pribadi merupakan salah satu faktor eksternal yang
tertentu. Mereka akan memberikan reaksi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
berupa penilaian, pandangan terhadap pola anak. Semakin baik pola asuh orang tua
asuh orang tuanya. Hal ini dapat dipahami maka hasil belajar IPA akan semakin
karena lingkungan keluarga merupakan meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil
media pertama yang secara langsung atau penelitian yang diperoleh di mana
tidak langsung berpengaruh terhadap diperlihatkan bahwa pola asuh orang tua
perilaku dalam perkembangan anak. Hasil- berpengaruh langsung dan positif terhadap
hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam hasil belajar IPA.
keluarga menentukan pendidikan anak itu Hasil analisis pengaruh langsung
selanjutnya, baik disekolah maupun interaksi teman sebaya terhadap hasil
dimasyarakat (Setiawan dkk, 2002). belajar IPA menyimpulkan bahwa terdapat
Paparan hasil penelitian pengaruh langsung secara signifikan
menunjukkan bahwa pola asuh orang tua interaksi teman sebaya terhadap hasil
mempengaruhi hasil belajar IPA siswa kelas belajar IPA melalui persamaan regresi Ŷ =
VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi. Ini 3,309 + 0,367 X2, dengan pengaruh
menunjukkan bahwa pola asuh tua memiliki langsung sebesar 0,836.
pengaruh yang signifikan terhadap hasil Dilihat dari hasil analisis, interaksi
belajar. Hasil penelitian tersebut selaras teman sebaya memberikan pengaruh
dengan teori dari Baumrind yang terbesar dibandingkan variabel pola asuh
mengemukakan bahwa anak dengan pola orang tua dan kecerdasan emosional, hal ini
asuh otoriter dan permisif tidak dapat dikarenakan pada usia siswa Sekolah
mengembangkan kreatifitasnya. Menegah Pertama , 40% dari waktu siang
Anak yang diasuh dengan pola mereka digunakan untuk berinteraksi dengan
otoriter akan mengembangkan anak dengan teman sebaya (Barker dalam Santrock,
sikap pasif, penakut, sulit berkonsentrasi, 2002:347). Secara teoritis kelompok teman
gugup, suka membangkang sedangkan anak sebaya, merupakan sarana bagi remaja
yang hidup di keluarga dengan pola asuh untuk saling berinteraksi. Setiap kelompok
yang permisif akan membawa anak memiliki teman sebaya, memiliki peraturan-peraturan
pribadi yang tidak aktif, kurang inisisatif, sendiri, mempunyai harapan-harapan sendiri
frustasi, cenderung menarik diri dari bagi para anggotanya. Menurut Ali (2004:99)
kehidupan sosial. Perkembangan anak Kelompok teman sebaya memegang
dengan psikis yang seperti itu jelas akan peranan penting dalam kehidupan remaja.
menghambat proses belajar anak di sekolah Remaja sangat ingin diterima dan
dalam hal menerima, menanggapi dan dipandang sebagai anggota kelompok teman
menganalisa bahan-bahan pelajaran yang sebaya, baik di sekolah maupun di luar
disajikan oleh guru sehingga hasil belajar sekolah. Bagi remaja sekolah tingkat
yang diperoleh pun tidak baik. Sedangkan pertama motivasi afiliasi, untuk diterima
anak yang diasuh dengan pola asuh asertif- sebagai teman sebaya dalam belajar sangat
demokratis menghasikan karakteristik anak- menonjol. Untuk itu guru diharapkan mampu
anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, memanfaatkan kelompok untuk memotivasi
mempunyai hubungan baik dengan teman, siswa dalam belajar (Golburg dalam Prayitno
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
1989:75). Dengan adanya motivasi, akan Kecerdasan emosional lebih banyak
memberi arah pada tingkah laku remaja. memberikan motivasi kepada siswa untuk
Siswa mampu menyalurkan energinya untuk mencari manfaat dan potensi mereka, serta
menyelesaikan tugas-tugas akademis, mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang
mengembangkan hubungan sosialnya, paling dalam, mengubahnya dari apa yang
memperoleh penghargaan (penerimaan) dari mereka pikirkan menjadi apa yang mereka
lingkungan sosialnya serta meningkatkan jalani dalam aktivitas sehari-hari. Emosi
rasa mampu, karena siswa termotivasi untuk berlaku sebagai sumber energi, autentisitas
memenuhi kekurangan dalam dirinya. dan semangat manusia yang paling kuat,
Dengan melakukan interaksi sosial yang yang bisa memberikan sumber kebijakan
baik seorang siswa akan terdorong memiliki intuitif bagi siswa. Secara realita, perasaan
jiwa kerja sama yang baik jika dibandingkan memberi kita informasi penting dan
dengan siswa yang tidak dapat melakukan berpotensi menguntungkan setiap saat.
interaksi sosial dengan teman sebaya. Jiwa Umpan balik inilah, dari hati, bukan hanya
kerja sama yang baik tersebut dapat pikiran di kepala saja, yang menyalakan
disalurkan dalam bekerja sama dalam hal kreativitas, membuat jujur terhadap diri
mengatasi kesulitan belajar. Dengan sendiri, menjalin hubungan yang saling
melaksanakan interaksi sosial, maka jika mempercayai, kecerdasan emosional
dalam satu kelompok terdapat siswa yang menuntut kita untuk belajar mengakui dan
memiliki kemampuan kurang akan meminta menghargai perasaan, pada diri kita dan
kepada teman temannya yang memiliki orang lain serta untuk menanggapinya
kemampuan yang tinggi dalam pelajaran dengan tepat, menerapkan dengan efektif
sehingga manfaat yang diperoleh dengan informasi dan energi emosi dalam kehidupan
memiliki interaksi sosial akan dapat diambil dan pekerjaan sehari-hari. Dengan semakin
segi positifnya. baiknya kecerdasan emosional maka hasil
Berdasarkan hasil analisis pengaruh belajar IPA akan semakin meningkat.
langsung kecerdasan emosional terhadap Hasil analisis mengenai pengaruh
hasil belajar IPA dapat disimpulkan bahwa tidak langsung pola asuh orang tua melalui
terdapat pengaruh langsung secara kecerdasan emosional terhadap hasil belajar
signifikan kecerdasan emosional terhadap IPA menunjukkan pengaruh langsung X1
hasil belajar IPA melalui persamaan regresi terhadap Y = 0,325, pada perhitungan
Ŷ = - 0,993 + 0,225 X3 dengan pengaruh sebelumnya diperoleh koefisien korelasi X 1
langsung sebesar 0,492. Dalam penelitian ini terhadap Y (rXY) = 0,350. Dengan demikian
yang dimaksud dengan kecerdasan diperoleh pengaruh tidak langsung X1
emosional adalah kemampuan siswa untuk terhadap Y = 0,350 – 0,325 = 0,025.
mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, Sehingga tidak terdapat pengaruh tidak
memotivasi diri sendiri, mengenali emosi langsung pola asuh orang tua melalui
orang lain (empati) dan kemampuan untuk perantara kecerdasan emosional terhadap
membina hubungan (kerjasama) dengan hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII SMP
orang lain. Secara teoritis dan konseptual Negeri se-Kecamatan Mengwi. Secara teori,
emosi telah di jelaskan secara gamblang Anonim (2010), menyatakan bahwa
oleh Sawaf dan Cooper (2002) terutama pendidikan di lingkungan keluarga dapat
bagaimana seseorang mengelola emosinya menjamin kehidupan emosional anak untuk
ketika yang bersangkutan sedang mengalami tumbuh dan berkembang dengan baik, yang
ketegangan. Ketika ketegangan muncul dapat mempengaruhi tingkah laku anak di
kadang orang tidak menyadari bahwa di sana dalam kehidupannya sehari-hari. Kecerdasan
ada suatu energi yang hilang karena terjebak emosional dipengaruhi oleh sikap atau pola
dalam suasana hati yang tidak asuh orang tua, Orang tua dapat
menyenangkan sehingga kehilangan menerapkan pola asuh yang tepat untuk
semangat dan keuletan. Perasaan waspada meningkatkan kecerdasan emosional anak.
juga hilang secara otomatis mempengaruhi Peranan orang tua sangat besar dalam
kemampuan untuk memperhatikan apapun menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
atau siapa pun secara teliti dan sungguh- baik (Berkowitz, 2003).
