Anda di halaman 1dari 10

MISKONSEPSI SISWA TENTANG SUHU DAN KALOR

MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK DI SMA NEGERI 1


SEJANGKUNG

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
FITRIANI WULANDARI
NIM. F1051131038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
MISKONSEPSI SISWA TENTANG SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN TES
DIAGNOSTIK DI SMA NEGERI 1 SEJANGKUNG

Fitriani Wulandari, Haratua Tiur Maria Silitonga, Diah Mahmuda


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak
Email: fitrianiwulandari22@yahoo.com

Abstract
The study investigated student misconception and cause of the misconception on heat
and temperature. A descriptive survey was employed. The sample for the study was 20
students of XI grade from SMA Negeri 1 Sejangkung. Data are collected by using
multiple choice diagnostic tests with open reason and interview. The result indicated that
student made 81% misconception about heat and temperature. The misconceptions were
on the seven concept, including: heat, it is the movement that affects temperature
(55%), the mass of object is not affecting heat (30%), conduction are particle that
conduct heat (90%), the heat transfer is a temperature moving from low temperature to
high temperature (80%), heat type is straightly compared to temperature (35%),
temperature affects the type of a substance (65%), and the bigger the melt heat, the faster
it changes the form of the object (40%). The causes of students misconception which were
about the heat and temperature from the students, including: student praconception, the
incomplete reasoning or false reasoning, and student abilities. This invention was
expected to be used as a consideration in choosing the suitable treatment to overcome the
students’ misconception.

Keywords: Misconceptions, temperature and heat, diagnostic tests

PENDAHULUAN Miskonsepsi merupakan kekeliruan individual


Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tentang suatu konsepsi.
mendasar dan berhubungan dengan perilaku Berdasarkan hasil wawancara yang telah
manusia maupun struktur benda (Giancoli, dilakukan dengan salah satu guru Fisika,
2001: 1). Fisika merupakan ilmu pengetahuan bahwa hasil belajar Fisika siswa masih
yang mempelajari tentang alam dan teknologi tergolong rendah dengan rata-rata nilai hasil
dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama belajar pada suhu dan kalor sebesar 50,03%.
fisika adalah untuk mencari keteraturan dalam Hal tersebut, bisa dikatakan siswa mengalami
pengamatan manusia pada alam sekitarnya dan miskonsepsi, disebabkan oleh beberapa faktor,
dalam kehidupan sehari-hari. diantaranya kemampuan siswa atau konsepsi
Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang awal siswa. Agar penguasaan siswa dapat
fisika, salah satu konsep fisika yang erat tercapai dengan baik, maka siswa dituntut
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan untuk memahami konsep-konsep fisika
siswa sering mengalami miskonsepsi adalah tersebut melalui kemampuan berfikirnya,
konsep suhu dan kalor. Miskonsepsi atau salah karena akan berpengaruh pada materi
konsep menunjuk pada suatu konsep yang berikutnya.
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau Berdasarkan penelitian yang dilakukan
konsepsi siswa yang keliru (Suparno, 2013: 4). oleh Ruth pada tahun 2015 di SMA Negeri 7

