Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun
bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan
SMA/MA, karna pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik
dan autentik.
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai
berikut:
1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak, sesuai
dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara
menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu
dengan yang lain.
2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus
mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat
dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karna ia terbiasa berpikir secara
ragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan
integratif.
Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurukulum terpadu)
atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning
(pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran
terpadu.
Prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, autentik dan aktif. Pertama, holistik; berarti
bahwa suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-
kotak. Kedua, bermakna; mengandung arti suatu fenomena dari berbagai macam aspek tersebut
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
dinamai skemata, sehingga menimbulkan kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Ketiga,
autentik; mempunyai makna bahwa pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara
langsung. Keempat, aktif; menekankan kepada siswa baik secara fisik, mental, intelektual maupun
emosional dalam pembelajaran sehingga didapat hasil belajar optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat, dan kemampuan siswa dalam upaya menumbuhkan motivasi belajar secara kontinu.
Yang perlu dipahami oleh guru atau pihak-pihak yang akan menerapkan model pembelajaran
terpadu dalam kegiatan pembelajaranini, yaitu:
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja
mengaitkan beberapa aspek, baik dalam intra mata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Pembelajaran terpadau diharapkan siswa juga dapat :
1. Aliran progresivisme
Aliran progresivime merupakan filsafat pendidikan yang sangat populer pada
abad ke-20 dengan tokohknya john Dewey. Aliran ini meyakini bahwa pada
dasarnya manusia mempunyai kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya
dengan alam, sanggup meresapi rahasia-rahasia alam, serta sanggup menguasai
alam. Di dalam dunia pendidikan, sebagaimana dikemukakan Ali ( 1990: 146)
aliran filsafat programisme telah memberikan sumbangan besar, dimana telah
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik.
Peserta didik diberikan kebebasan, baik secara fisik maupun cara berfikir, guna
mengembangkan kemampuan dan bakat yang ada pada dirinya tanpa terhambat
oleh rintangan yang dibuat orang lain.
2. Aliran konstrukivisme
Aliran konstruktisme ini merupakan aliran yang paling banyak menginspirasi
pandangan atau landasan pelaksanaan model pembelajaran di dunia pendidikan.
Aliran ini merupakan filsafat yang sangat kuat mempengaruhi dunia pendidikan
akhir-akhir ini, termasuk juga model pembelajaran terpadu. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa konstrukivisme merupakan suatu komitmen terhadap
pandangan bahwa manusia membentuk sendiri pengetahuannya. Ini berarti bahwa
suatu pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang individu adalah hasil dari
aktivitas yang dilakukan oleh individu tersebut, atau bukan hasil dari suatu
pembelajaran yang diterima secara fasif dari luar. Konsep dan pengertian
konstruktivisme ini berimplikasi pada proses pembelajaran siswa. Secara
oprasional, implikasi tersebut meliputi sebagai berikut:
a. Pembelajaran berpusat kepada siswa
b. Pengetahuan yang dimiliki siswa adalah hasil aktivitas yang dilakukan
siswa, bukan diterima secara fasif.
c. Guru berperan sebagai fasilitator yang membatu siswa mengkonstruksi
pengetahuan dan menyelesaikan masalah
d. Guru akan mengenal pasti pengetahuan apa yang ada pada siswa dan
merancang pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pengetahuan
tersebut.
e. Guru berperan sebagai perancang bahan pelajaran yang memberikan
peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan baru.
3. Aliran humanisme
Aliran ini memandang siswa dari segi keunikannya dan potensi yang dimilikinya.
Kurikulum disekolah secara kontinu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan motif
dan minat siswa. Aliran humanisme dalam pendidikan mengutamakan peran siswa,
guru lebih pada agen kerja sama atau fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk
belajar. Minat dan keutuhan siswa menjadi orientasi utama dalam pengembangan
pengalaman belajar, strategi pembelajaran dikembangan berdasarkan prinsip
penemuan dengan tujuan utama agar siswa mampu mengaktualisasi diri. Dari sisi
psikologi perkembangan, sukmadinata ( 2005 : 47-48 ) megemukakan tiga teori atau
pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu : pendekatan penahapan,
pendekatan diferensial, dan pendekatan ipsatif. Pertama, perkembangan individu
berjalan melalui tahap-tahap perkembangan. Kedua, pendekatan diferensial,
pendekatan ini memandang anak dari sisi persamaan dan perbedaannya ( jenis
kelamin, agama, ras, status sosial-ekonomi). Ketiga, pendekatan ipsatif, berusaha
melihat perkembangan individu dari karakteristiknya.