sungguh. Ini menyebabkan turunnya Pola asuh yang keliru menjadikan
kecerdasan emosional dan menganggu anak bermasalah, sehingga orang tua perlu
hubungan dengan orang lain. membangun kedekatan terhadap anak
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
dengan cara melakukan komunikasi yang memberikan pengaruh hanya secara
dialogis. Komunikasi secara emosional langsung terhadap hasil belajar tanpa melalui
berfungsi sebagai sebuah sarana bagi orang perantara kecerdasan emosional. Dan,
tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral terdapat banyak faktor lain selain kecedasan
kepada anak-anak, Kurangnya komunikasi emosional yang mempengaruhi pola asuh
orang tua dengan anak akan menghambat orang tua terhadap hasil belajar yang tidak
perkembangan kepribadian dan kecerdasan teruji dalam penelitian ini.
emosional (Jalaludin, 2003). Analisis pengaruh tidak langsung
Hubungan antara anak dan keluarga interaksi teman sebaya melalui kecerdasan
yang tidak terjalin dengan baik, tidak emosional terhadap hasil belajar IPA
mendapatkan pemeliharaan secara layak menunjukkan pengaruh langsung X2
(kasih sayang, penerimaan, penghargaan) terhadap Y = 0,836. Pada perhitungan
mengakibatkan emosi yang tidak stabil dan sebelumnya diperoleh koefisien korelasi X 2
terjadinya kegoncangan jiwa pada anak. terhadap Y (rX2Y) = 0,862. Dengan demikian
Mereka tidak mampu mengatasi persoalan diperoleh pengaruh tidak langsung X2
yang dihadapi sehingga membawa anak terhadap Y = 0,862 – 0,836 = 0,026.
melakukan tindakan yang merugikan diri Sehingga tidak terdapat pengaruh tidak
sendiri dan orang lain seperti; sulit langsung interaksi teman sebaya melalui
berkonsentrasi manakala mendapat perantara kecerdasan emosional terhadap
pelajaran, suka membolos, suka membuat hasil belajar IPA pada siswa kelas VIII SMP
gaduh di kelas, tawuran dan sebagainya. Negeri se-Kecamatan Mengwi.
Pengasuhan dari keluarga Salovey dan Sluyter (1997)
memberikan peranan dalam pendewasaan mengemukakan bahwa hubungan
setiap orang. Dengan pengasuhan keluarga interpersonal dan individual juga
yang baik maka seorang anak mampu mempengaruhi kecerdasan emosi. Keduanya
menumbuhkan kepercayaan dirinya sehingga berhubungan dan saling mempengaruhi,
dia bisa memotivasi dirinya untuk dapat sehingga emosi meningkat bila individu yang
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. ingin mencapai suatu tujuan berinteraksi
Dengan demikian anak mampu mengenali dengan lingkungan dan individu lainnya.
kekurangan dan kelebihan dalam dirinya Biasanya emosi positif meningkat bila
sehingga dia mampu mengelola kemampuan individu mencapai tujuannya dan emosi
intelektual dan emosionalnya dengan negatif meningkat bila individu kesulitan
seimbang. Keseimbangan intelektual dan dalam mencapai tujuannya.
emosional anak ini dapat mengantarkan anak Hal ini dapat dipahami karena dalam
untuk mendapat prestasi belajar yang baik. kelompok sebaya anak mempelajari berbagai
Pola asuh orang tua akan membentuk karakter teman sebayanya. Memahami
karakter, kepribadian dan kecerdasan karakter teman dan mampu menerima
emosional seorang anak sehingga anak perbedaan prinsip melatih seorang anak
memiliki suatu kepercayaan diri dalam untuk mengelola emosinya agar mereka
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, mampu tetap berada dalam lingkungan
anak akan lebih bersifat “open ended” teman sebaya mereka. Kelompok sebaya
terhadap lingkungan termasuk dengan juga masing-masing individu mempelajari
lingkungan sekolah sehingga lebih mudah peranan sosial yang baru. Anak yang biasa
berinteraksi dalam proses belajar mengajar di didik dengan pola otoriter dapat mengenal
dan bepengaruh positif terhadap hasil belajar kehidupan demokratis dalam kelompok
anak disekolah. sebaya. Di dalam kelompok sebaya mungkin
Pada penelitian ini di peroleh temuan anak berperanan sebagai sahabat, musuh,
bahwa tidak terdapat pengaruh tidak pemimpin, pencetus ide, dan sebagainya.
