Anda di halaman 1dari 5

Implementasi Model Pembelajaran Discovery learning untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Materi Bilangan untuk Menunjukkan Urutan Siswa Kelas 1 SDN
Candibinangun 1 Pasuruan
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman belajar kepada
siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi
tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran matematika di SD bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, dan analitis pada siswa. Sehingga
dalam pembelajaran matematika guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran yang abad 21.
Berdasarkan pembelajaran di Kelas 1 SDN Candibinangun I, menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika belum terlaksana secara komunikatif, kolaboratif, kreativ, inovatif
dan critical thinking. Hal ini disebabkan karena pembelajaran matematika masih dilaksanakan
secara konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.
Hal ini dapat peneliti katakan karena guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa sementara siswa dituntut untuk menguasai semua informasi yang diberikan dan yang
diperoleh dari buku paket. Selain itu, pembelajaran juga dirancang untuk konsumsi seluruh
siswa tanpa memandang kecerdasan apa yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini menyebabkan
tujuan pembelajaran yang diharapkan belum tecapai secara optimal. Selain itu, siswa tidak
menyukai pelajaran matematika dikarenakan siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika
sulit dan membosankan.
Selain itu jika dilihat dari hasil belajar, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika
siswa Kelas 1 SDN Candibinangun I masih rendah. Hal ini didasarkan pada hasil ujian tengah
semester matematika semester I siswa kelas 1 diperoleh nilai rata-rata kelas 62 dengan
persentase ketuntasan belajar 44%. Artinya dari 25 orang siswa kelas 1, 12 orang tuntas belajar
dan 13 orang belum tuntas belajar. Sedangkan menurut Masnur (2009) ketuntasan belajar ideal
adalah 85%. Ini berarti, pembelajaran Matematika di kelas 1 SDN Candibinangun I masih
rendah dan perlu ditingkatkan. Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk melihat keberhasilan
siswa dalam menguasai materi pelajaran yang disampaikan selama proses pembelajaran.
Sudjana (dalam Tri 2023) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah perubahan pola pikir dari
penggunaan metode ceramah ke penggunaan model Discovery Learning dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini. Nafilah (dalam Hilmawati, 2023) menyebutkan 4 alasan
menggunakan model Discovery Learning yaitu: 1) perkembangan dan kemajuanilmu
pengetahuan yang semakin pesat, 2) belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi
juga dari lingkungan sekitar, 3) melatih siswa untuk memiliki kesadaran sendiri akan
kebutuhan belajarnya, dan 4) penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsungseumur hidup.
Discovery learning merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan bermanfaat
bagi anak didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian hari. Menurut Ilahi (2013)
bahwa “discovery learning ini dalam prosesnya menggunakan kegiatan dan pengalaman
langsung sehingga akan lebih menarik perhatian anak didik dan memungkinkan pembentukan
konsep-konsep abstrak yang mempunyai makna, serta kegiatannya pun lebih realistis.
Berdasarkan uraian yang dikemukan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas
perbaikan pembelajaran dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model
Discovery Learning di Kelas 1 SDN Candibinangun I Kabupaten Pasuruan”.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pembelajaran matematika kelas 1
SDN Candibinangun I materi bilangan untuk menunjukkan urutan. Pelaksanaan pembelajaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan model Discovery Learning. Assessment yang
digunakan meliputi penilaian sikap berupa obeservasi kepada siswa, penilaian pengetahuan
dengan menggunakan soal evaluasi dan penilaian keterampilan dalam mendiskusikan,
mengerjakan dan mepresentasikan lembar kerja.
Menurut Setyowati, Kristin, Anugraheni (2018) model pembelajaran discovery
learning adalah model pembelajaran yang menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan
pembelajaran yang lebih bermakna dengan cara mengaktifkan siswa untuk dapat mencari dan
menemukan sendiri konsep dan prinsip pembelajaran yang dipelajari.
Widiasworo (2017) mengemukakan bahwa langkah-langkah yang harus dilaksanakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning yaitu: (1)
Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan); (2) Problem Statement (Pernyataan/
Identifikasi Masalah); (3) Data Collection (Pengumpulan Data); (4) Data Processing
(Pengolahan Data); (5) Verification (Pembuktian); (6) Generalization (Menarik Kesimpulan/
Genaralisasi).
Keenam langkah ini diharapkan dapat membantu siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran menjadi faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Apabila proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan langkah-langkah model
pembelajaran yang ditetapkan, maka akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Penerapan model pembelajaran Discovery Learning mata pelajaran matematika di SDN
Candibinangun I kelas 1 dilakukan melalui tahapan berikut.
A. Siklus 1
1. Fase 1: Stimulus
- Guru meminta salah satu dari siswa maju membacakan cerita tentang antrian di stasiun,
guru menanyakan kepada siswa ada berapa orang yang ada dalam antrian di stasiun?
- Guru membagikan nomor antrian kepada siswa dan berbaris sesuai urutan dari nomor
antrian.
- Guru Bersama siswa melakukan role playing naik kereta api mengelilingi kelas
menyanyikan lagu naik kereta api. https://www.youtube.com/watch?v=Yq4yLLPorCM
- Guru menanyakan kepada siswa, Bagaimana cara mengurutkan bilangan dari kecil ke
besar?
2. Fase 2: Identifikasi Masalah
- Guru mengajak siswa untuk mengamati sebuah tayangan di slide PPT di layar
- Guru menanyakan kepada siswa: tentang apa di tayangan tadi? Gambar binatangnya ada
berapa?
