Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)


1. Pengertian Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh White dan Gunstone pada
1992. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan siswa
dalam melakukan prediksi secara individual. Saat ini banyak dikembangkan
melalui implementasi pembelajaran kolaboratif. Menurut Warsono dan
Hariyanto (2012, hlm. 93) Predict-Observe-Explain (POE) adalah teknik
pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam pendidikan sains. Teknik ini
akan berhasil dengan baik jika para siswa diberi kesempatan untuk mengamati
demonstrasi baik yang dilakukan guru atau oleh teman sendiri yang ditunjuk
oleh guru.
Menurut Liew (2004, hlm. 15) bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dapat digunakan oleh guru untuk
memberikan pengertian yang mendalam pada aktivitas desain belajar dan
strategi bahwa start belajar berawal dari sudut pandang siswa bukan guru atau
ahli sains. Berdasarkan penemuan dari penelitian yang telah dilakukan memiliki
implikasi untuk pengembangan kurikulum, strategi belajar, pengembangan
guru dan penilaian pemahaman siswa serta tingkat prestasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan model Predict-Observe-Explain (POE)
menggunakan 3 langkah utama, yaitu sebagai berikut:
a. Prediction (prediksi)
Prediction merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu
fenomena. Menurut Suyono dan Hariyanto (2012, hlm. 41), guru memulai
pembelajaran dengan menghadapkan para pembelajar dengan seperangkat
alat dan bahan percobaan, kemudian guru menjelaskan apa saja yang harus
dilakukan terkait peralatan tersebut. Para siswa kemudian membuat suatu
prediksi apa yang dapat terjadi, hasil apa yang bakal diperoleh dengan
bereksprimen menggunakan alat dan bahan tersebut.

5
6

Dalam membuat dugaan siswa sudah memikirkan alasan mengapa


siswa membuat dugaan seperti itu. Dalam proses ini siswa diberi kebebasan
seluas-luasnya menuyusn dugaan alasannya, sebaiknya guru tidak
membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep muncul
dari pikiran siswa. Semakin banyaknya muncul dugaan dari siswa, guru
akan mengerti bagaimana konsep dan pemikiran siswa tentang persoalan
yang diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti
miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi
guru dalam membantu siswa untuk membangun konsep yang benar.
b. Observation (observasi)
Observation yaitu melakukan penelitian atau percobaan, dan
kemudian mengamati apa yang terjadi. Siswa diajak untuk melakukan
percobaan untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka simpulkan.
Siswa mengamati apa yang terjadi pada percobaan. Bagian terpenting dalam
tahapan ini yaitu konfirmasi atas prediksi mereka. Pada tahap ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami sendiri segala
sesuatu nya dan memperoleh hikmah pembelajarannya sendiri. (Suyono dan
Hariyanto, 2012, hlm. 41).
Dengan melakukan percobaan (ekperimen) pada tahap observe,
pembelajaran terjadi by doing sciene yang melibatkan siswa secara
langsung dengan mengaktualisasi diri ke dalam pengalaman nyata. Siswa
akan belajar sebaik-baiknya dengan mengalami sendiri segala sesuatu, (we
learn best by experiencing things for ourselves). Proses pembelajaran IPA
yang demikian akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa, yakni
menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi serta melatih keterampilan
berpikir kritis.
c. Explanation (menjelaskan)
Explaination yaitu penjelasan terutama tentang kesesuaian antara
dugaan dengan hasil ekperimen dari tahap observasi. Siswa bertugas
menjelaskan kesesuaian tersebut kepada siswa lain dengan
mempresentasikannya di depan kelas secara berkelompok.Apabila hasil
prediksi tersebutsesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka
7

memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa


semakin yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika dugaannya tidak tepat
maka siswa dapat mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksi.
Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar
menjadi benar. Pada tahap ini siswa dapat belajar dari keseluruhan sehingga
tidak mudah dilupakan.

Menurut Warsono dan Hariyanto (2012, hlm. 93) asumsi-asumsi dasar


yang menjadi dasar implementasi model pembelajaran ini adalah berikut:

a. Jika siswa sejak awal diminta untuk memprediksi yang akan terjadi
untuk pertama kali, mereka akan berusaha melakukan observasi dengan
cermat.
b. Dengan menuliskan prediksinya terlebih dulu, siswa akan termotivasi
untuk mengetahui apa jawaban sesungguhnya dari fenomena yang
diamati.
c. Dengan meminta kepada siswa untuk menjelaskan alasannya dalam
memberikan prediksi semacam itu, guru dapat mengetahui kemampuan
teoritis siswa tersebut. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengungkap
adanya kesalahan konsep dari para siswa mengenai teori yang
bersangkutan, serta mengembangkan pemahaman para siswa. Hal ini
dapat dipergunakan oleh guru sebagai bahan pertimbangan menyusun
rencana pembelajaran selanjutnya.
d. Dengan cara menjelaskan dan melakukan evaluasi terhadap prediksinya
sendiri serta mendengarkan prediksi rekannya yang lain, para siswa
dapat menilai sendiri pembelajarannya serta mengkonstruksi makna
baru.

Berdasarkan penjelasan tersebut model pembelajaran Predict-Observe-


Explain (POE) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ini merupakan suatu
model pembelajaran yang melatih siswa dalam menemukan kebenaran konsep
yang didapatkan melalui hasil prediksi dengan eksperimen sehingga siswa akan
semakin yakin akan konsepnya.
8

2. Manfaat Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)


Menurut Liew (2004, hlm.19) manfaat model pembelajaran Predict-
Observe-Explain (POE) adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran POE dapat digunakan untuk menggali gagasan
awal yang dimiliki siswa.
b. Membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa maupun siswa
dengan guru.
c. Memberkan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang
belum dipahami.
d. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu permasalahan.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Predict–Observe-
Explain (POE)
Menurut Liew (2004, hlm.19) kelebihan model pembelajaran Predict-
Observe-Explain (POE) sebagai berikut:
a. Merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan
prediksi.
b. Dengan melakukan percobaan untuk menguji prediksinya dapat
mengurangi verbelisme.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih baik menarik, sebab siswa tidak
hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi
melalui percobaan.
d. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan anatara teori (dugaan) dengan
kenyataan. Sehingga siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.

Menurutnya juga model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)


memiliki kekurangan sebagai berikut:

a. Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian


persoalan IPA dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk
membuktikan prediksi yang diajukan siswa.
9

b. Untuk kegiatan percobaan, memerlukan kemampuan dan keterampilan


yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional.
c. Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang baik untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.

B. Konsep Keterampilan Proses Sains


1. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Menurut Iskandar dalam Djojosoediro (2010, hlm. 28) mengartikan
keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan
psroses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan proses dasar
(basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi (integrated skills).
Sedangkan menurut Samatowa (2011, hlm. 93) keterampilan proses sains
merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para
ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang
digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk
yang lebih sederhana sesuai dengan perkembangan anak usia sekolah dasar.
Dari definisi keterampilan proses, maka dapat disimpulkan
bahwanketerampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan dan
mengemukakan sendiri fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa sendiri.
Hal yang perlu ditekankan pada penelitian ini pendekatan proses pada sains atau
keterampilan proses sains.
2. Manfaat Keterampilan Proses Sains
Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam Pendidikan
Dasar yaitu:
a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan.
b. Memberikan bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri yang
dihadapi dalam kehidupan.
10

c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.


d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf perkembangan
berpikir konkret.
e. Mengembangkan kreativitas siswa.
3. Aspek-aspek Keterampilan Proses
Keterampilan Proses yang dikembangkan di Calvert County Public
School di Amerika dalam Samatowa (2011, hlm. 94) terdiri dari 10 aspek, yaitu
keterampilan bertanya (questioning), mengamati (observing), meramal
(predicting), menggolongkan (classifying), melakukan percobaan
(experimenting), mengukur (measuring), mengorganisasikan data (organizing
data), membandingkan (comparing), menafsirkan fakta (interpreting evidence),
dan mengkomunikasikan (communication).
Pada dasarnya semua pandangan tentang aspek keterampilan proses sains
adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada
GBPP IPA kurikulum 1994 terdiri dari 8 aspek, yaitu meliputi keterampilan
mengamati, melakukan percobaan, mengkelompokkan, menafsirkan hasil
percobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengajukan
pertanyaan.
a. Mengamati
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh setiap orang dalam melakukan penyelidikan ilmiah (the basis
of scientific inquiry is observations). Proses mengamati dapat dilakukan
dengan menggunakan indera kita, tetapi tidak menutup kemungkinan
pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat-alat, misalnya
termometer, timbangan, atau mikroskop.
b. Menafsirkan
Menurut Glencoe Science Skill Handbook kata menafsirkan berarti
“menjelaskan pengertian sesuatu”, baik berupa benda, peristiwa, atau hasil
pengamatan yang telah dilakukan. Oleh karena itu keterampilan
menafsirkan hasil pengamatan sangata mendukung pengambilan keputusan
atau kesimpulan.
11