langsung pola asuh orang tua terhadap hasil Sehingga didalam kelompok sebaya anak
belajar melalui kecerdasan emosional, hal ini mempunyai kesempatan melakukan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain bermacam-macam kelompok sosial.
pola asuh yang telah memiliki pengaruh Akibat langsung adanya penerimaan
secara langsung yang cukup besar terhadap teman sebaya bagi seseorang remaja adalah
hasil belajar, sehingga kecerdasan adanya rasa berharga dan berarti serta
emosional tidak terlalu mempengaruhi hasil dibutuhkan bagi/oleh kelompoknya. Hal ini
belajar dengan kata lain pola asuh orang tua akan menimbulkan rasa senang, gembira
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
dan puas yang selanjutnya menghasilkan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar
rasa percaya diri dan keberanian. Akibat IPA pada siswa kelas VIII SMP Negeri se-
langsung yang ditimbulkan bagi remaja yang Kecamatan Mengwi (5) Tidak terdapat
diabaikan ataupun ditolak oleh kelompoknya pengaruh tidak langsung interaksi teman
adalah adanya frustasi yang menimbulkan sebaya melalui kecerdasan emosional
rasa kecewa, yang akan membuat seorang terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas
remaja bertingkah laku agresif maupun yang VIII SMP Negeri se-Kecamatan Mengwi.
bersifat pengunduran diri seperti; melamun, Faktor pola asuh orang tua, interaksi
menyendiri, suka berdebat, suka memfitnah, teman sebaya dan kecerdasan emosional
atau mungkin menjadi pencuri merupakan faktor-faktor yang secara
(Mappiare,1982). langsung mempengaruhi tinggi rendahnya
Adanya rasa dihargai dan diterima nilai hasil belajar IPA siswa kelas VIII
oleh teman akan membuat rasa percaya diri khususnya siswa SMP Negeri se-Kecamatan
seorang anak lebih baik, emosi yang lebih Mengwi.
stabil sehingga anak tersebut mampu Berdasarkan temuan penelitian ini,
menyelesaikan segala persoalan termasuk maka dapat diajukan beberapa saran
dalam hal pelajaran sehingga hasil belajar sebagai berikut (1) kepada para peneliti
yang mereka dapatkan pun menjadi lebih diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut
baik. tentang faktor lain yang diduga berpengaruh
Pada penelitian ini di peroleh temuan terhadap tinggi rendahnya nilai hasil belajar
bahwa tidak terdapat pengaruh tidak IPA, (2) Kepada guru sebagai pendidik.
langsung interaksi teman sebaya terhadap Penelitian ini mendapatkan bahwa interaksi
hasil belajar melalui kecerdasan emosional, teman sebaya mempunyai pengaruh lebih
hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara besar dibandingkan pola asuh orang tua dan
lain interaksi teman sebaya yang telah kecerdasan emosional. Kenyataan ini dapat
memiliki pengaruh secara langsung yang dijadikan pedoman bagi guru untuk
cukup besar terhadap hasil belajar, sehingga mengembangkan model pembelajaran yang
kecerdasan emosional tidak terlalu lebih menekankan interaksi dengan teman
mempengaruhi hasil belajar, dengan kata lain sebaya dibandingkan model pembelajaran
interaksi teman sebaya memberikan satu arah guru dengan siswa, (3) Kepada
pengaruh hanya secara langsung terhadap para orang tua sebagai pendidik pertama
hasil belajar tanpa melalui perantara bagi anak-anaknya. Orang tua hendaknya
kecerdasan emosional. Dan, terdapat banyak benar-benar memperhatikan pola
faktor lain selain kecedasan emosional yang pengasuhan yang diterapkan untuk anak-
mempengaruhi interaksi teman sebaya anaknya. Orang tua diharapkan memberikan
terhadap hasil belajar yang tidak teruji dalam perhatian dan waktu luang khusus untuk
penelitian ini. anak-anak, memperhatikan proses
perkembangan anak di rumah, lingkungan
dan masyarakat serta senantiasa
mengkomunikasikan perkembangan anak
PENUTUP pada guru mereka disekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan (1) terdapat pengaruh langsung UCAPAN TERIMAKASIH
secara signifikan pola asuh orang tua Ucapan terimakasih saya sampaikan
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP kepada Prof. Dr. I Wayan Sadia,M.Pd,
Negeri se-Kecamatan Mengwi sebesar sebagai pembimbing I dan Prof. Dr. Ida
0,325, (2) Terdapat pengaruh langsung Bagus Aryana, M.Si, sebagai pembimbing II
secara signifikan interaksi teman sebaya yang telah dengan sabar membimbing,
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP mengarahkan, dan memberikan motivasi
Negeri se-Kecamatan Mengwi sebesar sehingga penulis mampu melewati berbagai
0,836, (3) Terdapat pengaruh langsung kerikil dalam perjalanan studi dan
kecerdasan emosional secara signifikan penyelesaian tesis ini, beserta semua pihak
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP yang telah membantu penulis selama
Negeri se-Kecamatan Mengwi sebesar menempuh pendidikan.
