Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Riset

Pendidikan Kimia

ARTICLE DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

Penggunaan Two-Tier Multiple Choice Diagnostik Test untuk mengidentifikasi


Miskonsepsi Siswa Kelas X SMAN 1 Tangerang Selatan pada Materi Larutan
Elektrolit dan Non Elektrolit

Lintang Rizkyta Ananda, Hari Suharto


Program Studi Magister Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No 10, Rawamangun 13220, Jakarta, Indonesia

Email: lintangrizkyta21@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pemahaman konseptual siswa dan mendiagnosis miskonsepsi siswa
pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit. Instrumen pengukuran miskonsepsi yang digunakan adalah Two-
Tier Multiple-Choice Diagnostic Test yang dikembangkan dengan menggunakan model Rasch. Penelitian ini
dilakukan pada siswa kelas X SMAN 1 Tangerang Selatan yang berjumlah 187 orang dan melakukan wawancara
kepada 40 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ditemukan adanya miskonsepsi pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit, yang ditunjukkan oleh sebanyak 28% siswa mengalami miskonsepsi pada level 1; 33%
pada level 2; dan 35% pada level 3.

Kata kunci
Miskonsepsi, Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit, Pemahaman Konseptual, Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic
Test.

Abstract
This study aims to assess the level of student’s conceptual understanding and diagnose student’s misconception of
electrolyte and non-electrolyte solutions. The measurement of misconceptions is using Two-Tier Multiple-Choice
Diagnostic Test instrument with the Rasch model. This research was conducted on 189 students in class X SMAN 1
Tangerang Selatan and interviewed 40 students. The results is indicate that there are still misconceptions in
electrolyte and non-electrolyte solution concept, as shown as 28% misconceptions in level 1; 33% in level 2; and
35% in level 3.

Keywords
Misconceptions, Electrolyte and Non-Electrolyte Solutions, Conceptual Understanding, Two-Tier Multiple-Choice
Diagnostic Test.

1. Pendahuluan siswa dalam mengartikan/menafsirkan konsep


Kimia merupakan ilmu yang umumnya kimia ini sering dikenal dengan miskonsepsi.
bersifat abstrak, berjenjang dan terstruktur, Miskonsepsi merupakan suatu pemahaman
sehingga siswa terkadang tidak mampu konsep yang ada dalam pikiran siswa dan
mengartikan dan memahami sifat kimia yang diperoleh berdasarkan pengalamannya namun
bersifat abstrak yang menjadi sebuah pengetahuan bertentangan dengan konsep ilmiah yang
ilmiah [1]. Hal tersebut membuat siswa dapat salah seharusnya [2]. Miskonsepsi tersebut dapat terjadi
mengartikan konsep kimia secara tepat. Kesalahan jika pemahaman konsep siswa tidak lengkap.
Namun, ternyata miskonsepsi tidak hanya

