Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI


SDN 16 KENDARI

Masni Baida
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Halu Oleo
Email: masnibaidapgsd.011@gmail.com
(Daur, Barlian, S. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 1
Bokori. 4, 1–10)

Abstrak: Tujuan penelitian ini yaitu: 1) untuk meningkatkan aktivitas mengajar


guru melalui penerapan model Problem Based Learning pada Tema 5 Wirausaha
di kelas VI SDN 16 Kendari. 2) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
melalui penerapan model Problem Based Learning pada Tema 5 Wirausaha di
kelas VI SDN 16 Kendari. 3) untuk meningkatkan hasil belajar siswa Tema 5
Wirausaha melalui penerapan model Problem Based Learning di kelas VI SDN
16 Kendari. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
prosedur terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan
evaluasi, dan (4) refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa
kelas VI SDN 16 Kendari, dengan siswa laki-laki 17 orang dan siswa perempuan
13 orang. Analisis data hasil belajar siswa diperoleh, pada siklus I ketuntasan
belajar siswa sebesar 17 orang atau 56,67% dan persentase tidak tuntas sebesar
13 orang atau 43,33%. Sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar
siswa sebesar 25 orang atau 83,33% sedangkan persentase tidak tuntas sebesar 5
orang atau 16,67% dengan nilai rata-rata siswa 80, sehingga dapat disimpulkan
bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada Tema 5 Wirausaha Kelas VI SDN 16 Kendari.
Kata kunci: problem based learning; hasil belajar

Abstract: The purpose of this research are: 1) to improve teacher teaching


activities through the application of Problem Based Learning model on the theme
of 5 Entrepreneur in grade VI Elementary School 16 Kendari. 2) to improve
students' learning activities through the application of Problem Based Learning
model on the theme of 5 Entrepreneur in grade VI Elementary School 16 Kendari.
3) to improve students' learning outcomes on the theme of 5 Entrepreneur through
the application of Problem Based Learning model in grade VI Elementary School
16 Kendari. This type of research is Class Action Research (PTK) with
procedures consisting of (1) planning, (2) implementation of actions, (3)
observation and evaluation, and (4) reflection. The subjects in this study were
teachers and grade VI students at Elementary School 16 Kendari, with 17 male
students and 13 female students. Data analysis of student learning outcomes
obtained, in cycle I student completion of 17 people or 56,67% and incomplete
percentage of 13 people or 44,33%. While in cycle II the percentage of students'
learning completion is 25 people or 83,33% while the percentage is not completed

1
by 5 people or 16,67% with an average score of 80 students, so it can be
concluded that the application of Problem Based Learning model can improve
student learning outcomes in Theme 5 Entrepreneur Grade VI Elementary School
16 Kendari.

Keywords: problem based learning; student learning outcomes.

2
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengatur dan juga
mengorganisasikan segala sesuatu yang ada di sekeliling peserta didik sehingga
nantinya dapat mendorong serta menumbuhkan proses belajar pada diri peserta
didik. Menurut (Nidaur, 2019:196) bahwa yang menandai dari suatu proses
pembelajaran adalah adanya interaksi dalam hal ini interaksi edukatif yang terjadi
secara sadar. Interaksi ini terjadi antara guru serta kegiatan pembelajaran yang
berproses secara pedagogik pada diri siswa secara sistematis mulai dari tahap
rancangan, tahap pelaksanaan, hingga tahap evaluasi.
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Ilham, 2019:115). Dijelaskan dalam
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, serta diawasi.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan tematik integratif,
pendekatan scientifik, dan juga penilaian auntentik. Tematik integratif merupakan
penggabungan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tema, pendekatan
scientifik merupakan pendekatan melalui menanya, mencoba, dan menalar,
sedangkan penilaian autentik merupakan penilaian yang mengukur semua
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
(Elwien, 2013:417). Dalam rangka meningkatkan kualitas dari pendidikan itu
sendiri, maka pemerintah senantiasa melakukan berbagai upaya, mulai dari
penyempuraan kurikulum, upaya untuk meningkatkan kinerja guru, upaya untuk
meningkatkan materi pembelajaran, dan lain sebagainya. Dalam suatu
pembelajaran tentunya terdapat komponen-komponen pembelajaran baik itu
tujuan pembelajaran, bahan ajar atau materi pembelajaran, metode serta media
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, siswa dan juga guru yang di mana
keseluruhan komponen saling berinteraksi dalam hal ini saling mempengaruhi.
IPS merupakan salah satu bidang studi dalam hal ini mempelajari,
menganalisis serta menelaah gejala-gejala dan juga masalah-masalah sosial yang
ada di masyarakat dari berbagai segi atau aspek kehidupan. Pembelajaran IPS
merupakan suatu proses memberi pengalaman belajar secara nyata bagi siswa
melalui rangkaian kegiatan terencana sehingga siswa dapat memahami
kompotensi pelajaran IPS yang dipelajari. Namun, realita terkadang di sekolah
tidak mampu memberikan pengalaman nyata terkait pembelajaran tersebut hingga
menimbulkan permasalahan. Permasalahan mengenai metode pembelajaran yang
dilakukan guru tidak bervariasi dan kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran mengakibatkan pula siswa kurang mampu memahami materi dan
siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran mengakibatkan hasil belajar siswa
menurun apalagi pada Tema 5 Wirausaha.

3
Berdasarkan dokumen diperoleh hasil belajar ulangan harian siswa semester
ganjil pada Tema 5 Wirausaha, menunjukkan dari 30 siswa hanya ada 14 siswa
yang tuntas atau sekitar 46,67%, sedangkan 16 siswa atau sekitar 53,33% belum
tuntas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI yang dilakukan
peneliti tanggal 21 September 2022 di SD Negeri 16 Kendari Tahun Pelajaran
2022/2023 bahwa sekiranya siswa dikatakan menguasai materi minimal
ketuntasan siswa sekitar 80%. Untuk mengetahui tuntas atau tidak tuntasnya
pencapaian seorang siswa tentunya didasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 70 (mata pelajaran IPS). Sehingga,
dari data tersebut nilai siswa pada Tema 5 Wirausaha masih dikatakan rendah.
Permasalahan pembelajaran di atas perlu solusi maka dapat diminimalisir
dengan menerapkan sutau model pembelajaran seperti dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan konsep pembelajaran yang
bermakna yang di mana model pembelajaran tersebut akan melatih kemampuan
berpikir kritis siswa secara berkelompok dalam menemukan konsep pembelajaran
dan memecahkan suatu permasalahan. Pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning) adalah pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju
pemahaman akan resolusi suatu masalah. Pembelajaran berbasis masalah (PBL)
dapat menstimulus keterampilan berpikir siswa khususnya keterampilan berpikir
kritis siswa ketika mencari dan memecahkan masalah yang diberikan guru
(Masrinah et al., 2019:925). Menyingkapi permasalahan di atas, perlu dilakukan
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SD Negeri 16
Kendari.
Alasan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini
dalam mengatasi permasalahan hasil belajar siswa dikarenakan model
pembelajaran ini dinilai lebih efektif dan efisien karena model pembelajaran ini
mampu melatih siswa dalam memecahkan masalah secara kritis dan mampu
melatih siswa untuk berpikir secara kritis, analisis, dan kreatif siswa baik secara
individu maupun secara berkelompok. Sehingga, siswa akan lebih memudahkan
dalam melatih siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL). Berdasarkan uraian di atas masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada kelas VI SDN 16 Kendari?”

Metode
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN 16 Kendari
yang berlokasi Jl. Osumetundu, Kel. Wawombalata, Kec. Mandonga Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun ajaran 2022/2023.
Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VI SDN 16 Kendari yang
berjumlah 30 orang siswa yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 13 orang
siswa perempuan. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1)Faktor siswa,
2)Faktor guru dan faktor 3)hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini

4
dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Adapun prosedur penelitian tindakan ini
meliputi: (1) Perencanaan, (2) PelaksanaanTindakan, (3) Observasi dan Evaluasi,
dan (4) Refleksi dalam setiap siklus. Jenis data yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui observasi, menggunakan lembar
observasi sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes setiap akhir siklus
tindakan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu
analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi yang dilakukan. Sedangkan data
kuantitatif dianalisis secara kuantitatif berdasarkan hasil tes pada setiap akhir
siklus tindakan.

Hasil Penelitian
(Keterangan : Seluruh data di bawah ini menggunakan data fiktif)
1. Aktivitas Mengajar Guru
Aktivitas mengajar guru diamati oleh peneliti menggunakan rubrik
lembar pengamatan. Kegiatan yang diamati meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Berdasarkan data hasil observasi menunjukan
bahwa hasil data pengamatan aktivitas mengajar guru siklus 1 pertemuan 1
diperoleh skor 30 atau dengan persentase 75% sedangkan pada pertemuan II
diperoleh peningkatan skor menjadi 37 dengan persentase 92,5%. Pada
kegiatan refleksi, berdiskusi dengan guru untuk merefleksi hasil observasi
selama proses pembelajaran. Sehingga mengalami peningkatan berdasarkan
data hasil observasi menunjukan bahwa hasil data pengamatan aktivitas guru
siklus II pertemuan II diperoleh skor 39 atau dengan persentase 97,5%
sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 40 dengan
persentase 100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Hasil Aktivitas Mengajar Guru Siklus I dan II


Siklus Pertemuan Skor Skor Persentase
Perolehan Maksimal Ketuntasan
I 1 30 40 75%
2 37 40 92,5%
II 1 39 40 97,5%
2 40 40 100%

2. Aktivitas Belajar Siswa


Berdasarkan data hasil observasi menunjukan bahwa hasil data
pengamatan aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 diperoleh skor 33 atau
dengan persentase 82,5% sedangkan pada pertemuan II diperoleh
peningkatan skor menjadi 36 dengan presentase 90%. Pada kegiatan refleksi,
berdiskusi dengan guru untuk merefleksi hasil observasi selama proses
pembelajaran. Sehingga mengalami peningkatan Berdasarkan data hasil
observasi (terlampir) menunjukan bahwa hasil data pengamatan aktivitas
siswa siklus II pertemuan II diperoleh skor 38 atau dengan persentase 95%
sedangkan pada pertemuan II diperoleh peningkatan skor menjadi 39 dengan
persentase 97,5%. Hal ini berarti bahwa persentase aktivitas siswa secara

5
keseluruhan selama proses pembelajaran mengalami peningkatan dibanding
dengan siklus I. Untuk lebih dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 2.
Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II.

Tabel 2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dan II


Siklus Pertemuan Skor Skor Persentase
Perolehan Maksimal Ketuntasan
I 1 33 40 82,5%
2 36 40 90%
II 1 38 40 95%
2 39 40 97,5%

3. Hasil Belajar Siswa


Berdasarkan dari data tes hasil belajar siklus I kelas IV SD Negeri 1
Bokori, menunjukan bahwa dari 14 orang siswa yang memperoleh nilai di
bawah KKM 70 berjumlah 17 orang siswa (56,67%), siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM 70 berjumlah 13 orang siswa (43,33%). Hal
ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus ini belum
mencapai standar yang ditetapkan yaitu 80% siswa memperoleh nilai ≥ 70
sesuai KKM, sehingga perlu adanya refleksi perbaikan pembelajaran untuk
dilaksanakan pada siklus selanjutnya dengan tujuan untuk mencapai hasil
belajar siswa yang sesuai standar yang telah ditetapkan. Setelah pelaksanaan
tindakan siklus II selama 2 kali pertemuan selesai, maka kegiatan selanjutnya
adalah evaluasi siklus II. Hal ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan kognitif siswa setelah menerapkan model Problem Based
Learning (PBL) dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara
individu, karena dengan cara ini peneliti bisa melihat kemampuan kognitif
siswa atas materi yang telah diajarkan. Dalam pencapaian hasil belajar siswa
dikelompokkan dalam dua kategori yaitu kategori tuntas dan kategori tidak
tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 3.
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II.

Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Pencapaian Siklus
1 2
Jumlah Siswa 30 orang 30 orang
Nilai Tertinggi 80 90
Nilai Terendah 20 50
Nilai Rata-Rata 60 80
Persentase Tuntas 43,33% 83,33%
Persentase Tidak Tuntas 56,67% 16,67%

Pembahasan
Dalam model problem based learning (PBL) dilaksanakan dalam lima
tahap. Tahap pertama adalah mengorientasikan siswa pada masalah, pada tahap
ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi

6
siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Tahap kedua
adalah mengorganisasi siswa untuk belajar di mana guru membantu siswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi, membentuk kelompok belajar, memperkenalkan alat dan bahan
atau media pembelajaran, membagikan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan
soal LKS, membimbing siswa dalam mengerjakan soal LKS. Tahap ketiga yaitu
membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Guru mendorong siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, dan mencari penjelasan dan pemecahan
masalah. Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
membuat laporan hasil diskusi mereka, dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya dan guru meminta siswa dari setiap kelompok. Tahap
kelima yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dimana
guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-
proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah. Pada siklus
I aktivitas guru dan siswa cukup baik meskipun dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung masih ada kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaannya. Hal itu
dapat dilihat pada hasil observasi yang dilakukan guru menunjukkan bahwa
masih ada beberapa aspek yang belum terlaksana dengan baik dalam proses
pembelajaran yang menyebabkan kegiatan pembelajaran belum bersifat aktif
yakni, guru masih kurang dalam memotivasi siswa, diskusi kelompok kurang
semangat, dominasi dalam kelompok maupun antar kelompok masih mewarnai
kegiatan pembelajaran yang disebabkan kurangnya perhatian guru dalam
membentuk kelompok, guru kurang membimbing siswa dalam mengerjakan
tugas kelompok sehingga siswa tidak terorganisir dalam menyelesaikan tugas,
serta guru belum menguasai model problem based learning sehingga susah dalam
melakukan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi pada
siklus I dinyatakan bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model Problem Based Learning (PBL) masih banyak
kekurangannya, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa masih jauh dari
KKM yang sudah ditetapkan yaitu 80%. Maka dengan begitu dilaksanakan
refleksi dan perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus selanjutnya
yaitu siklus II. Hasil refleksi dan hasil belajar siswa tersebut dijadikan sebagai
salah satu unsur utama dalam melaksanakan siklus II.
Pada pelaksanaan siklus II aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar
siswa sudah baik dan sudah sesuai dengan langkah-langkah model Problem
Based Learning (PBL) dan hasil dari tes yang diperoleh siswa sudah mencapai
80%. Hal ini tampak dengan sikap antusias siswa dalam belajar, siswa mulai
merespon perintah guru dan serius dalam memecahkan masalah yang ada pada
LKS. Keseriusan itu terlihat pada kekompakkan setiap kelompok saat siswa
memecahkan masalah dan itu berefek pada hasil penyajian pemecahan masalah
dalam diskusi siswa, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Selain
itu siswa dengan penuh percaya diri dalam melakukan presentase hasil diskusi
kelompoknya maupun dalam memberikan kesimpulan pembelajaran di depan
kelas. Hasil refleksi tersebut menjadi pedoman dalam pelaksanaan siklus II.
(Radiah, 2020:120) dalam temuannya, mengatakan bahwa perbaikan dan

7
penyempurnaan terhadap aspek-aspek kegiatan guru dan aktivitas siswa dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL), maka pada siklus II terjadi
peningkatan kemampuan siswa pada materi pokok system pemerintahan
kabupaten/kota dan provinsi. Pada pelaksanaan tindakan siklus II terlihat ada
kemajuan dibandingkan dengan siklus I, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil tes belajar yang dilakukan guru
menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
dalam pembelajaran, maka model tersebut memiliki dampak positif dalam
pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Indahnya
Kebersamaan. Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
90% 83.33%
80%
70%
60% 56.67%
53.33%
50% 46.67%
43.33%
40%
30%
20% 16.67%
10%
0%
Pra Tindakan Siklus I Siklus II

Tuntas Column1

Berdasarkan gambar 1, menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar


siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada pra tindakan berjumlah 16 orang
siswa dengan persentase sebesar 46,67%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak
tuntas sebanyak 14 orang siswa dengan persentase sebesar 53,33%.
Pembelajaran tersebut perlahan-lahan berjalan dengan lancar karena terjadi
perubahan dari segi kognitif yaitu peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa
melalui tes siklus 1 dengan nilai klasikal sebelum tindakan 53,33% dan setelah
tindakan meningkat menjadi 56,67%, selain itu dilihat dari segi afektif yaitu
perubahan prilaku siswa yang terlihat pada saat mereka antusias dalam
menerima, berpikir kritis, dan menyimpulkan pembelajaran dan dari segi
psikomotorik terlihat pada saat siswa mulai terampil memecahkan masalah untuk
menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan adanya pemberian
rangsangan/stimulus berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan
pemecahannya oleh siswa yang kemudian dapat menambah keterampilan siswa
dalam pencapaian materi pembelajaran karena masalah yang diberikan
berhubungan dengan kehidupan nyata siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada
siklus I tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas dan rendahnya aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perlu dilanjutkan ke
siklus berikutnya yaitu siklus II. Oleh karena itu, beberapa kelemahan dari siklus

8
I sudah dapat diperbaiki, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada
siklus II dapat terlaksana dengan tepat dan sistematis sesuai dengan skenario
pembelajaran. Sehingga peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
ketuntasan belajar pada siklus II berjumlah 25 orang siswa dengan persentase
sebesar 83,33%. Sedangkan, jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 orang
siswa dengan presentase sebesar 16,67% dengan nilai rata-rata 80. Secara
klasikal ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II terjadi
peningkatan sebesar 40%. Dari hasil belajar siswa pada siklus II dapat diketahui
bahwa indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu 80% telah tercapai,
sedangkan hasil observasi kegiatan pembelajaran sudah terlaksana dengan baik
sesuai dengan langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL).
Terjadinya peningkatan persentase ketuntasan dari siklus I 43,33% ke siklus II
83,33%.
Model Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (autentik), sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan
siswa. Model ini juga salah satu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kengiatan (Efri et al., 2020:345). Oleh karena
itu, penerapan model PBL dalam penelitian ini dapat dikatakan berjalan dengan
baik karena siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang diberikan
sehingga siswa sangat antusias dan aktif dalam proses pembelajaran. Hasil
tindakan tersebut sesuai dengan pendapat (Wiwik, 2015:4) pembelajaran
berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana
siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian, siswa
diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu
tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah
yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi,
dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka. Dari pendapat ahli,
membuktikan bahwa model model pembelajaran PBL merupakan suatu model
pembelajaran inovatif yang melibatkan siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan pembelajaran. Model pembelajaran ini salah satu model
pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam
pemecahan masalah. Dengan demikian, sesuai dengan hipotesis tindakan dalam
penelitian ini yaitu jika guru menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
hasil belajar siswa pada Tema 5 Wirausaha kelas VI SDN 16 Kendari meningkat.

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan model PBL pada Tema 5 Wirausaha di kelas VI SDN 16
Kendari dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas mengajar guru. Hal ini
dapat ditunjukan oleh hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus I
pertemuan 1 dari 75% meningkat pada pertemuan 2 menjadi 92,5%, dan pada
Siklus II pertemuan 1 dari 97,5% meningkat menjadi 100%.
2. Penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini
dapat ditunjukan oleh hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I

9
pertemuan 1 dari 82,5% meningkat pada pertemuan 2 menjadi 90%, dan pada
Siklus II pertemuan 1 dari 95% meningkat menjadi 97,5%.
3. Penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal ini
dapat ditunjukan dengan peningkatan di mana pada siklus I sebesar 43,33%
dan meningkat pada siklus II menjadi 83,33%.

Daftar Pustaka
Daur, Barlian, S. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN
1 Bokori. 4, 1–10.
Efri, Dewi, Reflina, P. (2020). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Tema Indahnya Kebersamaan Di Kelas IV Efri
Mawati Zai , Dewi Anzelina , Reflina Sinaga , Patri Janson Silaban
Universitas Katilik Santo Thomas Medan , Indonesia Pendahuluan. 6(2),
344–349.
Elwien, A. (2013). Implementasi kurikulum 2013 di sekolah dasar.
Ilham, D. (2019). Menggagas Pendidikan Nilai dalam Sistem Pendidikan
Nasional. 8(3), 109–122.
Nidaur, A. (2019). Belajar Dan Pembelajaran Tujuan Belajar Dan Pembelajaran.
09(02), 193–210. https://www.coursehero.com/file/52663366/Belajar-Dan-
Pembelajaran1-convertedpdf/
Masrinah, E. N., Aripin, I., Gaffar, A. A., Biologi-fkip, P. S. P., & Majalengka, U.
(2019). Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis. 924–932.
Radiah, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
(Problem Solving) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas IV
SDN 1 Ksumeeto. 3(April), 116–122.
Wiwik, K. (2015). Penerapan Model Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran IPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN
Semboro 01 Kecamatan Semboro Kabupaten Jember Tahun Ajaran
2014/2015. 1–12.

10

Anda mungkin juga menyukai