ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the misconception that students on the
geometric optics use a Four-Tier Diagnostic Test in SMAN 1 Cluring. The population in
this research is the entire class XI in SMAN 1 Cluring. The selected samples for
research are a class of XI MIPA2, XI MIPA 3, and XI MIPA 4 which is selected using the
method of purposive sampling area. Data collection methods used in this research is a
method of documentation and tests. The instruments used multiple choice diagnostic test
shaped four level. Based on the results of data analysis and discussion can be known
that overall misconception that students on the subject of geometric optics in SMAN 1
Cluring of 37.62% so this qualifies a misconception to medium levels.
PENDAHULUAN
Kejadian fisika mudah dijumpai dalam tertanam pada diri siswa haruslah sesuai
kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan dengan konsep fisika yang sebenarnya secara
fenomena alam. Fisika merupakan cabang ilmiah. Konsep fisika yang menyimpang
ilmu sains yang membahas fenomena alam dengan konsep fisika yang ada dapat
dengan segala dinamika fisisnya (Pertiwi dan mempengaruhi proses belajar siswa secara
Setyarsih, 2015). Menurut Amnirullah berkelanjutan. Apabila konsep yang salah ini
(2015) fisika adalah pembelajaran yang terus dibiarkan siswa akan mengalami
mengutamakan penguasaan konsep. miskonsepsi.
Penguasaan konsep menunjukkan siswa Miskonsepsi adalah suatu konsep yang
menguasai materi-materi fisika dengan baik. tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh
Pemahaman tentang konsep fisika sangat para ahli (Suparno, 2005). Miskonsepsi atau
penting dalam pembelajaran fisika karena salah konsep menunjuk pada suatu konsep
dengan menguasai konsep pengetahuan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
siswa akan cenderung bertahan lama atau pengertian yang diterima para pakar
meskipun materi sudah lama diajarkan. dalam bidang itu. Miskonsepsi yang dialami
oleh siswa haruslah dipahami dan ditemukan
Pembelajaran fisika dapat diartikan oleh para guru agar dapat membantu siswa
sebagai proses belajar mengajar yang memperbaiki miskonsepsi yang dialaminya
mempelajari kejadian alam dalam kehidupan sehingga berhasil secara efektif.
sehari-hari (Putri et al, 2016). Dalam Berdasarkan penelitian terdahulu yang
mempelajari fisika, pemahaman konsep dilakukan Handayani et al. (2014)
siswa sangat dibutuhkan untuk mendapatkan menyebutkan bahwa hasil angket yang
hasil belajar secara maksimal. Konsep yang diberikan kepada 50 siswa kelas XI dan XII
di SMAN 1 Demak, menunjukkan bahwa konsep-konsep fisika agar tidak mengalami
sebanyak 72% siswa kelas XI dan 76% siswa miskonsepsi saat mengerjakan Ujian
kelas XII menyatakan pernah mengalami Nasional. Berdasarkan wawancara dengan
salah konsep selama mereka belajar fisika. salah satu guru fisika SMAN 1 Cluring kelas
Sebanyak 56% siswa kelas XI dan 52% kelas XI diperoleh keterangan bahwa guru tidak
XII menyebutkan bahwa materi optik pernah melakukan pengukuran miskonsepsi
geometri sebagai materi yang paling sulit siswa. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
untuk dipahami. Miskonsepsi tentang optik adanya tes diagnostik yang tersedia untuk
geometri berhasil ditemukan oleh Fariyani et mengungkap miskonsepsi yang dialami oleh
al. (2015) pada penelitiannya di SMA Negeri siswa. Identifikasi miskonsepsi siswa sangat
2 Semarang bahwa siswa menganggap sudut penting untuk proses pembelajaran siswa
pantul yang dihasilkan pada pemantulan baur kedepannya. Apabila miskonsepsi tetap
tidak sama dengan sudut datang. dibiarkan dapat mempengaruhi hasil belajar
Miskonsepsi tentang optik geometri juga siswa dan proses belajar siswa selanjutnya.
ditemukan oleh Syarif (2016) pada penelitian Jadi, perlu diadakan tes diagnostik untuk
serupa di SMA Negeri 6 Pontianak yaitu mengidentifikasi miskonsepsi siswa di
siswa mengalami miskonsepsi pada proses SMAN 1 Cluring agar dapat ditemukan dan
melihat bayangan pada cermin datar, diatasi secara efektif sehingga hasil belajar
menentukan posisi bayangan pada cermin siswa menjadi lebih baik dan siswa tidak
datar, dan menentukan posisi (jarak) mengalami miskonsepsi saat mengerjakan
bayangan sama dengan posisi (jarak) benda. soal-soal Ujian Nasional.
Miskonsepsi lainnya juga ditemukan oleh Usaha untuk mengidentifikasi
Sutopo (2014) pada penelitiannya yang miskonsepsi harus membedakan antara siswa
menunjukkan bahwa siswa masih mengalami yang mengalami miskonsepsi dengan siswa
miskonsepsi tentang proses pembentukkan yang tidak tau konsep. Salah satu cara untuk
bayangan nyata dan sifat bayangan nyata. mengetahui miskonsepsi pada siswa adalah
Siswa juga beranggapan bahwa apabila lup dengan tes diagnostik. Four-tier diagnostic
ditutup separuhnya maka bayangan benda test (tes diagnostik empat tingkat)
tidak akan bisa terlihat. Dari berbagai merupakan pengembangan dari tes
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diagnostik pilihan ganda tiga tingkat.
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Pengembangan tersebut terdapat pada
miskonsepsi pada siswa SMA masih terjadi ditambahnya tingkat keyakinan siswa dalam
pada materi optik geometri. memilih jawaban maupun alasan. Tingkat
Berdasarkan data Kementerian pertama merupakan soal pilihan ganda
Pendidikan dan Kebudayaan (2017), rata- dengan empat pengecoh dan satu kunci
rata nilai Ujian Nasional tingkat SMA/MA di jawaban yang harus dipilih siswa. Tingkat
Banyuwangi masih dikategorikan rendah. kedua merupakan tingkat keyakinan siswa
Salah satu sekolah yang memiliki rerata hasil dalam memilih jawaban. Tingkat ketiga
Ujian Nasional rendah yaitu SMAN 1 merupakan alasan siswa menjawab
Cluring dengan rata-rata nilai Ujian Nasional pertanyaan. berupa alasan tertutup. Tingkat
55.12. Rendahnya rata-rata nilai Ujian keempat merupakan tingkat keyakinan siswa
Nasional tersebut dapat disebabkan karena dalam memberi alasan. Keunggulan yang
siswa tidak paham dengan konsep fisika atau dimiliki tes diagnostik empat tingkat adalah
dapat juga disebabkan karena siswa guru dapat: 1) membedakan tingkat
mengalami miskonsepsi. Oleh karena itu, keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan
siswa dituntut untuk benar-benar menguasai alasan yang dipilih siswa sehingga dapat
menggali lebih dalam tentang miskonsepsi dalam menjawab soal. Tingkat keempat,
siswa, 2) mendiagnosis miskonsepsi yang siswa harus menyertakan tingkat
dialami siswa lebih dalam, 3) menentukan keyakinannya dalam menentukan alasan
bagian-bagian materi yang memerlukan tersebut. Tes diagnostik empat tingkat akan
penekanan lebih, 4) merencanakan lebih mudah dan detail dalam membedakan
pembelajaran yang lebih baik untuk siswa yang paham konsep, tidak paham
membantu mengurangi miskonsepsi siswa konsep, dan miskonsepsi. Tingkat keyakinan
(Rusilowati, 2015). tergolong tinggi apabila dipilih dengan skala
Berdasarkan penjelasan tentang 4 (yakin), skala 5 (sangat yakin), atau skala 6
miskonsepsi yang terjadi dalam bidang (amat sangat yakin). Tingkat keyakinan
fisika, maka penelitian ini membahas tergolong rendah apabila dipilih dengan
mengenai identifikasi miskonsepsi siswa skala 1 (menebak), skala 2 (sangat tidak
menggunakan Four-Tier Diagnostic Test yakin), atau skala 3 (tidak yakin).
pada pokok bahasan optik geometri di Teknik analisis data yang dilakukan
SMAN 1 Cluring. dalam penelitian ini, pertama
mengelompokkan terlebih dahulu hasil tes
METODE PENELITIAN siswa kedalam beberapa kategori, yaitu
Paham Konsep, Tidak Paham Konsep, dan
Jenis penelitian ini adalah penelitian Miskonsepsi sesuai dengan kriteria yang
deskriptif. Penelitian dilaksanakan pada terdapat pada Tabel 1.
semester genap tahun ajaran 2017/2018 di
SMAN 1 Cluring. Populasi dalam penelitian Tabel 1. Interpretasi hasil Four-Tier Diagnostic
ini adalah seluruh kelas XI di SMAN 1 Test
Cluring. Sampel yang dipilih untuk Tipe Jawaban
Tingkat Tingkat
penelitian adalah kelas XI MIPA 2, XI MIPA Kategori Keyakin Keyakin
3, dan XI MIPA 4. Penentuan populasi dalam Jawaban Alasan
an an
penelitian ini dilakukan dengan purposive Jawaban Alasan
Paham Benar Tinggi Benar Tinggi
sampling area. Pemilihan sampel penelitian Benar Rendah Benar Rendah
ini menggunakan teknik cluster random Benar Tinggi Benar Rendah
sampling. Benar Rendah Benar Tinggi
Tidak
Benar Rendah Salah Rendah
Paham
Salah Rendah Benar Rendah
Teknik pengumpulan data dalam Konsep
Salah Rendah Salah Rendah
penelitian ini melalui dua metode, yaitu Benar Tinggi Salah Rendah
Salah Rendah Benar Tinggi
meode dokumentasi dan tes. Dokumentasi Benar Rendah Salah Tinggi
merupakan teknik pengumpulan data dengan Benar Tinggi Salah Tinggi
mengumpulkan dokumen-dokumen yang Miskonsep Salah Tinggi Benar Rendah
si Salah Tinggi Benar Tinggi
diperlukan dalam penelitian. Tes yang Salah Tinggi Salah Rendah
digunakan dalam penelitian ini adalah tes Salah Rendah Salah Tinggi
diagnostik pilihan ganda empat tingkat Salah Tinggi Salah Tinggi