Anda di halaman 1dari 11

JANGAN DITIRU: Istilah Mental

Illness Berikut Ini Kadang Dipake


Sembarangan
“Aku trauma pacaran sama cowok yang hapenya dilockscreen!” ucap Ningsih kepada Chusnul
suatu hari, saat mereka sedang santai makan rujak beling. “Cowok yang hapenya dilockscreen tuh
pasti nyimpen sesuatu di hapenya. Mereka tuh pengkhianat!”
Chusnul kemudian nanya,”beneran trauma sama cowok yang kayak gitu?”
Ningsih menjawab yakin,”iya! Udah gak mau lagi sama yang kayak gitu!”
Chusnul diam sejenak. Dengan nada penasaran, Chusnul bertanya,”kalo kamu ngeliat cowok yang
hapenya pake lockscreen, apa kamu ketakutan?”
Ningsih heran. Apa maksudnya pertanyaan si Chusnul ini?

Belakangan ini saya liat orang-orang mulai sering menggunakan istilah-istilah kesehatan mental
dalam percakapan sehari-hari. Kesadaran untuk menjaga kesehatan mental juga mulai meningkat,
dan orang jadi tau istilah-istilah di dalamnya.
Saya seneng bahwa mental health awareness semakin meningkat di masyarakat. Tapi di sisi lain,
mental illness atau gangguan mental kemudian jadi istilah yang memasyarakat pula. Beberapa
istilah gangguan mental akhirnya jadi salah penggunaan.
Yang cukup meresahkan adalah mereka yang menganggap bahwa punya gangguan kejiwaan berikut
ini adalah edgy dan aesthetic.
Kali ini, saya mau bahas beberapa gangguan kejiwaan yang sering disebut serta definisinya yang
tepat.

ADHD - Attention Deficit Disorder

Kamu mungkin pernah ketemu orang yang katanya susah konsentrasi, terus dia bilang dia punya
ADHD.
Emang ADHD apaan sih?
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder, atau ADHD, adalah gangguan yang ditandai dengan
kesulitan konsentrasi dan perilaku impulsif/hiperaktif, yang mengganggu perkembangan dan fungsi
seseorang.
Bahasa gampangnya sih: ADHD adalah ketidakmampuan seseorang untuk duduk diam dan
berkonsentrasi, yang kemudian mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Kemampuan konsentrasi kita udah berkurang jauh dibandingkan rata-rata kemampuan konsentrasi
orang di era 1990-2000an. Menurut penelitian, rata-rata orang jaman sekarang cuma bisa
berkonsentrasi penuh selama sekitar 8 detik. Abis itu pikirannya mulai ke mana-mana.
Orang yang susah konsentrasi belum tentu mengalami ADHD.
Ini karena orang dengan ADHD udah mengalami gejalanya sejak kecil. Sekitar 3-6 tahun. Kalo
waktu kecil kamu bisa berkonsentrasi, bisa bermain bersama dan bisa duduk dengan tertib,
berarti kamu nggak mengalami ADHD. Yaaa mungkin karena keseringan main gadget aja.
Gejala lain yang dimiliki ADHD adalah hiperaktif. Hiperaktif adalah ketidakmampuan seseorang
untuk tetap diam. Dia selalu bicara, bergerak, atau minimal menggerakkan jari.
Terus juga, ADHD sering melakukan tindakan impulsif, alias bertindak tanpa pertimbangan.
Tindakan impulsif ADHD tentu beda sama kita. Orang/anak dengan ADHD kadang melakukan
tindakan yang benar-benar tanpa alasan. Contoh tindakan impulsif ADHD bisa berupa menyeberang
tanpa liat kiri-kanan, menjatuhkan benda dengan sengaja, memukul orang/anak lain, semua
dilakukan tanpa alasan dan tanpa pertimbangan.

