Anda di halaman 1dari 38

Proposal Skripsi

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR SISWA

Proposal ini Diajukan Kepada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islamam
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Program Skripsi

Disusun Oleh:
Mohammad Arif Zainuddin Rofiqi
1120034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL `ULUM JOMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan di era modern saat ini mengenal tiga
keterampilan pentung yang setiap siswa harus memilikinya, yaitu aspek
kognitif (pengetahuan), psikomotorik (praktek), dan afektif (sikap
diri).1Kebanyakan masyarakat selama ini meyakini bahwa kesuksesan
dapat diraih dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi. Akan tetapi,
berdasarkan hasil penelitian terbaru pada bidang psikologi mendapatkan
kenyataan bahwa IQ bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
kesuksesan seseorang, melainkan masih terdapat banyak faktor lain, salah
satunya adalah kecerdasan emosional (EQ).2Goleman, pakar kecerdasan
emosional menyatakan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) memberikan
sumbangan sekitar 20% dalam meraih kesuksesan sementara sisanya 80%
berasal dari faktor lain termasuk kecerdasan emosional (EQ). 3 Di tengah-
tengah masyarakat banyak terjadi seseorang yang cerdas dalam artian
terpelajar menjadi bawahan bagi orang yang memiliki IQ rendah akan
tetapi memiliki keunggulan dalam keterampilan kecerdasan emosional.
Ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk
berfikir rasional mengecil dan didorong untuk antara bertempur atau kabur
menghadapi ancaman. Dalam keadaan tersebut, kapasitas otak beroperasi
hanya pada tingkat bertahan hidup. Ketika siswa berada dalam kondisi
demikian, maka berdampak pada motivasi belajar yang menjadi kurang
maksimal. Hal ini dirasakan saat siswa dalam keadaan terpaksa untuk
belajar karena dorongan oleh guru atau orang tua, di sisi lain siswa
tersebut tidak menyukai pembelajaran tersebut.Maka meskipun siswa

1
Fransiscus Amonio Halawa dan Fabianus Fensi, “Pengaruh Kecerdasan Emosi, Lingkungan
Sekolah Terhadap Motivasi Belajar dan Dampaknya Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal
Pengabdian dan Kewirausahaan, Vol. 4, No.2 (Agustus 2020), 99.
2
Ahmad Zain Sarnoto dan Samsu Romli, “Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Lingkungan
Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan”, Andralogi: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol.1 No. 1 (2019), 57.
3
Riska Nurlaeliah dkk, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik
Sekolah Dasar Gugus III Kecamatan Caringin”, Edukasi: Jurnal Penelitian dan Artikel
Pendidikan”, Vol. 13 No. 01 (Juni 2021), 38.

1
tersebut telah berusaha untuk belajar, pembelajaran yang dipelajari
menjadi sulit untuk diterima.4
Aspek lain yang tidak kalah pentingnya bagi siswa yaitu motivasi
belajar. Motivasi belajar seringkali dalam kondisi naik turun yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Salmiza, faktor terbesar yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah tekanan/stress,
upaya/kepentingan, nilai/kegunaan, kemauan. Dari pernyataan tersebut
menunjukkan bahwa permasalahan emosi sangat berpengaruh terhadap
menurunnya atau meningkatnya motivasi belajar siswa. Oleh karena itu,
siswa harus memiliki kecerdasan dalam pengelolaan emosi untuk
menumbuhkan motivasi belajar. Selajutnya Goleman menyatakan motivasi
belajar dapat didapatkan melalui keterampilan untuk memonitor perasaan
diri sendiri dan mengelola emosi agar terhindar dari tekanan yang pada
akhirnya akan menyebabkan sress.5Terkadang suatu proses pembelajaran
tidak dapat mencapai hasil maksimal disebabkan karena tidak adanya
kekuatan dorongan (motivasi), motivasi dijelaskan sebagai suatu tahapan
yang menjadi penentu tingkatan kegiatan serta arah umum dari tingkah
laku manusia, merupakan konsep yang berkaitan dengan konsep lainnya
seperti minat, konsep diri, sikap dan lain sebagainya sehingga dapat
memperngaruhi dalam membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku
yang ditampilkan oleh siswa.6 Motivasi dapat dikatakan sebagai
pendukung dalam melakukan sesuatu, sehingga dapat menjadikan
seseorang memiliki kesiapan untuk melakukan berbagai kegiatan.
Motivasi yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk melakukan
aktifitas tertentu agar lebih fokus dan lebih intensif sehingga tinggi
rendahnya motivasi belajar siswa akan memperngaruhi seberapa besarnya

4
Bahriah Nur Muslimah, Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas IX Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018,
(Skripsi, IAIN Tulungagung, 2018), 4.
5
Erry Proho Subagiyo, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa
SMA, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2019), 3.
6
Fransiscus Amonio Halawa dan Fabianus Fensi, “Pengaruh Kecerdasan Emosi, Lingkungan
Sekolah Terhadap Motivasi Belajar dan Dampaknya Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, 99.

2
keinginan untuk belajar atau seberapa cepat terhadap suatu pekerjaan atau
tugas diselesaikan.7
Adapun penelitian sebelumnya dilakukan oleh Erry Probo
Subagiyo pada tahun 2019 dengan judul “Pengasuh Kecerdasan Emosional
Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap
motivasi belajar siswa SMA. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ahmad
Zain Sarnoto dan Samsu Romli pada tahun 2019 dengan judul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional (EQ) dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi
Belajar Siswa SMA Negeri 3 Tangerang Selatan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kecerdasan
emosional sebesar 6,1% terhadap motivasi belajar siswa kelas IX SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan
emosional, maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Penelitian
serupa selanjutnya dilakukan oleh Francsiscus Amonnio Halawa pada
tahun 2020 dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosi, Lingkungan
Sekolah Terhadap Motivasi Belajar dan Dampaknya Terhadap Prestasi
Belajar Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar
yang artinya perubahan nilai kecerdasan emosi mempunyai pengaruh
searah terhadap perubahan motivasi belajar atau dengan kata lain apabila
kecerdasan emosional baik maka akan terjadi peningkatan motivasi belajar
dan secara statistik memiliki pengaruh yang signifikan.
Saat ini masih sangat minim lembaga pendidikan yang menerapkan
sistem pendidikan dengan menekankan pada unsur kecerdasan emosional.
Namun sedikit berbeda dengan kondisi di MTs Al-Azhar, berdasarkan
wawancara yang dilakukan di lapangan sistem pendidikan yang diterapkan
di MTs Al-Azhar terintegrasi oleh pendidikan pesantren. MTs Al-Azhar
berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al Azhar yang
beralamat di Dusun Tembelang Desa Senden Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang. Para siswa di MTs Al-Azhar keseluruhan merupakan
7
Basri, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa”,
Jurnal Sosial Humaniora Sigli, Vol. 1 No. 2 (2018), 89.

