Anda di halaman 1dari 11

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS


DI SMA

Sri Wahyuni, Tomo Djudin, Erwina Oktavianty


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak
Email:sri.14.wahyuni@gmail.com

Abstract
The aims of this research was determined the effect of integrated remediation
misconception in fluid static learning use model problem based learning to changing
student misconception in grade XI SMA Negeri 1 Sungai Raya. The research used pre-
experimental design with one group pretest-posttest design involving 24 students of class
XI IPA 3 as a sample which selected by intact group. Diagnostic test which consist of 18
multiple choice question with open reasoning was used as research instrument to asses
the number of students misconception. Based on the result, the average percentage
decrease of misconception students for each students equal to 74,50%. Based on an
analysis using price obtained McNemar test, χ2count (252,03) ˃ χ2table (3,84) for df = 1 and
α = 5% indicate the conception significant changes between before and after integrated
remediation misconception in fluid static learning use model problem based learning.
The effectiveness of integrated remediation misconception in fluid static learning use
model problem based learning of DQM (The Decreasing of Quantity of the student that
Misconception) equal to 74,63% in high category.
Keywords: integrated remediation, misconception, model problem based
learning, fluid static

PENDAHULUAN
Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang miskonsepsi siswa beranggapan berat benda
fisika. Wandersee, Mintzes, dan Novak ketika di air dan di udara sama. Miskonsepsi
menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi juga ditemukan dalam penelitian Harniyati
dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi (2015) bahwa siswa menganggap benda
mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada terapung apabila massa jenis benda lebih besar
300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam dari massa jenis zat cair.
mekanika (Suparno, 2013: 11). Miskonsepsi dapat terjadi dimanapun dan
Fluida statis menjadi salah satu kepada siapapun karena sesungguhnya
miskonsepsi yang ditemukan dalam bidang miskonsepsi bersifat universal, sehingga ada di
mekanika. Tyas (2013) menemukan setiap negara dan tidak mengenal usia, kultur
miskonsepsi siswa beranggapan tekanan zat maupun budaya (Suparno, 2013: 135).
cair berbanding terbalik dengan kedalaman, Berdasarkan teori ini, diasumsikan bahwa jika
tekanan dipengaruhi besar energi. Wilantara miskonsepsi terjadi di SMA Negeri 1 Selimbau
(2003) menemukan miskonsepsi siswa maka miskonsepsi juga bisa terjadi di SMA
beranggapan pada piston alat pengangkat Negeri 1 Sungai Raya. Berdasarkan hasil
mobil, luas penampang yang kecil akan ulangan harian siswa pada meteri fluida statis
menghasilkan tekanan zat cair yang besar, kelas XI di SMAN 1 Sungai Raya diketahui
tekanan ini dianggap sama seperti tekanan bahwa rata-rata 84% dari total siswa program
pada zat padat. Firman (2011) menemukan jurusan IPA Tahun Ajaran 2015/2016 belum

1
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum learning merupakan suatu model pembelajaran
(KKM) yaitu 76. Hal ini menunjukkan masih yang menyajikan siswa dengan situasi masalah
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam autentik dan bermakna yang digunakan sebagai
memahami materi fluida statis. Kesulitan yang penyelidikan (Arends, 2009: 386). Langkah-
dialami dapat berupa kesulitan memahami langkah model problem based learning
konsep sehingga siswa memiliki konsep yang menurut Arends (2009: 401) sebagai berikut:
salah yang disebut miskonsepsi. (1) memberikan orientasi tentang
Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang permasalahan pada siswa yaitu siswa disajikan
tepat untuk membantu siswa mengatasi permasalahan berkaitan tentang tekanan
miskonsepsi dalam pembelajaran yang dikenal hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip
dengan istilah remediasi. Remediasi adalah Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari
kegiatan yang dilaksanakan untuk untuk menggali konsepsi awal siswa, (2)
membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa Mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu
(Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 6.22). siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengisi
Kegiatan remediasi dalam penelitian ini hipotesis mengenai permasalahan yang ada di
dilakukan selama berlangsungnya kegiatan LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa
pembelajaran (pengembangan) yang dikenal yang kemungkinan mengalami miskonsepsi
dengan istilah integrasi remediasi.. sekaligus mencari penyebab siswa mengalami
Berdasarkan hasil wawancara dengan miskonsepsi, (3) Membimbing penyelidikan
salah satu guru fisika di SMA Negeri 1 Sungai siswa secara mandiri maupun kelompok yaitu
Raya, diperoleh informasi bahwa kegiatan siswa melakukan percobaan bersama
remediasi dilakukan setelah kegiatan kelompoknya untuk mencari tahu kebenaran
pembelajaran. Remediasi dilakukan dengan hipotesis yang dibuat, dari kegiatan ini siswa
cara memberikan tes ulang pada siswa yang menemukan konsep fisika sendiri sehingga
tidak mencapai kriteria ketuntasan. Remediasi dapat mengubah konsepsi awal siswa (4)
dilakukan tanpa memberikan bimbingan Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
terlebih dahulu dikarenakan keterbatasan yaitu beberapa kelompok mempresentasikan
waktu guru untuk melakukan pembelajaran hasil karyanya bertujuan untuk mengetahui
ulang. sejauh mana perubahan konsep yang dialami
Solusi untuk mengatasi masalah ini siswa dan pemahaman konsep siswa (5)
adalah dengan memberikan remediasi Menganalisis dan mengevaluasi proses
miskonsepsi selama proses pembelajaran pemecahan masalah yaitu siswa mengerjakan
berlangsung. Hal ini juga merupakan solusi latihan untuk mengecek pemahaman konsep
yang sangat diharapkan oleh guru fisika SMA dan selanjutnya guru memberi penjelasan dan
Negeri 1 Sungai Raya karena tidak ada alokasi penguatan konsep yang benar kepada siswa.
waktu tambahan untuk remediasi dalam bentuk Model PBL digunakan peneliti untuk
pembelajaran ulang. meremedisi miskonsepsi di dalam
Pengintegrasian remediasi miskonsepsi pembelajaran fluida statis karena terdapat
dalam pembelajaran fisika sebelumnya pernah masalah autentik dan bermakna dari penerapan
diteliti oleh mahasiswa program studi fluida statis di dalam kehidupan sehari-hari
pendidikan fisika FKIP Untan. Hasil penelitian sehingga masalah tersebut dapat digunakan
Rahardian (2012) menunjukan remediasi yang untuk mengetahui konsepsi awal yang dimiliki
terintegrasi dalam pembelajaran fisika efektif siswa. Kemudian melalui kegiatan percobaan
untuk menurunkan rata-rata persentase siswa dapat mengubah konsepsi awal yang
miskonsepsi siswa dengan efektivitas 0,82 dimilikinya menjadi konsep yang benar.
(kategori tinggi) pada materi dinamika rotasi di Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak. Akinoglu (2007) diperoleh bahwa model PBL
Penelitian ini diarahkan pada integrasi berpengaruh terhadap prestasi akademik dan
remediasi miskonsepsi menggunakan model sikap ilmiah siswa. Selain itu PBL
problem based learning. Model problem based berpengaruh terhadap perkembangan

