Anda di halaman 1dari 12

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


pada Siswa SD Negeri 95/III
Tanjung Pauh Mudik
Hastuty1, Andam Yulianti2, Nurhayati3
hastutyferdi@gmail.com , andamyulianti@gmail.com2, nurhayati@stkipsingkawang.ac.id3
1

S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka, STKIP Singkawang

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh observasi, wawancara, pertimbangan dokumen yang diterima di
lapangan, dan hasil catatan lapangan Kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik ditemukan
permasalahan terkait dengan masih rendahnya hasil belajar matematika yakni hanya 21,05% yang
melampaui ketuntasan klasikal dalam pembelajaran matematika. Rendahnya KKM (ukuran
ketuntasan belajar) disebabkan peserta secara pasif mengasimilasi informasi yang guru berikan.
Masalah muncul karena metode guru gunakan cenderung monoton. Akibatnya, siswa tidak banyak
mengembangkan kesempatan untuk merefleksikan diri melalui interaksi sesama mereka dan antara
mereka dengan guru. Untuk mengatasi permasalahan metode pembelajaran ini maka penulis mencoba
menerapkan metode STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan materi penjumlahan
pecahan dengan penyebut berbeda. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (1)
merencanakan, (2) melakukan tindakan, (3) mengamati dan mengevaluasi, dan (4) Refleksi. Jenis
penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana
masing-masing siklus dilaksanakan dua sesi pertemuan. Dari hasil penelitian setelah diterapkan
metode STAD hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat siswa melampaui
ketuntasan dalam pembelajaran awal siklus hanya 21,05% meningkat menjadi 68,42% atau secara
keseluruhan ketuntasan dalam pembelajaran mencapai 94,74%.

Kata Kunci: Matematika, PTK, STAD

Pendahuluan
Model pembelajaran kooperatif merupakan model yang lebih sederhana dimana
penekanan di fokuskan pada aktivitas dan interaksi antar siswa dalam kelompok kecil untuk
saling membantu dan mendukung sesama mereka dalam memahami materi pelajaran
(Hamzah, 2014, p. 163).
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD banyak digunakan dalam pengajaran di
kelas. Dari hasil pembelajaran matematika siswa di kelas pada tahun pelajaran 2019/2020
terdapat beberapa siswa nilainya kurang dari KKM yang ditetapkan yaitu 60 serta masih
banyak mereka yang mendapatkan nilai 60. Hal ini disebabkan monotonnya metode dan
teknik yang guru terapkan di kelas, siswa hanya mendengar apa yang dijelaskan oleh guru
tanpa adanya umpan balik dari mereka. Dengan sistem pembelajaran yang monoton, sebagai
akibatnya kesempatan siswa buat melakukan refleksi kurang berkembang melalui hubungan
antara mereka dan antara mereka dengan guru. Siswa juga lebih sulit memahami materi yang
dipelajarinya karena guru tidak didukung oleh media pembelajaran dalam menyampaikan
materi.
1
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan PTK untuk melihat seberapa besar
pengaruh metode STAD dalam pembelajaran matematika. Metode ini digunakan agar hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat ditingkatkan, khususnya penjumlahan
pecahan berpenyebut berbeda.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Apakah dengan menggunakan
metode STAD dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika penjumlahan pecahan
dengan penyebut berbeda di Kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik?”
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan metode
STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh
Mudik.
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) penulis gunakan dalam penelitian ini dengan
menerapkan metode STAD yang dibagi menjadi dua siklus dengan tahapan sebagai berikut
(a) merencanakan, (b) melakukan tindakan, (c) mengamati dan mengevaluasi, dan (d)
Refleksi.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik, dimana
siswa kelas V dijadikan subjek penelitian. Kegiatan dilakukan pada pada semester ganjil
tahun ajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 19
orang, terdiri dari : 12 laki-laki dan 7 perempuan.