3
santri Pondok Pesantren Al-Azhar sehingga selain meningkatkan
kecerdasan intelektual siswa melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah,
para siswa juga diberikan pendidikan pesantren yang memberikan
pembinaan dalam kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual melalui
penanaman nilai-nilai budaya pesantren seperti kesabaran, kerendahan
hati, empati, kejujuran dan keimanan. Maka para siswa di MTs Al-Azhar
tidak hanya dibina faktor intelektualnya saja, namun juga pembinaan
emosional dan spiritual mereka.8
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini diberi judul
“Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII MTs Al-Azhar Peterongan Jombang”.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup beberapa elemen sebagai
berikut:
1. Batas waktu
Penelitian ini akan dilakukan selama satu semester ganjil tahun
ajaran 2023/2024.
2. Batas lokasi
Penelitian ini akan dilakukan di MTs Al-Azhar Peterongan
Jombang. Lokasi ini menjadi tempat dimana data-data diperoleh, dan
penelitian ini akan berfokus pada populasi siswa kelas VIII di
madrasah tersebut.
3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Al-Azhae
Peterongan Jombang.
4. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah untuk menginvestigasi hubungan antara
kecerdasan emosional dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Fiqih. Penelitian ini akan melihat bagaimana kecerdasan emosional
siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar mereka pada mata

8
Muhammad Herry Hidayatullah, Wawancara, Jombang, 19 Juni 2023.

4
pelajaran Fiqih. Terdapat dua variabel utama dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Kecerdasan Emosional: Variabel ini mengacu pada kemampuan
siswa untuk mengenali, memahami, mengelola, dan
mengekspresikan emosi mereka secara efektif. Pengukuran
kecerdasan emosional dapat menggunakan alat ukur yang telah
teruji.
b. Motivasi Belajar: Pada variabel ini, terdapat dua macam, yaitu
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Namun, dalam
penelitian ini hanya akan mencakup motivasi instrinsik siswa untuk
belajar. Motivasi belajar dapat diukur menggunakan skala motivasi
belajar yang valid dan variabel.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran
Fiqih kelas VIII MTs Al-Azhar Peterongan Jombang?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII
MTs Al-Azhar Peterongan Jombang?
3. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Al-Azhar Peterongan
Jombang?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa pada mata
pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Al-Azhar Peterongan Jombang.
2. Untuk mengerahui tingkat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Fiqih kelas VIII MTs Al-Azhar Peterongan Jombang.
3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Al-Azhar.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini sebagai sumbangan untuk menambah dan
memperkaya khazanah keilmuan tentang pengaruh kecerdasan

5
emosional terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
kelas VIII.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi
atau bahan masukan bagi guru dalam meningkatkan motivasi
siswa, sehingga siswa akan lebih semangat dalam belajar dan
memperoleh nilai yang lebih memuaskan.
b. Bagi Siswa
Dapat dijadikan sebagai acuan bagi siswa untuk memahami
konsep-konsep kecerdasan emosional serta mengatahui tingkat
motivasi belajarnya, sehingga dengan itu semua siswa diharapkan
lebih termotivasi lagi untuk belajar.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dimaksudkan agar bermanfaat sebagai
petunjuk, arahan, maupun acuan serta bahan pertimbangan bagi
peneliti selanjutnya yang relevan atau sesuai dengan hasil kajian
ini.
d. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil ini penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk
mengembangkan kajian dan bahan untuk menghasilkan temuan
baru yang terkait dengan masalah yang bersifat dimensial.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Maka peneliti mencantumkan persamaan beserta
perbedaan penelitian terdahulu sebagai berikut:
1. Penelitian Bahriah Nur Muslimah (2018)
Penelitian Bahriah Nur Muslimah (2018), berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas
XI Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun
Ajaran 2017/2018”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian ex-postfacto. Penelitian ini bertujuan

6
untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional (pengaturan diri,
empati dan keterampilan) terhadap motivasi belajar siswa kelas XI di
MA 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan
emosional (pengaturan diri, empati dan keterampilan sosial) terhadap
motivasi belajar siswa pada matap pelajaran Aqidah Akhlak. Hal
tersebut dapat dilihat pada hasil perhitungan menggunakan SPSS 23,
terlihat nilai Fhitung> Ftabel = 11,782 > 2,800 dengan taraf signifikansi =
0,000 < 0,05.9
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama
menggunakan metode kuantitatif
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Fokus penelitian sebelumnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
sedangkan fokus penelitian ini pada mata pelajaran Fiqih.
b. Obyek pada penelitian sebelumnya adalah pada jenjang MA
sedangkan obyek penelitian ini pada jenjang MTs.
2. Penelitian Muhammad Wildana Fikria Zulhida (2019)
Penelitian Muhammad Wildana Fikria Zulhida (2019), berjudul
“Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap
Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Biologi
Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tahun Ajaran 2018/2019”.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan jenis penelitian koresional. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap motivasi
belajar biologi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol tahun
ajaran 2018/2019. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji
regresi sederhasan diperoleh nilai t hitung> ttabel atau 3,262 > 1,694 pada

9
Bahriah Nur Muslimah, Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kela XI Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018”,
(Skripsi, IAIN Tulungagung, 2018), xiv.