2
konseptual dan menurunkan miskonsepsi dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap
siswa. Hasil Masta (2015) menunjukkan model sebagai berikut:
PBL efektif mengatasi miskonsepsi siswa
dengan nilai effect size 3,26 (berkategori Tahap Persiapan
tinggi) pada materi keseimbangan benda tegar Langkah-langkah yang dilakukan pada
di SMA K Immanuel Pontianak. tahap persiapan antara lain: (1) melakukan
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan prariset ke SMA Negeri 1 Sungai Raya; (2)
untuk meremediasi miskonsepsi siswa dalam menyusun desain penelitian; (3) membuat
memahami materi fluida statis di SMA Negeri perangkat penelitian dan instrumen; (4)
1 Sungai Raya. Kegiatan remediasi ini melakukan validasi perangkat pembelajaran;
dilaksanakan secara integrasi menggunakan (5) melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4
model problem based learning, sehingga SMA Negeri 1 Sungai Raya; (6) menganalisis
diharapkan kegiatan remediasi yang dilakukan data hasil uji coba soal; (7) merevisi soal tes
dapat mengubah miskonsepsi siswa pada setelah mengetahui hasil dari uji coba tes.
materi fluida statis.
Tahap Pelaksanaan
METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan pada
Bentuk penelitian yang digunakan dalam tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan
penelitian ini adalah Pre-Experimental Design tes awal (pre-test); (2) memberi skor pre-test;
dengan rancangan One Group Pretest-Posttest (3) memberikan treatment ke kelas, yaitu
Design (Sugiyono, 2016: 111). dengan integrasi remediasi menggunakan
Populasi dalam penelitin ini adalah siswa model problem based learning; (4)
kelas XI IPA 1-XI IPA 6 SMA Negeri 1 memberikan soal tes akhir (post-test); (5)
Sungai Raya tahun ajaran 2017/2018 yang memberikan skor post-test.
belum memperoleh pembelajaran tentang
fluida statis. Dengan cara intact group XI IPA Tahap Akhir
3 SMA Negeri 1 Sungai Raya yang terdiri dari Langkah-langkah yang dilakukan pada
24 siswa terpilih menjadi sampel penelitian. tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data;
Teknik pengumpulan data menggunakan (2) menganalisis hasil pre-test dan post-test;
teknik pengukuran berupa tes tertulis (Pre-test (3) mendeskripsikan hasil pengolahan data dan
dan Post-test) berbentuk pilihan ganda dengan menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah
alasan terbuka sebanyak 18 soal. Instrumen penelitian; (4) menyusun laporan penelitian.
penelitian berupa Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
(LKS), dan soal tes yang telah divalidasi oleh Hasil Penelitian
dua dosen pendidikan fisika UNTAN dan dua Penelitian ini digunakan sebagai jawaban
guru fisika SMA Negeri 1 Sungai Raya. Dari atas permasalahan integrasi remediasi
hasil keempat validator diperoleh nilai validasi miskonsepsi menggunakan model problem
sebesar 4,04 (Tinggi). Berdasarkan hasil uji based learning dalam pembelajaran fluida
coba soal yang dilakukan di kelas XII IPA 4 statis untuk mengubah miskonsepsi siswa.
SMA Negeri 1 Sungai Raya diperoleh hasil Untuk membantu menjawab permasalahan
perhitungan reliabilitas sebesar 0,44 (sedang). tersebut, yakni dengan mengetahui penurunan
Hasil pre-test dan post-test dianalisis jumlah miskonsepsi siswa, perubahan
menggunakan rumusan sebagai berikut: konseptual siswa, dan efektivitas integrasi
penurunan persentase jumlah miskonsepsi remediasi miskonsepsi menggunakan model
siswa, perubahan konseptual siswa, dan problem based learning dalam pembelajaran
efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi fluida statis.
menggunakan model problem based learning Persentase penurunan jumlah miskonsepsi
dalam pembelajaran fluida statis. Prosedur siswa tiap indikator diperoleh dari hasil

