3
OBJEKTIF:
1. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi.
2. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi dengan Interval Kelas Sama.
3. Mahasiswa Mampu Menggunakan Software R Commander dalam Distribusi
Frekuensi dengan Interval Kelas Sama.
4. Mahasiswa Mampu Memahami Distribusi Frekuensi dengan Interval Kelas Tidak
Sama.
5. Mahasiswa Mampu Menghitung Distribusi Frekuensi Relatif.
6. Mahasiswa Mampu Menghitung dan Memahami Distribusi Frekuensi Kumulatif dan
Ogive.
7. Mahasiswa Mampu Memahami dan Membuat Distribusi Frekuensi Histogram dan
Poligon.
8. Mahasiswa Mampu Menggunakan R Commander dalam Membuat Distribusi
Frekuensi Histogram dan Poligon.
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.27)
Usia Frekuensi
20-24 3
25-29 8
30-34 17
35-39 13
40-44 7
45-49 2
Jumlah 50
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui terlebih dahulu berkenaan dengan
sebuah distribusi frekuensi (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.27-29), yaitu:
b. Interval Kelas
Interval kelas adalah jangkauan atau jarak antara kelas yang satu dengan kelas
yang lainnya secara berurutan. Ada juga yang menyebut interval kelas dengan
lebar kelas, yaitu jarak antara tepi batas kelas bawah dengan tepi batas kelas
atas suatu kelas (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.28). Pada tabel 3.1, interval
atau Iebar kelasnya adalah 5.
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮𝐚𝐧
𝐈𝐧𝐭𝐞𝐫𝐯𝐚𝐥 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬 =
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐬
c. Batas-batas Kelas
Batas-batas kelas (class limits) adalah dua angka yang dijadikan sebagai
pembatas kelas, yang terdiri dari batas kelas atas dan batas kelas bawah. Hal ini
dapat dilihat pada contoh tabel 3.1. Perhatikan kelas ke-4. Kelas ini dibatasi oleh
dua angka, yaitu 35 dan 39. Dua angka ini bukanlah batas kelas yang sebenarnya.
Perhatikan kelas ke empat dan kelas ke lima. Antara batas kelas atas kelas ke
empat (39) dengan batas kelas bawah kelas ke lima (40) masih terdapat
jangkauan sebesar 1, yang di dalamnya terdapat sederetan angka yang tidak
terbatas jumlahnya (Kustituanto & Badrudin, 1994: p.28). Jika digambarkan pada
suatu garis bilangan akan terlihat sebagai berikut:
Gambar 3.1
Batas kelas atas dan bawah dengan garis bilangan
Tepi-tepi batas kelas (class boundaries) dikatakan juga sebagai batas kelas nyata
(actual class limit). Jika dihubungkan dengan gambar di atas, maka tepi batas
kelas terletak antara batas kelas atas kelas ke empat dan tepi batas kelas bawah
kelas ke lima. Selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2
Tepi batas kelas dengan garis bilangan
Jika tepi batas kelas dijadikan sebagai batas kelas pada sebuah distribusi
frekuensi, maka contoh yang tersaji pada tabel 3.1 akan berubah seperti
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Distribusi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.29)
Usia Frekuensi
19,5 - 24,5 3
24,5 - 29,5 8
29,5 - 34,5 17
34,5 - 39,5 13
39,5 - 44,5 7
44,5 - 49,5 2
Jumlah 50
d. Titik Tengah
Jika serangkaian data mentah (termasuk yang sudah diurutkan) sudah disajikan
dalam bentuk terkelompok (dalam bentuk distribusi frekuensi), maka sifat
keaslian data tersebut sudah hilang. Selanjutnya, bagaimanakah cara untuk
menaksir data aslinya?
Titik tengah setiap kelas dijadikan penaksir data asli yang sudah hilang sebagai
akibat proses pengelompokkan. Titik tengah merupakan rata-rata hitung suatu
kelas yang dihitung dengan membagi hasil jumlah batas kelas bawah dan batas
kelas atas dengan angka 2. Jika digabung antara tabel 3.1 dan tabel 3.2 akan
diperoleh bentuk distribusi frekuensi dengan titik tengah:
Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Usia 50 Karyawan PT Mrican Express
(Kustituanto & Badrudin, 1994: p.30)
Batas-batas Tepi-tepi Titik-titik
Frekuensi
Kelas Batas Kelas Tengah
20-24 19,5 - 24,5 22 3
25-29 24,5 - 29,5 27 8
30-34 29,5 - 34,5 32 17
35-39 34,5 - 39,5 37 13
40-44 39,5 - 44,5 42 7
45-49 44,5 - 49,5 47 2
Jumlah 50
Contoh Kasus:
Data berikut adalah nilai statistika mahasiswa di STAI Binamadani Jurusan Ekonomi
Islam (Nurhasanah, 2019: p.2):
56 73 77 52 77 57 63 73 89 59
71 65 62 70 67 92 65 73 69 56
61 55 79 75 49 61 53 96 75 41
67 67 94 45 91 67 58 73 91 83
91 65 81 77 71 67 87 77 69 69
59 57 89 73 63 60 93 83 51 71
Tentukan kelas, tabel distribusi frekuensi dan titik tengah dari data di atas!
Penyelesaian Manual:
1. Menentukan jumlah kelas dengan rumus sturges, jumlah kelas = 1 + 3,322 log 60
= 6,9 atau dibulatkan menjadi 7 kelas. Lalu mencari interval dengan rumus,
Jangkauan 96−41 55
Interval Kelas = = = = 7,85 = 8
Jumlah Kelas 7 7
2. Menentukan kelas pertama dengan memasukkan nilai terendah yaitu 41,
kemudian ditambah dengan interval sampai berjumlah 8. Dengan demikian,
diperoleh kelas pertama yaitu 41 – 48. Selanjutnya untuk kelas kedua dan
seterusnya lakukan hal yang sama.
3. Menentukan frekuensi dengan cara menghitung data yang termasuk ke dalam
kelas-kelas yang sudah dikategorikan.
4. Menentukan tepi kelas. Tepi kelas terdiri dari tepi batas bawah dan tepi batas
atas. Tepi batas bawah dicari dengan mengurangi data kelas yang berada
disebelah kiri dengan 0,5 sedangkan tepi batas atas dicari dengan menambah
data kelas yang berada di sebelah kanan dengan 0,5.
5. Menentukan nilai tengah. Nilai tengah dicari dengan cara membagi dua interval
kelas dan seterusnya sampai kelas terakhir.
Penyelesaian Menggunakan R:
1. Input data ke variabel yang tersimpan di R
Ketikan =
data<-
c(56,73,77,52,77,57,63,73,89,59,71,65,62,70,67,92,65,73,69,56,61,55,79,75,49,
61,53,96,75,41,67,67,94,45,91,67,58,73,91,83,91,65,81,77,71,67,87,77,69,69,5
9,57,89,73,63,60,93,83,51,71), lalu enter
3. Lakukan sortir data, penentuan nilai terbesar dan terkecil serta jumlah data
untuk memudahkan pendokumentasian.
Ketikkan sort(data)
Maka diperoleh
[1] 6.907018
Maka diperoleh
[1] 7.857143
Untuk pembulatan menggunakan round, maka diperoleh
[1] 8
Kemudian jalankan fungsi tersebut pada konsol dengan memasukkan data yang
akan diseleksi dengan mengetikan pada R;
frek(data,41,48)
frek(data,49,56)
frek(data,57,64)
frek(data,65,72)
frek(data,73,80)
frek(data,81,88)
frek(data,89,96)
[1] 2
[1] 7
[1] 11
[1] 15
[1] 12
[1] 4
[1] 9
Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi Pendapatan 60 Pelanggan PT. Bulan Supermarket
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.33)
Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 175.000 13
175.000 - < 200.000 0
225.000 - < 250.000 12
275.000 - < 300.000 10
325.000 - < 350.000 5
Jumlah 60
Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 200.000 13
200.000 - < 225.000 12
225.000 - < 250.000 10
250.000 - < 275.000 5
Jumlah 60
Perhatikan bahwa antara kelas ke-3 dan ke-4, memiliki interval kelas sebesar 75.000
(= 225.000 - 150.000) dan bukan lagi sebesar 25.000. Jika digabung dengan kelas
berikutnya, maka akan terlihat seperti berikut ini:
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Pendapatan 60 Pelanggan PT. Bulan Supermarket
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.34)
Pendapatan Pelanggan
