Anda di halaman 1dari 15

Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN.

2503-4448

KAJIAN MISKONSEPSI SISWA MELALUI TES MULTIPLE CHOICE


MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) PADA MATERI
REAKSI REDUKSI OKSIDASI KELAS X MIPA SMAN 1 PONTIANAK

Nurlela*, Mawardi dan Tuti Kurniati


Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah
Pontianak Jalan Ahmad Yani No. 111 Pontianak Kalimantan Barat
*
E-mail: Nurlela1993@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan mengetahui penyebab
miskonsepsi siswa kelas X MIPA SMAN 1 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik
purposive sampling sehingga informan yang didapat yaitu kelas X MIPA 5 dan 6. Teknik
Pengumpulan data berupa pengukuran hasil tes diagnostik dan wawancara. Alat pengumpulan data
berupa Tes Multiple Choice menggunakan Certainty of Response Index (CRI) yang terdiri dari 10
butir soal dengan lima alternatif jawaban dan pedoman wawancara. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian menunjukan terdapat miskonsepsi siswa. Hasil penelitian menunjukan persentase
miskonsepsi tertinggi yaitu sebesar 63,93 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan
reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen dan persentase miskonsepsi terendah
yaitu sebesar 4,92 % pada indikator membedakan konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari
pelepasan dan penerimaan elektron. Penyebab miskonsepsi siswa disebabkan oleh kesalahan siswa
yang meliputi pemikiran asosiatif siswa, prakonsepsi atau konsep awal yang salah, intuisi yang
salah, dan kemampuan siswa selain itu juga disebabkan oleh metode mengajar yang membosankan
dan kurang bervariasi serta kepercayaan diri siswa yang terlalu besar saat mengisi kriteria CRI.
Kata kunci: miskonsepsi siswa, penyebab miskonsepsi, reaksi reduksi oksidasi

ABSTRACT

This study aimed to describe the student misconceptions and find out the cause of misconceptions
MIPA class X SMAN 1 Pontianak. The method used is descriptive qualitative approach. The
technique of taking informants using purposive sampling techniques so that the informant obtained,
namely class X MIPA 5 and 6. The data collection techniques such as measurement results of
diagnostic tests and interviews. Data collection tools in the form of Multiple Choice Tests using
Certainty Of Response Index (CRI), which consists of 10 items with five alternative answers and
guidance interview. Based on the analysis of research data shows there are misconceptions
students. The results showed the highest percentage of misconceptions in the amount of 63.93% on
indicators to distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of incorporation and
release of oxygen and misconceptions lowest percentage that is equal to 4.92% on the indicator to
distinguish the concept of oxidation and reduction in terms of release and acceptance of electrons.
The cause of the misconceptions of students caused by the fault of students that includes
associative thinking students, preconception or early concept is wrong, intuition is wrong, and the
ability of students but it is also caused by the teaching methods are boring and less varied and self-
confidence of students is too great when filling criteria CRI.
Keywords: student misconceptions, misconceptions cause, reaction oxidation reduction

1
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

PENDAHULUAN dapat di luar sekolah seperti les. Hal ini


Kimia adalah ilmu yang mencari juga menunjukan bahwa siswa tersebut
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, mengalami miskonsepsi karena siswa
dan bagaimana gejala-gejala alam yang sebenarnya tahu dengan jawabannya
berkaitan dengan komposisi, struktur dan namun siswa keliru karena kata yang
sifat, perubahan, dinamika, dan digunakan berbeda, padahal kata tersebut
energetika zat. Oleh sebab itu, mata berbeda tetapi memiliki makna yang
pelajaran kimia di Sekolah Menengah sama. Hal ini pula yang menyebabkan
Atas (SMA) mempelajari segala sesuatu siswa miskonsepsi.
tentang zat yang meliputi komposisi, Miskonsepsi tersebut akan
struktur dan sifat, perubahan, dinamika, mengakibatkan peserta didik mengalami
dan energetika zat yang melibatkan kesalahan konsep pada tingkat
keterampilan dan penalaran (Rijani, berikutnya. Hal ini akan mengakibatkan
2010: 1). terjadinya rantai kesalahan konsep yang
Berdasarkan hasil wawancara guru tidak terputus karena konsep awal yang
mata pelajaran kimia di SMA Negeri 1 telah dimiliki akan dijadiakn sebagai
Pontianak yaitu masih banyak siswa yang dasar belajar konsep selanjutnya
belum tuntas pada materi reaksi resuksi (Kusmawati, 2013:3)
oksidasi sehingga rata-rata nilai ulangan Siswa yang mengalami kesulitan
harian siswa masih dibawah KKM dalam memahami konsep-konsep pada
sekolah (80) hal ini karena dalam pelajaran kimia terkadang membuat
mengerjakan soal siswa sering keliru saat penafsiran sendiri terhadap konsep yang
menentukan reaksi reduksi dan reaksi dipelajari sebagai suatu upaya untuk
oksidasi berdasarkan penggabungan dan mengatasi kesulitan belajarnya. Namun,
pelepasan oksigen, pelepasan dan hasil tafsiran siswa terhadap konsep
penerimaan elektron, dan penentuan terkadang tidak sesuai dengan konsep
bilangan oksidasi. Berdasarkan hasil ilmiah yang disampaikan oleh para ahli.
wawancara siswa bahwa siswa Hal inilah yang akan berdampak pada
menganggap materi reaksi reduksi munculnya miskonsepsi (Luh Mentari,
oksidasi merupakan materi yang sulit. 2014:77).
Rendahnya hasil belajar siswa yang Paul Suparno (2013:34)
diperoleh dapat disebabkan adanya mengungkapkan hal yang menjadi
miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa penyebab miskonsepsi siswa yaitu siswa,
itu sendiri. guru, buku teks, konteks, dan metode
Berdasarkan hasil observasi, saat mengajar. Pada penelitian ini penyebab
guru memberikan soal ulangan harian miskonsepsi siswa yang berasal dari
pilihan ganda, siswa ada yang siswa meliputi pemikiran asosiatif siswa,
memberitahu guru bahwa pada salah satu intuisi yang salah, prakonsepsi, dan
soal tersebut tidak terdapat jawaban yang kemampuan siswa.
benar. Padahal pada soal tersebut ada Adapun langkah untuk mengetahui
salah satu pilihan jawaban yang benar, miskonsepsi yang terjadi pada siswa agar
hanya saja kata yang digunakan guru dapat mendeskripsikan misonsepsi siswa
tersebut berbeda dengan apa yang siswa dan mengetahui penyebab miskonsepsi

2
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

siswa adalah melalui test multiple choice menggunakan populasi, tetapi oleh
menggunakan metode Certainty of Spradley dinamakan social situation atau
Response Index (CRI) sehingga dapat situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
mengetahui siswa yang mengalami yaitu tempat (place) yaitu di SMAN 1
miskonsepsi, siswa yang paham konsep, Pontianak, pelaku (actors) yaitu siswa
dan siswa yang tidak paham konsep. kelas X MIPA, dan aktivitas (activity)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti yaitu mengerjakan soal test diagnostik.
tertarik melakukan kajian miskonsepsi Serta sampel dalam penelitian kualitatif
siswa melalui kajian miskonsepsi siswa dinamakan informan. Informan dalam
melalui tes multiple choice menggunakan penelitian ini disebut juga objek
CRI pada materi reaksi reduksi oksidasi penelitian yaitu berjumlah 71 siswa.
kelas X MIPA SMA Negeri 1 Pontianak. Pengambilan informan dalam penelitian
kualitatif ini yaitu menggunakan ini
METODE PENELITIAN menggunakan teknik purposive sampling
Metode penelitian yang digunakan sehingga didapat kelas X MIPA 5 dan X
dalam penelitian ini adalah penelitian MIPA 6 sebanyak 36 siswa dan 35 siswa
deskriptif. Menurut Subana (2011: 27) sebagai informan.
Penelitian deskriptif adalah penelitian Prosedur Penelitian
tentang gejala dan keadaan yang dialami Penelitian ini menggunakan tiga
sekarang oleh subjek yang sedang diteliti. tahap penelitian yaitu tahap awal meliputi
Jika data yang akan diolah tinggal : 1) menyusun proposal penelitian, 2)
mengambil, memeriksa, mengumpulkan, menentuan lokasi penelitian dan
atau paling tidak peneliti memberi tugas, pembuatan surat izin penelitian, 3)
memberi tes, wawancara, kemudian melakukan observasi di SMA Negeri 1
dikumpulkan, maka penelitian yang Pontianak, 4) menyiapkan instrumen
dilakukan adalah penelitian deskriptif. penelitian berupa soal Tes Multiple
Jenis Penelitian Choice 5) melakukan validitas derajat
Penelitian ini menggunakan kesukaran item soal instrument, 6)
pendekatan kualitatif. Menurut Musfiqon melakukan ujicoba instrumen yang telah
(2012: 60) penelitian kualitatif adalah divalidasi isi, dan 7) perbaikan instrumen.
penelitian yang memberikan deskripsi Tahap pelaksanaan yaitu memberikan Tes
dan kategorisasi berdasarkan kondisi Multiple Choice menggunakan CRI
kancah penelitian. Dalam penelitian ini kepada subjek penelitian. Tahap akhir
data deskriptif kualitatif yaitu meliputi: 1) pengolahan data hasil
menggambarkan miskonsepsi siswa penelitian, 2) wawancara bebas
berdasarkan hasil tes ketercapaian siswa terbimbing, dan 3) penyusunan laporan
dan wawancara siswa pada materi reaksi hasil penelitian.
redoks. Data, Instrumen, dan Teknik
Subjek Penelitian Pengumpulan Data
Subjek penelitian dalam penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian
ini yaitu tidak menggunakan populasi, ini berupa hasil tes diagnostik. Instrumen
karena menurut Sugiyono (2011:297) penelitian ini yaitu tes pilihan ganda
dalam penelitian kualitatif tidak (Multiple Choice Test) dengan empat opsi

3
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

jawaban untuk setiap soal serta Tabel 2. Skala Respon Certainty of


dilengkapi kolom CRI pada setiap soal. Response Index (CRI)
Teknik Analisis Data Kategori Jawaban
Data hasil Tes Multiple Choice CRI Kriteria
Benar Salah
menggunakan CRI kemudian dianalisis 0 (Totally Tidak Tidak
sebagai berikut: guessed Paham Paham
1. Penilaian answer) jika
Untuk menilai Tes Multiple Choice, menjawab soal
penilaian yang digunakan adalah sebagai 100% ditebak
berikut : 1 (Almost guess) Tidak Tidak
Tabel. 1. Skor Butir Soal jika menjawab Paham Paham
soal persentase
Bentuk Nilai Keterangan unsur tebakan
Soal antara 75%-
Tes 1 Jawaban benar 99%
Multiple 0 Jawaban salah 2 (Not sure) jika Tidak Tidak
Choice menjawab soal Paham Paham
Sedangkan pada CRI, untuk persentase
mengetahui tingkat keyakinan siswa unsur tebakan
terhadap jawaban yang dipilih, dapat antara 50%-
menggunakan skala berikut ini menurut 74%
Tayubi (2005:6) : 3 (Sure) jika Paham Miskon
menjawab soal sepsi
persentase
unsur tebakan
antara 25%-
49%
4 (Almost Paham Miskon
Certain) jika sepsi
menjawab soal
persentase
unsur tebakan
antara 1%-
24%
5 (Certain) jika Paham Miskon
menjawab soal sepsi
tidak ada unsur
tebakan sama
sekali (0%)

4
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

2. Pengelompokan Data Tabel 4. Format Rekapulasi Penyebab


Setelah didapat kriteria jawaban Miskonsepsi
siswa menggunakan CRI, kemudian Penyebab
merekapitulasi siswa yang tidak paham Kode
Metode
konsep, paham konsep, dan miskonsepsi Sisw Lain
Siswa Mengaja
sebagai berikut : a -lain
r
Tabel 3. Format Persentase P P I K
Miskonsepsi Siswa A S S S
Persentase

No Indi- Tidak Mis- PA : Pemikiran Asosiatif


Soal kator Paham
Paham kon- PS : Prakonsepsi
Konsep
Konsep sepsi IS : Intuisi yang Salah
KS : Kemampuan Siswa

Sehingga dapat dicari persentase HASIL PENELITIAN DAN


siswa pada setiap kategori menurut PEMBAHASAN
Mahardika (2014:38) adalah sebagai Hasil Penelitian
berikut : Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Pontianak. Pengambilan
informan menggunakan teknik purposive
Keterangan : sampling sehingga terpilih dua kelas
f : frekuensi yang sedang dicari yaitu kelas X MIPA 5 dan X MIPA 6
persentasenya sebagai kelas informan. Informan
N : jumlah frekuensi/jumlah siswa berjumlah 71 siswa tetapi hanya 61 siswa
P : angka persentase yang akan dicari yang dapat mengikuti tes diagnostik
mengenai materi reaksi reduksi oksidasi.
3. Wawancara Berikut persentase miskonsepsi siswa
Wawancara dalam penelitian ini berdasarkan hasil tes diagnostik :
menggunakan wawancara bebas
terbimbing. Wawancara bebas terbimbing
No 15 No 1
menurut Nawawi (2015:114) wawancara 6% No 2
No 148%
8%No 3
dilakukan menggunakan pedoman yang 5%
4N%o 4
No 13
dipersiapkan sebelum memulai 11%
6%
mengajukan pertanyaan kemudian selama No 5
No 12
10%
wawancara, pewawancara dapat 1%
No 11
mengembangkan pertanyaan secara 15% No 6 No 9NoN8o 67%
bebas. Setelah melakukan wawancara No 10
8% 6% 2%4%
kemudian hasil wawancara direkapitulasi
PERSENTASE MISKONSEPSI
berdasarkan penyebab miskonsepsi siswa
SISWA
sebagai berikut:
Gambar.1 Persentase Miskonsepsi
Siswa pada Setiap Nomor Soal

5
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

Berdasarkan Gambar.1 menunjukan siswa yang mewakili miskonsepsi pada


bahwa siswa yang paling banyak indikator miskonsepsi terbanyak dan 6
mengalami miskonsepsi yaitu pada soal siswa yang tidak mengalami miskonsepsi
nomor 11 dengan indikator membedakan pada indikator miskonsepsi terbanyak.
konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari Berdasarkan hasil wawancara
penggabungan dan pelepasan oksigen menunjukan bahwa dari setiap indikator
yaitu sebanyak 39 siswa. Kemudian terdapat beberapa anggapan yang salah
dilakukan wawancara pada siswa yang sehingga terjadi miskonsepsi pada siswa.
mengalami miskonsepsi untuk Miskonsepsi siswa disusun berdasarkan
mengetahui penyebab miskonsepsi siswa. sub konsep yang mewakili setiap
Pengambilan sampel ini dilakukan indikator seperti berikut:
dengan mengambil siswa sebanyak 27

Tabel 5. Miskonsepsi Siswa


No
Indikator Sub Konsep Miskonsepsi
Soal
Siswa dapat 1 Pengertian reduksi Reaksi oksidasi adalah reaksi
membedakan oksdasi berdasarkan yang terjadi karena adanya
konsep oksidasi penggabungan dan pelepasan oksigen
dan reduksi ditinjau 11 pelepasan oksigen Reaksi reduksi adalah reaksi
dari penggabungan yang terjadi karena adanya
dan pelepasan penggabungan oksigen
oksigen 1 Penentuan reaksi - Reduksi melepas O
reduksi oksidasi sehingga 1O dilepas
berdasarkan menjadi 3O
penggabungan dan - O2 reduksi karena
pelepasan oksigen mengalami penambahan O
11 - Oksigen berkurang(reduksi)
- Reaksi reduksi pelepasan
oksigen yaitu jawaban D O2
menjadi O saja
- 2O menjadi 4O melepas 2O
- H menjadi H2O jadi H
bergabung dengan O yaitu
reduksi yaitu
penggabungan oksigen
- Jawaban D melepas oksigen
yaitu O2 melepaskan 1O
menjadi O saja
Siswa dapat 2 Pengertian reduksi Reaksi oksidasi adalah reaksi
membedakan oksdasi berdasarkan yang terjadi karena adanya
konsep oksidasi pelepasan dan penerimaan elektron
dan reduksi ditinjau 12 penerimaan elektron Reaksi reduksi adalah reaksi

6
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

dari pelepasan dan yang terjadi karena adanya


penerimaan pepelepasan elektron
electron 12 Penentuan reduksi - Atom unsur Cu2+ dengan
oksdasi berdasarkan Zn2+ sama sama bermuatan
pelepasan dan - Terjadi pelepasan elektron
penerimaan elektron antara Cu2+ dengan Zn
-
Siswa dapat 3 Penentuan reduksi - Pb dan H biloksnya tidak
menentukan oksdasi berdasarkan berubah
konsep oksidasi pertambahan dan
dan reduksi ditinjau penurunan bilangan
dari pertambahan oksidasi
dan dan penurunan
bilangan oksidasi
Siswa dapat 4 Pengertian oksidator - Oksidator yaitu zat yang
membedakan dan reduktor dalam mengalami oksidasi
oksidator dan reaksi redoks sehingga melepaskan
reduktor dalam ditinjau dari oksigen
reaksi redoks penggabungan dan - Oksidator yaitu zat yang
ditinjau dari pelepasan oksigen menerima oksigen
penggabungan dan sehingga terjadi
pelepasan oksigen penggabungan
oksigen
Penentuan oksidator - Biloks O yang berbuah
dan reduktor dalam dalam CO sehingga
reaksi redoks menghasilkan oksigen
ditinjau dari
penggabungan dan
pelepasan oksigen
Siswa dapat 5 Pengertian oksidator - Reduktor yaitu zat yang
membedakan dan reduktor dalam mengalami reduksi
oksidator dan reaksi redoks sehingga terjadi penerimaan
reduktor dalam ditinjau dari elektron
reaksi redoks pelepasan dan - Reduktor yaitu zat yang
ditinjau dari penerimaan elektron mengalami oksidasi
pelepasan dan sehingga terjadi penerimaan
penerimaan elektron

7
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

electron Penentuan - Cl2 melepaskan 1 elektron


oksidator dan menjadi Cl- yaitu reaksi
reduktor dalam oksidasi
reaksi redoks - Mg menerima 2 elekton
ditinjau dari menjadi Mg2+ yaitu reaksi
pelepasan dan oksidasi
penerimaan elektron

8
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

Siswa dapat 6 Penentuan bilangan - Oksigen selalu bermuatan -2


menentukan 13 oksidasi antara dua - Hidrogen selalu bermuatan
muatan bilangan atom yang berikatan +1
oksidasi antara dua dalam suatu senyawa
atom yang berdasarkan aturan
berikatan dalam bilangan oksidasi
suatu senyawa
berdasarkan aturan
bilangan oksidasi
Siswa dapat 7 Pengertian oksidator Reduktor yaitu zat yang
membedakan dan reduktor dalam mengalami reduksi
oksidator dan reaksi redoks
reduktor dalam ditinjau dari
reaksi redoks perubahan bilangan
ditinjau dari oksidasi
perubahan bilangan
oksidasi
Siswa dapat 8 Menghitung - terjadi perubahan bilangan
menghitung perubahan bilangan oksidasi +7 menjadi -4
perubahan bilangan oksidasi dalam suatu
oksidasi dalam rekasi redoks
suatu rekasi redoks
2-
Siswa dapat 9 Penentuan bilangan - Biloks S dalam SO4 adalah
menghitung oksidasi dalam unsur +8
2-
bilangan oksidasi ion negatif - Biloks S dalam SO4 adalah
atom unsur dalam +10
ion
+
14 Penentuan bilangan - Biloks N dalam NH4 adalah
oksidasi dalam unsur -4
+
ion negatif - Biloks N dalam NH4 adalah
-5

Siswa dapat 10 Pengertian - suatu zat dapat tereduksi atau


membedakan unsur autoredoks (reaksi teroksidasi menghasilkan zat
yang mengalami 15 disproporsionasi) lain sehingga hanya
reaksi oksidasi- mengalami reduksi saja atau
reduksi sekaligus oksidasi saja dalam suatu
dalam reaksi reaksi
autoredoks (reaksi
disproporsionasi)

Selain miskonsepsi siswa, terdapat Berdasarkan hasil wawancara siswa


pula penyebab miskonsepsi siswa. menunjukan bahwa penyebab

9
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

miskonsepsi siswa berdasarkan pemikiran berdasarkan Wismono (2007: 108) reaksi


asosiatif siswa adalah sebanyak 14,39%, tersebut merupakan reaksi oksidasi yaitu
prakonsepsi sebanyak 11,37%, intuisi reaksi pengikatan oksigen, dimana Fe
yang salah sebanyak 34,09%, dan mengikat oksigen menjadi FeO3. Siswa
kemampuan siswa sebanyak 40,15%. juga beranggapan bahwa reduksi yaitu
pengurangan oksigen yaitu pada reaksi
HASIL PENELITIAN DAN 2H2O2(aq) + H+(aq) + 2e-  2H2O(l)
PEMBAHASAN terjadi pengurangan oksigen dimana
Deskripsi Miskonsepsi Siswa Kelas X 2H2O2 oksigennya berkurang atau
MIPA SMAN 1 Pontianak tahun melepaskan 1 oksigen menjadi 2H2O.
Ajaran 2015/2016 pada Materi Reaksi Padahal menurut Wismono (2007:108)
Reduksi Oksidasi reaksi reduksi terjadi karena adanya
1. Membedakan Konsep Oksidasi pelepasan oksigen yaitu pada reaksi
dan Reduksi Ditinjau dari 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e- terjadi
Penggabungan dan Pelepasan pelepasan oksigen dimana oksigen pada
Oksigen 2H2O dilepas menjadi O2 sehingga terjadi
Miskonsepsi siswa pada soal nomor 1 reaksi reduksi.
dan 11 yaitu pada sub konsep pengertian
reaksi reduksi oksidasi berdasarkan 2. Membedakan Konsep Oksidasi dan
penggabungan dan pelepasan oksigen dan Reduksi Ditinjau dari Pelepasan
sub konsep penentuan reaksi oksidasi dan Penerimaan Elektron
berdasarkan penggabungan dan pelepasan Miskonsepsi siswa pada soal nomor 2
oksigen. Miskonsepsi siswa pada sub dan 12 yaitu pada sub konsep pengertian
konsep pengertian reaksi reduksi oksidasi reduksi oksdasi berdasarkan pelepasan
berdasarkan penggabungan dan pelepasan dan penerimaan elektron dan sub konsep
oksigen yaitu siswa beranggapan bahwa penentuan reduksi oksidasi berdasarkan
reaksi oksidasi adalah reaksi yang terjadi pelepasan dan penerimaan elektron.
karena adanya pelepasan oksigen dan Miskonsepsi siswa pada sub konsep
reaksi reduksi adalah reaksi yang terjadi pengertian reduksi oksidasi berdasarkan
karena adanya penggabungan oksigen. pelepasan dan penerimaan elektron yaitu
Padahal menurut Wismono (2007:108) siswa beranggapan bahwa reaksi oksidasi
reaksi oksidasi adalah reaksi pengikatan adalah reaksi yang terjadi karena adanya
oksigen oleh unsur atau senyawa, penerimaan elektron dan siswa
sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi beranggapan bahwa reaksi reduksi adalah
pelepasan oksigen atau reaksi yang reaksi yang terjadi karena adanya
menghasilkan oksigen. Miskonsepsi pepelepasan elektron. Menurut Wismono
siswa pada sub konsep penentuan reaksi (2007:108) reaksi oksidasi adalah reaksi
reduksi oksidasi berdasarkan pelepasan elektron dan reaksi reduksi
penggabungan dan pelepasan oksigen adalah reaksi penerimaan elektron.
yaitu siswa beranggapan bahwa pada Miskonsepsi siswa pada sub konsep
reaksi 4Fe(s) + O2(g)  2FeO3(s) terjadi penentuan reduksi oksidasi berdasarkan
reaksi reduksi yaitu O2 melepaskan 1 pelepasan dan penerimaan elektron
oksigen sehingga menjadi O3. Padahal dimana siswa beranggapan bahwa pada

10
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

reaksi O3(g) + 2H+(aq) + 2e-  O2(g) + H2O(l) 4. Membedakan Oksidator dan


terjadi reaksi oksidasi yaitu pelepasan Reduktor dalam Reaksi Redoks
elektron, dimana siswa beranggapan Ditinjau dari Penggabungan dan
bahwa 2H+ melepaskan 2 elektron Pelepasan Oksigen
sehingga muatannya hilang. Menurut Miskonsepsi siswa pada soal nomor 4
Wismono (2007:108) reaksi oksidasi yaitu pada sub konsep pengertian
adalah reaksi pelepasan elektron, dimana oksidator dan reduktor dalam reaksi
setiap atom, ion, atau molekul yang redoks ditinjau dari penggabungan dan
melepaskan elektron mengalami rekasi pelepasan oksigen dan penentuan
oksidasi meskipun reaksi tersebut tidak oksidator dan reduktor dalam reaksi
melibatkan oksigen. Miskonsepsi siswa redoks ditinjau dari penggabungan dan
terjadi juga karena siswa beranggapan pelepasan oksigen. Miskonsepsi siswa
bahwa pada reaksi Cu2+ + Zn  Cu + pada sub konsep pengertian oksidator dan
Zn2+ terjadi reaksi reduksi antara atom reduktor dalam reaksi redoks ditinjau dari
unsur Cu2+ dengan Zn2+ dimana terjadi penggabungan dan pelepasan oksigen
reaksi reduksi karena Cu2+ melepaskan 2 yaitu siswa beranggapan bahwa oksidator
elektron dengan Zn2+ menjadi bermuatan yaitu zat yang mengalami oksidasi
dan terjadi reaksi oksidasi karena adanya sehingga melepaskan oksigen dan
pelepasan elektron antara Cu2+ dengan oksidator yaitu zat yang menerima
Zn. Padahal pada reaksi tersebut yang oksigen sehingga terjadi penggabungan
mengalami reaksi reduksi antara Cu2+ oksigen. Menurut Wismono (2007: 115)
dengan Cu dan reaksi oksidasi terjadi pengoksidasi atau oksidator adalah zat
antara Zn dengan Zn2+. yang dapat mengoksidasi (menyebabkan
3. Menentukan Konsep Oksidasi dan zat lain mengalami reaksi oksidasi), jadi
Reduksi Ditinjau dari oksidator adalah zat yang mengalami
Pertambahan dan Penurunan reduksi (reaksi pelepasan oksigen atau
Bilangan Oksidasi reaksi yang menghasilkan). Miskonsepsi
Miskonsepsi siswa pada soal nomor 3 siswa pada sub konsep penentuan
yaitu pada sub konsep penentuan reduksi oksidator dan reduktor dalam reaksi
oksidasi berdasarkan pertambahan dan redoks ditinjau dari penggabungan dan
penurunan bilangan oksidasi dimana pelepasan oksigen yaitu siswa
siswa beranggapan bahwa pada reaksi beranggapan bahwa pada reaksi Fe2O3(s) +
PbO(s) + H2(g)  Pb(s) + H2O(g) tidak terjadi 3CO(g)  2Fe(s) + 3CO2(g) hanya bilangan
kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi O yang berubah dalam CO
oksidasi pada Pb dan H di mana bilangan sehingga menghasilkan oksigen, tetapi
oksidasi Pb dari PbO(s) yaitu +2 dan Pb(s) pada reaksi tersebut bahwa Fe2O3
juga +2 begitu juga dengan Hidrogen, memberikan oksigen kepada senyawa CO
padahal reaksi tersebut merupakan reaksi dan mengakibatkan CO tereduksi
redoks karena bilangan oksidasi Pb yaitu membentuk senyawa CO2 sesudah reaksi.
+2 menjadi 0 sesudah reaksi dan bilangan
oksidasi H yaitu 0 menjadi +2 sesudah
reaksi.

11
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

5. Membedakan Oksidator dan 6. Menentukan Muatan Bilangan


Reduktor dalam Reaksi Redoks Oksidasi antara Dua Atom yang
Ditinjau dari Pelepasan dan Berikatan dalam Suatu Senyawa
Penerimaan Elektron Berdasarkan Aturan Bilangan
Miskonsepsi siswa pada soal nomor 5 Oksidasi
yaitu pada sub konsep pengertian Miskonsepsi siswa pada soal nomor 6
oksidator dan reduktor dalam reaksi dan 13 penentuan bilangan oksidasi
redoks ditinjau dari pelepasan dan antara dua atom yang berikatan dalam
penerimaan elektron dan penentuan suatu senyawa berdasarkan aturan
oksidator dan reduktor dalam reaksi bilangan oksidasi di mana siswa
redoks ditinjau dari pelepasan dan beranggapan bahwa soal nomor 6 yaitu
penerimaan elektron. Miskonsepsi siswa pada senyawa H2O2, O memiliki bilangan
pada sub konsep pengertian oksidator dan oksidasi -2 karena O berada pada
reduktor dalam reaksi redoks ditinjau dari golongan VI A sehingga bilangan
pelepasan dan penerimaan elektron yaitu oksidasi O selalu -2. Pada soal nomor 13
siswa beranggapan bahwa reduktor yaitu siswa beranggapan bahwa untuk senyawa
zat yang mengalami reduksi sehingga CaH2, H memiliki bilangan oksidasi +1
terjadi penerimaan elektron serta siswa karena berada pada golongan IA sehingga
beranggapan reduktor yaitu zat yang bilangan oksidasi H selalu +1. Padahal
mengalami oksidasi sehingga terjadi menurut Sunarya (2012: 247) aturan
penerimaan elektron. Menurut Wismono penentuan bilangan oksidasi adalah
(2007: 115) pereduksi atau disebut juga bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa
reduktor adalah zat yang dapat mereduksi biasanya -2, tetapi dalam peroksida
(menyebabkan zat lain mengalami reaksi seperti H2O2 dan Na2O2, bilangan oksidasi
reduksi), jadi reduktor adalah zat yang oksigen adalah -1 dan bilagan oksidasi
mengalami oksidasi (reaksi pelepasan hidrogen dalam hampir tiap senyawa
elektron). Miskonsepsi siswa pada sub adalah +1, tetapi dalam senyawa hidrida,
konsep penentuan oksidator dan reduktor senyawa seperti NaH di mana atom-atom
dalam reaksi redoks ditinjau dari hidrogen terikat pada logam yang lebih
pelepasan dan penerimaan elektron siswa elektronegatif, hidrogen memiliki
beranggapan bahwa pada reaksi Cl2(g) + bilangan oksidasi.
Mg(s)  Cl- + Mg2+ , Cl melepaskan
(g) (s)
1 elektron menjadi Cl- yaitu sehingga 7. Membedakan Oksidator dan
terdapat reduktor dan siswa beranggapan Reduktor dalam Reaksi Redoks
Mg menerima 2 elekton menjadi Mg2+ Ditinjau dari Perubahan Bilangan
sehingga terdapat reduktor. Padahal pada Oksidasi
reaksi tersebut terdapat reduktor yaitu zat Miskonsepsi siswa pada soal nomor 7
yang mengalami reaksi oksidasi karena yaitu pada sub konsep pengertian
Mg melepaskan 2 elektron menjadi Mg2+ oksidator dan reduktor dalam reaksi
(Mg  Mg2+ + 2e). redoks ditinjau dari perubahan bilangan
oksidasi, di mana siswa beranggapan
bahwa reduktor adalah zat yang
mengalami reduksi sehingga terjadi

12
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

penurunan bilangan oksidasi. Padahal bilangan oksidasi S yaitu +10. Pada sub
menurut Wismono (2007: 115) pereduksi konsep penentuan bilangan oksidasi
atau disebut juga reduktor adalah zat dalam unsur ion positif siswa
yang dapat mereduksi (menyebabkan zat beranggapan bahwa bilangan oksidasi N
lain mengalami reaksi reduksi), jadi pada unsur NH + adalah -4 karena
4
reduktor adalah zat yang mengalami bilangan oksidasi H +1 dikalikan 4
oksidasi (reaksi kenaikan bilangan menjadi +4 sehingga bilangan oksidasi N
oksidasi). yaitu -4, serta siswa beranggapan bahwa
bilangan oksidasi N yaitu -5 karena
8. Menghitung Perubahan Bilangan bilangan oksidasi H +1 dikalikan 4
Oksidasi dalam Suatu Reaksi menjadi +4 dan ditambahkan ion +1
Redoks menjadi +5 sehingga bilangan oksidasi N
Miskonsepsi siswa pada soal nomor 8 yaitu +5. Padahal menurut Wismono
yaitu pada sub konsep menghitung (2007: 110) jumlah bilangan oksidasi
perubahan bilangan oksidasi dalam suatu atom-atom dalam suatu senyawa selalu
rekasi redoks, di mana siswa beranggapan sama dengan nol, tetapi untuk ion
bahwa pada reaksi KMnO4(aq) + KI(aq) + poliatomik, bilangan oksidasi dari atom
H2SO4  MnSO4(aq) + I2(aq) + K2SO4(aq) + ditambah muatan ion. Sehingga pada
H2O(l), bilangan oksidasi Mn sebelum unsur SO 42 bilangan oksidasi S yaitu +6
reaksi yaitu +7 berubah menjadi -4 karena bilangan oksidasi O -2 dikalikan 4
sesudah reaksi. Padahal pada reaksi menjadi -8, agar jumlah bilangan oksidasi
tersebut bilangan oksidasi Mn yaitu +7 unsur dalam ion positif sama dengan -2
berubah menjadi +2 sehingga terjadi maka bilangan oksidasi S yaitu +6 dan
penurunan bilangan oksidasi atau terjadi pada unsur NH + bilangan oksidasi N
4
reaksi reduksi. yaitu -3 karena bilangan oksidasi H +1
dikalikan 4 menjadi +4, agar jumlah
9. Menghitung Bilangan Oksidasi bilangan oksidasi unsur dalam ion positif
Atom Unsur dalam Ion sama dengan +1 maka bilangan
Miskonsepsi siswa pada soal nomor 9 oksidasinya yaitu -3.
dan 14 yaitu pada sub konsep penentuan
bilangan oksidasi dalam unsur ion negatif 10. Membedakan Unsur yang
dan penentuan bilangan oksidasi dalam Mengalami Reaksi Oksidasi-
unsur ion positif. Miskonsepsi siswa pada Reduksi Sekaligus dalam Reaksi
sun konsep penentuan bilangan oksidasi Autoredoks (Reaksi
dalam unsur ion negatif siswa Disproporsionasi)
beranggapan bahwa bilangan oksidasi S Miskonsepsi siswa pada soal nomor
pada unsur SO 2- adalah +8 karena 10 dan 15 yaitu pada sub konsep
4
bilngan oksidasi O -2 dikalikan 4 menjadi pengertian autoredoks (reaksi
-8 sehingga bilangan oksidasi S yaitu +8, disproporsionasi), di mana siswa
serta siswa beranggapan bahwa bilangan beranggapan bahwa reaksi autoredoks
oksidasi S yaitu +10 karena bilangan terjadi apabila suatu zat dapat tereduksi
oksidasi O -2 dikalikan 4 menjadi -8 dan atau teroksidasi menghasilkan zat lain
ditambahkan ion -2 menjadi -10 sehingga sehingga hanya mengalami reduksi saja

13
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

atau oksidasi saja dalam suatu reaksi. menggunakan metode CRI ini adalah
Padahal menurut Wismono (2007: 113) kepercayaan diri siswa yang terlalu tinggi
reaksi autoredoks suatu zat dapat sehingga siswa terlalu yakin dengan
tereduksi maupun teroksidasi jawabannya padahal siswa tidak mengerti
menghasilkan zat lain. Zat tersebut dengan konsep. Selain penyebab
bertindak sebagai reduktor dan oksidator. miskonsepsi yang berasal dari siswa,
miskonsepsi siswa juga disebabkan
Penyebab Miskonsepsi Siswa Kelas X karena metode mengajar yaitu metode
MIPA SMA Negeri 1 Pontianak Tahun yang membosankan dan kurang
Ajaran 2015/2016 pada Materi Reaksi bervariasi.
Reduksi Oksidasi
Miskonsepsi yang berasal dari siswa SIMPULAN DAN SARAN
terbagi menjadi empat yang meliputi :1) Simpulan
pemikiran asosiatif siswa, hal ini sesuai Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan pernyataan Suparno (2013:35) pembahasan dapat disimpulkan bahwa
bahwa kata dan istilah kata yang terdapat miskonsepsi siswa di SMA
diasosiasikan oleh pemikiran siswa Negeri 1 Pontianak pada kelas X MIPA.
dengan arti yang berbeda sering terjadi Miskonsepsi tertinggi terdapat pada
karena siswa mempunyai konsep tertentu indikator siswa dapat membedakan
dengan arti tertentu; 2) prakonsepsi atau konsep oksidasi dan reduksi ditinjau dari
konsep awal yang salah, dimana siswa penggabungan dan pelepasan oksigen.
memahami konsep diawal tanpa Penyebab miskonsepsi yaitu berasal dari
memperdulikan konsep diakhir siswa meliputi pemikiran asosiatif, intuisi
penjelasan sehingga terjadi kesalahan yang salah, prakonsepsi, dan kemampuan
konsep diawal pada siswa 3) intuisi yang siswa. Selain itu miskonsepsi juga
salah, dimana siswa memahami sesuatu disebabkan karena metode mengajar yang
tanpa melalui penalaran rasional dan membosankan dan kurang bervariasi serta
intelektual, seperti pemahaman siswa itu kepercayaan diri siswa yang terlalu besar
tiba-tiba muncul tanpa ada penalaran saat mengisi skala CRI.
sebelumnya sehingga siswa menjawab
soal secara yakin tanpa dipikirkan Saran
kembali, menurut Suparno (2013:35) Bagi mahasiswa program studi kimia
perasaan dalam diri seseorang yang yang lain, penelitian ini dapat dijadikan
secara spontan mengungkapkan sikap sebagai bahan penelitian lanjutan.
atau gagasannya tentang sesuatu tanpa Misalnya meneliti cara mengatasi
penelitian secara obyektif dan rasional. miskonsepsi pada siswa dan penelitian
Pola pikir intuitif sering dikenal dengan lanjutan dapat meneliti tentang
pola pikir yang spontan. 4) kemampuan miskonsepsi siswa dengan menggunakan
siswa, dimana kemampuan setiap siswa alat pengumpul data yang berbeda dari
berbeda-beda ada siswa yang kurang penelitian ini.
teliti, suka keliru dalam mengerjakan
soal, kurang mengerti, dan tidak belajar.
Penyebab miskonsepsi siswa dengan

14
Vol. 5 No. 2, Agustus 2017 Ar-Razi Jurnal Ilmiah ISSN. 2503-4448

DAFTAR PUSTAKA Meningkatkan Kemampuan Siswa


Menyelesaikan Soal-Soal Hitungan
Kusmawati, I. (2013). Miskonsepsi Siswa pada Materi Stoikiometri di SMA.
Kelas XII SMA Negeri 1 Sambas E-Jurnal Dinas Pendidikan. 1(1),1.
Pada Materi Reaksi Reduksi
Oksidasi. Jurnal Pendidikan Kimia. Subana, M. (2011). Dasar-Dasar
1(1), 3. Penelitian Ilmiah (4th ed).
Bandung: CV Pustaka Setia.
Mahardika, R. (2014). Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Menggunakan Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Certainty of Response Index (CRI) Kombinasi (Mixed Methods) (1th
dan Wawancara Diagnosis pada ed). Bandung: Alfabeta.
Konsep Sel. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sunarya, Y. (2012). Kimia Dasar 2 (1th
ed). Bandung: CV Yrama Widya.
Mentari, L. (2014). Analisis Miskonsepsi
Siswa SMA pada Pembelajaran Suparno, P. (2013b). Miskonsepsi dan
Kimia untuk Materi Larutan Perubahan Konsep dalam
Penyangga. Jurnal Pendidikan Pendidikan Fisika. Jakarta:
Kimia. 2(1), 77. Grasindo.

Musfiqon. (2012). Panduan Lengkap Tayubi, Y.R. (2005). Identifikasi


Metodelogi Penelitian Pendidikan. Miskonsepsi pada Konsep-Konsep
Jakarta: Prestasi Pustakarya. Fisika Menggunakan Certainty of
Response Index (CRI). Jurnal
Nawawi, H.H. (2015). Metode Universitas Pendidikan Indonesia.
Pendidikan Biadang Sosial (14th 1(2), 4-6.
ed). Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Wismono, J. (2007). Kimia dan
Kecakapan Hidup. Jakarta: Graneca
Rijani, E.W. (2010). Implementasi Exact.
Metode Latihan Berjenjang untuk

15

Anda mungkin juga menyukai