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 82


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

disebabkan oleh siswa tapi dapat juga dipengaruhi dapat memberikan hasil penilaian sumatif karena
oleh guru. Guru dapat menjadi sumber hanya aspek pemahaman atau pengetahuan saja
miskonsepsi pada siswa jika tidak berhati-hati yang diukur [8]. Tetapi, pada pertengahan tahun
dalam menggunakan analogi atau pemodelan 2000, mulai dikembangkan alat ukur miskonsepsi
dalam pembelajaran. yang menggunakan model Rasch dengan tujuan
Pembelajaran dapat dikatakan efektif bila untuk mengintegrasikan pengukuran miskonsepsi
pembelajaran tersebut dapat mengkondisikan dengan pengukuran pemahaman konseptual siswa
siswa untuk mencapai kemajuan secara maksimal pada hasil penilaian sumatifnya [9].
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki [3]. Hal Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
ini perlu ditunjang pula dengan sistem evaluasi adalah konsep kunci dalam pembelajaran kimia di
yang baik, karena tidak cukup hanya dicapai tingkat SMA dan memainkan peran penting dalam
melalui penggunaan model pembelajaran yang pemahaman konseptual siswa tentang perilaku
baik saja. Pembelajaran akan efektif jika guru larutan. Hal ini dikarenakan konsep elektrolit dan
dapat mengetahui kesulitan belajar siswa dan juga non elektrolit menjadi dasar pemahaman untuk
miskonsepsi siswa, karena proses pembelajaran materi termasuk konsep larutan, asam dan basa,
akan menjadi lebih baik bila sesuai dengan elektrokimia, dan berbagai konsep kimia lain yang
kebutuhan siswa. berkaitan dengan larutan [10]. Alat yang
Untuk mengukur miskonsepsi siswa dapat digunakan dalam penilaian miskonsepsi ini adalah
digunakan alat penilaian diagnostik. Alat penilaian diagnostik. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
diagnostik ini digunakan jika guru ingin mengukur/menilai tingkat miskonsepsi siswa
memahami pemikiran siswa tentang konsep- melalui instrumen yang menggabungkan
konsep ilmu pengetahuan yang telah guru ajarkan pengukuran tingkat pemahaman konseptual
dengan prinsip bahwa guru harus dengan diagnosis miskonsepsi siswa. Maka,
mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa yang pertanyaan penelitian ini adalah:
telah bangun/ telah ada sendirinya [4]. Penggunaan (1) Bagaimana keefektifan instrumen pengukuran
instrumen diagnostik untuk mengungkap bila digunakan untuk mengukur miskonsepsi dan
miskonsepsi haruslah bersifat supply response, tingkat pemahaman konseptual materi kimia
agar informasi yang didapatkan lebih lengkap dari larutan elektrolit dan non elektrolit?
jawaban siswa. Salah satu alat pengukur yang
penting adalah dengan model tes diagnostik pilihan 2. Metodologi Penelitian
ganda. Hal ini dikarenakan secara umum bentuk a. Partisipan
tes pilihan ganda lebih disukai terutama di kelas Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas
sains, sebab soal pilihan ganda lebih mudah X Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat.
diterapkan untuk mengevaluasi pemahaman siswa Sampel penelitian ini terdiri dari 187 orang siswa
secara subyektif [5]. Namun, kelemahannya adalah kelas X MIPA SMAN 1 Tangerang Selatan yang
evaluator/penilai akan kesulitan dalam mengambil mata pelajaran Kimia. Selain itu,
menentukan apakah jawaban siswa tersebut benar- dilakukan wawancara kepada 40 siswa yang
benar jawabannya yang dapat menggambarkan mengalami miskonsepsi.
tingkat kemampuannya ataukah hanya tebakan b. Instrumen
saja. Pada penelitian ini digunakan instrumen
Alat penilaian diagnostik untuk mengukur Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Test yang
miskonsepsi yang paling sering digunakan adalah terdiri dari 15 pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri
Two-Tier Multiple Choice [6]. Alat ukur jenis ini dari 2 tingkat pertanyaan. Tingkat pertama
dapat digunakan untuk mendiagnosis miskonsepsi ditujuan untuk mengetahui dan menilai
siswa, dan juga mampu menunjukkan tingkat pemahaman siswa terkait isi materi dengan betuk
pemahaman siswa berdasarkan penalarannya [7].
jawaban pilihan ganda. Sedangkan pada tingkat
Alat diagnostik ini dianggap efektif dalam
kedua, bertujuan untuk mendiagnosis alasan dari
memberikan informasi kualitatif mengenai jawaban siswa pada jawaban soal di tingkat
miskonsepsi pada pemahaman siswa, namun tidak pertama dan jawaban berbentuk pilihan ganda.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 83