1
Pontianak, ditemukan 62,35% siswa di kelas untuk mengatasi dan memperbaiki
miskonsepsi pada materi perpindahan kalor. miskonsepsi.
Pada tahun yang sama Alfisyahrina melakukan Ada beberapa cara untuk mengatasi
penelitian di MAN 1 Pontianak menemukan miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Secara
siswa miskonsepsi pada materi suhu dan kalor garis besar langkah yang digunakan untuk
sebesar 46,97%. Miskonsepsi ini bisa terjadi mengatasi miskonsepsi siswa adalah:
karena disebabkan oleh banyak faktor. Faktor 1. Mencari atau mengungkap miskonsepsi
umum penyebab miskonsepsi terdapat lima siswa.
kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, 2. Mencari penyebab miskonsepsi siswa.
konteks, dan metode mengajar ( Suparno, 3. Mencari perlakuan yang sesuai untuk
2013: 29). mengatasi miskonsepsi siswa (Suparno,
Adanya miskonsepsi siswa akan 2013: 55).
menghambat proses penerimaan pengetahuan Berdasarkan langkah tersebut untuk mencari
baru atau materi baru yang saling berhubungan atau mengungkapkan miskonsepsi siswa
dengan pengetahuan lainnya melalui menggunakan tes diagnostik dan menemukan
pembelajaran di kelas sehingga akan penyebab miskonsepsi siswa dengan cara
menghalangi siswa dalam proses belajar. Siswa wawancara.
berdasarkan usia, jenis kelamin, dan Tes diagnostik adalah tes yang digunakan
kemampuan cenderung membawa miskonsepsi untuk mengetahui kelemahan konsepsi siswa
yang berasal dari pengalaman dalam (miskonsepsi) pada topik tertentu dan
kehidupan sehari-hari maupun hasil interaksi mendapatkan respons siswa untuk
sosial (Nurul, dkk, 2016). Miskonsepsi dapat memperbaiki kelemahannya atau kekeliruan
terjadi akibat keterbatasan dalam pengamatan konsepsi siswa (Suwarto, 2013: 114-115). Tes
siswa, pengalaman yang berbeda-beda di diagnostik bertujuan untuk mengetahui
lingkungan sehari-hari dan sumber informasi kesulitan belajar siswa atau keliru dalam
yang tidak akurat. pemahaman konsep. Hasil tes diagnostik
Identifikasi miskonsepsi merupakan hal memberikan informasi tentang konsep-konsep
yang penting dilakukan dalam proses yang belum dipahami dan yang telah dipahami.
pembelajaran fisika. Pengidentifikasian dapat Tes diagnostik perlu dilakukan untuk
dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses mengetahui dimana letak kelemahan dan
pembelajaran serta perlu ditindaklanjuti kekuatan siswa terhadap penguasaan konsep
dengan upaya agar siswa terlepas dari suatu bagian atau keseluruhan materi pelajaran
miskonsepsinya (Silung, 2015). Upaya serta dapat mengidentifikasi kesulitan-
pengidentifikasian miskonsepsi harus kesulitan belajar yang muncul sehingga
dilakukan secara tepat agar terhindar dari kegagalan dan keberhasilan siswa dapat
kesalahan tindak lanjutnya. diketahui (Kustiani, 2011: 2-3). Jadi pada
Sebelum melangkah pada upaya penelitian ini melakukan menggali
penanggulangannya, terlebih dahulu para miskonsepsi siswa di SMA Negeri 1
pengajar harus memiliki pengetahuan dan Sejangkung pada materi suhu dan kalor, karena
kemampuan mengidentifikasi miskonsepsi di SMA Negeri 1 Sejangkung belum pernah
secara tepat, sehingga setiap saat dapat melakukan penelitian tentang miskonsepsi
digunakan dalam pembelajaran. Oleh siswa. tujuan penelitian ini untuk
karenanya, para peneliti dan pendidik dituntut mendeskripsikan miskonsepsi siswa atau
untuk terus mengembangkan berbagai upaya kelemahan siswa khususnya pada pokok
untuk mengatasi miskonsepsi meskipun bahasan suhu dan kalor di SMA Negeri 1
hasilnya belum menggembirakan atau Sejangkung dan menemukan penyebab
memuaskan (Nurul, dkk, 2016). Hal ini miskonsepsi siswa.
penting agar dapat menjadi sumber informasi
bagi para pendidik dan peneliti dalam
mengupayakan pengembangan pembelajaran

3
METODE PENELITIAN pelajaran untuk menentukan waktu
Metode yang digunakan pada penelitan ini pelaksanaan penelitian, (4) Memberikan soal
adalah metode deskriptif sederhana. metode riset kepada siswa, (5) Mengoreksi hasil tes
deskriptif sederhana digunakan karena yang yang telah diberikan kepada siswa, (6)
dibahas hanya suatu keadaan tertentu secara Mendistribusikan hasil jawaban siswa dengan
terpisah tanpa menghubungkannya dengan bantuan tabel, (7) Menganalisis jawaban dan
keadaan yang lain (Sugiyono, 2007). alasan siswa dengan membandingkan
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa konsepsi-konsepsi siswa dengan konsepsi
kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sejangkung. ilmuan untuk setiap konsep yang diteliti, (8)
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh Merekapitulasi dan mendeskripsikan bentuk
siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 siswa yang mengalami miskonsepsi, (9)
Sejangkung. Melakukan wawancara kepada siswa, (10)
Teknik wawancara yang digunakan dalam Menganalisis hasil wawancara, (11) Membuat
penelitian ini adalah wawancara bebas kesimpulan dari penelitian yang telah
terpimpin. Alat pengumpul data yang dilakukan, dan (12) Menulis laporan
digunakan dalam penelitian ini berupa tes penelitian.
diagnostik yaitu tes objektif (pilihan ganda)
beserta alasan terbuka sebanyak 20 soal. Tes HASIL PENELITIAN DAN
diagnostik tersebut diadaptasi dari penelitian PEMBAHASAN
pengembangan tes diagnostik pada materi suhu
dan kalor oleh Husnaini (2017). Prosedur Hasil Penelitian
penelitian dalam penelitian ini yaitu: (1) 1. Profil Miskonsepsi Siswa
Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes Analisis jawaban dan alasan siswa
pilihan ganda beserta alasan yang diadaptasi pada soal tes diagnostik menunjukkan
dari penelitian pengembangan tes diagnostik bahwa sebagian besar siswa memiliki
pada materi suhu dan kalor oleh Husnaini konsepsi yang berbeda dengan konsep
(2017), (2) Menemui kepala sekolah SMA ilmuan dalam memahami materi suhu dan
Negeri 1 Sejangkung untuk meminta izin kalor. Perbedaan konsepsi tersebut terjadi
melakukan penelitian di sekolah tersebut, (3) disemua konsep yang diujikan. Adapun
Melakukan koordinasi dengan guru mata profil jawaban siswa pada Tabel 1.

Tabel 1. Profil Jawaban Siswa


Kategori
Presentase
No. Soal
Paham Konsep Miskonsepsi
∑ % ∑ %
1 1 5 19 95
2 2 10 18 90
3 4 20 16 80
4 3 15 17 85
5 0 0 20 100
6 9 45 11 55
7 2 10 18 90
8 6 30 14 70
9 2 10 18 90
10 1 5 19 95
11 5 25 15 75
12 3 15 17 85
13 7 35 13 65

4
14 5 25 15 75
16 8 40 12 60
Rata-rata 3,9 19,3% 16,13 81%
2. Persentase Miskonsepsi Siswa yang merupakan persentase miskonsepsi
Data hasil penelitian ini diperoleh dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
hasil tes diagnostik yang kemudian Sejangkung disajikan dalam tabel 2.
didistribusikan ke dalam tabel. Hasil tes
Tabel 2. Persentase Miskonsepsi Siswa
Tes diagnostik
Bentuk Miskonsepsi No Soal
∑ Mis Total % Mis
Tidak ada perbedaan antara suhu dan 7 18
32 80%
kalor (Thibergien dalam Sozbilir, 2003). 8 14
Jika dua benda pada suhu yang sama,
6 11
maka mempunyai energi atau kalor yang
29 72,5%
sama (Kesidou and Duit dalam Sozbilir
2003). 9 18
1 19
Pada konduksi, partikel zat yang 5 20 58 96,67%
berpindah (Witanecahya, 2014)
10 19
Suhu dapat ditransfer (Yeo dan Zadnik, 2 18
33 82,5%
2001) 14 15
Kalor jenis adalah nilai dari energi panas
yang menunjukkan kemampuan suatu
bahan untuk menangkap panas 11 15 15 75%
(Tanahoung, Chitaree, & Soankwan,
2010)
Suhu sebuah benda tergantung 3 16
ukurannya (Erickson dalam Sozbilir, 33 78,57%
2003) 12 17

Kalor laten adalah energi yang berada 4 17


dalam suatu zat (Tanahoung, Chitaree, 13 13 42 82,5%
& Soankwan, 2010) 16 12
Rata-rata 81%
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui wawancara. Siswa yang diwawancarai
jumlah siswa yang mengalami masing-masing sebanyak 3 siswa dari tiap
miskonsepsi sesudah diberikan tes kelompok tinggi, dan rendah. Pemilihan
diagnostik. Jumlah siswa yang mengalami tersebut berdasarkan siswa yang paling
miskonsepsi dapat dikatakan tinggi pada banyak memiliki miskonsepsi pada tiap
bentuk miskoonsepsi III dan bentuk kelompoknya. Adapun hasil rekapitulasi
miskonsepsi II tergolong sedang. analisis wawancara penyebab miskonsepsi
3. Penyebab Miskonsepsi Siswa siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Penyebab miskonsepsi siswa
tentang suhu dan kalor diperoleh melalui

5
Tabel 3. Analisis Wawancara Penyebab Miskonsepsi
Penyebab Miskonsepsi
No. Konsep Bentuk miskonsepsi
RL PK KS
1. Konduksi adalah Konduksi adalah X
perpindahan kalor melalui perpindahan kalor melalui
suatu benda akibat udara.
interaksi molecular
2. Kalor adalah energi Perpindahan kalor adalah X
dalam yang dipindahkan suhu yang berpindah dari
dari satu benda ke benda suhu tinggi ke suhu
lain akibat perbedaan rendah dan sebaliknya.
suhu. Kalor mengalir dari
benda bersuhu lebih
tinggi ke benda bersuhu
lebih rendah
3. Kalor laten adalah Semakin besar kalor laten X
banyaknya kalor yang suatu zat maka semakin
dperlukan oleh suatu zat cepat zat itu panas dan
untuk berubah wujud per sebaliknya.
satuan massa zat
4. Kalor adalah energi yang Kalor berbanding terbalik X
mengalir dari benda terhadap massa benda dan
bersuhu tinggi ke benda sebaliknya.
bersuhu rendah. Kalor
yang diperlukan untuk
memanaskan suatu benda
sebanding dengan massa
benda dan jenis benda
tersebut
5. Suhu adalah ukuran atau Kalor adalah suhu yang X
derajat panas dingin suatu memindahkan partikel ke
benda atau sistem dan benda.
Kalor adalah energi
dalam yang dipindahkan
dari satu benda ke benda
lain akibat perbedaan
suhu.
6. Suhu benda tidak Massa benda/ukuran X
tergantung pada ukuran benda berbanding terbalik
karena suhu merupakan terhadap suhu benda dan
ukuran energi kinetik sebaliknya.
molekular internal rata-
rata sebuah benda
Jumlah 2 1 3
% 33 % 17% 50%

Keterangan:
RL = Reasoning yang tidak lengkap

6
PK = prakonsepsi
KS = kemampuan siswa
Pembahasan didapatnya waktu sekolah dasar dan sebatas
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 menghafal. Dimana berdasarkan hasil
Sejangkung pada siswa kelas XI IPA. Bentuk wawancara, hal ini di sebabkan oleh
penelitian yang digunakan adalah metode prakonsepsi siswa. Hal ini sesuai dengan
deskriptif sederhana. Kegiatan pelaksanaan penelitian Alfiani (2015) siswa yang
penelitian terdiri dari 2 langkah yaitu mengalami miskonsepsi karena siswa masih
memberikan tes diagnostik dan memberikan kesulitan dalam memahami perbedaan suhu
wawancara kepada siswa. Tes diagnostik yang dan kalor. Siswa hanya sebatas hafal
diberikan memiliki 15 soal dengan 3 pilihan (mengingat) pengertian kalor saja tanpa
jawaban beserta alasan terbuka dan wawancara memahami dengan benar.
dilakukan pada 6 siswa dengan masing-masing Pada konsep perpindahan kalor
1 soal. mengalami miskonsepsi sebesar 80% siswa (16
Berdasarkan hasil tes diagnostik terdapat orang). Siswa beranggapan bahwa perpindahan
25 bentuk miskonsepsi siswa pada materi suhu kalor adalah suhu yang berpindah dari suhu
dan kalor yang ditemukan dalam penelitian ini. tinggi ke suhu rendah atau sebaliknya. Hal ini
Pada konsep suhu dan kalor sebesar 55% siswa disebabkan karena siswa tidak dapat
(11 orang) mengalami miskonsepsi. Siswa mengonstruksi konsep perpindahan kalor
masih beranggapan bahwa kalor adalah secara lengkap dan utuh. Dimana materi suhu
perpindahan kalor yang berpengaruh terhadap dan kalor ini adalah materi yang abstrak
suhu. Dari alasan yang diungkapkan tampak sehingga siswa mengalami kesulitan
bahwa siswa menebak dalam memilih memahami materi suhu dan kalor. Berdasarkan
jawaban, hal ini terlihat jelas dari jawaban hasil wawancara, penyebab miskonsepsi siswa
siswa yang keliru baik pilihan jawaban adalah kemampuan siswa.
maupun alasan yang diungkapkan. Selanjutnya konsep kalor jenis yang
Berdasarkan hasil wawancara, siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 35% siswa (7
mengalami miskonsepsi karena disebabkan orang). dimana siswa beranggapan bahwa
oleh siswa itu sendiri dan siswa belum kalor jenis berbanding lurus terhadap suhu.
memahami konsep suhu dan kalor secara benar Berdasarkan anggapan siswa bahwa konsepsi
sehingga siswa tidak dapat mengonstruksi siswa masih keliru atau belum sesuai dengan
secara lengkap atau benar. Jadi, penyebab konsepsi ilmuwan. Hal ini disebabkan karena
miskonsepsi siswa adalah kemampuan siswa. siswa mengalami kesulitan dan kurang
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurul, dkk memahami konsep kalor jenis sehingga siswa
(2016) siswa yang miskonsepsi disebabkan menarik kesimpulan secara salah.
oleh siswa itu sendiri dan siswa tidak mampu Kemudian sebesar 65% siswa (13 orang)
mengabstraksikan konsep dengan tepat. yang mengalami miskonsepsi. Siswa
Kemudian sebesar 30% siswa (6 orang) beranggapan bahwa suhu mempengaruhi jenis
beranggapan bahwa massa benda tidak suatu zat. hal ini disebabkan reasoning yang
mempengaruhi kalor. Hal ini disebabkan oleh tidak lengkap atau salah. Menurut Comins (
kurangnya pemahaman siswa pada konsep dalam Suparno, 2013), miskonsepsi juga dapat
kalor dan siswa mengalami reasoning yang disebabkan oleh pemikiran atau penalaran
tidak lengkap atau salah. Hal ini disebabkan siswa yang keliru atau salah tentang konsep
oleh reasoning siswa yang salah. tersebut. Alasan yang tidak lengkap dapat
Selanjutnya pada konsep konduksi disebabkan karena kurangnya informasi yang
mengalami miskonsepsi sebesar 90% siswa (18 didapatkan sehingga menarik kesimpulan
orang). Siswa beranggapan bahwa konduksi secara salah. Hal ini disebabkan oleh
adalah partikel yang menghantarkan panas. Hal reasoning siswa yang salah atau tidak lengkap.
ini disebabkan karena siswa mengalami Konsep yang terakhir adalah konsep kalor
kesulitan memahami konsep suhu kalor yang laten sebesar 40% siswa (8 orang) yang

7
mengalami miskonsepsi. Siswa masih Menurut Suparno (2013) bahwa masih
beranggapan bahwa semakin besar kalor lebur banyak siswa sudah mempunyai konsep awal
maka semakin cepat mengalami perubahan tentang suatu konsep yang didapat dari
wujud benda. Kurangnya pemahaman siswa kehidupan sehari-hari sebelum siswa
pada konsep kalor laten , sering mengalami mengikuti pelajaran formal di bawah
kesulitan menangkap konsep yang benar bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali
menyebabkan siswa keliru memahami konsep mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal
kalor laten. Menurut Suparno (2013) meskipun ini akan menyebabkan miskonsepsi pada saat
guru telah menjelaskan secara benar dan pelan- mengikuti pelajaran Fisika seterusnya sampai
pelan dan meskipun buku teks ditulis dengan kesalahan itu diperbaiki.
benar sesuai dengan konsepsi ilmuwan, konsep Kemudian sesuai dengan penelitian
yang ditangkap dapat tidak lengkap dan Nurulwati, dkk (2014) miskonsepsi juga dapat
bahkan salah. Berdasarkan hasil wawancara, disebabkan oleh reasoning atau penalaran
hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa yang tidak lengkap atau salah. Alasan
siswa. siswa yang salah atau keliru dapat disebabkan
Berdasarkan yang diuraikan uraian di atas oleh informasi yang diperoleh atau data yang
ditemukan sebagian besar siswa mengalami didapatkan tidak lengkap atau keliru.
miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor. Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara
Masih banyak konsepsi siswa yang belum salah dan ini menyebabkan timbulnya
sesuai dengan konsepsi ilmuwan atau konsepsi miskonsepsi siswa. Seterusnya Siswa yang
siswa keliru. Dari jawaban siswa dapat kurang berbakat Fisika atau kurang mampu
diungkapkan tampak bahwa siswa menebak dalam memahami Fisika sering mengalami
dalam memilih jawaban atau dari pengalaman kesulitan menangkap konsep yang benar dalam
sehari-hari. Dalam hal ini menandakan bahwa proses belajar.
siswa belum memahami materi suhu dan kalor
secara utuh dan mendalam sehingga mereka KESIMPULAN DAN SARAN
masih memiliki miskonsepsi meskipun telah Kesimpulan
mendapatkan pembelajaran sebelumnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa siswa
Miskonsepsi dapat disebabkan oleh kelas XI IPA SMA Negeri 1 Sejangkung masih
bermacam-macam hal. Secara umum mengalami miskonsepsi tentang suhu dan
miskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa itu kalor. Pada penelitian ini, memiliki
sendiri, guru yang mengajar, konteks miskonsepsi siswa sebanyak 25 bentuk
pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks miskonsepsi tentang suhu dan kalor dari 20
(Suparno, 2013: 29). Berdasarkan hasil siswa. Beberapa miskonsepsi yang ditemukan
wawancara dengan siswa kelas XI IPA SMA pada penelitian ini, di antaranya: 1) Beberapa
Negeri 1 Sejangkung yang diperoleh profil miskonsepsi siswa yang ditemukan
keterangan bahwa penyebab miskonsepsi yang selama penelitian dengan jumlah yang paling
dialami siswa adalah berasal dari siswa itu dominan yaitu: (a) kalor adalah perpindahan
sendiri. Miskonsepsi yang disebabkan oleh kalor yang berpengaruh terhadap suhu dengan
siswa itu sendiri adalah kemampuan siswa persentase 55%; (b) massa benda tidak
sebesar 50% misalnya siswa tidak bisa mempengaruhi kalor dengan persentase
memahami penjelasan guru dengan benar, sebesar 30%; (c) konduksi adalah partikel yang
reasoning yang tidak lengkap/salah sebesar menghantarkan panas dengan persentase
17% misalnya kurangnya informasi siswa pada sebesar 90%; (d) perpindahan kalor adalah
materi suhu dan kalor sehingga penalaran suhu yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
siswa tidak lengkap/salah, dan konsepsi awal rendah dan sebaliknya dengan persentase
siswa sebesar 33% misalnya ilmu yang sebesar 80%; (e) kalor jenis berbanding lurus
didapatnya pada waktu SD, dibawa sampai ke terhadap suhu dengan persentase sebesar 35%;
jenjang pendidikan berikutnya atau dari (f) suhu mempengaruhi jenis suatu zat dengan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. persentase sebesar 65%; dan (g) semakin besar

7
kalor lebur maka semakin cepat mengalami
perubahan wujud benda dengan persentase
sebesar 40%, 2) Persentase rata-rata Alfisyahrina, Fitria. (2015). Remediasi
miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas XI Miskonsepsi Siswa pada Materi Suhu dan
SMA N 1 Sejangkung pada materi suhu dan Kalor Menggunakan Model Problem
kalor yaitu sebesar 81% dari 20 siswa, dan 3) Based Learning di MAN 1 Pontianak.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.
diketahui penyebab miskonsepsi yang dialami Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika Edisi
oleh siswa berasal dari siswa itu sendiri. Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Miskonsepsi yang disebabkan oleh siswa itu Husnanini, Gina. 2017. Pengembangan Tes
sendiri adalah kemampuan siswa sebesar 50%, Diagnostik Pada Suhu dan Kalor di SMA.
reasoning yang tidak lengkap/salah sebesar Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN.
17%, dan konsepsi awal siswa sebesar 33%. Nurul, S.W Silung,dkk. (2016). Diagnosis
Miskonsepsi Siswa SMA di Kota Malang
Saran pada Konsep Suhu dan Kalor
Berdasarkan kesimpulan dan hasil dari Menggunakan Three Tier Test. Jurnal
penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran Pendidikan Fisika dan Teknologi:
yang peneliti dapat sampaikan antara lain: 1) Volume II No 3.
Melakukan pengembangan pedoman Silung, S.N.W. (2015). Identifikasi
wawancara dari segi pertanyaan dan konsep Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi
yang ingin digali, sehingga dihasilkan Suhu dan Kalor serta Kemungkinan
pedoman wawancara yang baik dan benar Penyebabnya. Prosiding Seminar
untuk menggali miskonsepsi siswa, 2) Bagi Nasional Jurusan Fisika FMIPA UNESA
penelitian yang serupa, sebaiknya mengatasi 2015: 180-185.
miskonsepsi siswa dengan menggunakan data Simanungkalir, Ruth Y. 2015. Penerapan
dari bentuk miskonsepsi yang telah ditemukan, Model Pembelajaran Guided Discovery
3) Untuk melakukan penelitian selanjutnya, Berbantuan LKS Untuk Meremediasi
diharapkan rentang waktu pembelajaran materi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
dengan pemberian tes diagnostik tidak terlalu Perpindahan Kalor di Kelas X SMA
jauh karena dikhawatirkan ingatan siswa Negeri 7 Pontianak: FKIP UNTAN
berkurang mengenai materi suhu dan kalor. (Skripsi).
Suparno, Paul. (2013). Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep dalam Pendidikan
DAFTAR RUJUKAN Fisika. (Cetakan ke-2). Jakarta: Gramedia.
Suwarto. (2013). Pengembangan Tes
Alfiani. 2015. Analisis Profil Miskonsepsi dan Diagnostik dalam Pembelajaran.
Konsistensi Konsepsi Siswa SMA Pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Topik Suhu Dan Kalor. Prosiding
Seminar Nasional Fisika (E-Journal).
Vol. IV.

Anda mungkin juga menyukai