Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.

A.

LATAR BELAKANG

Usaha pendidikan tidak hanya untuk membuat sempurna atau membuat muda salah satu
bagian dari ilmu, tetapi untuk membuka dan merangsang pikiran pendidik agar mampu
sebaik mungkin membuat desain pendidikan, manakala mereka akan berbuat untuk dirinya.
Dalam hal ini terdapat berbagai upaya yaitu melalu sistem pendidikan terpadu.
Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan dan
menyesuaikan penyampaian konsep sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pendekatan
berangkat dari teori belajar yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak (Depdikbud, 1996 dan Prabowo, 2000).
Pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep pendekatan pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna ganda bagi
anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan
membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian pembelajaran terpadu memberikan
kesempatan pada siswa untuk memahami masalah ynag kompleks yang ada di lingkungan
sekitarnya dengan pandangan yang utuh. Denganv pembelajaran terpadu ini siswa
diharapkan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai, dan
menggunakan informasi yang ada di sekitarnya secara bermakna (PDGK: 1.2)
Secara umum di dalam pembelajaran terpadu dikenal tiga pengintegrasian kurikulum, yaitu
mengintegrasi di dalam satu disiplin ilmu, pengintegrasian beberapa disiplin ilmu, dan
pengintegrasian di dalam dan beberapa disiplin ilmu. Fogarty (1991; xv) mengemukakan
sepuluh tipe pembelajaran terpadu, yaitu tipe fragmented, connected, nested, sequenced,
sharred, webbed, treaded, integrated, immersed, dan network. Dari kesepuluh tipe tersebut,
tiga tipe pertama yakni tipefragmented, connected, dan nested merupakan pengintegrasian
kurikulum di dalam satu disiplin ilmu (mata pelajaran). Sedangkan tipe sequenced, shared,
webbed, hreded dan integrated merupakan pengintegrasian kurikulum beberapa disiplin ilmu.
Dua tipe yang terakhir yakni immersed dannetworked merupakan pengintegrasian di dalam
dan beberapa disiplin ilmu.
Sehubungan dengan hal-hal di atas, maka penulis akan menjelaskan dan mengembangkan
pembelajaran terpadu model nested (tersarang). Pembelajaran terpadu model nested adalah
model pembelajaran yang mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara
khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin
dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanyadalam suatu unit pembelajaran untuk
ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi
keterampilan berfikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan
mengorganisir (organizing skill) Trianto (2007:49)
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1.

mendiskripsikan pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang);

1.

menjelaskan karakteristik pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang);

2.

menjelaskan landasan pelaksanaan pembelajaran terpadu tipe nested


(tersarang);

3.

menyebutkan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran terpadu tipe


nested (tersarang);

4.

mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested


(tersarang)

1.

tahap perencanaan;

2.

tahap pelaksanaan;

3.

tahap evaluasi;

4.

memberikan contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe nested


(tersarang) dalam sebuah rencana pembelajaran (RPP).
BAB II
PEMBELAJARAN TERPADU TIPE NESTED (TERSARANG)

1.

A.

PEMBELAJARAN TIPE NESTED

Pembelajaran terpadu model nested adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan


kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada
sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru kepada siswanyadalam
suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (content). Keterampilanketerampilan belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking skill), keterampilan social
(social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill) Fogarty (1991: 23).
Model pembelajaran terpadu tipe nested atau bersarang adalah integrasi desain guna
memperkaya segala hal yang digunakan oleh guru supaya terlihat lebih terampil. Mereka tahu
bagaimana untuk mendapatkan jarak tempuh yang paling efektif dari pelajaran-pelajaran
apapun. Tapi, dalam pendekatan nested untuk instruksi perencanaan diperlukan beberapa
sasaran yang tepat untuk belajar siswa. Namun, integrasi nested mengambil keuntungan dari
kombinasi alam sehingga tugas tersebut tampaknya cukup mudah.
Namun pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu
tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran
terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan, dan tahap
evaluasi. Krakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk sebuah kegiatan awal. Seperti
yang dicontohkan Fogerty (1991:28) untuk jenis mata pelajaran social dan bahasa dapat
dipadukan keterampilan berpikir (thingking skill) dengan keterampilan social (social skill).
Sedangkan untuk pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berfikir
(thingking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
1.

1.

Karakteristik Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang)

Menurut Depdikbud (1996:3) pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai


beberapa karakteristik atau cirri-ciri, yaitu
1.

a.

Holistic

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala
sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijaksana di
dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan mereka.
1.

b.

Bermakna

Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini akan berdampak kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul di dalam kehidupannya.
1.

c.

Otentik

Pembelajaran terpadu juga memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan
konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami
dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan

pengetauhuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hokum pemantulan
cahaya diperoleh siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai
fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai actor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan
fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
1.

d.

Aktif

Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus menerus belajar.
Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses
pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang
dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
1.

2.

Landasan Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Tipe Nested (Tersarang)

Pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) dikembangkan dengan landasan sebagai


berikut (Depdikbud, 1996: 5)
1.

a.

Progresivisme

Aliran progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami,


tidak artificial.pembelajaran di sekolah tidak seperti dalam keadaan dunia nyata sehingga
tidak memberikan makna kepada kebanyakan siswa.
1.

b.

Konstruktivisme

Pada dasarnya aliran konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh
individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna
tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang
pengalaman orang lain.
Belajar menurut pandangan konstruktivisme merupakan hasil konstruksi kognitif melalui
kegiatan seseorang. Pandangan ini member penekanan bahwa pengetahuan kita adalah
bentukan kita sendiri (Suparno, 1997:18)
1.

c.

Developmentally Appropriate Practice

Prinsip dalam developmentally appropriate practice ini menyatakan bahwa pembelajaran


harus disesuaikan dengan perkembangan usia, dan individu yang meliputi perkembangan
kognisi, emosi, minat dan bakat siswa. Misalnya untuk siswa SLTP yang berusia rata-rata 11
sampai 15 tahun (tahap operasi formal) sesuai perkembangan kognitif Piaget, telah memiliki
kemampuan pemikiran abstrak sehingga dapat dirancang pembelajaran yang memberikan
siswa dapa memecahkan masalah melalui kegiatan eksperimen.
Teori Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang sangat terkenal. Piaget membagi
perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahap: sensorimotor, pra
operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Kecepatan perkembangan tiap individu
melalui urutan tiap tahap ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari
tahap tersebut.
TABLE 2.1
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET
Tahap

Perkiraan Usia

sensorimotor

Lahir sampai 2 tahun

Kemampuan-kemampuan Utama
Terbentuknya konsep kepermanenan obyek dan
kemajuan gradual dari prilaku refleksif ke perilaku
yang mengarah kepada tujuan.

Perkembangan kemampuan menggunakan symbolPra Operasional

2 sampai 7 tahun

simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia.


Pemikiran masih egosentris dan sentrasi

Perbaikan di dalam kemampuan untuk berpikir seca


logis. Kemampuan-kemampuan baru termasuk
Operasi Kongkrit

7 sampai 11 tahun

penggunaan operasi-operasi yang dapat balik.


Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan
pemecahan masalah tidakbegitu dibatasi oleh
keegosentrisan.

Operasi Formal

11 tahun sampai
dewasa

Pemikiran abstrrak dan murni simbolis mungkin

dilakukan. Masalah-masalah dapat dipecahkan mela


penggunaan eksperimentasi sistematis.

Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi social
dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas
pemikiran, yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998:9)
Dari implikasi teori Piaget di atas, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan
pembelajaran yang mampu untuk belajar sendiri. Artinya guru tidak sepenuhnya
mengajarkan suatu bahan ajar kepada siswa, tetapi guru dapat membangun siswa atau
pelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
1.

B.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN TIPE NESTED

Kelebihan pembelajaran tipe nested (tersarang) adalah guru dapat memadukan beberapa
keterampilan sekaligus dalam satu mata pembelajaran. Dengan menjaring dan
mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa, pembelajaran terjadi
semakin diperkaya dan berkembang. Dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi
berfikir, keterampilan social dan ide-ide penemuan lain, satu pelajaran dapat mencakup
beberapa dimensi. Tipe tersarang juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang
penting dalam satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan
guru lain. Dalam tipe ini, satu guru dapat memadukan kurikulum secara meluas.
Kekurangan tipe nested terletak pada guru ketika tanpa perencanaan yang matang
memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran. Hal ini
berdampak pada siswa, dimana prioritas pelajaran akan menjadi kabur karena siswa
diarahkan untuk melakukan beberapa tugas belajar sekaligus.
1.

C.

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN TERPADU

TIPE NESTED (TERSARANG)


Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1.
1.

1.

Tahap perencanaan
Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan

Karakteristik mata pelajaran menjadi pijaklan untuk kegiatan awal. Seperti ycontoh yang
diberikan Fogary (1991:28) untuk jenis mata pelajaran social dan bahasa dapt dipadukan
keterampilan berpikir (thingking skill) dengan keterampilan social (social skill). Sedangkan
untuk matapelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thingking
skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).

1.

Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator


Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing
keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.

1.

Menentukan sub keterampilan yang dipadukan


Sub keterampilan-sub keterampilan yang dapat dipadukan diperlihatkan pada tabel 2.2 di
bawah ini
TABEL 2.2
UNSURE-UNSUR KETERAMPILAN BERPIKIR, KETERAMPILAN SOCIAL, DAN KETERAMPILAN
MENGORGANISIR
Thingking skill

Social skill

Organizers

PredictionInference

Attentive listeningClarifying

WebVenn diagram

Hypothesize

Paraphrasing

Flow chart

Compare/contrast

Encouraging

Cause- effect circle

Classify

Accepting ideas

Agree/disagree chart

Generalize

Disagreeting

Grid/matrix

Prioritize

Consensus seeking

Concept map

evaluate

Summarizing

fishbone

(sumber; Fogarty, 1991, hal. 25)


Beberapa contoh cara memadukannya diperlihatkan pada gambar 2.1 utuk sains-biologi,

gambar 2.2 untuk matematika, gambar 2.3 untuk bahasa, dan gambar 2.4 untuk social.
1.

Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)

Berdasarkan kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih dirumuskan tujuan
pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan
tujuan pembelajaran khusus (indicator) yang meliputi; audience, baehaviour, condition dan
degree.
1.

Menentukan langkah-langkah pembelajaran


Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan
yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.

1.

2.

Tahap Pelaksanaan

Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi


1.

Guru hendaknya tidak menjadi sigle actor yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran memungkinkan siswa
menjadi pelajar mandiri

2.

Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas
yang menuntut adanya kerja sama kelompok

3.

Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan
dalam proses perencanaan.
Tahap pelaksanaan pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran, menurut
Muchlas (2002:7), tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok untuk suatu topic dalam
pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap muka dipadukan beberapa model
pembelajaran.

1.

3.

Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran.
Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi
pembelajaran terpadu.
1.

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya

2.

Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
BABA III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran
terpadu tipenested (tersarang) adalah salah satu metode pembelajaran terpadu yang
mengintegrasikan kurikulum di dalam satu disiplin ilmu secara khusus meletakkan fokus
pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajar yang ingin dilatihkan oleh seorang guru
kepada siswanyadalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran
(content). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berfikir (thingking
skill), keterampilan social (social skill), dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
Metode atau pembelajaran ini digunakan dalam satu mata pelajaran yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Namun pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu
tipe nested (tersarang)mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu
yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosianal guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan
mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus menerus belajar.
Dengan pembelajaran ini siswa dapat berfikir lebih kreatif, karena guru hanya sebagai
fasilitator maka murid dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajarannya.

https://journal424.wordpress.com/2013/02/10/pembelajaran-terpadu-tipe-nested/
30 des 2015

Blogs I Follow
1.

Alamendah's Blog

2.

BIMBINGAN DAN KONSELING

3.

Sociology is my life

4.

journal_edu.424

Anda mungkin juga menyukai