3
jawaban siswa pada pre-test dan pos-test yang direkapitulasi pada tabel 1.

Tabel 1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator

No. Indikator So% St% ΔS%


Menemukan hubungan kedalaman terhadap besar
1 79,17 9,72 87,72
tekanan hidrostatis
Menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas
2 52,78 9,72 81,58
penampang bejana berbeda
Menentukan besar tekanan zat cair pada bejana
3 berhubungan tertutup yang memiliki luas 98,61 33,33 66,20
penampang berbeda
Menentukan pengaruh luas permukaan terhadap
4 95,83 36,11 62,32
besar gaya pada bejana berhubungan tertutup
Menentukan perbedaan berat benda di air dan di
5 97,22 20,83 78,57
udara
Menganalisis pengaruh massa jenis terhadap
6 peristiwa terapung, melayang dan tenggelam pada 58,33 16,67 71,43
benda

Hasil analisis pre-test dan post-test miskonsepsi pada tiap indikator yang paling
ditemukan persentase penurunan jumlah siswa rendah yaitu pada indikator 4 sebesar 62,32%.
yang mengalami miskonsepsi pada tiap Sedangkan rata-rata persentase penurunan
indikator yang paling tinggi yaitu pada miskonsepsi pada tiap siswa dapat dilihat pada
indikator 1 sebesar 87,72% dan persentase tabel 2.
penurunan jumlah siswa yang mengalami

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Penurunan Miskonsepsi pada Tiap Siswa


Jumlah Siswa %No %Nt %ΔN
24 80,32 21,06 74,50

Sebagian besar siswa mengalami penurunan persentase jumlah miskonsepsi


penurunan jumlah miskonsepsi setelah tiap siswa sebesar 74,50 %. Selanjutnya
diberikan remediasi terintegrasi dalam perubahan konseptual siswa dapat dilihat
pembelajaran menggunakan model dari Hasil uji Mc Nemar pada tabel 3.
problem based learning dengan rata-rata

Tabel 3 Rekapitulasi signifikansi perubahan konsepsi siswa


Uji Mc Nemar
Indikator A B C D Ket
Rumus chi kuadrat (𝝌𝟐 )
I 0 15 7 50 48,02 Signifikan
II 0 33 7 32 30,03 Signifikan
III 0 1 24 47 45,02 Signifikan
IV 0 4 26 42 40,02 Signifikan
V 0 2 16 55 53,01 Signifikan
VI 1 29 11 31 26,28 Signifikan
Jumlah 1 84 90 257 252,03 Signifikan

4
Berdasarkan data di atas, hasil yang signifikan. Kemudian efektivitas integrasi
perhitungan semua indikator menggunakan uji remediasi miskonsepsi menggunakan model
2 problem based learning dalam pembelajaran
Mc Nemar diperoleh 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (252,03) >
2
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5% fluida statis dapat dilihat pada tabel 4.
sehingga secara keseluruhan semua indikator
pada materi fluida statis mengalami perubahan

Tabel 4. Perhitungan Efektivitas Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

Indikator %So %St Nilai DQM Kategori


I 79,17 9,72 87,72 Tinggi
II 52,78 9,72 81,58 Tinggi
III 98,61 33,33 66,20 Sedang
IV 95,83 36,11 62,32 Sedang
V 97,22 20,83 78,57 Tinggi
VI 58,33 16,67 71,42 Tinggi
Rata-Rata 74,63 Tinggi