100.000 - < 125.000 9
125.000 - < 150.000 11
150.000 - < 175.000 13
175.000 - < 225.000 12
225.000 - < 250.000 10
250.000 - < 275.000 5
Jumlah 60
Sebagai contoh:
Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Relatif Saldo Piutang 60 Pelanggan PT Prima Khasandy
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.36)
Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Relatip Saldo Piutang 60 Pelanggan PT Prima Khasandy
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.36)
Penghasilan Frekuensi Relatif
40-<50 5,00%
50-<60 18,33%
60-<70 28,33%
70-<80 26,67%
80-<90 13,33%
90 atau lebih 8,33%
Jumlah 99,99% 100%
Tabel 3.9
Menyusun Distribusi Frekuensi Kumulatif Tipe "Kurang Dari"
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.41)
Nilai Skala D Frekuensi Nilai Skala KDP Frekuensi Kumulatif
40-49 3 < 50 3
50-59 11 < 60 3 + 11 = 14
60-69 17 < 70 14 + 17 = 31
70-79 16 < 80 31 + 16 = 47
80-89 8 < 90 47 + 8 = 55
90-99 5 < 100 55 + 5 = 60
Pada tiap distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", frekuensi kelas
terakhir senantiasa sebesar banyaknya data dan angka-angka yang dijadikan batas
kelas kumulatif adalah batas-batas kelas bawah. Distribusi frekuensi kumulatif tipe
"kurang dari" dapat juga disajikan. dengan menggunakan simbol "kurang dari" (<)
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42).
Jika pada distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", frekuensi
kumulatif bergerak dari frekuensi sebesar nol (atau sebesar frekuensi kelas pertama)
hingga frekuensi sebesar banyaknya data, maka pada distribusi frekuensi kumulatif
tipe "atau lebih", frekuensi kumulatif bergerak dari frekuensi sebesar banyaknya
data hingga frekuensi sebesar nol atau frekuensi data pada kelas terakhir. Proses
penyusunannya pun tidak berbeda (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42).
Tabel 3.10
Menyusun Distribusi Frekuensi Kumulatif Tipe "atau Lebih"
(Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.42)
Nilai Skala D Frekuensi Nilai Skala LDP Frekuensi Kumulatif
40-49 3 ≥ 40 60
50-59 11 ≥ 50 60 – 3 = 57
60-69 17 ≥ 60 57 – 11 = 46
70-79 16 ≥ 70 46 – 17 = 29
80-89 8 ≥ 80 29 – 16 = 13
90-99 5 ≥ 90 13 – 8 = 5
≥ 100 5–5=0
Seperti halnya pada distribusi frekuensi kumulatif tipe "kurang dari", pada
distribusi frekuensi kumulatif tipe "atau lebih" dapat juga disajikan dengan
menggunakan simbol "atau lebih" (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.43).
b. OGIVE
Distribusi frekuensi kumulatif dapat disajikan dalam bentuk diagram
yang dinamakan ogive (Kustituanto dan Badrudin, 1994: p.43). Diagram ogive
untuk tabel 3.9 dan 3.10 adalah:
Frekuensi Kumulatif
60
50
40
30
20
10
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Gambar 3.3
Diagram Ogive KDP
Frekuensi Kumulatif
80
60
40
20
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99
Gambar 3.4
Diagram Ogive LDP
➢ Poligon Frekuensi
Sama seperti histogram, hanya pada poligon frekuensinya dilukiskan dalam
bentuk garis yang menghubungkan tiap titik tengah puncak masing-masing
kelas.
Langkah-langkah menampilkan data dalam bentuk Poligon:
1. Pada workspace atau R konsol, ketikan perintah-perintah ini :
ttktengah=c (39.5,49.5,59.5,69.5,79.5,89.5), lalu enter
kemudian ketik
ttktengah, lalu enter
lalu ketik
fi=c(2,5,13,15,3,2)
lalu ketik
fi , lalu enter
plot(ttktengah,fi,main="Nilai statistika mahasiswa di STAI Binamadani
Jurusan Ekonomi Islam ")
polygon(ttktengah, fi, col = "gray",border="red")
Referensi:
[1] Kustituanto, Bambang dan Rudy Badrudin. 1994. Buku Statistika I (Deskriptif).
Jakarta: Gunadarma.
[2] Nurhasanah, Siti. 2019. Praktikum Statistika 1 untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
[3] Spiegel, Murray R. dan Stephens, Larry J. 2007. Schaum’s Outlines Statistik Edisi
Ketiga. Jakarta: Airlangga.