c. Meramalkan
Dengan ditemukannya gejala keteraturan, maka diharapkan siswa
dapat meramalkan pola-pola berikutnya yang akan terjadi. Meramalkan
sesuatu yang akan terjadi bisa saja dilakukan dengan mengubah cara-cara
pengamatan. Keterampilan meramalkan merupakan keterampilan yang
penting dimiliki oleh peneliti. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi kemudian.
d. Menggunakan alat dan bahan
Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat mendukung
terhadap hasil percobaan yang akan diperoleh. Penggunaan alat bahan-
bahan selama percobaan berlangsung akan menambah pengalaman belajar
siswa selama proses belajar.
e. Mengkelompokkan (Menggolongkan)
Mengkelompokkan merupakan suatu proses pemilihan objek-objek
atau peristiwa-peristiwa berdasarkan persamaan dan perbedaan sifat atau
ciri-ciri dari suatu obejk atau peristiwa tersebut. Kegiatan
mengkelompokkan dapat berupa mencari persamaan atau perbedaan dengan
cara membandingkan satu objek dengan objek lainnya satu peristiwa
dengan peristiwa lainnya.
f. Menerapkan konsep
Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap penerapan konsep di
antaranya adalah menghubungkan konsep yang satu dengan yang lainnya,
mencari konsep-konsep yang berhubungan, membedakan konsep satu
dengan konsep lainnya, membuat dan menggunakan tabel, membuat dan
menggunakan grafik, merancang dan membuat alat sederhana,
mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari.
g. Mengkomunikasikan
Keterampilan berkomunikasi sangat penting dimiliki oleh setiap orang,
termasuk siswa. Hal ini berkaitan dengan proses penyampaikan informasi
atau data-data, baik secara lisan atau secara tertulis.
12

h. Mengajukan pertanyaan
Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan salah satu ukuran
untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa setelah pelaksanaan
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
mengajukan pertanyaan yaitu dengan cara menghadapkan siswa kepada
masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberikan kesempatan
untuk menggunakan akal dan pemikirannya untuk menyelasaikan tersebut.
Dari pertanyaan yang diajukan dapat diketahui sejauh mana siswa dapat
menggunakan pemikirannya, sejauh mana pemahaman yang dimilikinya.

Sesungguhnya dalam jenis-jenis keterampilan proses itu tidak ada batas


yang jelas, satu sama lain saling terkait dan berhubungan. Misalnya untuk dapat
mengkelompokkan seseorang memerlukan keterampilan pengamatan.
Pengkategorian jenis-jenis keterampilan proses ini dimaksudkan untuk
meninjau dengan penekanan pada keterampilan tertentu. Keterampilan proses
yang akan diamati dalam penelitian ini meliputi aspek mengamati, memprediksi
dan mengkomunikasikan.

C. Hakikat Pembelajaran IPA SD


1. Karakteristik IPA
Menurut Djojosoediro (2011, hlm. 18) IPA merupakan cabang
pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari
hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi
pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun
berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan
diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan
aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam.
Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang
gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang
teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
13

Sedangkan menurut James Conant dalam Samatowa (2010, hlm. 1)


mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual
yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil
eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
Menurut Djojosoediro (2011, hlm. 19) sebagai ilmu, IPA memiliki
karakteristik yang membedakannya dengan bidang ilmu lain. Ciri-ciri
khusus tersebut dipaparkan sebagai berikut.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah
dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam.
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain .
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan
bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil
eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan
observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah
meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen,
percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui
eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu
tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab
14

akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui


prosedur yang benar.
2. Karakteristik Belajar IPA
Menurut Djojosoediro (2011, hlm. 20) berdasarkan karakteristiknya, IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Proses ini melibatkan alat
indera untuk mencatat data dan mengolah data agar dihasilkan
kesimpulan yang tepat.
b. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara
(teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.
c. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk
membantu pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat
indera manusia itu sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila
data yang kita peroleh hanya berdasarkan pengamatan dengan indera,
akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara itu IPA
mengutamakan objektivitas.
d. Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal
seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi
suatu objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya.
e. Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu
yang harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa.
Dalam belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang
gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-cara yang
berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain.
Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak
secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on.
15

Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa


dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang
guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi
siswa.