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui miskonsepsi menggunakan model problem


bahwa secara keseluruhan efektivitas kegiatan based learning dalam pembelajaran fluida
integrasi remediasi miskonsepsi dalam statis di kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 1
pembelajaran fluida statis menggunakan model Sungai Raya. Kegiatan pelaksanaan penelitian
problem based learning tergolong dalam terdiri dari 3 langkah yaitu pemberian tes awal
kategori tinggi dengan harga DQM sebesar (pre-test). Pre-test bertujuan untuk menggali
74,63%.
konsepsi awal siswa yang digunakan sebagai
dasar untuk membuat permasalahan konseptual
Pembahasan
dalam melakukan identifikasi konsepsi awal
Penelitian yang berjudul integrasi
siswa.
remediasi miskonsepsi menggunakan model
Kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi
problem based learning dalam pembelajaran
menggunakan model problem based learning
fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya
dalam pembelajaran fluida statis. Pada langkah
secara umum bertujuan untuk mengetahui
pertama memberikan orientasi tentang
apakah kegiatan integrasi remediasi
permasalahan pada siswa, siswa disajikan
menggunakan model problem based learning
permasalahan berkaitan tentang tekanan
dalam pembelajaran fluida statis dapat
hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip
mengubah miskonsepsi siswa SMAN 1 Sungai
Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari.
Raya. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-
Sebelum itu guru mengingatkan kembali
siswi kelas XI IPA 3 SMAN 1 Sungai Raya
jawaban siswa pada saat pre-test kemudian
berjumlah 24 orang.
siswa menghubungkannya dengan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan
permasalahan yang disajikan untuk menggali
melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4
miskonsepsi siswa. Pada langkah kedua
SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sekolah yang
mengorganisasikan siswa untuk belajar, siswa
dijadikan tempat uji coba soal ini adalah
diorganisasi guru ke dalam kelompok untuk
sekolah yang sama dengan tempat penelitian
berdiskusi bersama teman kelompoknya
dengan siswa yang sudah mendapatkan materi
mengenai permasalahan yang disajikan di
fluida statis di kelas XI sebelumnya.
dalam lembar kerja siswa. Siswa dalam
Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan
kelompoknya mengisi hipotesis mengenai
penelitian dengan kegiatan integrasi remediasi

5
permasalahan yang ada di LKS untuk pre-test persentase jumlah siswa yang
mengetahui konsepsi awal siswa yang miskonsepsi tiap indikator paling tinggi terjadi
kemungkinan mengalami miskonsepsi pada indikator III menentukan besar tekanan
sekaligus mencari penyebab siswa mengalami zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang
miskonsepsi. Pada langkah ketiga memiliki luas penampang berbeda sebesar
membimbing penyelidikan siswa secara 98,61%. Bentuk miskonsepsi yang dialami
siswa yaitu siswa beranggapan semakin besar
mandiri maupun kelompok, siswa melakukan
luas penampang tekanan semakin kecil.
percobaan untuk menemukan konsep fisika
Wilantara (2003) juga menemukan
sendiri sehingga dapat mengubah konsepsi miskonsepsi pada konsep ini dimana siswa
awal. Pada langkah keempat mengembangkan menganggap luas penampang yang kecil akan
dan menyajikan hasil karya, beberapa menghasilkan tekanan zat cair yang besar. Ini
kelompok mempresentasikan hasil karyanya di menunjukkan bahwa siswa beranggapan
depan kelas dan siswa lain membandingkan konsep tekanan zat cair pada bejana
hasil diskusi kelompok mereka dengan berhubungan sama dengan tekanan zat padat
presentasi yang disampaikan bertujuan untuk dimana semakin kecil luas penampang maka
mengetahui sejauh mana perubahan konsep tekanan semakin besar. Miskonsepsi yang
yang dialami siswa dan pemahaman konsep dialami siswa ini karena siswa sudah
siswa. Pada langkah kelima menganalisis dan mempunyai konsepsi awal tentang tekanan
mengevaluasi proses pemecahan masalah, sebelum mengikuti pembelajaran. Temuan ini
sesuai dengan pendapat Clement (dalam
siswa mengerjakan latihan soal untuk
Andriana, 2014) bahwa miskonsepsi yang
mengecek pemahaman materi dan menguatkan banyak terjadi bukan karena pengertian atau
konsep yang benar. Selanjutnya, guru memberi pemahaman konsep yang salah selama proses
penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa pembelajaran, melainkan konsepsi awal yang
agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah dibawa siswa ke dalam kelas. Hal ini tentunya
konsepnya menjadi konsep yang benar menunjukkkan bahwa pengalaman siswa
sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih terkait konsep tertentu sangat mempengaruhi
menguatkan konsep yang dimiliki. miskonsepsi yang dimiliki siswa tersebut.
Pemberian tes akhir (post-test) bertujuan Persentase jumlah siswa yang
untuk mengetahui perubahan miskonsepsi miskonsepsi tiap indikator paling rendah
siswa setelah dilakukan remediasi terintegrasi terjadi pada indikator II menentukan besar
dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, soal tekanan hidrostatis pada luas penampang
bejana berbeda sebesar 52,78%. Bentuk
yang digunakan untuk tes awal (pre-test) dan
miskonsepsi yang dialami siswa yaitu siswa
tes akhir (post-test) memiliki karakter dan
beranggapan semakin besar luas penampang
jumlah soal yang sama yaitu 18 soal pilihan maka tekanan hidrostatis semakin besar.
ganda. Walaupun ini merupakan konsep dimana siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengalami miskonsepsi lebih rendah daripada
kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi konsep lainnya tetapi konsep ini masih banyak
menggunakan model problem based learning terdapat siswa yang mengalami miskonsepsi.
dalam pembelajaran fluida statis dapat Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab
mengubah miskonsepsi siswa di SMA Negeri miskonsepsi siswa ini yaitu pemikiran
1 Sungai Raya. humanistic yang dimiliki siswa, yaitu cara
pandangan seseorang terhadap suatu benda
1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa dari pandangan manusiawi. Tingkah laku
Secara keseluruhan sebelum dan setelah benda dipahami seperti tingkah laku manusia
kegiatan remediasi terintegrasi dalam yang hidup (Suparno, 2013: 37). Orang yang
pembelajaran terdapat sejumlah siswa yang berbadan besar akan memberikan tekanan yang
mengalami miskonsepsi. Berdasarkan hasil besar dibandingkan orang yang berbadan kecil