7
taraf signifikansi 5%, yang artinya ada pengaruh kecerdasan emosional
terhadap motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Sumbergempol.10
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Obyek yang diteliti adalah sama-sama siswa pada jenjang
SMP/MTs
b. Jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-
sama menggunakan metode kuantitatif
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Obyek dalam penelitian sebelumnya adalah siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Sumbergempol sedangkan dalam penelitian ini
yang menjadi obyeknya adalah siswa kelas VIII MTs Al-Azhar
Peterongan Jombang.
b. Penelitian sebelumnya melakukan penelitian pengaruh
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual terhadap
motivasi belajar dan hasil belajar sedangkan pada penelitian ini
hanya berfokus pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap
motivasi belajar siswa
c. Fokus penelitian sebelumnya pada mata pelajaran biologi
sedangkan fokus penelitian ini adalah mata pelajaran Fiqih.
3. Penelitian Erry Proho Subagiyo (2019)
Penelitian Erry Proho Subagiyo (2019), berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Pada Siswa SMA”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain
analisis regresi linier sedehana. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar
siswa SMA. Hasil penelitian berdasarkan uji linier sederhana

10
Muhammad Wildana Fikria Zulhida, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Biologi Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol
Tahun Ajaran 2018/2019, (Skripsi, IAIN Tulungagung, 2019), xiii.

8
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara
kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar.11
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-sama
menggunakan metode kuantitatif. Sedangkan perbedaan penelitian
sebelumya dengan penelitian ini adalah obyek yang diteliti pada
penelitian sebelumnya adalah siswa pada jenjang SMA secara umum
tanpa berfokus pada suatu kelas dan mata pelajaran apapun sedangkan
obyek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs pada
mata pelajaran Fiqih
4. Penelitian Nur Azizah Pratiwi (2022)
Penelitian Nur Azizah Pratiwi (2022), berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 34
Samarinda”. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan
metode pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap
motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMPN 34
Samarinda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh
kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar PAI siswa di SMP
Negeri 34 Samarinda diperoleh korelasi (r) antara kecerdasan
emosional (X) dan motivasi belajar (Y) dengan r hitung sebesar 0,513,
maka dinyatakan korelasi antara variabel X dan Y memiliki pengaruh
yang kuat. Kemudian, dilihat dari hasil uji t nilai t hitung = 5,344 > r
tabel = 1,663 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar PAI di SMPN 34
Samarinda. Yang mana dapat disimpulkan kecerdasan emosional
mempengaruhi motivasi belajar PAI siswa sebesar 26,3% dan sisanya
73,7% dipengaruhi variabel lainnya.12

11
Erry Probo Subagiyo, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA,
(Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2019), 1.
12
Nur Azizah Pratiwi, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan
Agama Islam Siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 34 Samarinda, (Skripsi,
Universis Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, 2022), ii.

9
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Obyek yang diteliti adalah sama-sama siswa pada jenjang
pendidikan menengah (SMP/MTs)
b. Jenis dan metode pendekatan penelitian yang digunakan sama-
sama menggunakan metode kuantitatif
Sedangkan Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Obyek yang diteliti pada penelitian sebelumnya adalah siswa
pada jenjang SMP secara umum tanpa berfokus pada suatu
kelas tertentu sedangkan pada penelitian ini obyek yang diteliti
adalah siswa pada jenjang MTs kelas VIII
b. Obyek penelitian sebelumnya berfokus pada pelajaran mata
pelajaran PAI secara umum sedangkan obyek pada penelitian
ini berfokus pada mata pelajaran Fiqih
5. Penelitian Hikmah Hasanuddin (2022)
Penelitian Hikmah Hasanuddin (2022), berjudul “Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs At-
Taqwa Harapan Baru”. Penelitian ini merupakan penelitian dengan
menggunakan metode pendekaran kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kecerdasasan emosional
terhadap motivasi belajar siswa di MTs At-Taqwa Harapan Baru.13
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Obyek yang diteliti adalah sama-sama siswa pada jenjang MTs
b. Jenis dan metode penelitian yang digunakan sama-sama
menggunakan metode kuantitatif
Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini
adalah obyek yang diteliti pada penelitian sebelumnya adalah siswa
pada jenjang MTs secara umum tanpa berfokus pada suatu kelas dan

13
Hikmah Hasanuddin, Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi Belajar Siswa di MTs
At-Taqwa Harapan Baru, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI)
Samarinda, 2022), ii.

10
mata pelajaran tertentu sedangkan pada penelitian ini obyek yang
diteliti adalah siswa pada jenjang MTs kelas VIII pada mata pelajaran
Fiqih.

11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Secara bahasa, Fiqih memiliki arti pemahaman yang mendalam
dengan pengerahan potensi akal.14 Samsul Munir Amin menyatakan
bahwa fiqih merupakan ilmu tentang hukum syara` yang berhubungan
dengan amaliyah dan diperoleh dari dalil-dalil yang jelas. 15 Secara
umum, ilmu fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-
macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individual
maupun masyarakat sosial. Sedangkan menurut Prof. Dr. TM. Habsyi
Ash Shiddeqy yang dikutip oleh Drs. Nazar Bakry, ilmu fiqih
merupakan suatu kumpulan ilmu dengan lingkup pembahasan dari
berbagai macam jenis hukum Islam yang mengatur kehidupan untuk
keperluan seseorang, golongan, masyarakat dan pada umumnya
manusia.16
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa tokoh
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa jangkauan fiqih itu sangat luas
sekali. Yaitu membahas masalah-masalah hukum Islam dan aturan-
aturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Sumber
perumusan fiqih ialah segala yang menjadi bahan rujukan bagi ulama
dalam merumuskan fiqihnya. Yang menjadi sumber fiqih itu yang
disepakati oleh para ulama adalah empat yaitu:
a. Al-Qur`an
b. Hadist
c. Ijma`
d. Qiyas
Dari pemaparan diatas maka pembelajaran Fiqih adalah jalan yang
dilakukan secara sadar, terarah dan terancang mengenai hukum Islam
yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf baik bersifat ibadah

14
Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Usul Fikih, (Jakarta: Amzah, 2009), 63.
15
Ibid.,63.
16
T.M. Hasbi Ash-Shidqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), 29.

12
maupun muamalah dengan tujuan agar anak didik mengetahui,
memahami serta melaksanakanibadah sehari-hari. Dalam pembelajaran
fiqih, tidak hanya terjadi proses interaksi antara guru dan anak didik
didalam kelas. Namun pembelajaran dilakukan juga dengan berbagai
interaksi, baik di lingkungan kelas maupun musholla dengan praktek
yang menyangkut ibadah. Proses dalam pembelajaran fiqih dapat
dibantu dengan VCD, film dan lain sebagainya sebagai media
pembelajaran. Termasuk kejadian-kejadian sosial baik yang terjadi di
masa sekarang maupun masa lampu yang bisa dijadikan cerminan
dalam perbandingan dan penerapan hukum Islam oleh peserta didik.17
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah merupakan satu
pekajaran di bidang Pendidikan Agama Islam yang mempelajari
tentang fiqih ibadah, terutama tentang pengenalan dan pemahaman
cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut
pemahaman dan pengenalan sederhana berdasarkan tentang ketentuan
makanan dan minuman antara yang halal dan haram, khitan, aqiqah,
kurban, jual beli dan pinjam meminjam. Mata pelajaran dapat
memberikan motivasi terhadap peserta didik untuk menerapkan rukun
Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk keserasian dan
keseimbangan hubungan antara manusia dengan Allah, dengan
manusia lainnya, dengan sesama makhluk ciptaan Allah dan dengan
lingkungannya.18
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
a. Memahami dan mengetahui tata cara pelaksanaan hukum Islam
baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah sebagai
pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.

17
Muhammad Rizqillah Masykur, “Metodologi Pembelajaran Fiqih”, Jurnal Al-Makrifat, Vol. 4,
No, 2, (Oktober, 2019), 35.
18
Rina Noviana, Evaluasi Contectual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran Fiqih Kelas
VII di MTs Miftahul Huda Ngasem Batealit Jepara, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surabaya), 19.

13
b. Mengamalakan ketentuan hukum Islam dengan baik dan benar
sebagai bukti dari ketaatan menjalankan ajaran agama Islam baik
dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan manusia lain,
dengan sesama makhluk ciptaan Allah dan dengan
lingkungannya.19
Dari pengetahuan dan pemahaman tentang materi pembelajaran
fiqih diharapkan dapat menjadi medoman hidup dalam kehidupan
sosial, pengalaman yang dimiliki peserta didik diharapkan bisa
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, serta mempunyai
tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dalam kehidupan pribadi
maupun sosial. Sehingga dalam pemahaman pengetahuan serta
pengalaman dalam kehidupan peserta didik senantiasa dilandasi
dengan dasar dan hukum Islam.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih
Ruang lingkup pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi: keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan manusia lainnya
c. Hubungan manusia dengan alam semesta beserta lingkungannya
Adapun lingkup bahan mata pelajaran fiqih di Madrasah
Tsnawiyah berfokus pada aspek:
a. Fiqih ibadah yang bersangkutan dengan pengenalan dan
pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam dengan benar
seperti: tata cara thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji.
b. Fiqih muamalah yang bersangkutan dengan pemahaman dan
pengenalan tentang ketentuan makanan dan minuman yang halal
dan haram, khitan, kirban serta tata cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam.20
B. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional

19
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Bab VII, 20.
20
Ibid.,23.

14
Feldan mendefiniskan sebagai kemampuan untuk memahami
dunia, berfikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber
secara efektif saat dihadapkan dengan tantangan. Emosi merupakan
istilah dari kata emotus yang berarti mencerca atau menggerakkan,
yaitu mendorong sesuatu dalam diri manusia.21 Beck mengungkapkan
pendapat James dan Lange yang berkaitan dengan hakikat emosi
bahwa emosi adalah persepsi perubahan secara jasmani yang terjadi
dalam memberikan tanggapan atau respon bagi suatu peristiwa.
Penjelasan ini bermaksud mendefinisikan bahwa pengalaman emosi
merupakan persepsi dari reaksi terhadap situasi.22
Kecerdasan emosional memiliki beragam definisi menurut para
pakar, diantaranya adalah keahlian untuk menyikapi pengetahuan-
pengetahuan emosional berbentuk menerima, memahami dan
mengelola.23 Emosi memiliki keterkaitan dengan perubahan fisiologi
dan berbagai pikiran. Maka, emosi menjadi salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia karena emosi sebagai motivator perilaku
dalam arti meningkatkan.24Kecerdasan emosional merupakan
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan dalam
menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stess tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa. 25
Kecerdasan emosional memberikan kesadaran mengenai perasaan
untuk memiliki diri sendiri dan orang lain serta memberikan rasa
empati, simpati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi
kesedihan atau kegembiraan secara tepat.26 Kecerdasan emosional
memiliki peran untuk memotivasi seseorang untuk mencari manfaat
dan mengaktifkan aspisasi serta nilai-nilai yang paling dalam,
21
Mualifah, Psycho Islamic Smart Parenting, (Yogyakarta: DIVA Press, 2009), 115.
22
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006), 58).
23
Makmun Mubayidh, Kecerdasan Emosional dan Kesehatan Anak, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006). 7.
24
Cepi Triatna dkk, EQ Power: Paduan Meningkatkan Kecerdasan Emosional, (Bandung: CV.
Citra Praya, 2008), 21.
25
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru, 68.
26
Iffatin Nur, “Kecerdasan Spritual dan Emosional”, Jurnal Dinamika Penelitian, (Juli 2007), 22.

15
mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan
emosional menuntut seseorang untuk belajar mengakui dan
menghargai perasaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain untuk
menanggapi dengan tepat dan menerapkan dengan efektif informasi,
energi dan emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 27 Dengan
demikian, kecerdasan emosional memiliki dimensi ketajaman dan
keterampilan naluri seseorang dalam mengatur atau mengelola emosi
dan perasaan sendiri serta orang lain, sehingga melahirkan pengaruh
yang manusiawi dalam rangka kemampuan merasakan dan memahami
serta membangun produktifitas dan efektifitas dengan orang lain.28
Salah satu ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosional
adalah terdapat banyak kosa kata emosi yang dimilikinya. Kemudian
dengan kosa kata tersebut digunakan dalam berhubungan dengan
emosi dirinya sendiri dan orang lain. Kecerdasan emosional dan
pengetahuan emosional merupakan dua hal yang berbeda. Kecerdasam
emosional menggambarkan adanya potensi, meski ia sendiri belum
bicara atau belajar sedangkan pengetahuan emosional bisa dipelajari.
Jika manusia mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual yang tinggi, maka proses belajarnya akan bertambah cepat
dan mendapatkan hasil yang lebih baik. 29 Kunci kecerdasan emosional
adalah kejujuran pada suara hati. Tiga pertanyaan selanjutnya yang
ditanyakan pada diri sendiri adalah apakah kita jujur terhadap diri
sendiri, seberapa halus, dan cermat kita merasakan perasaan terdalam
pada dirinya. Seberapa sering kita peduli atau tidak
memperdulikannya. Suara hari itulah yang menjadi pusat prinsip yang
mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.
2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri ada untuk mengenal perasaan, memahami
yang dirasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan

27
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru, 71.
28
Ibid., 93.
29
Makmun Mubayidh, Kecerdasan Emosional dan Kesehatan Anak, 10.

16
tersebut, serta perilaku terhadap orang lain. 30 Kesadaran diri
mengetahui apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk
mendorong pengambilan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang
realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang
kuat.
b. Pengaturan Diri
Pengaturan diri adalah menangani emosi dengan
sedemikian rupa sehingga memiliki dampat positif terhadap
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hari, sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapai semua gagasan, dan pulih kembali
kepada sebuah emosi.31
c. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dimana terdapat dalam diri
seseorang yang mendorong untuk melakukan aktifitas tertentu
dalam mencapai suatu tujuan tertentu. 32 Motivasi menggunakan
keinginan yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut
seseorang menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan
bentindak dengan efektif serta untuk bertahan menghadapi
kegagalan dan frustasi.
d. Empati
Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain,
mampu memahami perfektifnya, menumbuhkan hubungan untuk
saling percaya dan melaraskan diri dengan berbagai macam
orang.33
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah menangani emosi dengan baik
saat berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi
dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
30
Baharuddin dan Elsa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), 158.
31
Muhammad Saiful Mu`minin, Pengaruh Kecerdasan Emosional Mengelola Emosi dan
Memotivasi Diri Sendiri Terhadap Akhlak Siswa di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon
Sumbergempol, (Skripsi, IAIN Tulungagung), 20.
32
Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), 101.
33
Ibid.,58.

17
keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta bekerja sama
dalam tim.34
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Manusia berkembang dengan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi potensi
dan kemampuan untuk mengelola emosi yang dimiliki sedangkan
faktor eksternal meliputi dukungan dari semua potensi yang dimiliki. 35
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosional juga dipengaruhi
oleh kedua faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Otak
La Duox mengatakan bagaimana arsitektur otak
memberikan tempat yang istimewa bagi amigdala sebagai penjaga
emosi sebagai penjaga yang mampu membajak otak.
b. Faktor Lingkungan Keluaga
Orang tua memegang peranan penting terhadap
perkembangan kecerdasan emosional anak. Menurut Goleman,
lingkungan keluagra merupakan sekolah pertama bagi anak untuk
mempelajari emosi. Seorang anak mengenal emosi dari orang tua.
Jika orang tua salah dalam mengenalkan bentuk emosi maka akan
berdampak sangat fatal bagi anak tersebut.36
c. Faktor Lingkungan Sekolah
Setelah lingkungan keluarga, faktor penting kedua adalah
lingkungan sekolah karena di lingkungan sekolah anak
mendapatkan pendidikan yang lebih lama. Dalam hal ini, guru
berperan penting dalam mengembangkan potensi anak melalui
teknik, gaya kepemimpinan dan metode mengajar yang efektif
sehingga kecerdasan emosional berkembang secara maksimal.
Kemudian di lingkungan sekolah, anak akan belajar untuk

34
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar, 160.
35
Muallifah, Psycho Islamic, 124.
36
Ibid., 125.

18
mengembangkan pengetahuan dan besosialisasi dengan sebayanya,
sehingga anak dapat berekspresi secara bebas.37
4. Indikator Kecerdasan Emosional
Yatim Riyanto mengutip pendapat Daniel Goleman menjelaskan
bahwa kecerdasan emosional berdasarkan 5 indikator, yaitu:38
a. Mengenali emosi: Mengarahkan untuk mengambil keputusan
sendiri, memiliki kepercayaan diri yang kuat, menyingkirkan
suasana hati yang tidak menyenangkan
b. Mengelola emosi: Mampu menguasai, mengelola dan
mengarahkan emosi dengan baik
c. Memotivasi diri sendiri: Menggerakkan dan menuntun pribadi
menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak
dengan sangat efektif, bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi
d. Empati: Kemampuan memahami perasaan atau emosi orang lain
e. Membina hubungan: Kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain
Menurut Cooper dan Sawaf sebagaimana yang dikutip oleh
Darnansyah, kecerdasan emosi memiliki empat dimensi batu penjutu
utama, yaitu:
a. Kesadaran emosi (emotional literacy) yang bertujuan membangun
rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami
dan kejujuran terhadap emosi yang drasakan
b. Kebugaran emosi (emotional ftness) yang bertujuan mempertegas
antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan
perubahan
c. Kedalaman emosi (emotional depth) yang mencakup komitmen
untuk menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat
unik yang dimiliki
d. Alkemia emosi (emotiona alchemist) yaitu kemampuan kreatif
untuk mengalir bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan
tanpa larut di dalamnya
37
Ibid., 126.
38
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), 254.

19
Selanjutnya Goleman mengadaptasikannya menjadi lima dasar
kecakapan emosional dan sosial sebagai berikut:
a. Kesadaran diri: Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memndu pengambilan keputusan diri
sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat
b. Pengaturan diri: Menangani emosi kita sedimikian sehingga
berdampak positid kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata
hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi
c. Motivasi: Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun kira menuju sasaran, membantu kita
mengambil inisiatif, bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan
menghadapi kegagalan dan frustasi
d. Empati: Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, memapu
memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling
percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang
e. Keterampilan sosial: Menangani emosi dengan baik ketika
berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi serta jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar,
menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta untuk
bekerja sama dalam tim
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar berasal dari kata movere yang merupakan bahasan
latin bermakna mendorong atau mengarahkan perilaku manusia. 39
Motivasi merupakan pangkal dari kata motif yang berarti daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.40 Menurut James O.
Whittaker, motivasi adalah keadaan atau kondisi-kondisi yang aktif
39
Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Referensi, 2012), 180.
40
Ibid., 184.

20
untuk memberikan dorongan kepada makhluk untuk berperilaku
mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. 41 Menurut
Mc. Donald, motivasi belajar adalah perubahan energi dalam diri
(pribadi) seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan
reaksi untuk mencapai tujuan.42 Menurut Winkels, motivasi belajar
merupakan motivasi yang penerapannya dalam kegiatan belajar
mengajar dengan keseluruhan penggerak psikis dalam diri siswa yang
akan memunculkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungan
belajar dalam mencapai satu tujuan.43
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Belajar adalah perubahan tingkah laku
secara relatif permanen dan secara potensial dapat terjadi sebagai hasil
dari pengetahuan yang dilandasi tujuan tertentu. Motivasi belajar
dapat muncul karena faktor intrinsik yang dapat berupa hasrat dan
keinginan berhasil. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan proses kegiatan
belajar yang menarik.44 Dalam hal belajar, dari kedua faktor tersebut
yang paling baik adalah motivasi intrinsik. Sehingga guru diharapkan
mampu membangkitkan semangat belajar peserta didik dalam suatu
proses pembelajaran dengan menggunakan motivasi intrinsik, karena
dengan hal tersebut siswa akan memiliki kesadaran untuk aktif sendiri
dan bekerja mandiri tanpa dorongan atau paksaan dari orang lain.45
Dari pemaparan yang disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri siswa
untuk melakukan kegiatan belajar, untuk menambah pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman. Motivasi dapat tumbuh disebabkan
adanya kemauan untuk mencari tahu dan memahami sesuatu dengan

41
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), 205.
42
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 158.
43
Iskandar, Psikologi Pendidikan, 180.
44
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 23.
45
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 65.

21
mengarahkan minat belajar sehingga siswa akan bersungguh-sungguh
dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi merupakan satu hal yang memiliki peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar. Terkait dengan fungsi motivasi, RBS
Fudyanto merumuskan 3 fungsi motivasi, yaitu:
a. Motif memiliki sifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku
individu. Motif dalam kehidupan nyata tidak jarang digambarkan
sebagai pembimbing, pengarah dan pengorientasi suatu tujuan
tertentu dari individu. Dengan begitu, suatu motif bisa dipastikan
memiliki tujuan tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan
dalam bertindak. Suatu tingkah laku dengan motif itu bersifat
kompleks, dikarenkan struktur keadaan yang ada dan adanya
tindakan yang menentukn tingkah laku individu yang
bersangkutan.
b. Motif sebagai penyeleksi tingkah lau individu. Motif yang
memiliki atau terdapat dalam diri individu menjadikan individu
tersebut bertindak secara terarah pada satu tujuan yang terpilih dan
telah diniatkan oleh individu tersebut. Dengan pernyataan lain,
adanya motif menghindari individu menjadi buyar dan tanpa arah
dalam bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah
diniatkan sebelumnya.
c. Motif memberikan energi dan menahan tingkah laku individu.
Motif dianggap sebagai daya dorong dan peningkatan tenaga
sehingga terjadi perbuatan yang tampak pada organisme. Motif
juga memiliki fungsi untuk mempertahankan agar perbuatan atau
minat dapat berlaku terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Tetapi energi psikis ini bergantung kepada seberapa besar motif
pada individu tersebut. Jika motif yang ada dalam individu ini
besar atau kuat, maka individu tersebut akan mempunyai energi
psikis yang besar atau kuat. Begitu sebaliknya, jika motif yang

22
terdapat dalam individu tersebut lemah, maka energi psikis yang
dimiliki individu tersebut juga lemah.46
Sedangkan Sudirman A.M. mengatakan bahwa pembelajaran itu
sangat memerlukan motivasi, sehingga hasil belajar yang diperoleh
siswa akan menjadi optimal. Terdapat 3 fungsi motivasi yang
dirumuskan olehnya, yaitu:
a. Memberikan dorongan pada manusia untuk berbuat, sehingga
menjadi penggerak yang melepaskan energi motivasi.
b. Mengarahkan perbuatan kearang tujuan yang ingin dicapai.
Dengan begitu, motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dilakukan sesuai dengan tujuannya.
c. Menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang selaras
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak
memiliki manfaat bagi tujuan tersebut. Siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk
bermain karena tidak selaras dengan tujuan.47
3. Ciri-Ciri Motivasi Belajar
Setiap siswa yang memiliki motivasi belajar dapat dilihat melalui
beberapa ciri sebagai berikut:
a. Tekun dalam menghadapi tugas (dapat bekerja secara terus
menerus secara konsisten dalam waktu yang lama, tidak berhenti
sebelum selesai).
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan hasil yang telah diperoleh).
c. Menunjukkan minat terhadap berbagai maca masalah.
d. Lebih sering kerja mandiri.
e. Dapat mempertahankan pendapatnya (jika telah memiliki
keyakinan terhadap suatu hal).

46
Purwa Armaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), 320.
47
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Depok: Rajawali Pers, 2018), 85.

23
f. Tidak mudah melepaskan hal yang telah diyakini.
g. Senang mencari dan memecahkan masalah.48
Motivasi belajar berperan penting dalam proses pembelajaran.
Siswa yang belajar dengan disertai motivasi belajar yang kuat, akan
melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh dan
semangat. Begitu sebaliknya, siswa yang belajar dengan motivasi
lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas yang
memiliki hubungan dengan pelajaran. Seorang siswa memiliki
motivasi atau tidak dapat dilihat melalui proses belajar di kelas.
4. Jenis-Jenis Motivasi Belajar
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang ada dalam situasi
belajar untuk memenuhi kebutuhan tujuan siswa.. Motivasi ini
seringkali disebut sebagai motivasi murni. Motivasi ini sebenarnya
timbul dalam diri siswa. Misalnya keinginan untuk mendapatkan
kemampuan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk mencapai keberhasilan, menyukai
kehidupan, menyadari peranannya terhadap usaha kelompok,
keinginan untuk diterima oleh orang lain. Motivasi ini timbul tanpa
adanya pengaruh dari luar diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan
motivasi yang hidup dalam diri siswa dan bermanfaat dalam situasi
belajar fungsional.49
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul akibat
faktor-faktor diluar situasi belajar. Meskipun motivasi ekstrinsik
berasal dari luar namun motivasi ini tetap diperlukan di sekolah,
sebab pengajaran di lingkungan sekolah tidak semuanya dapat
menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Terdapat
kemungkinan siswa belum menyadari pentingnya bahan pelajaran

48
Ibid., 83.
49
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, 162.

24
yang disampaikan oleh guru. Oleh sebab itu, motivasi perlu
dibangkitkan oleh guru sehingga siswa berminat untuk belajar.50
5. Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru memiliki beberapa
kompetensi yang harus dimiliki dan salah satu diantaranya adalah
kompetensi pendagogik. Dimana didalam kompetensi tersebut, guru
dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran peserta didik melalui
perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimiliki peserta didik.
Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut:
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
b. Kemampuan siswa
c. Kondisi jasmani dan rohani siswa
d. Kondisi lingkungan siswa yang berupa keadaan alam, lingkungan
tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran seperti
perasaan, perhatian, kemauan, dan ingatan yang mengalai
perubahan dari pengalaman
f. Upaya guru dalam melakukan pembelajaran.51
6. Indikator Motivasi Belajar
Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari
dalam dan luar diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan pada tingkah laku pada umumnya dan semangat atau
keinginan untuk belajar lebih semangat lagi. Indikator atau petunjuk
yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar siswa adalah
sebagai berikut:52
a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar
b. Adanya keinginan semangat dan kebutuhan dalam belajar

50
Ibid., 163.
51
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Rineka Cipta, 2006), 97.
52
Iskandar, Psikologi Pembelajaran, 184.

25
c. Memiliki harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar
e. Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik
Sedangkan menurut Hamzah B. Uno indikator motivasi belajar
adalah sebagai berikut:53
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehungga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik

53
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, 23.

26
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif,
yaitu suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang
kita ketahui.54 Penelitian ini berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-
permasalahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran dalam
bentuk dukungan data empiris di lapangan atau dengan kata lain,
penelitian kuantitatif berangkat dari paradigma teoritik menuju data
dan berakhir pada penerimaan dan penolakan terhadap teori yang
digunakan.55
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh
kecerdasan emosional terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran Fiqih di MTs Al-Azhar Peterongan Jombang. Penelitian
ini diawali dengan mengkaji teori-teori dan pengetahuan yang sudah
ada sehingga muncul sebuah permasalahan. Permasalahan tersebut
diuji untuk mengetahui penerimaan atau penolakannya berdasarkan
data yang diperoleh dari lapangan.
2. Jenis Penelitian
Penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang ditujukkan
untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel
lain. Hubungan antara satu dengan variabel lain dapat dinyatakan
dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikasi) secara
statistik.56 Jenis penelitian ini digunakan karena sesuai dengan tujuan

54
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 105.
55
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Surabaya, Permada Media, 2004), 38.
56
Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
56.

27
penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel bebas kecerdasan
emosional terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran Fiqih
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek
dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.57
Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik
kelas VIII di MTs Al-Azhar Peterongan Jombang yang berjumlah 338
siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti oleh
peneliti. Sampel juga dapat diartikan sebagai sebagian anggota
populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Menurut
Arikunto, bahwa apabila dalam pengambilan sampel yang jumlah
subyeknya besar (lebih dari 100 orang) maka dapat diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih.58 Dalam penelitian ini menggunakan jenis
sampel proporsional yang mana diambil 15% dari jumlah populasi
yaitu sebesar 51 siswa. Pengambilan sampel secara proporsional ini
dilakukan agar ada keseimbangan jumlah sampel dari tiap kelas.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Metode Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
57
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), 38.
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 120.

28
kepada responden untuk di jawabnya. Metode pengumpulan data
dengan angket dilakukan dengan cara menyempaikan sejumlah
pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.
Angket sering juga disebut kuesioner. Pernyataan dalam angket harus
disusunsecara terstruktur dan terencana dengan baik. Bagaimana
pernyataan tersebut disusun, sangat tergantung pada proses
operasionalisasi dari konsep penelitiannya.
Dalam metode ini, peneliti menggunakan angket sebagai alat untuk
mengukur tingkat kecerdasan emosional dan mengukur tingkat
motivasi belajar Fiqih kelas VIII di MTs Al-Azhar.
2. Metode Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu
laporan yang sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat
dokumen-dokumen resmi seperti catatan-catatan dan buku-buku
peraturan yang ada.59 Arikunto mengatakan bahwa metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.60 Metode dokumentasi dapat
dilaksanakan dengan:
a) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori
yang akan dicari datanya.
b) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda pada setiap
pemunculan gejala yang dimaksud.
Dalam metode ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi, di
mana dokumen-dokumen yang dimanfaatkan dari MTs Al-Azhar untuk
keperluan peneliti ini meliputi sejarah berdirinya MTs Al-Azhar, profil
sekolah, struktur organisasi sekolah, data guru dan karyawan, data
siswa, data sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data

59
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 66.
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 274.

29
Teknik analisis data dalam penelitian ini dibagi ke dalam beberapa
tahap yaitu sebagai berikut:
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrimen
Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas
instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen dikatakan baik
apabila valid dan reliabel. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan
reliabel artinya instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama.61
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkattingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen yang
valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kuesioner untuk mengukur instrumen penelitian.62
Teknik pengujian ini yang akan diuji adalah validitas
konstruksi dengan menggukana uji analisis faktor dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Uji
instrumen kali ini dinyatakan valid jika r > 0,276 dengan N = 51.
Untuk mengetahui validasi suatu instrumen, maka digunakan
rumus product moment sebagai berikut:
N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑ Y )
R XY =
√ N ∑ x −(∑ x ) [ N ∑ y −(∑ y )]
2 2 2 2

Keteragan:
RXY : Koefisien korelasi antara skor tiap butir dengan skor total
X : Skor butir soal
Y : Skot total angket
N : Jumlah sampel
b. Uji Reliabilitas
61
Sugiyono, Metode Penelitian, 121.
62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 168.

