Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN FISIKA

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING


AND LEARNING (CTL) MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN
DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR
LOGIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Tugas Ini di Susun Guna Untuk Memenuhi Tugan Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Fisika yang di Ampu oleh Prof. Dr. H. Widha Sunarno M.Pd

Oleh:
Yushinta Amalia
(S081808010)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
BAB I
2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seorang pendidik harus menguasai berbagai macam model dan metode
pembelajaran, sebab model dan metode pembelajaran merupakan salah satu cara
dalam pencapaian tujuan pengajaran. Seorang guru dapat memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikannya. Dalam proses
pembelajaran, siswa perlu mengalami proses pembelajaran sendiri melalui
kegiatan pengamatan, pemecahan masalah, percobaan dan sebagainya.
Pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan tersebut dapat menggunakan
pembelajaran kontekstual (Cotextual Teaching and Learning).
Pembelajaran kontekstual (Cotextual Teaching and Learning) pertama
kali diusulkan oleh John Dewey pada tahun 1916 yang menyarankan agar
kurikulum dan metodologi pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan
pengalaman siswa. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian
John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik
jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan
kegiatan atau peristiwa yang akan akan terjadi disekelilingnya. Menurut Rusman
(2014 : 189) pembelajaran Cotextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
suatu konsep belajar yang di dalamnya guru menghadirkan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Maneerat Pinwanna
(2015) mengadakan penelitian yang dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan model CTL lebih mudah dipahami oleh siswa dan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.Disamping itu dalam memberikan materi pelajaran guru harus
memberikan metode yang tepat. Beberapa bentuk metode pembelajaran yang
menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar aktifadalah metode
eksperimen dan proyek. Dengan metode tersebut, siswa dapat bekerja dan
mengalami suatu kegiatan yang bermakna, bukan hanya sekedar mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa.

1
3

Keberhasilan proses pembelajaran selain dipengaruhi oleh model dan


metode pembelajaran, juga dipengaruhi oleh faktor internal dari diri siswa seperti
kemampuan berpikir logis dan keterampilan proses sains. Kemampuan berpikir
logis dapat diukur dengan menggunakan instrumen yang diadaptasi dariTest of
Logical Thinking (TOLT) yang disusun oleh Tobin dan Capie dalam bahasa
Inggris kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Muhammad
Noer. TOLT ini terdiri dari10 soal dengan lima aspek, yaitu penalaran
proporsional,pengontrolan variabel, penalaran probabilistik, penalaran
korelasional, dan penalaran kombinatorial. Veronique, Jack dan Nada(2013)
mengadakan penelitian yang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh
kemampuan berpikir logisyang dimiliki siswa terhadap hasil belajarnya.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian dari Emilia Sari (2016) yang
menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir logis tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir logis sedang dan rendah, siswa yang mempunyai kemampuan berpikir
logis sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan berpikir
logis rendah. Menurut Bloom (Suharsimi Arikunto, 2013) keberhasilan proses
belajar mengajar meliputi 3 aspek, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu
sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya dalam
kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). KPS melibatkan keterampilan intelektual,
manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun pemahaman terhadap suatu
konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau menyempurnakan pemahaman
yang sudah terbentuk (Moedjiono, 2002), sehingga siswa yang memiliki
keterampilan ini mampu untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori baru
sebagai pengembangan dari konsep yang telah ada ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap penemuan (Indrawati, 1993). Terdapat sembilan aspek
atau komponen keterampilan proses yaitu mengamati, menafsirkan,
mengklasifikasi, memprediksi, mengkomunikasikan, membuat hipotesis,
4