6
terhadap suatu benda, sehingga siswa yang paling rendah yaitu pada indikator IV
beranggapan tabung yang memiliki luas sebesar 62,32%.
penampang besar akan memiliki tekanan Hasil tersebut juga sesuai dengan analisis
hidrostatis yang besar. persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa pada
Setelah dilakukan remediasi terintegrasi pre-test bahwa rata-rata persentase jumlah
menggunakan model problem based learning, miskonsepsi tiap siswa yaitu 80,32%. Setelah
dari hasil post-test ditemukan persentase diberikan pembelajaran dengan remediasi
jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi terintegrasi menggunakan model problem
paling tinggi yaitu pada indikator IV based learning, berdasarkan hasil post-test
menentukan pengaruh luas permukaan persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa
terhadap besar gaya pada bejana berhubungan sebesar 21,06 dengan rata-rata persentase
tertutup sebesar 36,11%. Hasil ini berbeda penurunan jumlah miskonsepsi tiap siswa
dengan hasil pre-test, pada saat pre-test siswa sebesar 74,50%.
yang mengalami miskonsepsi paling tinggi Berdasarkan data tersebut, penurunan
yaitu indikator III menentukan besar tekanan jumlah miskonsepsi siswa cukup besar. Hal ini
zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang bisa disebabkan karena menggunakan model
memiliki luas penampang berbeda. Walaupun problem based learning yang menghadapkan
berbeda, kedua indikator ini tetap merupakan siswa pada permasalahan yang berkaitan
indikator yang banyak siswa mengalami dengan kehidupan sehari-hari yang selanjutnya
miskonsepsi. Hal ini dapat terjadi karena permasalahan tersebut harus diselesaikan oleh
konsep hukum Pascal tergolong konsep abstrak siswa. Dalam pembelajaran ini siswa dapat
yang tidak mudah untuk diamati secara menumbuhkan keterampilan menyelesaikan
langsung sehingga memungkinkan terjadi masalah, bertindak sebagai pemecah masalah
banyak penafsiran ketika mempelajarinya. dan dalam pembelajaran dibangun proses
Lucariello dan Naff (2014) menyebutkan berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan
bahwa konsep yang abstrak sangat mungkin saling memberi informasi serta memberi
menimbulkan miskonsepsi pada siswa bahkan kesempatan mengumpulkan dan menganalisis
orang dewasa sekalipun. Sedangkan dari hasil data untuk memecahkan masalah, sehingga
post-test ditemukan persentase jumlah siswa siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis,
yang mengalami miskonsepsi paling rendah sistematis dan logis. Menurut Kaptan &
yaitu pada indikator I menemukan hubungan Korkmaz dalam Arkinoglu, 2007) dengan
kedalaman terhadap besar tekanan hidrostatis memberikan kesempatan siswa untuk
dan indikator II menentukan besar tekanan memecahkan masalah akan mengembangkan
hidrostatis pada luas penampang bejana keterampilan pemecahan masalah pada diri
berbeda sebesar 9,72%. Hasil ini menunjukkan siswa. Dari penyelesaian permasalahan, siswa
kesamaan dengan hasil pre-test yaitu pada yang pada awalnya mempunyai konsepsi yang
indikator II persentase jumlah siswa yang keliru setelah memecahkan masalah siswa
mengalami miskonsepsi paling rendah. Tidak memperoleh konsepsi yang benar.
banyak konsepsi yang ditemukan pada konsep
ini karena fenomena tekanan hidrostatis mudah 2. Perubahan Konseptual Siswa
diamati dan sering ditemukan dalam kehidupan Konsepsi siswa sebelum pembelajaran
sehari-hari sehingga tidak terjadi banyak disebut konsepsi awal atau prakonsepsi.
penafsiran oleh siswa. Sedangkan konsepsi siswa setelah
Hasil ini sesuai dengan persentase pembelajaran disebut konsepsi akhir.
penurunan jumlah siswa yang mengalami Penelitian ini menemukan adanya perubahan
miskonsepsi pada tiap indikator yang paling konseptual siswa yang didukung dengan hasil
tinggi yaitu pada indikator 1 sebesar 87,72% perhitungan menggunakan Uji McNemar
dan persentase penurunan jumlah siswa yang bahwa untuk seluruh indikator pada materi
mengalami miskonsepsi pada tiap indikator fluida statis didapat hasil perubahan yang
2
signifikan, diperoleh 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (252,03) >