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

Kedua tingkat pertanyaan tersebut hanya memiliki karena beberapa molekul akan terurai
satu jawaban yang benar. menjadi ion, kemudian ion positif dan
Setelah didapatkan hasil jawaban siswa, negatif saling tarik menarik untuk
maka data dianalisis dan dikelompokkan sesuai bergabung sebagai molekul lagi [11].
dengan tingkat pemahaman siswa. Kelompok • Level 2: Siswa dapat memahami ionisasi
siswa yang menunjukkan hasil tingkat miskonsepsi elektrolit berdasarkan interaksi antar partikel
yang tinggi, maka akan dilakukan tindakan lebih dari perspektif mikroskopis.
lanjut yaitu tahap wawancara (Interview). Siswa - Miskonsepsi 1: Elektrolit dapat terurai
diwawancarai untuk mengklarifikasi jawaban oleh arus [12].
mereka secara rinci atas pertanyaan sebelumnya - Miskonsepsi 2: Padatan akan menjadi
dan dilakukan secara tertulis untuk menyelidiki campuran (molekul, atom dan ion) ketika
lebih lanjut pemahaman konseptual siswa. dilarutkan dalam air [13].
c. Pengumpulan Data - Miskonsepsi 3: Peleburan padatan sama
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dengan pelarutan, keduanya merupakan
merupakan data primer. Data ini diperoleh secara hasil dari perubahan zat padat menjadi cair
langsung dari siswa sebagai responden penelitian, [14].
yang dilakukan melalui tahap tes dan wawancara. - Miskonsepsi 4: Ionisasi dan pelarutan
Tahap tes dilakukan selama 60 menit, kemudian adalah proses yang sama [15].
hasil tes dianalisis dan dikelompokkan sesuai • Level 1: Siswa membedakan elektrolit dan
dengan tingkat pemahaman siswa. Siswa yang non-elektrolit berdasarkan sifat konduktivitas
mengalami miskonsepsi akan di wancara yang larutan.
biasanya dilakukan selama 5-10 menit. Seluruh - Miskonsepsi 1: Larutan elektrolit tidak
kegiatan wawancara harus direkam dan ditranskrip konduktif [16].
dalam bentuk tulisan. Hasil wawancara digunakan
untuk memperlihatkan secara rinci miskonsepsi Kemudian, data yang diperoleh selanjutnya
yang terjadi pada siswa. Selain itu, digunakan juga dianalisis menggunakan model Reach. Model ini
data sekunder dari artikel jurnal penelitian, buku dianggap sebagai metode yang efektif, karena
dan referensi lainnya dalam bentuk digital (e-book) dapat memperkirakan kesulitan item dan juga
sebagai acuan penelitian. mengetahui kemampuan siswa. Selain itu, model
ini dapat menunjukkan kemungkinan jawaban
d. Analisis Data
yang akurat sebagai dengan
Pertama, semua hasil ujian di kumpulkan
θn adalah kemampuan siswa dan δi adalah item-
dalam bentuk dokumen pada Microsift Excel.
item yang sulit. Model ini dapat mengevaluasi
Setiap pertanyaan memiliki dua tingkat pertanyaan
tingkat pemahaman dan kesulitan pada item soal.
dengan nomor soal yang berurutan, namun dalam
Ada dua asumsi yang menjadi dasar
setiap jawaban siswa hanya diberikan satu kode
penilaian yaitu asumsi satu jika kedua tingkat
untuk setiap soal dengan bentuk ''nomor judul &
pertanyaan menghasilkan jawaban yang benar
opsi''. Misalnya, jika pada soal nomor 5 siswa
maka akan bernilai 1. Sedangkan jika salah satu
menjawab A sebagai tingkat pertanyaan pertama
tingkatan dan kedua tingkatan pertanyaan
dan pada soal nomor 6 siswa menjawab C sebagai
menghasilkan jawaban salah maka akan bernilai 0.
tingkat pertanyaan kedua, maka jawabannya diberi
Oleh karena itu, data ini perlu diubah menjadi data
kode 5A6C. Adapun hasil penilaian miskonsepsi
dikotomi 1 dan 0, yang kemudian diolah dengan
siswa dibagi menjadi 3 level miskonsepsi, yaitu;
Microsoft Excel.
• Level 3: Siswa dapat mendeskripsikan ionisasi
elektrolit lemah dan menjelaskan sifat asam- 3. Hasil dan Pembahasan
basa larutan dengan menguasai spesi dan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
perubahan tertentu secara kuantitatif. dilakukan pada tanggal 06 April 2017 terkait
- Miskonsepsi 1: Elektrolit lemah berada miskonsepsi siswa pada materi larutan elektrolit
dalam bentuk molekul dalam larutan berair, dan larutan non elektrolit diperoleh hasil