2
C. Rencana Tindakan
PTK ini disusun dalam dua siklus. Kegiatan Siklus II dilaksanakan untuk merefleksi
kekurangan atau kelemahan dari kegiatan Siklus I.
Masing-masing siklus dilaksanakan dalam dua sesi. Untuk mengetahui hasil belajar
matematika siswa dilakukan pre-test dan hasil yang diperoleh dijadikan sebagai nilai awal.
Setelah itu, sistem pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode STAD.
Pelaksanaan kedua siklus ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Siklus I
Berdasarkan kriteria PTK, pelaksanaan Siklus I dibagi menjadi 4 tahap, yaitu. (a)
merencanakan kegiatan, (b) melakukan tindakan, (c) mengamati dan mengevaluasi dan (d)
refleksi.
1. Tahap perencanaan
a. Melakukan peninjauan kurikulum matematika kelas lima sekolah dasar.
b. Bangun model pembelajaran kolaboratif bergaya STAD
c. Menyiapkan media/alat yang akan digunakan.
d. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa.
b. Mengembangkan instruksi observasi untuk merekam pembelajaran di kelas.
c. Menyusun pertanyaan.
2. Tahap aksi/tindakan
Tahap ini guru menjelaskan materi dan memberi soal yang telah disiapkan serta
memberi tugas kurikuler.
3. Mengamati dan mengevaluasi
Pada tahap ini penulis mengamati dengan bantuan lembar observasi selama kegiatan
belajar mengajar dan melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Data pengamatan meliputi kehadiran siswa, kerja kelompok, aktivitas siswa, menjawab
pertanyaan dari guru atau teman, menyelesaikan tugas, guru membuat soal di papan tulis
untuk dikerjakan siswa kedepan kelas, melaksanakan kegiatan ektrakurikuler, siswa
memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan, siswa mengajukan pertanyaan.
menjelaskan konsep yang direvisi dan bagaimana bekerja dengan kelompok.
Pada akhir periode pertama diadakan ujian lanjutan berupa ujian tertulis. Tujuannya
adalah untuk mengukur keberhasilan yang dicapai mahasiswa di jurusan tersebut pada
semester pertama.
4. Tahap Refleksi
Mengumpulkan data dari hasil pengamatan dan evaluasi untuk dilakukan analisis

3
terhadap data tersebut. Peneliti merefleksikan hasil analisis data dan meninjau tindakan
yang dilakukan, apakah berhasil atau tidak. Jika hasil yang diperoleh bagus, dipertahankan,
sedangkan yang tidak berhasil akan dibahas di episode berikutnya.
Siklus II
Siklus ini dilaksanakan dua sesi. Secara umum tahapan Siklus II mengulang tahapan
Siklus I. Selain itu, beberapa rencana perbaikan baru dan rencana aksi baru dilaksanakan
berdasarkan pembelajaran dari hasil konsultasi pada Siklus I.
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data ulangan harian pada setiap akhir siklus untuk mengetahui tingkat
hasil belajar siswa.
b. Pengumpulan informasi kehadiran dan kinerja siswa dalam kegiatan belajar mengajar
lewat lembar observasi.
2. Teknik Analisis Data
Analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk menganalisa data yang sudah
dikumpulkan. Analisis data kuantitatif menggunakan statistik deskriptif yaitu standar deviasi,
nilai maksimum dan minimum, mean, dan persentase yang diambil dari masing-masing
siklus. Sementara standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan untuk
menganalisis kompetensi siswa yaitu 60.
1) Nilai H < 60 diklasifkasikan ‘Kurang’.
2) Nilai H = 60 diklasifkasikan ‘Cukup’.
3) Nilai H > 60 diklasifkasikan ‘Baik’.
Kriteria penilaian informasi observasi meliputi kehadiran, kerjasama dengan kelompok,
menjawab pertanyaan yang diberikan guru atau teman, memberi pertanyaan, menarik
simpulan, dan menyerahkan tugas.
3. Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan PTK ini adalah apakah penerapan metode STAD hasil belajar
siswa kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik dalam materi ajar pecahan penyebut
berbeda dapat meningkat. Keberhasilan atau peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil
tes pada setiap akhir siklus dan pengetahuan yang diamati selama mengikuti pembelajaran.