3. Konsep Peristiwa Alam dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SD


Alam akan berjalan seimbang tanpa campur tangan manusia. Peristiwa
alam dapat terjadi dengan sendirinya. Alam telah mengalami perubahan karena
tindakan manusia. Tindakan manusia tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Beberapa peristiwa alam sebagai berikut:
a. Banjir
Banjir adalah tergenangnya suatu wilayah akibat meningkatnya
jumlah air permukaan. Banjir dapat menggenangi permukiman, sawah,
ladang, dan sebagainya. Banjir disebabkan oleh hutan gundul. Banjir juga
dapat disebabkan tersumbatnya saluran air. Saluran air tersumbat karena
orang membuang sampah di selokan. Penggundulan hutan menimbulkan
erosi di waktu hujan. Akibatnya tanah tidak lagi mengandung humus. Tanah
tidak mampu menampung air. Air hujan langsung mengalir ke sungai dan
terjadinya banjir. Adapun banyaknya sampah yang dibuang ke selokan
menyebabkan sungai menjadi dangkal. Akibatnya sungai tidak mampu
menampung air hujan. Banyaknya sungai menyebabkan sungai menjadi
sempit. Hal ini juga penyebab sungai tidak mampu menampung air hujan.
Banjir dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar diantaranya,
rumah-rumah dan ribuan hektar sawah yang ditanami padi rusak, jalan-jalan
terputus tidak bisa dilewati. Korban banjir pun dapat terancam berbagai
penyakit seperti diare, kolera, dan penyakit-penyakit kulit.
b. Tanah Longsor
Tanah longsor sering terjadi di daratan tinggi. Tanah longsor terjadi
akibat penebangan hutan secara liar. Penebangan hutan menyebabkan hutan
menjadi gundul. Hutan gundul menyebabkan tidak adanya akar pohon yang
mampu menahan tanah. Oleh karena itu, air hujan langsung menggerus.
Akibatnya terjadi tanah longsor tanah longsor mengakibatkan korban jiwa,
harta, dan benda.
16

c. Gunung Meletus
Gunung api yang sedang sedang meletus dapat memuntahkan awan
debu, abu, dan lelehan batuan pijar atau lava. Lava ini sangat panas. Saat
menuruni gunung, lava ini dapat membakar apa saja yang dilaluinya.
Namun saat dingin lava ini mengeras dan menjadi batu. Apabila lava ini
bercampur dengan air hujan, dapat mengakibatkan banjir lahar dingin.
Letusan gunung api dapat mengakibatkan berbagai dampak yang
merugikan. Lava pijar yang dimuntahkan oleh gunung api dapat membakar
kawasan hutan yang dilaluinya. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan mati
terbakar. Apabila lava ini mengalir sampai permukiman penduduk, dapat
memakan korban jiwa manusia dan menyebabkan kerusakan yang cukup
parah.
d. Gempa Bumi
Gempa dibedakan menjadi tiga, yaitu gempa vulkanik, runtuhan, dan
tektonik. Gempa tektonik terjadi karena adanya pergeseran kerak bumi.
Sebagian besar gempa tektonik terjadi ketika dua lempeng saling
bergesekan. Gempa bumi dapat mengakibatkan pohon-pohon tumbang,
bangunan runtuh, tanah terbelah, dan makhluk hidup termasuk manusia
menjadi korban. Pusat gempa berada di lautan dapat menyebabkan
gelombang hebat yang disebut tsunami. Gelombang ini akan bergerak cepat
menuju daratan dan merusak segala sesuatu yang dilaluinya.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Prabawa A. (2014) dengan judul “Pengaruh
Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas IV SDN di Desa Ringdikit” menunjukkan terdapat perbedaan antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Predict-Observe-Explain (POE) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model konvensional dalam pembelajaran IPA. Rata-rata skor hasil belajar yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain adalah 23,83
berada pada kategori tinggi, sedangkan kelompok rata-rata hasil belajar siswa yang
17

dibelajarkan model pembelajaran konvensional adalah 16,67 berada pada kategori


sedang.
Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Sudiyadnyani (2014)
“Pengaruh Model Predict-Observe-Explain (POE) Terhadap Pemahaman Konsep
IPA Siswa Kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri” Hasilnya pemahaman Konsep
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dicapai oleh kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (M POE = 64,86 > M Konvensional = 54,94).

E. Kerangka Pikir Penelitian


Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dikembangkan oleh
White dan Gunstone pada 1992. Model pembelajaran ini bertujuan untuk
mengungkap kemampuan siswa dalam melakukan prediksi secara individual. Saat
ini banyak dikembangkan melalui implementasi pembelajaran kolaboratif. Menurut
Warsono dan Hariyanto (2012, hlm. 93) Predict-Observe-Explain (POE) adalah
teknik pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam pendidikan sains. Teknik
ini akan berhasil dengan baik jika para siswa diberi kesempatan untuk mengamati
demonstrasi baik yang dilakukan guru atau oleh teman sendiri yang ditunjuk oleh
guru.
Menurut Samatowa (2011, hlm. 93) keterampilan proses sains merupakan
keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam
meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para
ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana
sesuai dengan perkembangan anak usia sekolah dasar.
Pada dasarnya semua pandangan tentang aspek keterampilan proses sains
adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada
GBPP IPA kurikulum 1994 terdiri dari 8 aspek, yaitu meliputi keterampilan
mengamati, melakukan percobaan, mengkelompokkan, menafsirkan hasil
percobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengajukan
pertanyaan.
18