Gangguan Bipolar
Gangguan yang dianggap aesthetic berikutnya adalah bipolar. Ada yang merasa kalo bipolar adalah
kayak sikap mood-moodan, yang kadang-kadang hepi, kadang-kadang murung. Padahal nggak gitu.
Gangguan bipolar, seperti namanya, adalah gangguan seperti dua kutub yang berbeda 180 derajat.
Ada dua “kutub”, atau dalam psikologi disebut episode, yang bisa dialami orang dengan gangguan
bipolar. Nama dua episode ini adalah episode manik dan episode depresif.
Manik itu hepi yang luar biasa, euforik, semangatnya lebih dahsyat dari anak kecil yang malem-
malem mendadak disuruh siap-siap karena mau makan malem di mall.
Kalo lagi dalam fase ini, seseorang dengan bipolar bisa produktif bagai kuda. Rumah rapi, cucian
bersih, tugas-tugas semuanya beres.
Manik sebenernya bisa juga masuk ke tahap membahayakan. Euforia yang dirasakan bisa bikin
orang dengan bipolar mengambil tindakan berbahaya, misalnya nyetir kebut-kebutan di jalan, lari-
lari di tengah jalan, apapun untuk mengekpresikan rasa gembiranya yang sampe ke ubun-ubun.
Kalo dalam fase depresif, seorang dengan bipolar bisa nggak gerak sama sekali. Nggak bisa bangkit
dari kasur, nggak mau ngapa-ngapain, dan bawaannya muram melulu.
Fase depresif ini bikin seseorang merasakan banyak gejala-gejala depresi. Negative thoughts tanpa
alasan, sensasi gelap dan kosong yang bikin mati rasa, dan pikiran-pikiran untuk mengakhiri hidup
juga muncul.
Gejala bipolar harus udah terjadi setidaknya selama enam bulan, dengan episode manik atau
depresif terjadi selama hitungan hari sampai minggu.
Saya udah bahas cukup banyak tentang bipolar di sini. Silakan cek ya.
Intinya sih kalo mood naik turun tuh bukan bipolar. Mood kan emang gitu, bisa berubah
kapan aja. Belum tentu bipolar juga.

Depresi
Nah berikutnya adalah depresi. Tentu kita sering denger artis dalem atau luar negeri yang
mengalami depresi, bahkan sampe bunuh diri.
Kamu mungkin pernah nemu juga orang yang ditimpa masalah rumit, sampe dia berkata kalo dia
depresi.
Tapi depresi itu apa sih?
Depresi adalah jenis gangguan mood yang dicirikan dengan perasaan sedih dan nggak berdaya yang
dalam, serta hilangnya ketertarikan terhadap aktivitas yang dulu dinikmati.
Selain gangguan emosi, orang dengan depresi juga bisa merasakan rasa sakit kronis di bagian tubuh
tertentu. Sebagian orang mengalami masalah pencernaan. Terus juga nggak mau ngapa-ngapain,
males beraktivitas, males makan, pokoknya males dan gak ada energi.
Pembahasan tentang depresi udah saya ulas cukup banyak di sini. Silakan check it out.
Seseorang mungkin bisa mengalami stres berat. Gejala stres berat emang mirip sama depresi.
Dalam Bahasa Inggris, orang menyebut stres berat dengan “feeling depressed”. Feeling
depressed sama having a depression is a different thing.
Orang dengan depresi merasakan gejala kayak gerakan tubuh jadi lambat, merasa gak punya
harapan, pola tidur berubah, dan kehilangan selera melakukan aktivitas yang disukai.
Intinya sih kalo lagi ngerasa sedih atau stres berat ya belum tentu depresi juga. Meskipun begitu,
tetep tangani sedih atau stres kamu ya.

Anxiety Disorder

Pernah nemu orang yang menulis anxiety di bio sosmednya?