7
2 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. Hasil
𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Membawa kayu menggunakan gerobak atau
ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan menghanyutkan kayu di sungai?”.
konseptual siswa yang signifikan antara Permasalahan tersebut merupakan
sebelum dan sesudah remediasi terintegrasi permasalahan nyata yang dialami siswa di
menggunakan model problem based learning dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu
dalam pembelajaran fluida statis di SMA secara tidak langsung siswa telah memiliki
Negeri 1 Sungai Raya. konsepsi sendiri baik konsepsi itu benar
Perubahan konseptual tertinggi terjadi maupun keliru. Permasalahan ini digunakan
pada konsep V yaitu menentukan perbedaan untuk menggali miskonsepsi siswa.
berat benda di air dan di udara yang dihitung Selanjutnya mengorganisasikan siswa
menggunakan uji Mc Nemar sebesar 53,01. untuk belajar yaitu siswa diorganisasi guru ke
Hasil ini menunjukkan banyak siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.
mengalami perubahan konseptual pada saat Siswa diminta untuk berdiskusi bersama teman
pre-test dan post-test dari miskonsepsi menjadi kelompoknya mengenai permasalahan yang
tidak miskonsepsi dan dari tidak miskonsepsi disajikan di dalam lembar kerja siswa. Siswa
menjadi miskonsepsi. Sedangkan perubahan dalam kelompoknya mengisi hipotesis
konseptual terendah terjadi pada konsep VI mengenai permasalahan yang ada di LKS
yaitu menganalisis pengaruh massa jenis untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang
terhadap peristiwa terapung, melayang, dan kemungkinan mengalami miskonsepsi
tenggelam pada benda yang dihitung sekaligus mencari penyebab siswa mengalami
menggunakan uji Mc Nemar sebesar 26,28. miskonsepsi. Hipotesis salah satu kelompok
Hasil ini menunjukkan sedikit siswa mengenai permasalahan yang disajikan yaitu
mengalami perubahan konseptual. Terdapat sebaiknya pak Andi membawa kayu akasia
banyak siswa yang pada saat pre-test tersebut melewati jalur sungai karena berat
miskonsepsi dan saat post-test miskonsepsi benda di udara dan di air lebih ringan di air
serta pada saat pre-test tidak miskonsepsi dan karena adanya gaya apung di air yang lebih
saat post-test tidak miskonsepsi yang berarti kecil daripada di udara. Dari langkah ini dapat
siswa tidak mengalami perubahan konseptual. membantu siswa menyadari bahwa konsepsi
Posner (1982: 214) mengemukakan yang mereka miliki keliru sehingga muncul
bahwa ada empat syarat yang perlu dipenuhi ketidakpuasan terhadap konsepsi awal siswa
agar terjadi perubahan konseptual yang merupakan dasar untuk proses perubahan
(akomodasi): harus ada ketidakpuasan dengan konseptual (Posner, dkk, 1982: 214).
konsepsi yang dimiliki, konsep baru harus Langkah berikutnya membimbing
dapat dimengerti, konsep baru harus masuk penyelidikan siswa secara mandiri maupun
akal, dan konsep baru harus terlihat bermanfaat kelompok yaitu siswa dibimbing guru
dalam menjelaskan berbagai fenomena. melakukan penyelidikan melalui berbagai
Berdasarkan syarat perubahan konseptual ini, kegiatan percobaan yaitu percobaan tekanan
model problem based learning memiliki hidrostatis, hukum Pascal dan hukum
langkah-langkah yang dapat memenuhi syarat- Archimedes. Siswa melakukan penyelidikan
syarat tersebut. bersama kelompoknya untuk mencari tahu
Remediasi terintegrasi menggunakan kebenaran hipotesis yang telah dibuat di dalam
model problem based learning pada langkah LKS. Salah satu hasil percobaan yang siswa
pertama memberikan orientasi tentang peroleh yaitu berat benda di air lebih ringan
permasalahan pada siswa. Siswa disajikan daripada di udara karena di dalam air ada gaya
permasalahan berkaitan tentang tekanan apung yang berpengaruh sedangkan di udara
hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip tidak ada gaya lain yang berpengaruh hanya
Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari. percepatan gravitasi. Langkah ini
Salah satu permasalahan yang disajikan yaitu menimbulkan konflik kognitif bagi siswa
“bagaimana cara yang memudahkan pak Andi karena hipotesis dan hasil percobaan yang
membawa kayu untuk membangun rumahnya? dilakukan menunjukkan konsep yang saling

8
bertentangan. Dalam keadaan konflik kognitif, tiap indikator dan dapat menurunkan
siswa bisa mempertahankan konsepsinya persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa.
semula, memperbaiki sebagian konsepsinya Efektivitas yang tergolong tinggi karena
(asimilasi), atau mengganti konsepsinya yang adanya penurunan jumlah siswa yang
salah dengan konsepsi baru (akomodasi). mengalami miskonsepsi dan terjadi perubahan
Mengembangkan dan menyajikan hasil konseptual siswa yang signifikan. Remediasi
karya, pada langkah ini Hasil karya yang yang terintegrasi dalam pembelajaran efektif
dibuat siswa yaitu membuat hipotesis, untuk memperbaiki miskonsepsi siswa
merancang percobaan, melakukan percobaan, dikarenakan miskonsepsi yang terjadi pada
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, saat pembelajaran akan langsung diremediasi
membuat kesimpulan, dan membuat laporan. pada saat itu juga (Rahardian, 2012). Temuan
Pada langkah ini, beberapa kelompok ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
mempresentasikan hasil karyanya di depan dilakukan Huda (2017) menemukan bahwa
kelas dan siswa lain membandingkan hasil integrasi remediasi miskonsepsi dengan model
diskusi kelompok mereka dengan presentasi generatif dalam pembelajaran gerak lurus
yang disampaikan. Kelompok yang memiliki berubah beraturan efektif untuk menurunkan
hasil yang berbeda diberi kesempatan persentase jumlah miskonsepsi siswa kelas X
memberikan tanggapan dan bertanya. Dari IPA SMA Negeri 1 Sekayam dengan effect size
kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh Cohen’s sebesar 2,0 (kategori tinggi).
mana perubahan konsep yang dialami siswa Selain itu menggunakan model Problem
dan pemahaman konsep siswa. Based Learning juga mempengaruhi
Terakhir, menganalisis dan mengevaluasi efektivitas yang tinggi. Model Problem Based
proses pemecahan masalah yaitu siswa Learning adalah salah satu model yang tepat
mengerjakan latihan soal untuk mengecek digunakan untuk mengatasi miskonsepsi siswa
pemahaman materi dan menguatkan konsep (Suparno, 2013: 113), karena pembelajaran
yang benar. Selanjutnya, guru memberi difokuskan pada pengalaman pembelajaran
penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa yang diatur meliputi penyelidikan dan
agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah pemecahan masalah khususnya masalah yang
konsepnya menjadi konsep yang benar berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model
sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih PBL dapat meremediasi miskonsepsi siswa
menguatkan konsep yang dimiliki. Siswa yang dengan cara memberikan suatu masalah yang
mengganti konsepsinya dengan konsepsi baru berkaitan erat di dalam kehidupan sehari-hari,
berarti siswa menyadari bahwa konsep baru khususnya pada materi fluida statis sehingga
yang disajikan lebih mudah dimengerti, dan masalah-masalah tersebut dapat berimplikasi
bermanfaat untuk menjelaskan berbagai pada terbentuknya keterampilan siswa dalam
fenomena lainnya yang lebih luas. menyelesaikan masalah sekaligus
mengkonstruksi pengetahuan baru. Penelitian
3. Tingkat Efektivitas ini sejalan dengan penelitian Masta (2015)
Hasil penelitian ini juga didukung oleh menunjukkan model problem based learning
efektivitas yang diperoleh dari penerapan efektif mengatasi miskonsepsi siswa dengan
remediasi miskonsepsi yang terintegrasi dalam nilai effect size 3,26 (kategori tinggi) pada
pembelajaran menggunakan model problem materi keseimbangan benda tegar di SMA K
based learning terhadap penurunan jumlah Immanuel Pontianak.
miskonsepsi siswa dengan tingkat efektivitas Selama proses penelitian, peneliti
tergolong tinggi harga DQM sebesar (74,63%). menggunakan satu kelas yang digunakan
Temuan ini menunjukkan bahwa remediasi sebagai kelas uji coba model PBL dan satu
miskonsepsi yang terintegrasi dalam kelas sebagai kelas penelitian. Tujuan
pembelajaran menggunakan model problem digunakannya kelas uji coba model untuk
based learning dapat menurunkan persentase mengetahui kelebihan dan kekurangan model
jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi yang digunakan sebelum model PBL

9
digunakan untuk penelitian. Akan tetapi, dalam tergolong dalam kategori tinggi dengan harga
pelaksanaanya walaupun telah melakukan uji DQM sebesar 74,63%
coba model peneliti masih mengalami kendala
pada saat melakukan penelitian di kelas untuk Saran
penelitian. Hal ini karena adanya faktor luar Berikut disampaikan sejumlah saran dari
yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti. penelitian ini, yaitu diharapkan dalam
Dalam kelas penelitian terjadi pengurangan penelitian selanjutnya dapat: (1) Sebaiknya ada
jam pelajaran dikarenakan sekolah sedang kelas kontrol agar dapat melihat apakah model
menerapkan full day sehingga jam pelajaran di pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
sekolah masih berubah-ubah. Hal ini menjadi penyebab siswa berubah
berdampak pada RPP yang telah dibuat miskonsepsinya. (2) Sebaiknya melibatkan
peneliti yang mengakibatkan peneliti harus guru sebagai observer di dalam penelitian
mengurangi waktu pada kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengurangi kesalahan yang
dalam penelitian. dilakukan peneliti.
Penelitian ini hanya menyumbangkan
implikasi teoritis mengenai pilihan DAFTAR PUSTAKA
meremediasi miskonsepsi siswa dan Andriana, Elfa. 2014. Remediasi Miskonsepsi
meningkatkan hasil belajar siswa saat Pembiasan Cahaya pada Lensa Tipis
pembelajaran berlangsung sebagai kegiatan Menggunakan Direct Instruction
remediasi yang memiliki pendekatan Berbantuan Animasi Flash Sma. Jurnal
pengembangan. Hasil penelitian ini memberi Pendidikan dan Pembelajaran.
kesempatan untuk pengembangan model (Online). (http://jurnal.
remediasi lanjutan yang dapat langsung untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/4
diterapkan dalam pembelajaran dengan 255, diakses 18 November 2017).
memperhatikan kenyataan di lapangan. Akinoglu, Orhan dan Ruhan Ozkardes
Tandogan. 2007. The Effect of Problem-
SIMPULAN DAN SARAN Based Active Learnig in Science
Simpulan Education on Students’ Academic
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan Achievement, Attitude and Concept
secara umum bahwa remediasi yang Learning. Eurasia Journal of
terintegrasi dalam pembelajaran fluida statis Mathematic, Science & Technology
menggunakan model problem based learning Education. ( Online). (http://
dapat mengubah miskonsepsi siswa kelas XI ejmste.com/v3n1/EJMSTEv3n1_Akinoglu.
IPA 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sub hasil pdf , diakses 15 Maret 2017).
penelitian sebagai berikut: (1) Besar persentase Arends, Richard. 2009. Learning to Teach.
penurunan jumlah miskonsepsi siswa setelah New York: McGrow Hill Company.
diberikan integrasi remediasi miskonsepsi Firman. 2011. Deskripsi Miskonsepsi Siswa
menggunakan model problem based learning pada Materi Hukum Archimedes di
dalam pembelajaran fluida statis sebesar 74,50 Kelas VIII SMP Negeri 2 Ketapang.
%. (2) Terjadi perubahan yang signifikan Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).
antara sebelum dan sesudah diberikan integrasi Harniyati, Mantari. 2015. Remediasi
remediasi miskonsepsi menggunakan model Miskonsepsi Siswa pada Materi Fluida
problem based learning dalam pembelajaran Statis Menggunakan Pembelajaran
fluida statis. Diperoleh dari hasil perhitungan Predict, Observe, dan Explain (POE) di
2
menggunakan Uji McNemar 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 (252,03) Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Selimbau.
2
> 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. (3) Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).
Besar efektivitas kegiatan integrasi remediasi Huda, Nurul. 2017. Integrasi Remediasi
miskonsepsi dalam pembelajaran fluida statis Miskonsepsi dengan Model Generatif
menggunakan model problem based learning dalam Pembelajaran Gerak Lurus Berubah
terhadap penurunan jumlah miskonsepsi siswa Beraturan di SMA. Jurnal Pendidikan dan

10
Pembelajaran. (Online). Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ (Skripsi).
article/view/17944, diakses 12 Agustus Sugiyono. 2016. Metode Penelitian
2017). Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Lucariello, J. & Naff, D. 2014. How do i get Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan
my students over their alternative Perubahan Konsep dalam Pendidikan
conceptions (misconceptions) for Fisika. Jakarta: Grasindo.
learning?. American Psychological Sutrisno, Leo., Kresnadi, Hery & Kartono.
Association Teacher’s Modules. 2007. Pengembangan Pembelajaran
(Online). IPA SD. Jakarta: Dirjen Dikti
(http://www.apa.org/education/k12/misco
Depdiknas.
nceptions.aspx, dikunjungi 4 Oktober
Tyas, Rina Ning. 2013. Penggunaan Strategi
2017).
POE ( Predict-Observe-Explain) untuk
Masta, Ngia. 2015. Remediasi Miskonsepsi
Memperbaiki Miskonsepsi Fisika. Jurnal
Menggunakan Model PBL tentang
Pendidikan Sains Universitas
Keseimbangan Benda Tegar di SMA K
Muhammadiyah Semarang. (Online).
Immanuel Pontianak. Jurnal Pendidikan
(http://
dan Pembelajaran. (Online).
jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA/a
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/
rticle/view/1374, diakses tanggal 12
article/view/9242, diakses 20 Februari
Januari 2017).
2017).
Wilantara, I Putu Eka. 2003. Implementasi
Posner.et.al. 1982. Accomodation of
Model Belajar Konstruktivis dalam
Scientific Copception: T oward a
Theory of. Conseptual Change. Science Pembelajaran Fisika untuk Mengubah
Education. Vol.66.pp.27-211. Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran
Formal Siswa. Singaraja: IKIP. (Online).
Rahardian, Adhitya. 2012. Integrasi
(http://203.130.198.30//detail.php?id=254,
Remediasi Miskonsepsi dalam
diakses tanggal 22 Maret 2017).
Pembelajaran pada Materi Dinamika
Rotasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 9

11

Anda mungkin juga menyukai