30
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau
ketetapan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat
reliabilitas yang memadai bila instrumen tersebut digunakan
mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau
relatif sama.
Adapun untuk memperoleh indeks reliabilitas soal
menggunakan one shot yaitu pengukuran hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau yang
mengukur reliabilitas dengan menguji statistik Cronbach Alpha (a).
Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha
> 0.60 dan ini disesuaikan dengan yang ditemukan oleh Triton jika
skala itu dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan reng yang
sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat diinterpretasikan
sebagai berikut:
1) Nilai Alpha Cronbach 0,00 s.d 0,20 berarti kurang reliabel
2) Nilai Alpha Cronbach 0,21 s.d 0,40 berarti agak reliabel
3) Nilai Alpha Cronbach 0,41 s.d 0,60 berarti cukup reliabel
4) Nilai Alpha Cronbach 0,61 s.d 0,80 berarti reliabel
5) Nilai Alpha Cronbach 0,81 s.d 1 berarti sangat reliabel
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
populasi yang dalam penelitian ini mempunyai distribusi normal
atau tidak. Alat yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
data sangat banyak modelnya. Salah satunya dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov. Untuk menguji normalitas data,
salah satu cara yang digunakan adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi data normal. Maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Deteksi
normalitas dapat juga dilakukan dengan melihat kolom Sig. yang
ada pada tabel Kolmogrov-Smirnov. Kriteria penilaian data yang

31
mempunyai distribusi normal jika nilai signifikansi 0,05 pada taraf
signifikansi 5% ( = 0,05) dan sebaliknya jika nilai signifikansi 0,05
maka data tersebut dikatakan tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas adalah pengujian mengenai sama
tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam
variabel X dan Y bersifat homogen atau tidak. Adapun dasar
pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah jika nilai
signifikansi 0,05, maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau
lebih kelompok adalah sama sebaliknya jika nilai signifikansi 0,05,
maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok
populasi data adalah tidak sama.
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinan (R2)
Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Artinya, nilai yang diperoleh dari
perhitungan koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar presentase yang diperoleh dari kedua variabel di
atas.
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinan
r = Koefisien korelasi product moment
b. Uji Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana merupakan salah satu analisis yang
untuk mengetahui pengaruh satu variabel bebas (independent)
terhadap satu variabel tak bebas (dependent). Dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier sederhana karena analisis ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari satu variabel bebas

32
terhadap satu variabel terikat. Berikut akan disajikan persamaan
regresi linier sederhana:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
a dan b = Konstanta
Untuk menemukan harga a dan b digunakan rumus sebagai
berikut:
2
Σ y Σ x −Σ x Σ xy
a= 2 2
N Σ x −(Σ x)
N Σxy−Σx Σy
b= 2 2
N Σ x −( Σ x)
c. Uji t
Pengambilan keputusan dari hipotesis Ho dan Ha diterima
atau ditolak, maka untuk itu dilakukanlah pengujian atas hipotesis
ini dengan menggunakan uji t yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, ada
pengaruhnya atau tidak. Berikut rumusnya:
r √ n−2
t=
r √ 1−r 2
Keterangan:
t = nilai t hitung
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
Kriteria pengujian:
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Nilai t tabel dapat diperoleh dengan terlebih dahulu
menetapkan derajat kebebasannya menggunakan rumus df = n – k
Uji t digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh dari
masing-masing variabel bebas X terhadap variabel Y.

33
Setelah itu dilakukan analisis data, maka selanjutnya
membandingkan peluang t (signifikansi t) dengan taraf signifikasi
0,05 (5%), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Apabila t > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
2) Apabila t < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

34
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Totok Jumantoro. 2009. Kamus Usul Fiqih. Jakarta: Amzah.

Ash-Shidqy, T.M. Hasbi. 1996. Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Basri. 2018. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Motivasi Belajar


Pada Mahasiswa”. Jurnal Sosial Humaniora Sigli.

Bungin, Burhan. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Permada Media.

Djali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Fensi, Fabianus, Fransiscus Amonio Halawa. 2020. ”Pengaruh Kecerdasan Emosi,


Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar dan Dampaknya Terhadap
Prestasi Belajar Siswa”. Jurnal Pengetahuan dan Kewirausahaan.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanuddin, Hikmah. 2022. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi


Belajar Siswa di MTs At-Taqwa Harapan Baru. “Skripsi”. Universitas
Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi.

M., Sardiman A. 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Depok:


Rajawali Pers.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masykur, Muhammad Rizqillah. 2019. “Metodologi Pembelajaran Fiqih”. Jurnal


Al-Makrifat.

Mu`minin, Muhammad Saiful. 2019. Pengaruh Kecerdasan Emosional


Mengelola Emosi dan Memotivasi Diri Sendiri Terhadap Akhlak Siswa di
MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol. “Skripsi”. IAIN
Tulungagung.

Mualifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: DIVA Press.

Mubayidh, Makmum. 2006. Kecerdasan Emosional dan Kesehatan Anak. Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar.

35
Mudjiono, Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslimah, Bahriah Nur. 2018. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap


Motivasi Belajar Siswa Kelas IX Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di
MAN 1 Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018. “Skripsi”. IAIN
Tulungagung.

Noviana, Rina. Evaluasi Contectual Teaching And Learning Dalam Pembelajaran


Fiqih Kelas VII di MTs Miftahul Huda Ngasem Batealit Jepara. “Skripsi”.
Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Nur, Iffatin. 2007. “Kecerdasan Spirital dan Emosional”. Jurnal Dinamika


Penelitian. hal.

Nurlaelah, Riska dkk. 2021. “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi


Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar Gugus III Kecamatan Caringin”.
Edukasi: Jurnal Penelitian dan Artikel Pendidikan.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang


Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab di Madrasah Bab VII.

Pratiwi, Nur Azizah. 2022. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi


Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 34 Samarinda, “Skripsi”. Universis Islam Negeri Sultan Aji
Muhammad Idris (UINSI) Samarinda.

Prawira, Purwa Armaja. 2013. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanto, Ngalim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Romli, Samsu, Ahmad Zain Sarnoto. 2019. “Pengaruh Kecerdasan Emosional


(EQ) dan Lingkungan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMA
Negeri 3 Tangerang Selatan”. Andralogi: Jurnal Pendidikan Islam.

36
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Subagiyo, Erry Proho. 2019. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Motivasi


Belajar Pada Siswa SMA. “Skripsi”. Universitas Muhammadiyah Malang.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, Nana. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Trisatna, Cepi. 2008. Power: Paduan Meningkatkan Kecerdasan Emosional,


Bandung: CV. Citra Pray.

Uno, Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:


PT. Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Wahyuni, Elsa Nur, Baharuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Zulhida, Muhammad Wildana Fikfria. 2019. Pengaruh Kecerdasan Emosional


dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
Biologi Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tahun Ajaran 2018/2019.
“Skripsi”. IAIN Tulungagung.

37

Anda mungkin juga menyukai