Landasan Teori
Menurut Trianto “Pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan di sekolah dengan
sistem membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang jumlah anggotanya terdiri beberapa
orang siswa dengan latar belakang yang berbeda. Kegiatan metode ini diawali dengan

4
menyampaikan tujuan dan sasaran pembelajaran, menyampaikan materi, aktivitas kelompok,
kuis, dan memberi apresiasi kepada kelompok” (seperti di kutip dalam Darmiyanti, et al.,
2020). Menurut Slavin bahwa “STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang
relatif simpel, dan merupakan model yang paling sesuai untuk diterapkan oleh peneliti yang
baru menggunakan pendekatan kooperatif” (seperti di kutip dalam Darmiyanti, et al., 2020).
Menurut Slavin, ciri-ciri model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu :
“(1) Belajar dalam sebuah kelompok, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari beberapa siswa maksimal 5 orang dimana anggotanya mempunyai latar belakang
yang berbeda baik tingkat pengetahuannya, ras, agama maupun budaya, (2) Melihat`nilai
awal, nilai awal merupakan nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran sebelumnya, (3)
Kuis, Kuis digunakan untuk mengetahui kemampuan pengetahuan siswa secara pribadi, (4)
Peningkatan nilai individu, untuk mengetahui sejauhmana proses perkembangan siswa dengan
membandingkan nilai awaldengan nilai kuis, (5) Apresiasi kepada Kelompok, memberi
penghargaan kepada kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi.” (seperti di kutip
dalam Darmiyanti, et al., 2020).
Menjumlahkan Pecahan Penyebut Berbeda
 Menyamakan Pecahan Penyebut Berbeda
Untuk menyamakan penyebut dua pecahan, cukup memilih hanya satu pecahan dengan
penyebut yang sama. Pilih penyebut umum terendah. Bagaimana caranya? kita
menggunakan KPK dari kedua pecahan.
Langkah-langkah menyelesaikan Pecahan Penyebut Berbeda :
1) Samakan penyebut (mengalikan penyebut atau mencari KPK dari penyebut)
2) Mengoperasikan pecahan
3) Sederhanakan hasil
Contoh soal :
ayo kita samakan penyebut dan , KPK dari 2 dan 5 adalah 2 x 5 = 10

Kita dapatkan pecahan berpenyebut sama , yaitu dan

5
 Penjumlahan Pecahan dengan Penyebut Berbeda

Penjumlahan Pecahan Biasa


Contoh :
Gambarkan penjumlahan +

Penyelesaian :
Kita gambarkan penjumlahan tersebut menggunakan luas daerah seperti berikut.

Digabung menjadi

+ =

Hasil akhir yang didapat dari gambar di atas adalah , berarti

Terlihat juga bahwa sehingga

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Analisis yang dilakukan adalah mendeskripsikan penerapan metode STAD pada Siklus
I dan Siklus II membawa perubahan hasil belajar siswa berdasarkan nilai tes pada setiap akhir
siklus. Selain itu juga melakukan analisis reflektif terhadap tindakan dalam pembelajaran
matematika serta dari pengamatan dan refleksi menganalisis perubahan sikap siswa.
Analisis kuantitatif
1. Analisis Kinerja Siswa Pada Tes Awal Siklus
Untuk mendapatkan reprensentasi awal hasil belajar siswa maka dilakukan tes awal
siklus. Tes awal menjadi acuan untuk mengetahui seberapa sukses metode pembelajaran
dengan metode STAD.
Tabel 1. Nilai Tes Awal Siklus Siswa Kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik
Kecamatan Keliling Danau

6
Tabel 1 menunjukkan nilai tes serta nilai rata-rata sebelum pembelajaran
menggunakan metode STAD yang tidak mencapai dan yang mencapai nilai KKM 60.
Rentang hasil tersebut masih tinggi. Dari Tabel 1, apabila nilai hasil belajar siswa
dikelompokkan menjadi 3 kategori, maka disajikan sebaran persentase hasil belajar siswa
seperti terlihat pada gambar 2 berikut.
52,63%
10
26,32%
21,05%
5

0
Kurang Cukup Baik

Gambar 2. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Awal Siklus


Pada gambar 2 dapat dilihat KKM dengan nilai kurang 60 adalah 26,32%, dan yang
terlampaui atau nilai lebih 60 sekitar 21,05%.
2. Analisis Kinerja Siswa Tes Siklus I
Data hasil belajar Siklus I setelah diterapkan model pembelajaran metode STAD
dapat dilihat di bawah ini:

7
Tabel 2. Informasi Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Tes Siklus I

Tabel 2. menunjukan terjadinya peningkatan kemampuan belajar siswa dibandingkan


pada awal siklus. Nilai hasil belajar terjadi peningkatan.

52,63%
10
36,84%
8
6
4 10,53%
2
0
Kurang Cukup Baik

Gambar 3. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I


Tabel 2 menunjukkan hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran dengan
menggunakan metode STAD. Hasil menunjukkan kenaikan dari 59,74 pada awal siklus
menjadi 68,42 pada periode pertama ini. Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai yang diperoleh
siswa bervariasi dan secara umum pada kegiatan siklus I ini terjadi peningkatan hasil
belajar siswa.
3. Analisis Kinerja Siswa Tes Siklus II
Untuk tes Siklus II hasil belajarnya dapat dilihat di bawah ini:

8
Tabel 3. Informasi Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Tes Siklus II

Hasil analisis belajar siswa kelas V SD Negeri 95/III Tanjung Pauh Mudik setelah
pembelajaran dengan metode STAD penjumlahan pecahan berpenyebut berbeda pada
Siklus II disajikan dalam bentuk persentase seperti pada gambar berikut.

15 68,42%

10
26,32%
5
5,26%

0
Kurang Cukup Baik

Gambar 4. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus II


Tabel 3 menunjukkan peningkatan hasil belajar masing-masing siswa dibandingkan
dengan Siklus I, dimana nilai rata-rata pada Siklus II mencapai 77,63.
Analisis Kualitatif
1. Refleksi Praktik Perilaku dalam Pembelajaran Matematika
a. Refleksi siklus I
Tahap ini dilakukan 2 (dua) sesi dengan materi penjumlahan pecahan biasa dengan

9
penyebut berbeda. Sebelum masuk ke inti pelajaran, materi terlebih dahulu dikenalkan
dengan mengaitkan materi pembelajaran siswa dengan lingkungan, setelah itu disampaikan
sasaran yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut. Penulis kemudian secara singkat
menyampaikan topik dan mengaitkannya dengan contoh benda dari lingkungan siswa dan
kehidupan mereka sehari-hari. Dan membagikan LKPD ke masing-masing kelompok yang
telah dibentuk sebelumnya. Kemudian menawarkan latihan dalam bentuk kuis yang
dikerjakan masing-masing siswa setelah itu dilakukan evaluasi.
Saat sesi ke-2 dan selanjutnya, materi disampaikan dengan menghubungkan materi
yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, kemudian disampaikan sasaran hasil
belajar yang akan dicapai dengan materi yang bersangkutan. Penulis kemudian secara
ringkas menyampaikan topik dan menghubungkan dengan contoh benda dari lingkungan
siswa dan kehidupan mereka sehari-hari. Dan membagikan LKPD ke masing-masing
kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Kemudian memberi tugas berupa kuis pada
masing-masing siswa, selanjutnya dievaluasi, dan menarik kesimpulan dari materi yang
disampaikan.
Periode pertama ini mencapai apa yang menjadi tujuan peneliti, misalnya rata-rata
hasil belajar matematika siswa meningkat seperti terlihat pada Tabel 2, namun masih ada
ruang untuk perbaikan pada periode berikutnya.
Ada beberapa hal pada siklus II yang perlu dibenahi, antara lain:
- Mengelompokkan siswa pada siklus I berdasarkan absennya, hasilnya kurang maksimal,
sehingga pengelompokannya diubah saat siklus II berdasarkan hasil ujian siklus I, siswa
dibagi lagi menjadi 5 kelompok dimana anggota masing-masing kelompok terdapat
siswa nilai tinggi dan nilai rendah.
- Saat siklus I, sebagian siswa tidak belajar menjumlahkan penyebut dengan KPK dan
pecahan sejenis, sehingga materi pada Bagian II akan ditekankan
b. Refleksi siklus II
Tahap ini dilakukan 2 (dua) sesi membahas tentang penjumlahan pecahan
berpenyebut berbeda menggabungkan penyebut dengan perkalian silang menggabungkan
materi yang diteliti dengan materi sebelumnya. Perbaikan pembelajaran yang harus
dilakukan dalam siklus ini antara lain : menyamakan penyebut dengan KPK dan pecahan
sejenis, kemudian disampaikan sasaran yang akan dicapai dalam materi tersebut.
Pada siklus II sesi pertama, sebelum penulis menjelaskan materi inti, terlebih dahulu
mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari kemudian
menyampaikan sasaran yang akan dicapai. Setelah itu, penulis menjelaskan materi

10
pelajaran secara ringkas dan menayangkan video sebagai alat bantu pembelajaran. Dan
mengelompokkan siswa serta membagikan LKPD ke masing-masing kelompok. Kemudian
memberi tugas berupa kuis pada masing-masing siswa, setelah itu dievaluasi, dan menarik
kesimpulan.
Pada model pembelajaran STAD tahap kedua ini, siswa lebih bersemangat dalam
kerjasama tim karena siswa bisa berdiskusi dan bertukar pikiran satu sama lain untuk
memahami materi, mengerjakan dan menyelesaikan soal matematika.
Pada periode kedua ini, hasil belajar siswa mengalami peningkatan.
2. Perubahan Sikap Siswa
Selain adanya peningkatan hasil belajar, juga pada kedua siklus ini banyak terjadi
perubahan sikap siswa. Perubahan ini merupakan data kualitatif dan dicatat oleh peneliti
pada lembar observasi setiap siklus. Perubahan yang relevan sebagai berikut:
a. Partisipasi siswa pada siklus I sudah baik.
b. Pada siklus I siswa masih enggan bertanya kepada guru, sedangkan pada periode kedua
siswa berani bertanya mengenai materi yang dijelaskan guru.
c. Interaksi siswa saat siklus II dengan sumber atau media pembelajaran mengalami
peningkatan yang signifikan.
d. Seluruh siswa aktif melakukan aktivitas fisik dan mental (berpikir) pada kedua siklus.
e. Pada periode pertama pengelolaan pembelajaran siswa meningkat, yang terlihat dari
perolehan nilai rata-rata 68,42 pada periode pertama menjadi 77,63 pada periode kedua.
Uraian di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah melalui
pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Simpulan
1. Pembelajaran matematika dengan menerapkan model STAD dapat meningkatkan nilai
yang diperoleh siswa, ini terlihat dari perolehan nilai rata-rata yakni 59,74 pada awal siklus
mengalami peningkatan menjadi 77,63 pada akhir siklus.
2. Dari 19 orang siswa, KKM yang tercapai pada siklus I sebanyak 17 orang atau 89,47%
sedangkan pada siklus II 18 orang atau 94,74%.
3. Keaktifan belajar mengajar siswa pada kedua siklus mengalami peningkatan yang
signifikan dibanding dengan awal siklus.

11
Referensi

Afandi, M., & Irawan, D. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement
Division Di Sekolah Dasar. Semarang: Unissula Press.

Anisensia, T., Bito, G. S., & Wali, M. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V
SDI Blidit Kabupaten Sikka. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 61–69.
https://doi.org/10.37478/jpm.v1i1.351.

Arikunto, Suharsimi, & dkk. (2016). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Artini, N. N. M. (2016). Pembelajaran Model STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar


Matematika Pada Siswa Kelas V SDN 39 Cakranegara. Jurnal Paedagogy, 3(1).
https://doi.org/10.33394/jp.v3i1.3033.

Darmadi. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa,


Yogyakarta: Deepublish.

Darmiyanti, K. R., Astra, I. K. B., & Satyawan, I. M. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Terhadap Hasil Belajar
Teknik Dasar Sepak Sila Dalam Permainan Sepak Takraw. Jurnal Ilmu
Keolahragaan Undiksha, 8(3), 136–145. https://doi.org/10.23887/jiku.v8i3.29826

Hamzah, Ali, (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Kusumawardani, N., Siswanto , J., & dkk . (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Poster Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar. 170-174.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/index.

Suardiana, I. M. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Journal of Education Action
Research, 5(3), 381–386. https://doi.org/10.23887/jear.v5i3.34677.

SuryanaA., SugiantoA., & BahariA. (2021). Pengaruh Metode Pembelajaran Student Teams
Achivement Divisions (STAD) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(2), 166-179.
https://doi.org/10.47467/jdi.v3i2.351.

Susanti, Y., Utaya, S., & Wahjoedi. (2017). Peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jurnal Pendidikan, 2(5), 661–666.
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/9160/4422.

Taniredja, Tukirman, & dkk. (2012). Model-Model Pembelajaran Inovatif . Bandung:Alfabeta

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta.


Prestasi Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai