Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM


Ada dua macam pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang relevan
bagi pembelajaran tematik integratif, yaitu integrated curriculum approarch dan
holistic curriculum approach. Masing-masing pendekatan dapat diuraikan sebagai
berikut.
A. Integrated Curriculum Approach
Pendekatan integrated kurikulum dilakukan dengan mengintegrasikan
bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran yang dicapai dengan cara
memusatkan tema atau beberapa mata pelajaran dari berbagai disiplin ilmu,
batas-batas mata pelajaran dapat ditiadakan (Nasution, 1993:111). Sistem
pengajaran dikembangkan dalam bentuk pengajaran unit (Oemar Hamalik,
2011:37), di mana mata pelajaran atau bidang studi tidak terpisah satu dengan
lainnya dan tidak ada pembatas antar satu dan yang lainnya.
Integrated curriculum bertolak dari konsep kesatuan yang bermakna
dan terstruktur (Oemar Hamalik, 2011:36). Bermakna artinya bahwa setiap
suatu keseluruhan tersebut memiliki makna, arti, faedah dan manfaat tertentu.
Keserluruhan dalam konteks ini bukan berarti penjumlahan bagian-bagian,
melainkan suatu totalitas yang memiliki makna khusus. Terstruktur
didasarkan pada asumsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu
berada dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Pendidikan anak adalah
pendidikan keseluruhan untuk membentuk keseluruhan totalitas diri anak dan
masing-masing aspek kepribadian anak bukanlah sesuatu yang dapat dipisah-
pisahkan, misalnya aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karenanya
kurikulum integratif dimaksudkan untuk membentuk pribadi individu yang
utuh dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa individu merupakan
makhluq hidup potensial yang sedang berkembang dan berada dalam
masyarakat yang selalu berkembang.
Kurikulum ini membuka kesempatan yang lebih besar untuk
dilakukannya kerja kelompok, memanfaatkan lingkungan dan masyarkat
sebagai sumber belajar, memperhatikan individual differences, melibatkan

29
peserta didik dalam perencanaan pembelajaran. Selain memperoleh sejumlah
pengetahuan yang fungsional kurikulum ini juga lebih mengutamakan proses
belajar peserta didik bukan hanya hasil belajarnya saja. Cara memperoleh
pengetahuan untuk memecahkan maalah dianggap penting karena akan
berpengaruh pada hasil hasil pemecahan masalahnya.
Integrated curriculum sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil
belajar yang sama bagi setiap peserta didik. Guru, orang tua dan peserta didik
merupakan komponen utama yang bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran. Selama percobaan antara tahun 1932 – 1940, integrated
curriculum ini membuktikan peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan
baik, memiliki kemantapan kepribadian dan bisa terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan lebih luas (Nasution, 1992:112).
Integrated curriculum sangat memperhatikan aspek-aspek psikologis
yang berpengaruh terhadap integrasi individu dengan lingkungannya
(Abdullah Idi, 2010:148). Menurut Soetopo & Soemanto, integrated
curriculum dibedakan menjadi tiga, yaitu the child centered curriculum, the
social functions, dan the experience curriculum. The child centered
curriculum adalah perancangan kurikulum di mana faktor peserta didik
menjadi sentral konsideran dalam pengambilan keputusan; the social
functions curriculum adalah desain kurikulum yang mencoba mengeliminasi
mata pelajaran sekolah dari sisi keterpisahannya dengan fungsi-fungsi pokok
kehidupan sosial yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar
peserta didik; sedangkan the experience curriculum adalah perancangan
kurikulum yang mengedepankan pemberian pengalaman sosial yang
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.
B. A Holistic Curriculum Approach
Pendekatan kurikulum holistik melahirkan pendidikan yang holistik
pula, yang melibatkan pengembangan seluruh aspek diri peserta didik, baik
pikiran, emosi, fisik dan semangat peserta didik. Melalui kurikulum ini,
memungkinkan peserta didik terhubung dengan masyarakat, alam, jiwa, mata
pelajaran, jasmani dan rohani, dan mampu mengembangkan intuisi dan riset

30
(http://equinoxschool.ca/about/the-holistic-curriculum/, diakses tanggal 8
Februari 2014 pukul 14.00 WIB).
1. Keterhubungan dengan masyarakat
Membangun masyarakat dapat dimulai dari kelas dan kemudian
meluas ke masyarakat lokal dan global. Melalui pegembangan kurikulum
holistik, peserta didik memperoleh keterampilan untuk mencari solusi
untuk masalah-masalah sosial yang ada di sekitarnya. Peserta didik setelah
lulus diharapkan mampu melakukan aksi sosial guna menciptakan
kehidupan yang lebih baik dan adil.
Ruang kelas adalah pemberi pengalaman pertama bagi peserta didik
akan kehidupan kemasyarakatan. Para guru harus memiliki komitmen
untuk membangun komunitas kelas yang kohesif. Untuk membangun
masyarakat di dalam kelas dapat dilakukan melalui kegiatan rutin dan
mendekatkan peserta didik dengan bahasa-bahasa sosial di masyarakat.
Misalnya, program pertemuan mingguan kelas, bahasa untuk resolusi
konflik, kegiatan pembelajaran kolaboratif, dan diskusi kelas untuk
membangun hubungan yang saling menghargai antar sesama peserta didik.
Peserta didik belajar tentang keadilan sosial melalui Ilmu Sosial
yang memperkenalkan pesera didik berbagai perspektif sosial dan untuk
memunculkan rasa empati sekitar isu-isu sosial di kelas yang kemudian
dapat diperluas menjadi isu masyarakat lokal dan global yang sedang
terjadi. Guru mengajak peserta didik untuk mengkritisi literatur yang ada,
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar
dan disambungkan dengan realitas sosial, seperti role play atau quiz.
2. Keterhubungan dengan alam
Kurikulum holistik mengajarkan siswa tidak hanya tentang
pemecahan masalah lingkungan sosial, tetapi yang tidak kalah penting
adalah bagaimana peserta didik juga memiliki rasa tanggung jawab untuk
menjaga dan melestarikan alam.
Peserta didik diajarkan bagaimama mereka memiliki kepekaan
terhadap masalah alam dan dengan penuh kesadaran mampu mencari

31
solusi alternatif atas masalah yang terjadi di alam. Pada awalnya peserta
didik dapat dipupuk rasa cina pada lingkungan alam melalui berkebun dan
bertani di taman sekolah atau kebun di masyarakat setempat. Dalam hal ini
sekolah dapat melakukan kemitraan dengan para petani dan pemilik lahan
perkebunan, baik petani organik maupun non organik.
Peserta didik akan memperoleh pengalaman bertani dan berkebun di
sekolah yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai bekal untuk
memecahkan masalah yang mungkin muncul suatu saat di lingkungannya.
Dengan pengalaman tersebut peserta didik akan mampu merekayasa
lingkungan alam agar memberikan kesejahteraan bagi makhluq hidup
semuanya.
3. Keterhubungan dengan batin
Kurikulum holistik juga menghubungkan peserta didik dengan
kehidupan batin mereka, yang merupakan energi vital yang memberikan
arti dan tujuan hidup individu. Sambungan kegiatan pembelajaran ke
dalam kehidupan batin peserta didik dicapai melalui kegiatan
mendongeng. Cerita yang diceritakan secara lisan akan mampu mengikat
dan mengembangkan imajinasi peserta didik. Cerita-cerita mitos, legenda,
cerita rakyat, dongeng, sejarah dari seluruh dunia dapat menjelaskan
kepada peserta didik akan beragamnya budaya warisan dari nenek
moyang.
Beberapa kegiatan rutin di kelas yang dapat menghubungkan peserta
didik dengan batin mereka misalnya bernyanyi, menari, pembacaan puisi
setiap hari, meditasi, berbicara melingkar di mana setiap peserta didik
memiliki kesempatan untuk berbagi cerita, festival budaya dan seni, dan
lain-lain
4. Keterhubungan tubuh dan pikiran
Kurikulum menekankan hubungan alami antara tubuh dan pikiran.
Peserta didik didorong untuk mengeksplorasi hubungan antara tubuh dan
emosi mereka, dan untuk mengembangkan apa yang mereka rasakan pada
diri mereka. Kegiatan ditekankan pada upaya untuk menciptakan tubuh

32
yang sehat, mengembangkan komunikasi yang positif dan kesadaran
dalam semua tindakan, menyadari apa yang telah dilakukan dan saat
melakukannya.
Kegiatan yang digunakan untuk merangsang hubungan pikiran-tubuh
di dalam kelas misalnya drama, gerakan kreatif, tari, kinerja, role play,
yoga, meditasi dan relaksasi.
5. Keterhubungan dengan materi
Hubungan antar mata pelajaran melahirkan kurikulum yang
terintegrasi. Integrasi ini dilakukan lintas pelajaran dalam pembahasan
tema-tema yang luas dan sering pula dikenal dengan instilah
transdiciplinary. Sejumlah mata pelajaran diintegrasikan ke dalam tema
pelajaran lain di mana hal ini ternyata dapat membantu untuk
memperdalam pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran.
6. Keterhubungan Intuisi dan Inquiry
Pendekatan berbasis inquiry adalah salah satu cara yang guru
mengembangkan intuisi siswa. Dalam menghubungkan intuisi dan inkuiri
guru dapat melakukan kegiatan yang memfasilitasi eksplorasi di taman
bermain, di dalam dan di luar kelas. Peserta didik diarahkan
bereksplorasi, membuat penemuan dan prediksi, guru berperan sebagai
pendorong dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Peserta didik dapat
mendokumentasikan eksplorasi mereka melalui gambar atau tulisan,
video.

33
BAB IV
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF
Menurut Fogarty (Trianto, 2010:41) ada sepuluh model pembelajaran
terpadu, yaitu: (1) the fragmented model (model tergambarkan); (2) the connected
model (model terhubung); (3) the nested model (model tersarang; (4) the
sequenced model (model terurut); (5) the shared model (model terbagi); (6) the
webbed model (model terjaring); (7) the threaded model (model tertali); (8) the
integrated model (model terpadu); (9) the immersed model (model terbenam); (10)
the networked model (model jaringan). Masing-masing model tersebut dapat
diuraikan secara singkat dalam tabel berikut.
Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan
Fragmented Berbagai disiplin Adanya kejelasan Keterhubungan
(keterpisahan) ilmu yang berbeda dan pandangan menjadi tidak
dan saling terpisah yang terpisah jelas, lebih
dalam suatu mata sedikit transfer
pelajan pembelajaran

Connected Topik-topik dalam Konsep-konsep Disiplin-disiplin


(keterhubungan) satu disiplin ilmu utama saling ilmu tidak
berhubungan satu terhubung, berkaitan,
sama lain mengarah pada konten tetap
pengulangan, terfokus pada
rekonseptualisasi, satu disiplin
dan asimilasi ilmu
gagasan-gagasan
dalam suatu
disiplin ilmu
Nested Keterampilan- Memberi Peserta didik
(sarang) keterampilan perhatian pada kebingungan
sosial, berpikir berbagai mata dan kehilangan
konten dicapai pelajaran yang arah mengenai
salah satu mata berbeda dalam konsep-konsep
pelajaran waktu yang utama dari suatu
bersamaan, kegiatan
memperkaya dan pembelajaran
memperluas
pembelajaran
Sequenced Persamaan- Memfasilitasi Membutuhkan
(satu rangkaian) persamaan yang transfer kolaborator
ada diajarkan pembelajaran yang terus

34
secara bersamaan melintasi beberapa menerus dan
meskipun mata pelajaran kelenturan yang
termasuk ke dalam tinggi karena
mata pelajaran para guru
yang berbeda memiliki
otoritas dalam
merancang
kurikulum
pembelajaran
Shared Perencanaan tim Terdapat Membutuhkan
(terbagi) dan atau pengalama- waktu,
pengajaran yang pengalaman kelenturan,
melibatkan dua pembelajaran komitmen, dan
disiplin ilmu bersama dengan kompromi
difokuska pada dua guru dalam
konsep, satu tim akan lebih
keterampilan, dan berkolaborasi
sikap
Webbed Pengajaran Dapat memotivasi Tema yang
(Jaring laba-laba) tematik peserta didik, digunakan harus
menggunakan satu membantu mereka dipilah baik-
tema sebagai dasar untu dapat melihat baik secara
pembelajarn keterhubungan selektif agar
berbagai disiplin antar gagasan bermakna bagi
mata pelajaran peserta didik
dan sesuai
dengan konten
mapel
Threaded Keterampilan- Peserta didik dapat Disiplin-disiplin
(dalam satu ukur) keterampilan sosial, mempelajari cara ilmu yang
berpikir, berbagai mereka belajar, bersangkutan
jenis kecerdasan, memfasilitasi tetap terpisah satu
dan keterampilan transfer sama lainnya.
belajar direntangkan pembelajaran
melalui berbagai berikutnya
disiplin ilmu
Integrated Dalam berbagai Mendorong peserta Membutuhkan
(terpadu) prioritas yang saling didik untuk melihat tim yang benar-
tumpang tindih keterkaitan dan benar mampu
dalam berbagai kesaling antar departemen
disiplin ilmu, dicari terhubungan yang memiliki
keterampilan, diantara disiplin perencanaan dan
konsep, dan sikap ilmu; peserta didik waktu pengajaran
yang sama termotivasi dengan yang sama
melihat berbagai
keterkaitan tersebut
Immersed Peserta didik Keterpaduan Dapat
memadukana pa berlangsung di mempersempit

35
yang dipelajari dalam peserta didik fokus peserta
dengan cara itu sendiri didik
memandang seluruh
materi pembelajaran
melalui perspektif
bidang yang disukai
(area of interest)
Networked Peserta didik Bersifat proaktif, Dapat memecah
(membentuk melakukan proses peserta didik perhatian peserta
jaringan) pemaduan topik terstimulasi oleh didik, berbagai
yang dipelajari informasi, upaya menjadi
melalui pemilhan keterampilan atau tidak efektif
jejaring pakar dan konsep-konsep baru
sumber daya

Dari kesepuluh model pembelajaran integratif tersebut, ada tiga model


yang tepat kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran persekolahan tingkat
dasar, yaitu connected model, webbed model, dan integrated model.
A. Model Keterhubungan (connected model)
Model keterhubungan menyajikan relasi yang eksplisit dalam suatu
mata pelajaran, yaitu satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke
keterampilan yang lain, satu model ke model yang lain dalam satu bidang
studi. Dalam model pembelajaran keterhubungan, kata kuncinya adalah
adanya upaya untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu
tertentu, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Dengan kata lain bahwa
pembelajaran integratif model connected adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan mengaitkan satu topik dengan topik berikutnya, mengaitkan satu
konsep dengan konsep lainnya, mengaitkan satu tugas dengan tugas lainnya
dalam satu bidang studi. (Sukayati, 2004:5).

Kimia Fisika Biologi

Gambar : Diagram Peta Keterhubungan

36
Kelebihan model connected ini adalah: (1) dengan penghubungan inter
bidang studi, peserta didik diharapkan memiliki wawasan yang luas
sebagaimana bidang studi yang fokus pada suatu bidang kajian tertentu; (2)
peserta didik dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara
berkelanjutan, sehingga internalisasi pengetahuan pada diri peserta didik akan
semakin kuat; (3) menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi
memungkinkan peserta didik mampu mengkaji, mengkonseptualisasikan,
memperbaiki, dan mengasimilasi ide-ide kreatif dalam memecahkan suatu
masalah (Trianto, 2010:46).
Sedangkan kelemahan model connected adalah : (1) masih kelihatan
terpisahnya inter bidang studi; (2) kurang mendorong guru untuk membentuk
team teaching, sehingga isi materi ajar tetap terfokus tanpa merentangkan
konsep-konsep antar bidang studi; (3) dalam memadukan ide-ide pada satu
bidang studi, maka upaya untuk menghubungkan antar bidang studi menjadi
terabaikan (Trianto, 2010:47)
B. Model Jaring laba-laba (Webbed model)
Model pembelajaran integratif jaring laba-laba pada dasarnya
merupakan pembelajaran terpadu. Model ini dikembangkan mulai dari
penentuan tema yang dipilih antara guru dan peserta didik, atau antara guru
dengan guru. Setelah tema disepakati kemudian dikembangkan ke dalam sub-
sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi yang lain.
Dari sub-sub tema ini kemudian dikembangkan ke dalam berbagai aktivitas
pembelajaran (Sukayati, 2004:5).

Gambar : Diagram Peta Webbed

37
Kelebihan model jaring laba-laba ini adalah: (1) penentuan tema yang
sesuai dengan minat anak akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik;
(2) mudah dilakukan oleh guru, walaupun belum berpengalaman; (3) mudah
dalam membuat perencanaan; (4) memberikan kemudahan bagi peserta didik
dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide terkait. Sedangkan
kelemahannya adalah: (1) terkadang sulit untuk menentukan tema; (2)
cenderung untuk merumuskan tema-tema yang dangkal; (3) dalam kegiatan
pembelajaran, terkadang guru lebih memusatkan pada kegiatan dari pada
pengembangan konsep konten materi ajarnya (Trianto, 2010:48).
C. Model Keterpaduan (Integrated model)
Model integrated ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran,
dimana model ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran
dengan menetapkan prioritas kurikulum dan menemukan keterampilan, sikap
dan konsep yang tumpah tindih dalam beberapa mata pelajaran (Sukayati,
2004:5).
Langkah awal yang dilakukan jika mengikuti model ini adalah mula-
mula guru menyeleksi keterampilan, sikap dan konsep-konsep yang tumpang
tindih antar beberapa mata pelajaran yang diajarkan dalam satu semester,
misalnya IPA, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika dan lain-lain. Selanjutnya
dipilih beberapa keterampilan, sikap dan konsep yang tumpang tindih tersebut
yang memiliki keterhubungan erat kemudian dicarikan tema yang dapat
mewadahi beberapa konsep yang tumpah tindih tersebut untuk dijadikan
sebagai tema pembelajaran.

Gambar : Diagram Peta Integrated


Kelebihan dari model integrated ini adalah: (1) memungkinkan
terjadinya pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada

38
isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain
– satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi – pembelajaran akan
semakin kaya dan berkembang; (2) memotivasi peserta didik dalam belajar;
(3) memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam satu
waktu, tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain,
guru tidak perlu mengulang kembali materi yang dianggap tumpang tindih
sehingga pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan
kelemahan dari model ini adalah: (1) guru dipaksa harus mengausai konsep,
sikap, keterampilan yang diprioritaskan menjadi tema pembelajaran pada saat
itu; (2) terkadang sulit menerapkan model integrasi secara penuh; (3)
diperlukan tim antar bidang studi, mulai dari perencanaan hingga
pelaksanaan; (4) menuntut adanya keragaman sumber belajar (Trianto,
2010:51)

39

Anda mungkin juga menyukai