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 84


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

persentase miskonsepsi pada ketiga level yakni memahami ionisasi elektrolit berdasarkan
pemahaman konseptual, sebagai berikut: interaksi antar partikel dari perspektif mikroskopis,
terdapat 33% siswa yang mengalami miskonsepsi.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Miskonsepsi Siswa Sedangkan pada kategori level 1 yakni siswa yang
Total Kategori Jumlah Persentase sudah dapat membedakan elektrolit dan non
keseluruhan Level 3 309 35%
Miskonsepsi Level 2
elektrolit berdasarkan sifat konduktivitas larutan
395 33%
(15 Level 1 212 28% masih terdapat 28% siswa yang mengalami
pertanyaan) miskonsepsi. Peserta didik yang terlihat dominan
mengalami miskonsepsi, selanjutnya dilakukan
Setelah melakukan tes diagnostik terhadap sesi wawancara. Wawancara berguna untuk
187 siswa, didapatkan perbedaaan persentase dari mengidentifikasi lebih dalam terkait miskonsepsi
tiap level miskonsepsi dalam 15 butir soal Two- siswa, serta mengetahui mengapa siswa sampai
Tier Diagnostic Test. Pada kategori level 3 yakni pada pemahaman yang seperti itu, sehingga
siswa dapat mendeskripsikan ionisasi elektrolit nantinya guru atau peneliti dapat mengarahkan
lemah dan menjelaskan sifat asam-basa larutan siswa tersebut. Hasilnya adalah siswa yang
dengan menguasai spesi dan perubahan tertentu diwawancarai berjumlah 40 orang dan dapat
secara kuantitatif terdapat 35% siswa yang menyadari 10 kesalahannya. Berikut tabel hasil
mengalami miskonsepsi. Pada kategori level 2 kombinasi jawaban siswa.
Tabel 2. Hasil wawancara

Indikator Wawancara Pertanyaan Jawaban Jumlah Persentase


Apakah sebelumnya anda pernah Pernah 38 95%
Prakonsepsi belajar tentang Larutan Elektrolit dan
Tidak Pernah 2 5%
Non elektrolit?
Jenis larutan 8 20%
Subkonsep apakah yang anda anggap Perbedaan elektrolit dan non
sulit untuk dipelajari dan dipahami 6 15%
Kemampuan Siswa elektrolit
dalam belajar konsep larutan
elektrolit dan non elektrolit? Reaksi penguraian menjadi ion 5 13%
Tidak ada 21 53%
Iya 30 75%
Apakah anda menyukai pembelajaran
Lumayan 5 13%
Minat Belajar kimia, khususnya untuk materi
Tidak terlalu 4 10%
larutan elektrolit dan non elektrolit?
Tidak suka 1 3%
Sebelum belajar tentang konsep Iya 20 50%
larutan elektrolit dan non elektrolit, Tidak 15 38%
Kebiasaan Peserta Didk
apakah anda belajar terlebih dahulu
dirumah? kadang-kadang 5 13%
Bagaimana konsep larutan elektrolit Sangat Baik 10 25%
tersebut dapat dijelaskan dengan baik Baik 22 55%
oleh guru anda? Praktik langsung 8 20%
Adakah konsep larutan elektrolit
yang dijelaskan oleh guru anda tidak
Menguasai Bahan sesuai dengan buku atau pengetahuan Sesuai 40 100%
yang anda telah ketahui atau pelajari
sebelumnya?
Menurut anda apakah konsep larutan Benar 39 98%
elektrolit yang dijelaskan oleh guru
Cukup akurat 1 3%
anda, benar atau salah? mengapa?
Relasi Guru dengan Apakah anda menyukai guru anda Iya 38 95%
Peserta Didik saat menjelaskan di depan kelas? Tidak 2 5%

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 85


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

Apakah anda sering bertanya pada Kadang-kadang 9 23%


Tidak Membiarkan saat pembelajaran? Tidak terlalu 31 78%
Siswa Mengungkapkan Apakah anda pernah mengemukakan Pernah 19 48%
Gagasan Ide pendapat anda saat proses Tidak pernah 17 43%
pembelajaran berlangsung? Kadang-kadang 4 10%
Buku paket sekolah 31 78%
Buku teks kimia apakah yang anda Modul elektronik 3 8%
Jenis Buku
gunakan untuk belajar? Internet 4 10%
Tidak ada 2 5%
Apakah buku tersebut memudahkan Mempermudah 31 78%
anda mempelajari konsep larutan
Penjelasan Keliru elektrolit dan non elektrolit, atau Menyulitkan 8 20%
malah menyulitkan anda untu
Kurang suka membaca 1 3%
memahami setiap konsepnya?
Bagaimana bahasa yang digunakan Susah dimengerti 5 13%
Tingkat Penulisan
pada buku tersebut? Mudah dimengerti 35 88%
Bagaimana pendapat anda mengenai Sangat baik 38 95%
cara mengajar yang dilakukan oleh
Tidak runtut 2 5%
guru anda?
Cara Mengajar Tatap Muka 11 11 28%
Metode atau sistem pembelajaran
Virtual Online 15 15 38%
seperti apa yang anda inginkan?
Pemberian soal Latihan 14 14 35%