3. Fase 3: Pengumpulan Data
- Guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
- Guru meminta perwakilan siswa untuk mengambil LKPD
- Siswa Bersama kelompok berdiskusi tentang mengurutkan bilangan 1-20
4. Fase 4: Pengolahan Data
- Siswa menuliskan hasil diskusi di LKPD
- Guru membimbing siswa pada kelompok yang mengalami kesulitan
5. Fase 5: Pembuktian
- Perwakilan siswa dalam kelompok menempelkan ke papan hasil diskuisi dan
mempesentasikannya didepan kelas
- Kelompok lain menanggapi presentasi tersebut
- Guru memberikan penguatan
6. Fase 6: Kesimpulan
- Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan bilangan menunjukkan urutan
B. Siklus 2
1. Fase 1: Stimulus
- Guru mengajak siswa untuk melihat video di layar lcd
https://www.youtube.com/watch?v=GWX_WO6nddE&t=299s
- Guru menanyakan kepada Siswa tentang anak-anak yang sedang naik jet coaster: Ada
berapa orang yang naik jet coaster itu?, Siapa anak yang pertama naik ke jet coaster?
2. Fase 2: Identifikasi Masalah
- Guru meminta Siswa untuk melihat sekeliling ruang kelas.
- Guru menanyakan kepada Siswa Apa yang ada diatas papan tulis? Apa yang ada di
samping kanan papan tulis?
3. Fase 3: Pengumpulan Data
- Guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
- Guru meminta perwakilan siswa untuk mengambil LKPD dan kartu angka bergambar
- Siswa Bersama kelompok berdiskusi tentang menunjukkan posisi letak benda
menggunakan kosakata depan-belakang, atas-bawah, kanan-kiri, dan lain-lain.
4. Fase 4: Pengolahan Data
- Siswa menuliskan hasil diskusinya di LKPD
- Guru membimbing Siswa pada kelompok yang mengalami kesulitan
5. Fase 5: Pembuktian
- Setiap kelompok mendemontrasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas
menggunakan kartu angka bergambar.
- Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok lain
- Guru memberikan penguatan
6. Fase 6: Kesimpulan
- Guru membimbing Siswa untuk menyimpulkan tentang posisi letak benda
menggunakan kosakata depan-belakang, atas-bawah, kanan-kiri, dan lain-lain.
Tantangan yang dihadapi adalah dalam penggunaan model pembelajaran discovery
learning matematika bab 3 materi bilangan untuk menunjukkan urutan kelas I SDN
Candibinangun I yaitu, guru masih belum memahami sintak-sintak model pembelajaran ini.
Selain itu guru juga masih belum terbiasa membuat penilaian yang komprehensif dan akurat.
Karena belum terbiasa dengan penilaian seperti ini, guru masih kebingungan dalam
menentukan waktu kapan untuk melakukan observasi penilaian sikap dan keterampilan. Guru
juga perlu memastikan bahwa standar penilaian diterapkan dengan konsisten, penilaian
formatif dalam pembelajaran memerlukan waktu dan upaya tambahan. Guru harus melacak
kemajuan siswa dan merancang intervensi yang sesuai.
Penilaian yang dilakukan sudah memperlihatkan penilaian yang komprehensif karena
penilaian ini mencakup berbagai aspek dan komponen yang berkaitan dengan subjek atau
keterampilan yang dinilai, mengukur pencapaian siswa dalam mata pelajaran atau keterampilan
tertentu.
Salah satu solusinya adalah dapat bekerja sama dengan rekan guru untuk berbagi
pengalaman dan ide tentang penilaian yang efektif. Menerapkan penilaian formatif dan sumatif
secara rutin dalam proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik berkelanjutan kepada
siswa. Guru juga dapat membuat rencana dalam melakukan observasi penilaian sikap dan
keterampilan siswa. Dalam rencana tersebut guru menuliskan waktu kapan saat melakukan
observasi penilaian sikap dan keterampilan siswa.
Hasil dan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah proses pembelajaran
matematika bab 3 materi bilangan untuk menunjukkan urutan dengan menerapkan model
pembelajaran discovery learning kelas I SDN Candibinangun I berlangsung aktif. Siswa
menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada
guru maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak Discovery
Learning megharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa dapat diketahui nilai pengetahuan rata-rata
siswa pada pertemuan 1 yaitu 90,4 dan pertemuan ke 2 yaitu 92,8. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan model pembelajaran discovery learning dengan menggunakan metode pembelajaran
role playing dan kartu angka bergambar menjadikan siswa mengalami perbaikan dan
meningkatkan peningkatan hasil belajarnya.
Dengan pelaksanaan Discovery Learning dapat membantu pendidik memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan ketrampilan intelektual,
belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman
nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri.
KESIMPULAN
Discovery Learning merupakan proses pembelajaran yang tidak diberikan keseluruhan
melainkan melibatkan siswa untuk mengorganisasi, mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan untuk pemecahan masalah. Sehingga dengan menggunakan model ini dapat
meningkatkan kemampuan penemuan individu selain itu agar kondisi belajar yang awalnya
pasif menjadi lebih aktif dan kreatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari nilai pengetahuan rata-rata siswa pada
pertemuan 1 yaitu 90,4 dan pertemuan ke 2 yaitu 92,8.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2023. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: UT.
Hilmawati. 2023. Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Model Discovery Learningdi
Kelas IV.a SDN 07 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Pendidikan
Konseling Vol. 5 No. 1.
Ilahi, Mohammad Takdir. 2013. Pendidikan Inklusi: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu Mudah. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Widiasworo, E. (2017). Strategi & Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai