Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI

BILANGAN BULAT MENGGUNAKAN CERTAINTY OF


RESPONSE INDEX (CRI)
(Suatu Penelitian Di SMP N 3 Kota Gorontalo Kelas VII Tahun Ajaran 2014/2015)

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Matematika
Pada Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan IPA

OLEH :

FEBIYANTI R. HASAN
NIM. 411 411 132

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jurnal yang berjudul Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi Bilangan
Bulat Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI)

Oleh

FEBIYANTI R. HASAN

NIM. 411 411 132

Telah diperiksa dan disetujui untuk di uji

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abas Kaluku M.Si Dewi Rahmawaty Isa S.Si, M.Pd


NIP. 19570414 198103 1 006 NIP. 19201072 008122 2 002
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI BILANGAN
BULAT MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

( IDENTIFY STUDENTS MISCONCEPTION TO THE MATTER OF ALL


THE INTEGERS USE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI))

Febiyanti R. Hasan, Drs. Abas Kaluku, M.Si, Dewi Rahmawati Isa S.Si,
M.Pd.

(febihasan0411@yahoo.com)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP kelas
VII pada materi bilangan bulat menggunakan Certainty of Response Index (CRI).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Variabel dalam
penelitian ini adalah miskonsepsi siswa pada materi bilangan bulat. Subjek dalam
penelitian ini adalah kelas VII(A) yang berjumlah 29 orang siswa. Data dalam
penelitian ini terdiri dari data tes siswa pada materi bilangan bulat dan data
wawancara siswa

Analisis data menggunakn metode analisis kualitatif model Miles dan Suherman
yang terdiri dari tiga alur yang terjadi secara bersamaan, yaitu (1) reduksi data, (2)
penyajian (display) data, serta (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil
analisis menunjukan bahwa terjadi miskonsepsi siswa pada bilangan bulat. Hasil ini
ditunjukan dengan hasil tes siswa yang disertai Certainty of response index (CRI)
dan hasil wawancara siswa yang mengalami miskonsepsi.
Kata kunci : Miskonsepsi, Certainty of response Index (CRI), Bilangan Bulat.

ABSTRACT

The aim of the study is to identify students in junior high school class VII
Misconception material using an integer Certainty Of Response Index (CRI). This
research used descriptive qualitatif method. The variabel is the students
misconception to the matter of all the integersuse Certainty Of Response Index
(CRI). The subject of this research is grade VII-A that consist of 29 students. Data
consist of data in this research test students to the matter an integer and interview
students data.
The data was analyzed by using qualitative method Miles and Suherman model that
consist of three together ways, is (1) reduction, (2) display ,(3) conclusion and
verification. The results of the analysis showed that happened misconception
students on an integer. The result inside show with test performance of students
who accompanied Certainty of response index (CRI) and interviews of students
who experienced misconception.
Keyword : misconception, certainty of response index, integer.

PENDAHULUAN

Sebelum memasuki dunia sekolah, setiap siswa sebenarnya telah memiliki


pengetahuan dasar yang diperoleh dari lingkungan keluarga. Hal inilah yang
kemudian membedakan kemampuan setiap siswa dalam menerima pelajaran
disekolah, sehingga terkadang ada beberapa konsep materi belajar dimana sebagian
siswa cepat memahami materi sedangkan yang lain membutuhkan waktu yang
relatif lama. Saat siswa yang lambat dalam menerima materi yang dijelaskan, guru
sudah melanjutkan kemateri selanjutnya karena guru menganggap siswa telah
mengerti dengan konsep yang dijelaskan. Hal ini mengakibatkan siswa yang belum
paham dengan penjelasan guru menjadi keliru dalam menggunakan konsep tersebut
atau siswa tersebut mengalami miskonsepsi (salah konsep).
Miskonsepsi dalam matematika dapat menjadi masalah serius jika tidak
segera diperbaiki, sebab kesalahan satu konsep dasar saja dapat menuntun seorang
siswa pada kesalahan yang terus menerus. Karena sebuah konsep dasar dalam
matematika akan terus diaplikasikan kemateri selanjutnya.
Pembelajaran yang tidak mempertimbangkan pengetahuan awal siswa
mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil.
Miskonsepsi dipandang sebagai faktor penting penghambat bagi siswa dan rujukan
bagi guru dalam pembelajaran dan pengajaran sains. Miskonsepsi pada siswa yang
muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah.
Pembelajaran yang tidak memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan
belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka.
Berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, banyak siswa SMP kelas VII
yang mengalami kesalahan dalam memahami konsep, sehingga pada saat siswa
tersebut akan menyelesaikan soal masih terjadi kesalahan, terutama siswa dalam
menyelesaikan soal essai pada materi bilangan bulat. Dari membandingkan
bilangan bulat siswa tidak dapat mengelompokan antara bilangan bulat negative
dan bilangan bulat positif, siswa sering terkecoh dengan besarnya bilangan yang
ada karena siswa menganggap bahwa sebuah bilangan akan bernilai lebih besar jika
terletak lebih jauh dari 0 pada garis bilangan. Kemudian pada operasi bilangan bulat
yaitu pada penjumlahan dan pengurangan siswa salah menggunakan konsep antara
tanda operasi dengan konsep dari operasi penjumlahan dan pengurangan. Pada
operasi perkalian dan pembagian juga mereka masih sulit membedakan antara tanda
positif dengan tanda negatif. Serta pada materi perpangkatan siswa sering
mengalami kesalahan konsep sebagian siswa menggunakan konsep dari perkalian
yaitu penjumlahan yang berulang, sedangkan konsep dari perpangkatan yaitu
perkalian yang berulang.

Konsep-konsep yang digunakan pada operasi bilangan bulat bukan hal yang
baru diperkenalkan pada siswa karena pada jenjang SD mereka sudah mempelajari
materi tersebut. Jadi pada jenjang SMP siswa di ingatkan kembali pada konsep-
konsep tersebut.
Suparno (dalam Surwanto, 2012:76) menyatakan bahwa miskonsepsi
sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Miskonsepsi muncul jika hasil
kontruksi pengetahuan siswa tidak cocok dengan hasil kontruksi pengetahuan para
ilmuwan.

David Hammer (dalam Tayubi, 2005:2) mendefinisikan miskonsepsi


sebagai strongly held cognitive structures that are different from the accepted
understanding in a field and that are presumed to interfere with the acquisition of
new knowledge, yang berarti bahwa miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu
konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak siswa
yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan para ahli, yang
dapat menyesatkan para siswa dalam memahami fenomena alamiah dan melakukan
eksplanasi ilmiah.

Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa berlainan dengan


penyebab yang berbeda-beda. Pada satu kelas dapat terjadi bermacam-macam
miskonsepsi dengan penyebab miskonsepsi berbeda pula. Sebagai fasilitator
pembelajaran, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk menggali dan
mengenali pengetahuan awal siswa, terutama pengetahuan awal yang salah agar
tidak terjadi miskonsepsi yang berkepanjangan. Selain itu, guru juga hendaknya
memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa.

Miskonsepsi adalah penggunaan konsep yang salah yang tidak sesuai


dengan pandangan para ilmuwan. Terjadinya miskonsepsi ditandai dengan (1)
menjawab dengan penjelasan yang tidak logis, (2) jawaban menunjukan ada konsep
yang dikuasai tetapi ada jawaban dari pertanyaan yang menunjukan miskonsepsi.

Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, sekaligus dapat


membedakannya dengan tidak tahu konsep, Saleem Hasan (dalam Tayubi, 2005: 1)
telah mengembangkan suatu metode identifikasi yang dikenal dengan istilah CRI
(Certainty of Response Index), yang merupakan ukuran tingkat keyakinan/
kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. CRI
biasanya didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap
jawaban suatu soal.

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan, maka penelitian perlu


dibatasi untuk menghindari kesalahpahaman. Adapun batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu dibatasi pada miskonsepsi siswa pada materi bilangan bulat.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.


Karena penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi
pada siswa kelas VII menggunakan Certainty of Response Index. Dalam hal ini
yang menjadi subjek penelitian yaitu seluruh siswa SMP Negeri 3 Kota Gorontalo
VII tahun ajaran 2014 -2015. Namun karena keterbatasan waktu dan biaya maka
subjek yang diambil yaitu kelas VII (A) kelas ini memliliki jumlah siswa sebanyak
29 yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Sedangkan
wawancara dilakukan pada siswa yang diduga mengalami miskonsepsi.

Teknik pengumpulan data yang digunanakan peneliti dalam penelitian ini


adalah tes dan wawancara. Adapun hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tes
Tes dilakukan setelah siswa mempelajari materi bilangan bulat. Dalam
penelitian ini, tes digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam
menyelesaiakn soal bilangan bulat.

2. Wawancara
Untuk melengkapi informasi yang berasal dari hasil pemberian tes maka
proses yang dilakukan selanjutnya adalah wawancara. Mengingat penelitian ini
dilakukan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa SMP kelas VII pada materi
bilangan bulat menggunakan certainty of respon index, maka dalam wawancara ini
akan diungkapkan alasan-alasan siswa hingga memperoleh jawaban yang
diinginkan. Materi wawancara akan disusun berdasarkan hasil yang diperoleh
siswa dalam menjawab tes yang diberikan sebelumnya. Dengan demikian
wawancara dapat mengungkapkan data tentang miskonsepsi siswa pada materi
bilangan bulat.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Miles dan Huberman (Sugiyono 2013: 337) mengemukakan bahwa: Aktivitas
dalam analisis data kualitatif terdiri atas tiga tahap: a) Data reduction, b) Data
display dan c) Conclusion drawing/ verification.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa benar-benar terjadi


miskonsepsi yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal berbentuk uraian pada
materi bilangan bulat. Terdapat beberapa penyebab terjadinya miskonsepsi yang
dilakukan oleh siswa dalam menjawab soal, diantaranya:

1. Siswa tidak menguasai atau memahami dengan benar konsep-konsep yang ada
dalam bilangan bulat untuk menyelesaikan soal-soal yang dikerjakan.
2. Siswa kurang teliti dalam memahami apa yang ditanyakan, dan kurang teliti
dalam melakukan perhitungannya.

Dari beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa ini, rata-rata siswa ini
melakukannya dengan derajat keyakinan (CRI) yang tinggi. Dimana siswa
menjawab soal ini memliki derajat keyakinan (CRI) 3-5. Ini membuktikan bahwa
benar-benar terjadi miskonsepsi siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
bilangan bulat. Pernyataan ini sudah sesuai dengan teori yang dikatakan oleh
Saleem Hasan dalam jurnalnya Yuyu yang menyatakan bahwa bila CRI tinggi (CRI
3-5), maka responden memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi dalam memilih
aturan-aturan atau metode-metode untuk sampai pada jawaban. Dan apabila pada
interval 3-5 ini jawaban siswa salah, maka terjadi miskonsepsi pada siswa. Hal ini
sesuai dengan indikator.

Dengan ditemukan permasalahan diatas maka perlu adanya perhatian lebih


kepada siswa-siswa yang mengalami miskonsepsi, sehingga siswa-siswa ynag
mengalami miskonsepsi ini tidak akan terbawa pada materi matematika
selanjutnya. Jika hal ini tidak segera diatasi dikhawatirkan akan membuat siswa
mengalami miskonsepsi selamanya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian diatas, maka


dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut

1. Terjadinya miskonsepsi siswa pada materi bilangan bulat


2. Penyebab terjadinya miskonsepsi siswa dalam menyelesaiakan soalsoal ini
diantaranya : (1) Siswa tidak menguasai atau memahami dengan benar konsep-
konsep yang ada dalam bilangan bulat untuk menyelesaikan soal-soal yang
dikerjakan.Siswa kurang teliti dalam memahami apa yang ditanyakan, dan
kurang teliti dalam melakukan perhitungannya
3. Respon berupa tingkat keyakinan (CRI) yang diberikan oleh siswa dalam
menyelesaikan bilangan bulat ini relative sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari
skala CRI yang diberikan oleh siswa dalam menyelesaikan soal pada bilangan
bulat.

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan

Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar
Tayubi, Yuyu R. 2005. Dentifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Mimbar Pendidikan. No.
3/XXIV/2005

Anda mungkin juga menyukai