Anda di halaman 1dari 19

KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

3
OBJEKTIF:
1. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi.
2. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi dengan Interval Kelas Sama.
3. Mahasiswa Mampu Menggunakan Software R Commander dalam Distribusi
Frekuensi dengan Interval Kelas Sama.
4. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi dengan Interval Kelas Tidak
Sama.
5. Mahasiswa Mampu Menghitung Distribusi Frekuensi Relatif.
6. Mahasiswa Mampu Menghitung dan Memahami Distribusi Frekuensi Kumulatif dan
Ogive.
7. Mahasiswa Mampu Memahami dan Membuat Distribusi Frekuensi Histogram dan
Poligon.
8. Mahasiswa Mampu Menggunakan R Commander dalam Membuat Distribusi
Frekuensi Histogram dan Poligon.

3.1 DISTRIBUSI FREKUENSI


Distribusi frekuensi sering pula disebut sebagai tabel frekuensi. Bentuk
penyajian ini, data yang semula masih mentah (termasuk data yang telah diurutkan),
disusun dalam kelompok-kelompok data atau kelas-kelas data tertentu (Kustituanto
dan Badrudin, 1994: p.26).
Data mentah adalah data yang sudah terkumpul tetapi belum terorganisasi
secara numerik. Contoh dari data mentah ini adalah kumpulan data berupa tinggi
badan dari 100 orang mahasiswa yang diperoleh melalui daftar nama yang tercatat
di universitas yang diurut berdasarkan abjad.
Array adalah suatu pengaturan data numerik mentah yang disusun
berurutan dari kecil ke besar atau besar ke kecil. Selisih antara bilangan terbesar dan
terkecil disebut sebagai jangkauan (range) data. Sebagai contoh, jika tinggi badan
tertinggi dari 100 orang mahasiswa tersebut adalah 74 inci sementara yang
terendah adalah 60 inci, maka jangkauan data tinggi badan dari 100 orang
mahasiswa ini adalah 74 - 60 = 14 inci. (Spiegel, M.R., Stephens, L. J. 2007. p.30).

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 1


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

A. DISTRIBUSI FREKUENSI DENGAN INTERVAL KELAS SAMA


Sebelum sampai pada cara menyusun sebuah tabel frekuensi, perhatikan terlebih
dahulu contoh tabel frekuensi berikut:

Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.27)

Usia Frekuensi
20-24 3
25-29 8
30-34 17
35-39 13
40-44 7
45-49 2
Jumlah 50

Ada beberapa istilah yang perlu diketahui terlebih dahulu berkenaan dengan
sebuah distribusi frekuensi (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.27-29), yaitu:

a. Kelas atau Kelompok Data


Dari contoh yang disajikan pada tabel 3.1, dapat dilihat bahwa jumlah kelasnya
adalah 6 kelas atau 6 kelompok data. Penentuan jumlah kelas diserahkan
sepenuhnya kepada penyusun distribusi frekuensi. Berapa jumlah kelas yang
baik untuk sebuah distribusi frekuensi? Tidak ada pedoman baku yang dapat
dijadikan sebagai cara dalam menentukan jumlah kelas. Yang jelas jangan terlalu
sedikit maupun jangan terlalu banyak. Untuk distribusi frekuensi yang memiliki
kelas terlalu sedikit, maka tujuan pengelompokan data tidak akan tercapai.
Sedangkan untuk distribusi frekuensi yang memiliki kelas terlalu banyak, maka
dimungkinkan adanya kelas-kelas yang tidak memiliki akan data. Sebagai
gambaran, jumlah kelas yang dibutuhkan biasanya berkisar dari 5 hingga 15
kelas.