0,492, (4) Tidak terdapat pengaruh tidak
langsung pola asuh orang tua melalui DAFTAR RUJUKAN
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi IPA
(Volume 4 Tahun 2014)
Ali, M dan Mohammad Asrori. 2004. Mangoenprasodjo, S. 2004. Pengasuhan
Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Anak Di Era Internet. Yogyakarta.
Aksara. Thinkfresh.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja.
Pendekatan Praktek (Edisi revisi ke Surabaya: Usaha Nasional.
tiga).Yogyakarta : Rineka Cipta Muhibbin S. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Berkowitz,A.D. 2000. How To Tackle The PT. Raja Grafindo Persada.
Problem Of Student Drinking, The Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman R. D.
th
Chronicle Of Higher Education.p.B20. 2007. Human Development 10
Cooper, Robert K. dan Ayman Sawaf. 2000. Edition. New York: McGraw-Hill.
Executive EQ, Kecerdasan Emosional Prayitno. 1895. Dasar-Dasar Bimbingan Dan
dalam Kepemimpinan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
dan Organisasi (Terjemahan). Riduwan & Engkos. 2010. Cara
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Menggunakan Dan Memaknai Path
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Analysis (Analisis Jalur). Bandung :
Jakarta: Rineka Cipta. Alfabeta.
Dantes, N. 2008. Pedoman Penulisan Tesis. Salovey & Sluyter. 1997. Emotional
Singaraja: Universitas Pendidikan Development And Emotional
Ganesha. Intelligence: Educational Implications.
Daud, M. 2010. Pengaruh Kecerdasan Germany. Basic Books; Auflage:0003.
Emosional Terhadap Prestasi Belajar Santrock, J.W. 2002. Psikologi Pendidikan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan (Edisi kedua). Jakarta: Kencana.
Teknik Bangunan Fakultas Teknik Santrock, J.W. 2008. Educational
Universitas Negeri Manado. Jurnal Psychology. New York: McGraw-Hill
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Saputro,S.T. 2012. Pengaruh Disiplin Belajar
I(I). 1-7 Dan Lingkungan Teman Sebaya
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Program Studi Pendidikan Akuntansi
Jakarta: Depdiknas. Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi
Garner, E. 1999. Intelligence Reframed : Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal
th
Multiple Intelligences for the 21 Pendidikan Akuntansi Indonesia. X(1).
Century. New York: Basic Books. 78-79.
Goleman, D. 2000. Emotional Intelligence Sarwono,S.W. 1999. Psikologi Sosial:
(Terjemahan). Jakarta: Gramedia Individu Dan Teori-Teori Psikologi
Pustaka Utama. Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Goleman,D. 2002. Emotional Intelligence Sarwono,S.W. 2012. Psikologi Remaja (Edisi
(terjemahan). Jakata : PT Gramedia Revisi). Jakarta: Rajawali Pers.
Pustaka Utama. Setiawan, C. R. 2002. Pendidikan Keluarga
Goleman,D. 2004. Kecerdasan Emosional. Dalam Era Global. Jakarta :
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka PT.Prenhallindo.
Utama. Shochib, M. 2010. Pola Asuh Orang Tua
Hamalik, O. 2002. Psikologi Belajar dan Dalam Membantu Mengembangkan
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka
Hurlock,E.B. 1990. Development Psychology: Cipta.
A. Lifespan Approach. Boston:
McGraw-Hill.
Hurlock, E. B. 2006. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Jalaludin,R. 1986. Psikologi Komunikasi.
Bandung: CV.Remadja Karya.
Koyan. IW. 2012. Statistika Pendidikan
(Teknik Analisis Data Kuantitatif).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha Pers.

Anda mungkin juga menyukai