merancang penelitian, menerapkan konsep dan mengajukan pertanyaan


(Rustamam, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lis Murtini (2015) diketahui
bahwa ada perbedaan pengaruh model pembelajaran CTL dengan metode
eksperimen dan proyek terhadap kemampuan kognitif siswa. Dari penelitian
tersebut dikatakan bahwa siswa yang dibelajarkan melalui metode eksperimen
menghasilkan kemampuan kognitif yang lebih baik dari pada metode proyek. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Maneerat Pinwanna (2015) yang
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model CTL lebih mudah dipahami
oleh siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian lain dilakukan
oleh Fitria Eka Wulandari (2016) yang dapat disimpulkan hasilnya bahwa
pembelajaran berbasis proyek mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
keterampilan proses sains siswa. Selain itu, Muttia Ratna(2015) mengadakan
penelitian pembelajaran pengaruh model CTL dan kemampuan berpikir logis
terhadap hasil belajar siswa. Dari penelitian tersebut,disimpulkan bahwa ada
interaksi antara model CTL dengan kemampuan berpikir logis terhadap hasil
belajar siswa.
Dari penelitian Lis Murtini dan Fitria Eka Wulandari dapat diketahui
bahwa penggunaan model pembelajaran dengan metode eksperimen dan proyek
dapat memberikan pengaruh yang berbeda.Selain terdapat interaksi antara model
dan metode pembelajaran, dalam penelitian yang dilakukan oleh Muttia Ratna,
disebutkan bahwa ada pengaruh antara model CTL dengan kemampuan berpikir
logis. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai pembelajaran Fisika
dengan model CTL melalui metode eksperimen dan proyek jika ditinjau dari
kemampuan berpikir logis dan keterampilan sains siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dilakukan penelitian
dengan judul “Pembelajaran Fisika dengan Model Contextual Teaching And
Learning (CTL) Menggunakan Metode Eksperimen dan Proyek Ditinjau dari
Kemampuan Berpikir Logis dan Keterampilan Proses Sains”
5

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran Fisika terjadi hanya satu arah dan belum mengaitkan
materi dengan dunia nyata siswa.
2. Tidak setiap guru dapat menerapkan model dan metode pembelajaran yang
tepat untuk pembelajaran.
3. Kemampuan berpikir logis yang dimiliki setiap siswa tidak sama karena dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
4. Kemampuan proses Sains yang dimiliki setiap siswa tidak sam
5. Berbagai materi Fisika yang diajarkan pada kelas X seperti Hukum Newton
tentang Gravitasi, Usaha dan Energi, Momentum dan Impuls, dan lainnya
belum diajarkan sesuai dengan karakteristik masing-masing materi.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah maka penulis membatasi permasalahan hanya
pada hal :
1. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model CTL (Contextual
Teaching and Learning) melalui metode eksperimen dan proyek
2. Faktor internal yang ditinjau adalah kemampuan berpikir logis dan
keterampilan proses sains siswa yang dikategorikan dalam kategori tinggi dan
rendah
3. Hasil belajar siswa dibatasi hanya pada kemampuan kognitif.
4. Materi yang digunakan adalah Usaha dan Energi.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan sub bab pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan hasil belajar bagi siswa yang diberi pembelajaran fisika
dengan model CTL menggunakan metode eksperimen dan proyek?
2. Bagaimana perbedaan hasil belajar bagi siswa yang memiliki kemampuan
berpikir logis tinggi dan rendah?
3. Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan proses
sains tinggi dan rendah?
6

4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran Fisika model CTL melalui


eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir logis terhadap hasil
belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran Fisika model CTL melalui
eksperimen dan proyek dengan keterampilan proses sains terhadap hasil
belajar siswa?
6. Apakah terdapat interaksi antara kemampuan berpikir logis dengan
keterampilan proses sains terhadap hasil belajar siswa?
7. Apakah terdapat interaksi antara model CTL melalui eksperimen dan proyek
dengan kemampuan berpikir logis dan ketrampilan proses sains terhadap hasil
belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penalitian ini memiliki
tujuan untuk :
1. Mengetahui perbedaan hasil belajar bagi siswa yang diberi pembelajaran fisika
dengan model CTL menggunakan metode eksperimen dan proyek
2. Mengetahu perbedaan hasil belajar bagi siswa yang memiliki kemampuan
berpikir logis tinggi dan rendah
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang memiliki keterampilan proses
sains tinggi dan rendah
4. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara pembelajaran Fisika
model CTL melalui eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir logis
terhadap hasil belajar siswa
5. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara pembelajaran Fisika model
CTL melalui eksperimen dan proyek dengan keterampilan proses sains
terhadap hasil belajar siswa
6. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara kemampuan berpikir logis
dengan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar siswa
7. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi antara model CTL melalui
eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir logis dan ketrampilan
proses sains terhadap hasil belajar siswa

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Memberikan evaluasi kepada guru dan penulis agar mengembangkan model
CTL melalui metode eksperimen dan proyek
7

2. Untuk membuat materi pelajaran Fisika lebih bermakna, karena siswa


membangun konsep Fisika dengan dasar pemikiran sendiri.
3. Meningkatkan kemampuan berpikir logis, keterampilan proses sains dan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran Fisika.
4. Membiasakan pengajar agar selalu berusaha menerapkan pembelajaran yang
komunikatif, inovatif, dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai