Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN FOUR-TIER

DIAGNOSTIC TEST PADA MATERI OPTIK GEOMETRI


1)
Widya Bratha Sheftyawan, 1) Trapsilo Prihandono, 1) Albertus Djoko Lesmono
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
widyabratha18@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to describe the misconception that students on the
geometric optics use a Four-Tier Diagnostic Test in SMAN 1 Cluring. The population in
this research is the entire class XI in SMAN 1 Cluring. The selected samples for
research are a class of XI MIPA2, XI MIPA 3, and XI MIPA 4 which is selected using the
method of purposive sampling area. Data collection methods used in this research is a
method of documentation and tests. The instruments used multiple choice diagnostic test
shaped four level. Based on the results of data analysis and discussion can be known
that overall misconception that students on the subject of geometric optics in SMAN 1
Cluring of 37.62% so this qualifies a misconception to medium levels.

Keywords: Misconception, Four-Tier Diagnostic Test, Geometric Optics

PENDAHULUAN

Kejadian fisika mudah dijumpai dalam tertanam pada diri siswa haruslah sesuai
kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan dengan konsep fisika yang sebenarnya secara
fenomena alam. Fisika merupakan cabang ilmiah. Konsep fisika yang menyimpang
ilmu sains yang membahas fenomena alam dengan konsep fisika yang ada dapat
dengan segala dinamika fisisnya (Pertiwi dan mempengaruhi proses belajar siswa secara
Setyarsih, 2015). Menurut Amnirullah berkelanjutan. Apabila konsep yang salah ini
(2015) fisika adalah pembelajaran yang terus dibiarkan siswa akan mengalami
mengutamakan penguasaan konsep. miskonsepsi.
Penguasaan konsep menunjukkan siswa Miskonsepsi adalah suatu konsep yang
menguasai materi-materi fisika dengan baik. tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh
Pemahaman tentang konsep fisika sangat para ahli (Suparno, 2005). Miskonsepsi atau
penting dalam pembelajaran fisika karena salah konsep menunjuk pada suatu konsep
dengan menguasai konsep pengetahuan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
siswa akan cenderung bertahan lama atau pengertian yang diterima para pakar
meskipun materi sudah lama diajarkan. dalam bidang itu. Miskonsepsi yang dialami
oleh siswa haruslah dipahami dan ditemukan
Pembelajaran fisika dapat diartikan oleh para guru agar dapat membantu siswa
sebagai proses belajar mengajar yang memperbaiki miskonsepsi yang dialaminya
mempelajari kejadian alam dalam kehidupan sehingga berhasil secara efektif.
sehari-hari (Putri et al, 2016). Dalam Berdasarkan penelitian terdahulu yang
mempelajari fisika, pemahaman konsep dilakukan Handayani et al. (2014)
siswa sangat dibutuhkan untuk mendapatkan menyebutkan bahwa hasil angket yang
hasil belajar secara maksimal. Konsep yang diberikan kepada 50 siswa kelas XI dan XII
di SMAN 1 Demak, menunjukkan bahwa konsep-konsep fisika agar tidak mengalami
sebanyak 72% siswa kelas XI dan 76% siswa miskonsepsi saat mengerjakan Ujian
kelas XII menyatakan pernah mengalami Nasional. Berdasarkan wawancara dengan
salah konsep selama mereka belajar fisika. salah satu guru fisika SMAN 1 Cluring kelas
Sebanyak 56% siswa kelas XI dan 52% kelas XI diperoleh keterangan bahwa guru tidak
XII menyebutkan bahwa materi optik pernah melakukan pengukuran miskonsepsi
geometri sebagai materi yang paling sulit siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
untuk dipahami. Miskonsepsi tentang optik adanya tes diagnostik yang tersedia untuk
geometri berhasil ditemukan oleh Fariyani et mengungkap miskonsepsi yang dialami oleh
al. (2015) pada penelitiannya di SMA Negeri siswa. Identifikasi miskonsepsi siswa sangat
2 Semarang bahwa siswa menganggap sudut penting untuk proses pembelajaran siswa
pantul yang dihasilkan pada pemantulan baur kedepannya. Apabila miskonsepsi tetap
tidak sama dengan sudut datang. dibiarkan dapat mempengaruhi hasil belajar
Miskonsepsi tentang optik geometri juga siswa dan proses belajar siswa selanjutnya.
ditemukan oleh Syarif (2016) pada penelitian Jadi, perlu diadakan tes diagnostik untuk
serupa di SMA Negeri 6 Pontianak yaitu mengidentifikasi miskonsepsi siswa di
siswa mengalami miskonsepsi pada proses SMAN 1 Cluring agar dapat ditemukan dan
melihat bayangan pada cermin datar, diatasi secara efektif sehingga hasil belajar
menentukan posisi bayangan pada cermin siswa menjadi lebih baik dan siswa tidak
datar, dan menentukan posisi (jarak) mengalami miskonsepsi saat mengerjakan
bayangan sama dengan posisi (jarak) benda. soal-soal Ujian Nasional.
Miskonsepsi lainnya juga ditemukan oleh Usaha untuk mengidentifikasi
Sutopo (2014) pada penelitiannya yang miskonsepsi harus membedakan antara siswa
menunjukkan bahwa siswa masih mengalami yang mengalami miskonsepsi dengan siswa
miskonsepsi tentang proses pembentukkan yang tidak tau konsep. Salah satu cara untuk
bayangan nyata dan sifat bayangan nyata. mengetahui miskonsepsi pada siswa adalah
Siswa juga beranggapan bahwa apabila lup dengan tes diagnostik. Four-tier diagnostic
ditutup separuhnya maka bayangan benda test (tes diagnostik empat tingkat)
tidak akan bisa terlihat. Dari berbagai merupakan pengembangan dari tes
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diagnostik pilihan ganda tiga tingkat.
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pengembangan tersebut terdapat pada
miskonsepsi pada siswa SMA masih terjadi ditambahnya tingkat keyakinan siswa dalam
pada materi optik geometri. memilih jawaban maupun alasan. Tingkat
Berdasarkan data Kementerian pertama merupakan soal pilihan ganda
Pendidikan dan Kebudayaan (2017), rata- dengan empat pengecoh dan satu kunci
rata nilai Ujian Nasional tingkat SMA/MA di jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat
Banyuwangi masih dikategorikan rendah. kedua merupakan tingkat keyakinan siswa
Salah satu sekolah yang memiliki rerata hasil dalam memilih jawaban. Tingkat ketiga
Ujian Nasional rendah yaitu SMAN 1 merupakan alasan siswa menjawab
Cluring dengan rata-rata nilai Ujian Nasional pertanyaan. berupa alasan tertutup. Tingkat
55.12. Rendahnya rata-rata nilai Ujian keempat merupakan tingkat keyakinan siswa
Nasional tersebut dapat disebabkan karena dalam memberi alasan. Keunggulan yang
siswa tidak paham dengan konsep fisika atau dimiliki tes diagnostik empat tingkat adalah
dapat juga disebabkan karena siswa guru dapat: 1) membedakan tingkat
mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu, keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan
siswa dituntut untuk benar-benar menguasai alasan yang dipilih siswa sehingga dapat
menggali lebih dalam tentang miskonsepsi dalam menjawab soal. Tingkat keempat,
siswa, 2) mendiagnosis miskonsepsi yang siswa harus menyertakan tingkat
dialami siswa lebih dalam, 3) menentukan keyakinannya dalam menentukan alasan
bagian-bagian materi yang memerlukan tersebut. Tes diagnostik empat tingkat akan
penekanan lebih, 4) merencanakan lebih mudah dan detail dalam membedakan
pembelajaran yang lebih baik untuk siswa yang paham konsep, tidak paham
membantu mengurangi miskonsepsi siswa konsep, dan miskonsepsi. Tingkat keyakinan
(Rusilowati, 2015). tergolong tinggi apabila dipilih dengan skala
Berdasarkan penjelasan tentang 4 (yakin), skala 5 (sangat yakin), atau skala 6
miskonsepsi yang terjadi dalam bidang (amat sangat yakin). Tingkat keyakinan
fisika, maka penelitian ini membahas tergolong rendah apabila dipilih dengan
mengenai identifikasi miskonsepsi siswa skala 1 (menebak), skala 2 (sangat tidak
menggunakan Four-Tier Diagnostic Test yakin), atau skala 3 (tidak yakin).
pada pokok bahasan optik geometri di Teknik analisis data yang dilakukan
SMAN 1 Cluring. dalam penelitian ini, pertama
mengelompokkan terlebih dahulu hasil tes
METODE PENELITIAN siswa kedalam beberapa kategori, yaitu
Paham Konsep, Tidak Paham Konsep, dan
Jenis penelitian ini adalah penelitian Miskonsepsi sesuai dengan kriteria yang
deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada terdapat pada Tabel 1.
semester genap tahun ajaran 2017/2018 di
SMAN 1 Cluring. Populasi dalam penelitian Tabel 1. Interpretasi hasil Four-Tier Diagnostic
ini adalah seluruh kelas XI di SMAN 1 Test
Cluring. Sampel yang dipilih untuk Tipe Jawaban
Tingkat Tingkat
penelitian adalah kelas XI MIPA 2, XI MIPA Kategori Keyakin Keyakin
3, dan XI MIPA 4. Penentuan populasi dalam Jawaban Alasan
an an
penelitian ini dilakukan dengan purposive Jawaban Alasan
Paham Benar Tinggi Benar Tinggi
sampling area. Pemilihan sampel penelitian Benar Rendah Benar Rendah
ini menggunakan teknik cluster random Benar Tinggi Benar Rendah
sampling. Benar Rendah Benar Tinggi
Tidak
Benar Rendah Salah Rendah
Paham
Salah Rendah Benar Rendah
Teknik pengumpulan data dalam Konsep
Salah Rendah Salah Rendah
penelitian ini melalui dua metode, yaitu Benar Tinggi Salah Rendah
Salah Rendah Benar Tinggi
meode dokumentasi dan tes. Dokumentasi Benar Rendah Salah Tinggi
merupakan teknik pengumpulan data dengan Benar Tinggi Salah Tinggi
mengumpulkan dokumen-dokumen yang Miskonsep Salah Tinggi Benar Rendah
si Salah Tinggi Benar Tinggi
diperlukan dalam penelitian. Tes yang Salah Tinggi Salah Rendah
digunakan dalam penelitian ini adalah tes Salah Rendah Salah Tinggi
diagnostik pilihan ganda empat tingkat Salah Tinggi Salah Tinggi

(Four-Tier Diagnostic Test). Tingkat (Fariyani, et al., 2015)


pertama, siswa harus menjawab soal pilihan
ganda yang telah disediakan. Tingkat kedua, Kedua, menghitung besar nilai
siswa harus menyertakan tingkat keyakinan persentase siswa yang Paham Konsep, Tidak
dalam menjawab soal pilihan ganda tersebut. Paham Konsep, dan Miskonsepsi
Tingkat ketiga, siswa harus memilih salah menggunakan persamaan yang dikemukakan
satu pilihan alasan yang telah disediakan oleh Sudijono (2010) sebagai berikut :
atau menuliskan sendiri alasan yang dimiliki
konsep, tidak paham konsep, dan
miskonsepsi, sehingga didapatkan hasil
P merupakan nilai persentase jawaban siswa, seperti pada Tabel 3.
F merupakan frekuensi jawaban siswa, dan n
merupakan jumlah siswa. Ketiga, hasil Tabel 3. Jumlah siswa yang paham konsep, tidak
perhitungan nilai persentase selanjutnya paham konsep, dan miskonsepsi.
Jumlah Siswa
digambarkan pada tabel dan diagram. Nomor
Paham Tidak Paham
Soal Miskonsepsi
Keempat, mengidentifikasi pada butir soal Konsep Konsep
dan subbab apa siswa mengalami 1 16 37 31
2 6 33 45
miskonsepsi serta mengelompokkan tingkat 3 9 33 42
miskonsepsi siswa sesuai dengan besar 4 28 33 23
persentasenya pada Tabel 2. 5 12 33 39
6 16 40 28
7 6 47 31
Tabel 2. Kategori Persentase Tingkat 8 25 37 22
Miskonsepsi Jumlah 118 293 261
Persentase 17,56% 43,60% 38,84%
Presentase Kategori
0 - 30% Rendah
31% - 60% Sedang Dari data tersebut selanjutnya
61% - 100% Tinggi dikelompokkan menjadi data miskonsepsi
(Suwarna., 2013) setiap konsepnya. Adapun data persentase
konsep siswa ditunjukkan pada Tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4. Hasil analisis data konsep siswa
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Sub Konsep
No Persentase Siswa (%)
Soal P TPK M
Cluring dengan mengambil 3 kelas yaitu Besar indeks
kelas XI MIPA 2, XI MIPA 3, dan XI MIPA bias pada
1 19,05 44,05 36,90
4. Jumlah siswa keseluruhan yang mengikuti medium yang
berbeda
tes adalah sebanyak 84 siswa. Tes yang Diagram sinar
diberikan terdiri dari 8 butir soal yang pembentukan
2 7,14 39,29 53,57
dilengkapi dengan alasan dan tingkat bayangan pada
cermin datar
keyakinan siswa dalam mengerjakan tes. Diagram sinar
Alasan terdiri dari tiga alasan tertutup dan pembentukan
3 10,71 39,29 50,00
bayangan pada
satu alasan terbuka untuk meninjau cermin datar
pemahaman atau miskonsepsi diluar alasan Besar sudut
yang disebutkan peneliti. Tingkat keyakinan sinar datang
dan sudut sinar
terbagi menjadi dua yaitu tingkat keyakinan bias pada
4 33,33 39,29 27,38
tinggi dan rendah. medium yang
Data yang diperoleh dan sama
Letak bayangan
dideskripsikan dalam penelitian ini adalah pada cermin 5 14,29 39,29 46,43
hasil jawaban tes miskonsepsi siswa. Hasil datar
tersebut selanjutnya dianalisis melalui Pembiasan
sinar pada
beberapa langkah yang telah ditentukan. medium
6 19,05 47,62 33,33
Data hasil tes diagnostik miskonsepsi dengan berbeda
menggunakan soal pilihan ganda empat Pembentukan
7 7,14 55,95 36,90
bayangan nyata
tingkat (Four-Tier Diagnostic Test) Sifat bayangan
8 29,76 44,05 26,19
dikelompokkan dan dihitung jumlah siswa nyata
yang termasuk dalam kategori paham
Pada Tabel 4 menunjukkan persentase siswa Pada konsep diagram sinar
yang paham konsep (P), tidak paham konsep pembentukan bayangan pada cermin datar
(TPK), dan miskonsepsi (M) pada konsep- didapatkan sebesar 53,33% siswa
konsep yang terdapat pada materi optik beranggapan bahwa proses jalannya sinar
geometri. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat pada pembentukkan bayangan adalah sinar
bahwa pada konsep besar indeks bias pada mengenai benda kemudian dipantulkan ke
medium yang berbeda (soal nomor 1) cermin secara tegak lurus dan menembus
didapatkan hasil siswa yang mengalami cermin sampai terbentuk bayangan sejauh
miskonsepsi sebesar 36,90%. Pada konsep jarak cermin ke benda. Dari posisi bayangan
diagram sinar pembentukan bayangan pada selanjutnya cahaya dipantulkan ke mata
cermin datar (terdapat pada soal nomor 2 dan pengamat sehingga bayangan benda dapat
nomor 3) didapatkan hasil siswa yang dilihat oleh mata. Dalam konteks ini, konsep
miskonsepsi untuk soal nomor 2 sebesar yang benar adalah cahaya yang mengenai
53,57% dan soal nomor 3 sebesar 50,00%. benda dipantulkan ke cermin, selanjutnya
Pada konsep besar sudut sinar datang dan cahaya dipantulkan lagi oleh cermin ke mata
sudut sinar bias pada medium yang sama pengamat. Bayangan benda terletak lurus
(soal nomor 4) didapatkan hasil siswa yang dengan benda dengan jarak bayangan ke
miskonsepsi sebesar 27,38%. Pada konsep cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
letak bayangan pada cermin datar (soal Pada konsep besar sudut sinar datang
nomor 5) didapatkan hasil siswa yang dan sudut sinar bias pada medium yang sama
mengalami miskonsepsi sebesar 46,43%. didapatkan sebesar 39,13% siswa
Pada konsep pembiasan sinar pada medium beranggapan bahwa besar sudut sinar bias di
berbeda (soal nomor 6) didapatkan hasil udara berubah lebih kecil daripada sudut
siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar sinar datang dari udara karena medium
33,33%. Pada konsep pembentukan sebelumnya memiliki indeks bias besar. Hal
bayangan nyata (soal nomor 7) didapatkan ini menunjukkan siswa mengalami
hasil siswa yang mengalami miskonsepsi miskonsepsi. Dalam konteks ini, konsep
sebesar 36,90%. Pada konsep sifat bayangan yang benar adalah besar sudut sinar bias di
nyata (soal nomor 8) didapatkan hasil siswa udara tetap sama dengan sudut sinar datang
yang mengalami miskonsepsi sebesar dari udara atau besar sudut sinar bias dan
26,19%. sudut sinar datang akan sama besar pada
Berdasarkan hasil analisis data tes medium yang sama.
pada konsep besar indeks bias pada medium Pada konsep letak bayangan pada
yang berbeda didapatkan sebesar 51,62% cermin datar didapatkan sebesar 48,72%
siswa beranggapan bahwa sinar dari medium siswa beranggapan bahwa pada saat dua
dengan indeks bias kecil ke medium dengan orang pengamat melihat bayangan benda
indeks bias lebih besar akan dibiaskan yang sama secara bersamaan dengan posisi
menjauhi garis normal. Dalam hal ini siswa yang berbeda, letak bayangan yang dilihat
masih belum bisa mengaitkan indeks bias oleh pengamat 2 akan berbeda dengan
pada medium yang berbeda ditinjau dari bayangan yang dilihat pengamat 1.
diagram jalannya sinar pembiasan. Dalam Anggapan siswa tersebut menunjukkan
konteks ini sinar yang datang dari indeks siswa mengalami miskonsepsi. Secara
bias kecil menuju ke indeks bias yang lebih konsep, letak bayangan yang terbentuk
besar akan dibiaskan mendekati garis normal memiliki jarak yang sama dengan jarak
begitu sebaliknya. benda aslinya ke cermin sehingga letak
bayangan tidak akan berubah meskipun tingkat sedang. Berdasarkan hasil dan
diamati dari posisi pengamat yang berbeda. pembahasan, adapun beberapa saran yang
Pada konsep pembiasan sinar pada diajukan antara lain: (1) siswa sebaiknya
medium berbeda didapatkan sebesar 67,86% perlu memperbanyak membaca referensi dari
siswa beranggapan bahwa pada medium berbagai buku dan tidak terpaku untuk
yang berbeda, cahaya dibiaskan menjauhi menghafal rumus tetapi lebih menekankan
garis normal jika bergerak dari medium pada penguasaan konsep sehingga terhindar
kurang rapat ke medium lebih rapat. dari miskonsepsi; (2) guru diharapkan dalam
Anggapan siswa ini menunjukkan siswa proses pembelajaran dapat mengaitkan
mengalami miskonsepsi. Pada konteks ini, materi yang diajarkan dengan konsep yang
udara memiliki kerapatan yang lebih rendah ada dalam kehidupan siswa sehingga materi
dibandingkan air sehingga cahaya akan mudah ditangkap oleh siswa dan siswa
dibiaskan mendekati garis normal. mudah mengingat konsep pada setiap materi
Pada konsep pembentukan bayangan yang diberikan; (3) sebagai pengembangan
nyata didapatkan sebesar 83,87% siswa untuk penelitian, dapat dilakukan penelitian
beranggapan bahwa pada lilin yang menyala lanjutan terkait analisis miskonsepsi yaitu
didepan lup yang ditutup sebagian, maka tentang faktor penyebab dan jenis
bayangan lilin yang terbentuk akan tidak miskonsepsi yang dialami siswa.
utuh karena salah satu dari tiga sinar
istimewa tertutupi. Konsep yang tepat adalah DAFTAR PUSTAKA
bayangan lilin akan tetap terbentuk secara
utuh tetapi lebih redup karena cahaya yang Amnirullah, L. 2015. Analisis kesulitan
masuk lebih sedikit. penguasaan konsep mahasiswa pada
Pada konsep sifat bayangan nyata topik rotasi benda tegar dan
didapatkan sebesar 40,91% siswa momentum sudut. Jurnal Fisika
beranggapan bahwa pada pengamatan Indonesia. 19(55): 34-37.
bayangan lilin didepan lensa positif tanpa
menggunakan layar, maka bayangan tidak
bisa terlihat. Siswa beranggapan bahwa Fariyani, Q., Rusilowati, A., dan Sugianto.
bayangan nyata hanya bisa dilihat dengan 2015. Pengembangan Four-Tier
bantuan layar. Konsep yang benar adalah Diagnostic Test untuk Mengungkap
bayangan nyata bisa dilihat tanpa bantuan Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas
layar asalkan berkas cahaya dari lilin dapat X. Journal of Innovative Science
mengenai mata. Education. 4(2): 41-49.

SIMPULAN DAN SARAN Handayani, S. R., A. Rusilowati., dan


Sugianto. 2014. Mengembangkan tes
Berdasarkan hasil analisis data dan diagnostik pilihan ganda tiga tingkat
pembahasan dapat disimpulkan bahwa sebagai alat evaluasi miskonsepsi
terdapat siswa yang paham konsep, tidak materi optik. Prosiding Seminar
paham konsep, dan mengalami miskonsepsi Nasional Evaluasi Pendidikan 2014.
pada materi optik geometri. Persentase siswa 2(1). 11 November 2014. UNNES:
yang paham konsep sebesar 17,56%, tidak 122.
paham konsep sebesar 43,60%, dan siswa
yang mengalami miskonsepsi sebesar Kemdikbud, 2017. Hasil Ujian Nasional
38,84%. Dari persentase miskonsepsi ini .https://puspendik.kemdikbud.go.id/ha
dapat dikategorikan dalam miskonsepsi
sil-un/ [Diakses pada tanggal 10 Suparno, P. 2005. Miskonsepsi & Perubahan
Februari 2018] Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Pertiwi, C. A., dan W. Setyarsih. 2015.
Konsepsi siswa tentang pengaruh gaya Sutopo. 2014. Miskonsepsi pada optika
pada gerak benda menggunakan geometri dan remidiasinya. Jurnal
instrumen force concept inventory Peningkatan Kualitas Guru. 5(2):
(fci) termodifikasi. Jurnal Inovasi 359-365.
Pendidikan Fisika. 4(2): 162.
Suwarna, 2013. Analisis Miskonsepsi Siswa
Putri, H. K., Indrawati., dan I. K. Mahardika. SMA Kelas X pada Mata Pelajaran
2016. Model pembelajaran inkuiri Fisika melalui CRI (Certainty of
terbimbing disertai teknik peta konsep Response Index) Termodifikasi.
dalam pembelajaran fisika di SMA. Jurnal Laporan Lemlit Analisis
Jurnal Pembelajaran Fisika. 4(4): Miskonsepsi Dosen Pendidikan Fisika
321. FITK UIN Syarif Hidayatullah. 5(2):
221.
Rusilowati, A. 2015. Pengembangan tes
diagnostik sebagai alat evaluasi Syarif, A., T. Djudin., dan Hamdani. 2016.
kesulitan belajar fisika. Prosiding Remediasi miskonsepsi cermin datar
Seminar Nasional Fisika dan menggunakan learning cycle 5E
Pendidikan Fisika. 6(2): 2-7. 9 berbantuan LKS concept cartoons di
November 2015. UNNES. 113. SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 5(6): 6.

Anda mungkin juga menyukai