Berdasarkan tabel wawancara dapat paket sekolah, yang lainnya ada yang
diketahui bahwa sebanyak 95% siswa pada menggunakan internet dan modul elektronik.
umumnya sudah mendapat Prakonsepsi tentang Selain itu, terdapat 31 siswa juga yang merasa
larutan elektrolit dan non elektrolit. Namun, masih terbantu karena buku yang dibaca mampu
terdapat 8 siswa yang kesulitan dalam memahami memberikan pemahaman konseptual pada siswa,
jenis larutan, 6 siswa merasa kesulitan dalam walaupun masih ada 8 orang siswa yang masih
memahami perbedaan elektrolit dan non elektrolit, merasa kesulitan dalam memahami buku bacaan.
serta 5 siswa kesulitan dalam memahami reaksi 35 peserta didik menganggap bahwa bahasa pada
penguraian menjadi ion. Hanya terdapat 1 siswa buku yang digunakan mudah dimengerti. Sebagian
yang tidak suka dan 4 siswa yang tidak terlalu besar siswa (38 orang) merasa sudah sangat baik
menyukai pelajaran kimia khususnya materi terkait dengan cara mengajar guru kimia, dan
tentang larutan elektrolit dan non elektrolit. untuk metode pembelajaran yang diinginkan siswa
Terdapat 15 orang siswa yang tidak belajar terlebih adalah tatap muka (11 orang), virtual/online (15
dahulu di rumah dan 5 orang siswa kadang-kadang orang) dan pemberian soal latihan (14 orang).
belajar di rumah terlebih dahulu terkait dengan Hasil analisa pada tiga level pengetahuan
materi yang akan diajarkan. Pada penguasaan konseptual materi kimia larutan elektrolit dan non
bahan ajar, konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, menunjukan bahwa terdapat beberapa
elektrolit sebanyak 22 siswa mengaggap guru telah hal yang mengakibatkan siswa kelas X SMAN 1
baik sampaikan topik materi, sebanyak 10 orang Kota Tangerang Selatan mengalami miskonsepsi
yang menilai sangat baik dan 8 orang diantaranya ialah masih terdapat siswa yang belum
menginginkan praktik langsung. Ternyata, memahami terkait jenis larutan, perbedaan larutan
sebagian besar siswa (38 siswa) menyukai guru elektrolit dan non elektrolit, serta reaksi
kimia yang mengajar di kelasnya. Sebanyak 31 penguraian menjadi ion atau proses ionisasi.
orang siswa yang tidak terlalu ingin bertanya saat Pembelajaran yang disampaikan guru di masa
proses pembelajaran berlangsung, dan terdapat 17 pandemi covid19 terbatas melalui virtual online
siswa yang tidak pernah mengemukakan dan pemberian soal latihan sehingga siswa kurang
pendapatnya. Sebagian besar siswa (31 Siswa) menangkap secara mendetail terkait materi
menggunakan buku bacaan yang berasal dari buku tersebut. Selain itu, masih rendahnya minat siswa

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 86


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

dalam bertanya disaat KBM berlangsung serta elektrolit berdasarkan daya hantarnya dan lebih
sumber belajar siswa hanya dari buku paket memahami konsep kimia pada materi larutan
sekolah yang menurut sebagian siswa elektrolit dan non elektrolit.
penjelasannya menyulitkan, juga menjadi salah
satu penyebab terjadinya miskonsepsi dalam 4. Kesimpulan
dalam pembelajaran larutan elektrolit dan non Berdasarkan hasil penelitian yang telah
elektrolit. Oleh sebab itu, sebaiknya proses dilakukan, kesimpulan yang didapatkan ialah
pembelajaran perlu divariasikan pula dengan masih terdapat miskonsepsi dalam pemahaman
kegiatan praktikum maya/secara virtual mengenai konseptual siswa kelas X SMAN 1 Tangerang
larutan elektrolit dan non elektrolit, sehingga siswa Selatan, pada materi larutan elektrolit dan larutan
dapat memahami proses penguraian zat tersebut non elektrolit, yaitu sebesar 35% pada level 3, 33%
menjadi ion, memahami perbedaan larutan pada level 2 serta 28% pada level 1.