Anxiety atau kecemasan udah jadi hal biasa yang kita alami sehari-hari.
Kita bisa mendadak cemas waktu dipanggil guru ke ruang BK, orang tua ngemisscall berkali-kali,
pacar ngechat “ada yang mau aku omongin”, atau ketika berkendara tengah malem dan bensin
kamu udah mau abis.
Tapi yang namanya gangguan kecemasan beda dengan cemas biasa. Orang dengan gangguan
kecemasan merasakan rasa cemas yang nggak mau hilang dan cenderung memburuk seiring waktu.
Gejala kecemasan ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari kayak belajar, bergaul, dan
mengganggu kualitas hubungan dengan orang lain.
Sebab yang pasti tentang mengapa gangguan ini bisa muncul belum diketahui. Tapi, peneliti
menemukan bahwa faktor genetik dan lingkungan bisa menjadi penyebabnya.
Gangguan kecemasan sendiri punya beberapa jenis, di antaranya adalah gangguan kecemasan
umum (general anxiety disorder), sama gangguan fobia.
Saya bahas dikit ya!

Gangguan Kecemasan Umum (General anxiety disorder)

Gangguan kecemasan umum adalah kecemasan berlebih selama berhari-hari dalam rentang waktu 6
bulan atau lebih. Yang dicemasin tuh macem-macem; bisa tentang kesehatan, kerjaan, interaksi
sosial, dan remeh temeh sehari-hari yang dicemaskan secara berlebihan.
Cemas yang berlebihan tuh yang kayak gimana sih?
 Bikin nggak bisa tidur, atau tidurnya nggak nyenyak
 Suka kebangun tengah malem
 Gampang capek dan penat
 Susah konsentrasi
 Bikin sensian
 Kadang otot di bagian badan tertentu terasa tegang

Kalo kamu pernah sekali dua kali merasakan kecemasan kayak di atas, kamu belum tentu
mengalami gangguan kecemasan. Suatu kecemasan baru bisa disebut gangguan dan perlu dibawa ke
psikiater/psikolog kalo gejalanya udah terjadi minimal selama 6 bulan.
Sedikit tambahan nih: kecemasan tidak hadir untuk menghancurkanmu. Kecemasan adalah
pertolongan dari tubuh untuk menjauhkan kamu dari kepedihan dan pengalaman traumatis. Jadi,
syukurilah naluri yang sedang mencoba melindungimu itu.

Fobia

Salah satu gangguan yang cukup sering disebut adalah fobia. Bilangnya fobia ketinggian, fobia
hantu, atau fobia orang jelek. Tapi fobia itu apa?
Fobia adalah rasa takut berlebihan terhadap sesuatu. Pada penderita fobia, ketakutannya jauh lebih
besar dibandingkan bahaya yang mungkin muncul. Pemilik fobia nggak hanya merasakan takut, tapi
juga bereaksi berlebihan.
Kita mungkin aja takut sesuatu. Takut ketinggian sebenernya biasa aja. Normal. Tapi kalo udah
disebut fobia ketinggian, bisa sampai gemetaran, pusing, sulit berpikir, bahkan ngebayanginnya aja
udah keringet dingin. Naik tangga aja gak berani.
Fobia suntik juga. Takut disuntik tuh masih wajar ya ukhty. Tapi, kalau udah disebut fobia suntik,
melihat jarum suntik langsung gemetar, panik, dan pengennya kabur.
Takut suatu hal adalah wajar, bahkan takut sama hal-hal yang nggak membahayakan sekalipun.
Misalnya takut balon, takut belalang, atau takut gelap. Semua orang punya masa lalu dan
pengalaman yang membentuk dirinya, termasuk membentuk ketakutan yang spesifik.
Inget, takut baru disebut fobia kalo reaksinya udah berlebihan. Kalo sampe gemeteran, sampe
pusing, mau pingsan, itu udah masuk gejala fobia. Kalo sekedar takut gak mau liat atau gak mau
pegang, itu masih wajar.

Gangguan Mood

Pernah nggak kamu menemukan istilah gangguan mood? Mungkin ada selebtwit atau selebgram
yang menggunakan istilah ini.
Tapi gangguan mood itu apa sih?
Gangguan mood adalah istilah luas yang bisa mencakup berbagai gangguan terkait mood. Termasuk
di dalam gangguan mood adalah berbagai gangguan depresif dan gangguan bipolar.
Kalo ada yang mengalami gangguan mood, kemungkinannya bisa macem-macem. Mungkin dia
mengalami gangguan bipolar, gangguan siklotimi, atau seasonal affective disorder.
Gangguan mood sendiri dicirikan dengan perasaan atau mood kamu nggak nyambung dengan
lingkungan atau situasi yang lagi kamu alami.
Misalnya kamu lagi berada di tempat yang indah, damai, bersama keluarga yang kamu sayangi, tapi
kamu ngerasa berduka lara bagai sembilu menyayat luka. Atau kamu lagi di pemakaman tapi
somehow kamu bersemangat, pengen menari dan berlari, pengen ketawa ngakak, padahal kamu
nggak ngerasa ada yang menyenangkan di lingkungan itu.
Beberapa contoh gangguan mood di antaranya:

 Major depressive disorder — kesedihan ekstrim yang lama dan terus menerus
 Gangguan bipolar — Gangguan yang dicirikan dengan pergantian mood antara depresif
dengan manik.
 Seasonal affective disorder (SAD) — Atau gangguan afektif musiman, sebuah bentuk
depresi yang hanya dirasakan seseorang pada periode akhir musim gugur hingga awal
musim semi.
 Gangguan siklotimi — Sebuah gangguan yang mirip bipolar, tapi naik turun emosinya
nggak ekstrim.
 Gangguan disforia premenstruasi — Sebuah gangguan berupa mood yang buruk dan mudah
marah, hanya terjadi pada fase sebelum menstruasi.
 Distimia (dysthymia) — Bentuk ringan dari depresi. Meski dikatakan lebih ringan,
Persistent Depressive Disorder (PDD) atau distimia ini bisa menyebabkan sikap moody
yang bertahan lama.

Insomnia
Istilah insomnia mungkin sering kamu denger, dan mungkin pernah kamu alami sendiri.
Tapi apa itu insomnia?
Insomnia adalah gangguan tidur berulang yang bikin susah tidur, tidur nggak nyenyak, atau
gampang kebangun dan susah buat balik tidur lagi. Karena kualitas tidur yang buruk, kamu ngerasa
capek saat kamu bangun.
Insomnia ini nggak hanya menyerap energi kamu tapi juga mood dan kesehatan, yang akhirnya
mengganggu kualitas hidup kamu juga.
Kebanyakan orang pernah ngerasain insomnia, yang mungkin bisa berlangsung berhari-hari atau
berbulan-bulan. Ini bisa jadi merupakan dampak dari kejadian traumatis atau stres yang lagi
dialami.
Susah tidur adalah hal yang biasa dialami. Apalagi kalo seharian gak ngapa-ngapain dan main hape
doang. Cuma mengubah energi makanan menjadi kentut sahaja. Ini biasanya malem susah tidur nih.
Dan ini wajar, bukan insomnia.
Tapi kalo insomnianya berlangsung selama sebulan atau lebih, ini bisa jadi merupakan insomnia
kronis. Untuk mengetahui apakah insomnia ini merupakan dampak dari kondisi medis atau obat,
kamu perlu cerita ke dokter.

Mentally Unstable
Pernah ada tuh seseorang yang di dalam twitnya menyinggung tentang mentally unstable.
Tapi mentally unstable itu apa c?
Ketidakstabilan emosional bisa berarti emosi atau reaksi yang tidak terprediksi yang bisa berbeda
dari reaksi yang seharusnya.
Misalnya ada kerabat meninggal. Anggota keluarga lain pada sedih dan menangis, tapi kamu
mungkin ketawa ngakak. Kamu ngetawain bukan karena kamu nyukurin atau apa; mungkin entah
kenapa buat kamu itu lucu abis.
Beberapa ciri-ciri kecenderungan mentally unstable adalah perubahan mood yang cepet, sulit
menjaga hubungan sama orang lain, susah menenangkan diri, berperilaku impulsif, dan sulit
memendam perasaan.
Istilah mentally unstable sendiri bukan istilah baku dalam psikologi. Artinya nggak ada gangguan
kejiwaan khusus yang dinamakan “mentally unstable”. Ya namanya orang lagi mengalami masalah
kejiwaan berarti secara emosional dia nggak stabil.
Ketidakstabilan emosional bisa jadi pertanda adanya gangguan kepribadian kayak gangguan
Borderline, tapi bisa kayak yang kita bahas tadi, gangguan mood. Tapi nggak selalu yaaa.

OCD – Obsessive Compulsive Disorder

Aduhhhh OCD aku kumat!


Apakah gambar di atas bikin kamu terganggu? Apakah kamu gregetan pengen memperbaiki
polanya supaya rapi sempurna?
Kalo iya, itu wajar. Bukan OCD.
Saya pernah beberapa kali nemu postingan kayak barusan di internet. Seringkali captionnya “this
triggers my OCD”, atau “ini bikin OCD aku kumat”.

Tapi OCD sebenernya apa sih?

Obsessive-Compulsive Disorder atau Gangguan Obsesif-Kompulsif adalah gangguan berupa


pikiran dan perilaku obsesif tak terkontrol yang mendorong seseorang untuk mengulanginya terus
menerus.
Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran mental berulang yang menyebabkan kecemasan.
Gejala umum termasuk:

 Takut kuman atau kotoran


 Pikiran nggak diinginkan tentang sesuatu yang di masyarakat dianggap tabu.
 Pikiran agresif terhadap orang lain atau diri sendiri
 Mengatur semua hal dengan tatanan yang harus simetris atau urutannya harus sempurna.
Pigura di dinding harus lurus, jemuran baju mungkin diurut berdasarkan warna/ukuran, alat
tulis di tempat pensil harus terurut dengan warna atau ukuran yang urut.

Menyukai benda tertata rapi adalah sesuatu yang wajar. Memeriksa berbagai hal berulang kali
sebelum meninggalkan rumah juga biasa aja.
Perilaku ini baru disebut kecenderungan OCD apabila:

 Pikiran atau perilakunya nggak bisa dikontrol.


 Tindakan kompulsif dan pikiran obsesifnya berlangsung seenggaknya satu jam sehari.
 Kebiasaan kompulsifnya nggak bikin dia puas, cuma sedikit lega sebelum kemudian balik
cemas lagi.
 Tindakannya menciptakan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.

Kalo kamu sekedar suka kerapian atau keteraturan, kamu bukan OCD. Kamu orangnya rapi dan
teratur.
Kalo gambar-gambar atau benda yang posisinya nggak sempurna bikin kamu ngerasa gelisah atau
gregetan, kamu belum tentu punya OCD juga; sudah menjadi reaksi wajar kita untuk “ketrigger”
saat ngeliat sesuatu tidak ditempatkan dengan keteraturan yang seharusnya.

Schizofrenia / Skizofrenia

Istilahnya terdengar keren, dan gejala yang dirasakan juga unik. Ini bikin istilah skizofrenia kadang
dijadiin keren-kerenan.
Tapi skizofrenia itu apa?
Skizofrenia adalah mental illness yang mempengaruhi cara berpikir, perasaan, dan perilaku
seseorang. Orang dengan skizofrenia mungkin keliatan kehilangan kontak dengan kenyataan, yang
menyebabkan masalah pada individu, anggota keluarga, dan teman mereka.
Kalo nggak ditangani dengan serius, gejala skizofrenia bisa menetap dan membatasi kita dari
beraktivitas normal.
Pada kasus skizofrenia berat, seseorang udah nggak bisa diajak ngomong lagi. Berhalusinasi,
delusional, hingga ngomong ngelantur. Skizofrenia bisa berlangsung terus menerus atau bisa juga
episodik alias kambuhan.
Untuk skizofrenia mungkin gak aesthetic sih ya. Orang yang make skizofren sebagai username atau
bio sosmednya mungkin ngerasa ini radikal atau edgy.

Trauma

Terakhir adalah trauma!


Kita semua punya pengalaman pahit di masa lalu yang mungkin keinget sampe sekarang.
Pengalaman pahit yang mengubah pola pikir kita ini kemudian sering kita namakan “trauma”.
Trauma karena pernah mempercayakan hati pada pria yang salah, trauma makan di suatu tempat,
gitu-gitu lah.
Saya pernah ngebaca twit tentang orang yang trauma makan seblak. Katanya makan seblak bikin
dia muntah, sejak itu trauma gak mau makan seblak lagi.
Ini namanya kapok ya bundt, bukan trauma.
Jadi, trauma yang sebenernya teh naon?
Trauma adalah respons emosional kita terhadap peristiwa mengerikan seperti mengalami
kecelakaan, pemerkosaan, atau mengalami bencana alam.
Reaksi trauma nggak muncul segera setelah kejadian. Trauma baru muncul enam bulan bahkan
dalam hitungan tahun. Termasuk bentuk trauma adalah emosi yang nggak bisa diprediksi, sesekali
teringat sampe berkeringat dingin, kebawa mimpi, dan gejala fisik kayak sakit kepala atau mual.
Trauma sendiri adalah bentuk pertahanan diri kita untuk pengalaman mengerikan. Mekanisme
pertahanan diri tuh macem-macem, dan salah satunya adalah represi, alias ditekan ke dalam.
Meskipun reaksi ini normal, bentuk pertahanan diri yang salah bisa menciptakan trauma yang
mengganggu.
Bentuk trauma lainnya adalah perubahan suasana hati, menjadi lebih agresif, dan sering ngerasa
cemas dan khawatir. Anak-anak dengan trauma kadang kehilangan kemampuan yang baru aja
dipelajari, misalnya nahan kebelet pipis atau pelafalan kosakata yang benar.

Selama menulis artikel ini, saya ngerasa lagi berjalan di atas tali tanpa pegangan. Saya mau nulis
artikel terkait gangguan kejiwaan sebagai ilmu tambahan, tapi saya juga takut kalo pengetahuan
tentang gangguan kejiwaan justru dipake untuk diagnosa diri sendiri.
Masih mending kalo mau ke psikolog. Takutnya kalo dipake buat bio instagram atau buat keren-
kerenan.
Kadang suka heran juga sama orang yang sehat-sehat aja, baik-baik aja, cuma stres dikit... tapi demi
aesthetic kemudian ngaku-ngaku punya mental illness.
Mental illness bukan suatu lencana atau keindahan untuk dimiliki. Mereka yang beneran punya
mental illness berharap bisa tidur-tiduran ngelamun kayak orang biasa, tanpa perlu kepikiran buat
bunuh diri. Berharap bisa pergi tidur tanpa khawatir apakah besok episde manik atau depresifnya
akan kumat.
Tentu nggak termasuk yang saya salty-in di sini adalah mereka yang udah dapet diagnosis dari
psikiater dan menceritakan mental illnessnya sebagai pembelajaran atau inspirasi buat orang lain.
Kalo mereka membagikan gangguan yang mereka miliki, ya wajar dong karena mereka beneran
punya. Toh mereka juga berusaha menanganinya. Kalo yang punya-punyaan dan nggak ditangani
sama sekali, nah buat apa dah tuh?
Pesan saya sih, kalo emang ngerasa punya gangguan kejiwaan, segera cari cara menanganinya.
Hindari diagnosa sendiri. Datenglah ke tenaga ahli, mereka lebih tau diagnosanya dan lebih baik
dalam menanganinya. Saya udah bahas tentang ke psikolog di artikel ini, silakan bongkar bongkar.

Sumber:

https://www.bustle.com/p/7-signs-someone-might-be-emotionally-unstable-8890589
https://www.heretohelp.bc.ca/infosheet/borderline-personality-disorder
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd/index.shtml
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dyslexia/symptoms-causes/syc-20353552
https://www.webmd.com/mental-health/mood-disorders#
https://www.verywellmind.com/mood-disorder-1067175
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/symptoms-causes/syc-20355167
https://www.britannica.com/science/psychosomatic-disorder
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia/index.shtml
https://www.med.upenn.edu/traumaresponse/trauma.html
https://www.apa.org/topics/trauma

Anda mungkin juga menyukai