Penelitian ini aspek yang diteliti meliputi aspek mengamati, aspek


meramalkan, aspek mengkomunikasi. Meski dalam hal pelaksaaannya aspek-aspek
keterampilan lain juga ada.
Hasilnya pembelajaran dengan model Predict-Observe-Explain (POE) dalam
meningkatkan keterampilan proses sains, yaitu sebagai berikut:
a. Prediction (prediksi) merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap
suatu fenomena. Siswa diminta membuat sebuah prediksi dari pembelajaran
atau eksperimen yang akan dilakukan. Prediksi anak berasal dari
pengetahuan anak yang didapat dari pembelajaran sebelumnya atau
pengetahuan yang didapat dari lingkungan sekitar siswa. Maka dari itu
kegiatan ini diharapkan bisa meningkatkan keterampilan siswa dalam
membuat prediksi yang baik.
b. Observation (observasi) yaitu melakukan penelitian atau percobaan, dan
kemudian mengamati apa yang terjadi. Siswa melakukan percobaan atau
ekperimen tentang materi yang diajarkan ini erat kaitannya dengan
keterampilan proses sains mengenai aspek mengamati. Ketika guru atau
siswa sendiri yang melakukan percobaan maka siswa itu pun melakukan
keterampilan mengamati sebuah percobaan.
c. Explanation (menjelaskan) yaitu penjelasan terutama tentang kesesuaian
antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Pada tahap ini
keterampilan proses sains aspek mengkomunikasikan memiliki pengaruh
penting karena keterampilan mengkomikasikan yang baik maka
menjelaskan sebuah percobaan juga akan membuktikan seberapa paham
siswa tentang sebuah konsep yang didapat.
Maka dari itu model pembelajaran Predict-Observe-Explain merupakan
model pembelajaran yang cocok dalam meningkatkan keterampilan proses
Sains, khususnya dalam keterampilan mengamati, memprediksi, dan
mengkomunikasikan.
19

F. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE)
Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) adalah model
pembelajaran yang melatih siswa dalam menemukan kebenaran konsep yang
didapat melalui hasil prediksi yang dibuat siswa melalui pengalamannya atau
informasi-informasi yang didapat dari hasil pembelajaran sebelumnya,
kemudian hasil prediksinya tersebut diyakinkan kembali melalui pengamatan
ataupun sebuah percobaan pada akhirnya siswa memberikan penjelasan tentang
kesesuaian yang terjadi.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ini umumnya sebagai berikut:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil 3-8 orang bergantung
pada jumlah siswa dalam kelas serta tingkat kesukaran materi ajar.
b. Siapkan demonstrasi yang terkait dengan topik yang akan dipelajari.
c. Langah 1: melakukan prediksi (predict)
1) Mintalah kepada para siswa secara perorangan menuliskan
prediksinya tentang apa yang terjadi atau mintalah anak untuk
mengungkapkan prediksinya secara lisan.
2) Tanyakanlah kepada siswa tentang apa yang mereka pikirkan terkait
apa yang akan mereka lihat dan mengapa mereka berpikir seperti itu.
d. Langkah 2: melakukan observasi (observe)
1) Lakukan sebuah demonstrasi atau melakukan sebuah eksperimen.
2) Mintalah para siswa menuliskan apa yang mereka amati.
e. Langkah 3: Menjelaskan (explain)
1) Siswa memperbaiki atau menambahkan penjelasan kepada hasil
observasinya.
2. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains merupakan suatu kecakapan dasar yang harus
dimiliki siswa dalam menemukan suatu pengetahuan dengan cara metode
ilmiah dengan tujuan siswa mampu menemukan sendiri fakta, konsep, nilai
serta sikap dalam diri siswa. Keterampilan proses sains terdiri dari 8 aspek yaitu
20

keterampilan mengamati, melakukan percobaan, mengkelompokkan,


menafsirkan hasil percobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan
dan mengajukan pertanyaan. Keterampilan proses yang akan diamati oleh
peneliti ini meliputi aspek: mengamati, memprediksi dan mengkomunikasikan.
Keterampilan ini diukur dengan lembar observasi.

Anda mungkin juga menyukai