Ucapan Terima Kasih


The authors thank to the lecturers of the Misconception course in Chemistry Education Postgraduate
Programe, Yuli Rahmawati, M.Sc., Ph.D., Dr. Afrizal, M.Si., and Dr. Irwanto, M.Pd who lead us in this
research process.

Daftar Pustaka
[1] Irsanti R, Khaldun I, Hanum L. Identifikasi Mocerino M. The development of a two-
Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four- tier multiple-choice diagnostic instrument
TierDiagnostic Test pada Materi Larutan for evaluating secondary school students’
Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit di ability to describe and explain chemical
Kelas X SMA Islam Al-falah Kabupaten reactions using multiple levels of
Aceh Besar. J Ilm Mhs Pendidik Kim 2017; representation. Chem Educ Res Pract
2: 230–237. 2007; 8: 293–307.
[2] Murniningsih, Muna K, Irawati RK. [7] Hadenfeldt JC, Bernholt S, Liu X, et al.
Analysis of misconceptions by four tier Using ordered multiple-choice items to
tests in electrochemistry, case study on assess students’ understanding of the
students of the chemistry education study structure and composition of matter. J
program UIN Antasari Banjarmasin. J Chem Educ 2013; 90: 1602–1608.
Phys Conf Ser; 1440. Epub ahead of print [8] Liu X. Second International Handbook of
2020. DOI: 10.1088/1742- Science Education. Second Int Handb Sci
6596/1440/1/012008. Educ 2012; 1–1564.
[3] Departemen Pendidikan Nasional. Tes [9] Lu S, Bi H. Development of a
Diagnostik (Pedoman Pengembangan Tes measurement instrument to assess
Diagnostik Mata Pelajaran IPA students’ electrolyte conceptual
SMP/MTs). 2007; 1–23. understanding. Chem Educ Res Pract
[4] Fetherstonhaugh T, Treagust DF. Students’ 2016; 17: 1030–1040.
understanding of light and its properties: [10] Potgieter M, Davidowitz B. Preparedness
Teaching to engender conceptual change. for tertiary chemistry: Multiple
Sci Educ 1992; 76: 653–672. applications of the Chemistry Competence
[5] Cetin-Dindar A, Geban O. Development of Test for diagnostic and prediction
a three-tier test to assess high school purposes. Chem Educ Res Pract 2011; 12:
students’ understanding of acids and bases. 193–204.
Procedia - Soc Behav Sci 2011; 15: 600– [11] Chiu MH. A national survey of student’s
604. conceptions of chemistry in Taiwan. Int J
[6] Chandrasegaran AL, Treagust DF, Sci Educ 2007; 29: 421–452.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 87


DOI: https://doi.org/10.21009/JRPK.112.04

[12] Ogude AN, Bradley JD. Ionic Conduction [15] Devetak I, Vogrinc J, Glažar SA.
and Electrical Neutrality in Operating Assessing 16-year-old students’
Electrochemical Cells. J Chem Educ 1994; understanding of Aqueous solution at
71: 29–34. submicroscopic level. Res Sci Educ 2009;
[13] Shun-I, chi Murahashi TS. Descriptions 39: 157–179.
and Frameworks of Solutions and [16] Calik M. A cross-age study of different
Reactions in Solutions. Res Sci Educ 1987; perspectives in solution chemistry from
28: 2383–2386. junior to senior high school. Int J Sci Math
[14] Godwin A. Is salt melting when it dissolves Educ 2005; 3: 671–696.
in water? J Chem Educ 2002; 79: 393.

Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2021, Vol. 11, No. 2 | 88

Anda mungkin juga menyukai