Untuk memudahkannya dapat digunakan perumusan Sturges, seperti berikut


ini:

Jumlah Kelas = 1 + 3,322 log n

n = jumlah data observasi

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 2


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

b. Interval Kelas
Interval kelas adalah jangkauan atau jarak antara kelas yang satu dengan kelas
yang lainnya secara berurutan. Ada juga yang menyebut interval kelas dengan
lebar kelas, yaitu jarak antara tepi batas kelas bawah dengan tepi batas kelas
atas suatu kelas (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.28). Pada tabel 3.1, interval
atau Iebar kelasnya adalah 5.

Dalam menentukan interval kelas, perlu diketahui terlebih dahulu jangkauan


atau beda antara angka data terbesar dengan angka data terkecil. Selanjutnya
dapat digunakan perumusan sederhana seperti berikut ini:

𝐉𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮𝐚𝐧
𝐈𝐧𝐭𝐞𝐫𝐯𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬

c. Batas-batas Kelas
Batas-batas kelas (class limits) adalah dua angka yang dijadikan sebagai
pembatas kelas, yang terdiri dari batas kelas atas dan batas kelas bawah. Hal ini
dapat dilihat pada contoh tabel 3.1. Perhatikan kelas ke-4. Kelas ini dibatasi oleh
dua angka, yaitu 35 dan 39. Dua angka ini bukanlah batas kelas yang sebenarnya.
Perhatikan kelas ke empat dan kelas ke lima. Antara batas kelas atas kelas ke
empat (39) dengan batas kelas bawah kelas ke lima (40) masih terdapat
jangkauan sebesar 1, yang di dalamnya terdapat sederetan angka yang tidak
terbatas jumlahnya (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.28). Jika digambarkan pada
suatu garis bilangan akan terlihat sebagai berikut:

Gambar 3.1
Batas kelas atas dan bawah dengan garis bilangan

Tepi-tepi batas kelas (class boundaries) dikatakan juga sebagai batas kelas nyata
(actual class limit). Jika dihubungkan dengan gambar di atas, maka tepi batas
kelas terletak antara batas kelas atas kelas ke empat dan tepi batas kelas bawah
kelas ke lima. Selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 3


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Gambar 3.2
Tepi batas kelas dengan garis bilangan

Jika tepi batas kelas dijadikan sebagai batas kelas pada sebuah distribusi
frekuensi, maka contoh yang tersaji pada tabel 3.1 akan berubah seperti
pada tabel 3.2.

Tabel 3.2
Distribusi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.29)

Usia Frekuensi
19,5 - 24,5 3
24,5 - 29,5 8
29,5 - 34,5 17
34,5 - 39,5 13
39,5 - 44,5 7
44,5 - 49,5 2
Jumlah 50

d. Titik Tengah
Jika serangkaian data mentah (termasuk yang sudah diurutkan) sudah disajikan
dalam bentuk terkelompok (dalam bentuk distribusi frekuensi), maka sifat
keaslian data tersebut sudah hilang. Selanjutnya, bagaimanakah cara untuk
menaksir data aslinya?

Titik tengah setiap kelas dijadikan penaksir data asli yang sudah hilang sebagai
akibat proses pengelompokkan. Titik tengah merupakan rata-rata hitung suatu
kelas yang dihitung dengan membagi hasil jumlah batas kelas bawah dan batas
kelas atas dengan angka 2. Jika digabung antara tabel 3.1 dan tabel 3.2 akan
diperoleh bentuk distribusi frekuensi dengan titik tengah:

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 4


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.30)
Batas-batas Tepi-tepi Titik-titik
Frekuensi
Kelas Batas Kelas Tengah
20-24 19,5 - 24,5 22 3
25-29 24,5 - 29,5 27 8
30-34 29,5 - 34,5 32 17
35-39 34,5 - 39,5 37 13
40-44 39,5 - 44,5 42 7
45-49 44,5 - 49,5 47 2
Jumlah 50

Berikut tahapan membuat tabel distribusi frekuensi (Nurhasanah, 2019: p.2):


1. Menentukan jumlah kelas menggunakan rumus Sturges:
Jumlah Kelas = 1 + 3,322 log n
Keterangan: n = Jumlah data atau banyaknya data
2. Menentukan interval kelas dengan rumus, yaitu:
Jangkauan
Interval Kelas =
Jumlah Kelas
3. Menyusun tabel distribusi frekuensi

Contoh Kasus:
Data berikut adalah nilai statistika mahasiswa di STAI Binamadani Jurusan Ekonomi
Islam (Nurhasanah, 2019: p.2):

56 73 77 52 77 57 63 73 89 59
71 65 62 70 67 92 65 73 69 56
61 55 79 75 49 61 53 96 75 41
67 67 94 45 91 67 58 73 91 83
91 65 81 77 71 67 87 77 69 69
59 57 89 73 63 60 93 83 51 71

Tentukan kelas, tabel distribusi frekuensi dan titik tengah dari data di atas!

Penyelesaian Manual:
1. Menentukan jumlah kelas dengan rumus sturges, jumlah kelas = 1 + 3,322 log 60
= 6,9 atau dibulatkan menjadi 7 kelas. Lalu mencari interval dengan rumus,
Jangkauan 96−41 55
Interval Kelas = = = = 7,85 = 8
Jumlah Kelas 7 7
2. Menentukan kelas pertama dengan memasukkan nilai terendah yaitu 41,
kemudian ditambah dengan interval sampai berjumlah 8. Dengan demikian,

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 5


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

diperoleh kelas pertama yaitu 41 – 48. Selanjutnya untuk kelas kedua dan
seterusnya lakukan hal yang sama.
3. Menentukan frekuensi dengan cara menghitung data yang termasuk ke dalam
kelas-kelas yang sudah dikategorikan.
4. Menentukan tepi kelas. Tepi kelas terdiri dari tepi batas bawah dan tepi batas
atas. Tepi batas bawah dicari dengan mengurangi data kelas yang berada
disebelah kiri dengan 0,5 sedangkan tepi batas atas dicari dengan menambah
data kelas yang berada di sebelah kanan dengan 0,5.
5. Menentukan nilai tengah. Nilai tengah dicari dengan cara membagi dua interval
kelas dan seterusnya sampai kelas terakhir.

Penyelesaian Menggunakan R:
1. Input data ke variabel yang tersimpan di R
Ketikan =
data<-
c(56,73,77,52,77,57,63,73,89,59,71,65,62,70,67,92,65,73,69,56,61,55,79,75,49,
61,53,96,75,41,67,67,94,45,91,67,58,73,91,83,91,65,81,77,71,67,87,77,69,69,5
9,57,89,73,63,60,93,83,51,71), lalu enter

2. Ketikkan data, enter

Maka didapat data yang sudah dimasukkan

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 6


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

3. Lakukan sortir data, penentuan nilai terbesar dan terkecil serta jumlah data
untuk memudahkan pendokumentasian.
Ketikkan sort(data)

Maka didapat hasilnya adalah nilai yang sudah diurutkan

4. Mencari Nilai Max, Min, dan panjang (length) dari data


Ketikan, max(data) kemudian tekan enter
Ketikan min(data) kemudian tekan enter
Ketikan length(data) kemudian tekan enter

Maka diperoleh hasilnya


[1] 96
[1] 41
[1] 60

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 7


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

PENENTUAN KELAS, TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DAN TITIK TENGAH


1. Menentukan Kelas dari Tabel Distribusi Frekuensi yang akan dibuat.
a. Menentukan jumlah kelas Ketikan pada R
jmlkelas=1+(3.322* log10(length(data))) kemudian tekan enter
Ketikan jmlkelas, kemudian tekan enter

Maka diperoleh
[1] 6.907018

b. Ketikan pada R untuk pembulatan


jmlkelas=round(jmlkelas) kemudian enter
Ketikan jmlkelas kemudian enter

Maka hasilnya adalah


[1] 7

c. Menentukan interval kelas


Untuk menentukan interval kelas maka harus diperoleh nilai jangkauan dan
jumlah kelas.
Ketikan pada R, jangkauan=max(data)-min(data) kemudian tekan enter
Ketikan jangkauan, kemudian enter

Maka diperoleh hasilnya


[1] 55

d. Kemudian ketikan pada R


interval=jangkauan/jmlkelas, kemudian tekan enter
Ketikan interval

Maka diperoleh

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 8


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

[1] 7.857143
Untuk pembulatan menggunakan round, maka diperoleh
[1] 8

2. Membentuk tabel distribusi frekuensi


Setelah didapat data yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah
membentuk tabel distribusi frekuensi dengan terlebih dahulu membuat fungsi
untuk menyeleksi data terhadap kelas yang tersedia. Fungsi yang dibuat dapat
menggunakan metode-metode seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Caranya, ketikan pada R
frek=function(x,y,z)
{a=0
for(i in 1:length(x))
{if(x[i]>=y&& x[i]<=z)
{a=a+1
print(a)}}}
Kemudian enter

Kemudian jalankan fungsi tersebut pada konsol dengan memasukkan data yang
akan diseleksi dengan mengetikan pada R;
frek(data,41,48)
frek(data,49,56)
frek(data,57,64)
frek(data,65,72)
frek(data,73,80)
frek(data,81,88)
frek(data,89,96)

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 9


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

[1] 2
[1] 7
[1] 11
[1] 15
[1] 12
[1] 4
[1] 9

3. Menentukan titik tengah


Titik tengah kelas diperlukan untuk perhitungan-perhitungan lain yang
berhubungan dengan penyebaran data pada tiap-tiap kelas.
Dapat dilihat dengan ;
Ketikan pada R
median(41:48)
median(49:56)
median(57:64)
median(65:72)
median(73:80)
median(81:88)
median(89:96)

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 10


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Maka hasilnya adalah


[1] 44.5
[1] 52.5
[1] 60.5
[1] 68.5
[1] 76.5
[1] 84.5
[1] 92.5

Maka dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Kelas Frekuensi Tepi Batas Kelas Nilai Tengah


41 – 48 2 40,5 – 48,5 44,5
49 – 56 7 48,5 – 56,5 52,5
57 – 64 11 56,5 – 64,5 60,5
65 – 72 15 64,5 – 72,5 68,5
73 – 80 12 72,5 – 80,5 76,5
81 – 88 4 80,5 – 88,5 84,5
89 – 96 9 88,5 – 96,5 92,5
Jumlah 60

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 11


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

B. DISTRIBUSI FREKUENSI DENGAN INTERVAL KELAS TIDAK SAMA


Interval kelas tidak harus sama, ini terjadi jika terdapat perubahan angka
data yang ekstrim. Hal ini akan berakibat bahwa pada distribusi frekuensi yang
disusun akan terdapat satu kelas atau lebih yang tidak memiliki frekuensi data atau
memiliki frekuensi yang demikian kecil dibanding dengan kelas sebelum dan
sesudahnya (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.33). Perhatikan contoh berikut ini:

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Pendapatan 60 Pelanggan PT. Bulan Supermarket
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.33)

Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 175.000 13
175.000 - < 200.000 0
225.000 - < 250.000 12
275.000 - < 300.000 10
325.000 - < 350.000 5
Jumlah 60

Perhatikan bahwa pada kelas keempat distribusi tersebut, frekuensinya nol.


Kelas dengan frekuensi nol ini sebenarnya bisa dihapus. Penghapusan dilakukan
dengan menggabungkan kelas yang berfrekuensi nol dengan kelas sebelumnya atau
sesudahnya. Jika digabung dengan kelas sebelumnya, maka akan terlihat seperti
berikut ini:
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Pendapatan 60 Pelanggan PT. Bulan Supermarket
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.34)

Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 200.000 13
200.000 - < 225.000 12
225.000 - < 250.000 10
250.000 - < 275.000 5
Jumlah 60

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 12


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Perhatikan bahwa antara kelas ke-3 dan ke-4, memiliki interval kelas sebesar 75.000
(= 225.000 - 150.000) dan bukan lagi sebesar 25.000. Jika digabung dengan kelas
berikutnya, maka akan terlihat seperti berikut ini:

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Pendapatan 60 Pelanggan PT. Bulan Supermarket
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.34)

Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 175.000 13
175.000 - < 225.000 12
225.000 - < 250.000 10
250.000 - < 275.000 5
Jumlah 60

C. DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF


Frekuensi relatif adalah frekuensi dari kelas tersebut dibagi dengan frekuensi
total dari semua kelas dan umumnya dinyatakan dalam persentase (Spiegel &
Stephens, 2007: p.32).
fi
Frekuensi Relatif = x 100%
n
Keterangan:
fi = frekuensi total data
n = total dari semua kelas

Sebagai contoh:
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Relatif Saldo Piutang 60 Pelanggan PT Prima Khasandy
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.36)

Penghasilan Frekuensi Relatif


40-<50 0,05
50-<60 0,18
60-<70 0,28
70-<80 0,27
80-<90 0,13
90 atau lebih 0,08
Jumlah 0,99 1,00

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 13


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Atau dapat, disusun seperti berikut ini:

Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Relatip Saldo Piutang 60 Pelanggan PT Prima Khasandy
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.36)
Penghasilan Frekuensi Relatif
40-<50 5,00%
50-<60 18,33%
60-<70 28,33%
70-<80 26,67%
80-<90 13,33%
90 atau lebih 8,33%
Jumlah 99,99% 100%

3.2 DISTRIBUSI FREKUENSI KUMULATIF & OGIVE


a. Distribusi Frekuensi Kumulatif
Frekuensi total dari semua nilai yang kurang dari garis batas atas kelas dari
suatu interval kelas dikenal sebagai frekuensi kumulatif sampai dengan dan meliputi
interval kelas tersebut. Tabel yang menampilkan frekuensi kumulatif disebut
sebagai distribusi frekuensi-kumulatif, tabel frekuensi-kumulatif, atau singkatnya
distribusi kumulatif (Spiegel & Stephens, 2007: p.32). Distribusi frekuensi kumulatif
dibedakan menjadi 2, yaitu:
• Distribusi frekuensi kumulatif ‘kurang daripada’ (KDP)
• Distribusi frekuensi kumulatif ‘sama atau lebih daripada’ (LDP)

Tabel 3.9
Menyusun Distribusi Frekuensi Kumulatif Tipe "Kurang Dari"
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.41)
Nilai Skala D Frekuensi Nilai Skala KDP Frekuensi Kumulatif
40-49 3 < 50 3
50-59 11 < 60 3 + 11 = 14
60-69 17 < 70 14 + 17 = 31
70-79 16 < 80 31 + 16 = 47
80-89 8 < 90 47 + 8 = 55
90-99 5 < 100 55 + 5 = 60

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 14


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Pada tiap distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", frekuensi kelas
terakhir senantiasa sebesar banyaknya data dan angka-angka yang dijadikan batas
kelas kumulatif adalah batas-batas kelas bawah. Distribusi frekuensi kumulatif tipe
"kurang dari" dapat juga disajikan. dengan menggunakan simbol "kurang dari" (<)
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42).
Jika pada distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", frekuensi
kumulatif bergerak dari frekuensi sebesar nol (atau sebesar frekuensi kelas pertama)
hingga frekuensi sebesar banyaknya data, maka pada distribusi frekuensi kumulatif
tipe "atau lebih", frekuensi kumulatif bergerak dari frekuensi sebesar banyaknya
data hingga frekuensi sebesar nol atau frekuensi data pada kelas terakhir. Proses
penyusunannya pun tidak berbeda (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42).

Tabel 3.10
Menyusun Distribusi Frekuensi Kumulatif Tipe "atau Lebih"
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42)
Nilai Skala D Frekuensi Nilai Skala LDP Frekuensi Kumulatif
40-49 3 ≥ 40 60
50-59 11 ≥ 50 60 – 3 = 57
60-69 17 ≥ 60 57 – 11 = 46
70-79 16 ≥ 70 46 – 17 = 29
80-89 8 ≥ 80 29 – 16 = 13
90-99 5 ≥ 90 13 – 8 = 5
≥ 100 5–5=0

Seperti halnya pada distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", pada
distribusi frekuensi kumulatif tipe "atau lebih" dapat juga disajikan dengan
menggunakan simbol "atau lebih" (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.43).

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 15


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

b. OGIVE
Distribusi frekuensi kumulatif dapat disajikan dalam bentuk diagram
yang dinamakan ogive (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.43). Diagram ogive
untuk tabel 3.9 dan 3.10 adalah:

Frekuensi Kumulatif
60
50
40
30
20
10
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Gambar 3.3
Diagram Ogive KDP

Frekuensi Kumulatif
80

60

40

20

0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99

Gambar 3.4
Diagram Ogive LDP

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 16


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

3.3 DISTRIBUSI FREKUENSI HISTOGRAM & POLIGON


Berbeda dengan penyajian-penyajian sebelumnya, pada penyajian berikut
ini, data tidak lagi disajikan dalam bentuk tabel-tabel, melainkan dalam bentuk
diagram-diagram. Penyajian dalam bentuk diagram-diagram ini akan memudahkan
setiap orang yang ingin membaca data dengan cepat. Hanya saja, informasi yang
diperoleh oleh pembaca tidak lagi jelas dan rinci (Kustituanto dan Badrudin, 1994:
p.36).
➢ Histogram Frekuensi
Histogram merupakan sekumpulan empat persegi panjang yang digambar
dalam suatu bagan salib sumbu. Sumbu tegak histogram menggambarkan
frekuensi data dan sumbu mendatarnya menggambarkan bilangan-bilangan
data yang dinyatakan dalam kelas-kelas data (Kustituanto dan Badrudin, 1994:
p.37).
Langkah-langkah menampilkan data dalam bentuk Histogram:
1. Pada workspace atau R konsol, ketikkan perintah-perintah ini:
hist(data, main="Nilai statistika mahasiswa di STAI Binamadani Jurusan
Ekonomi Islam")

➢ Poligon Frekuensi
Sama seperti histogram, hanya pada poligon frekuensinya dilukiskan dalam
bentuk garis yang menghubungkan tiap titik tengah puncak masing-masing
kelas.
Langkah-langkah menampilkan data dalam bentuk Poligon:
1. Pada workspace atau R konsol, ketikan perintah-perintah ini :
ttktengah=c (39.5,49.5,59.5,69.5,79.5,89.5), lalu enter
kemudian ketik
ttktengah, lalu enter
lalu ketik
fi=c(2,5,13,15,3,2)

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 17


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

lalu ketik
fi , lalu enter
plot(ttktengah,fi,main="Nilai statistika mahasiswa di STAI Binamadani
Jurusan Ekonomi Islam ")
polygon(ttktengah, fi, col = "gray",border="red")

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 18


BAB 3. KONSEP DISTRIBUSI FREKUENSI

Referensi:
[1] Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin. 1994. Buku Statistika I (Deskriptif).
Jakarta: Gunadarma.
[2] Nurhasanah, Siti. 2019. Praktikum Statistika 1 untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
[3] Spiegel, Murray R. dan Stephens, Larry J. 2007. Schaum’s Outlines Statistik Edisi
Ketiga. Jakarta: Airlangga.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma-Statistika 1 19

Anda mungkin juga menyukai