Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan

Masalah utama yang dikaji dalam


penelitian ini adalah rendahnya pencapaian
hasil belajar psikomotor siswa ditinjau dari
strategi pembelajaran yang diterapkan.
Penyebab masalahnya adalah guru masih
menggunakan metode ceramah.

Penelitian ini merekomendasikan


bahwa guru kimia harus mengadopsi strategi
pembelajaran kooperatif dan intruksi
individual untuk melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran secara aktif dan
membuat mereka mengambil lebih banyak
tanggung jawab untuk pembelajaran mereka
sendiri. Teknik yang terlibat dalam
pembelajaran kooperatif meliputi: Think-
Pair-Share, Jigsaw, Jigsaw II, Reserve Jigsaw
dan Reciprocal teaching. Dalam
pembelajaran ini guru sebagai pendidik

1
mendorong siswa untuk menyaring respon
kritis dalam diskusi kelompok mengenai
kesimpulan mereka.

Jenis penelitian yang digunakan


adalah kuasi-eksperimen. Penelitian ini
dirancang dengan menggunakan rancangan
eksperimen pre-test, post-test, non equivalent
control group design dengan sampel 118
siswa SMA. Pembelajaran kooperatif dapat
memberikan keuntungan baik bagi siswa
kelompok bawah maupun siswa kelompok
atas yang bekerja bersama-sama
menyelesaikan tugas akademiknya.

Berdasarkan perbadingan secara


teoritik dan operasional, tampak bahwa
strategi pembelajaran kooperatif lebih baik
jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional dalam pencapaian hasil belajar
psikomotor siswa.

2
Analisis Jurnal
Journal of Education, Society and
Behavioural Science
“Improving Students’ Achievement in
Chemistry through Cooperative Learning
and Individualized Instruction”
Gabriel, et al., Vol. 26, No.2 2018

1. Permasalahan
Pada pelajaran Kimia di Sekolah
Menengah Atas (SMA) diajarkan dengan
berbagai metode. Namun, berdasarkan
penelitian oleh pemerintah daerah Awka
bahwa sebagian besar metode pelajaran yang
digunakan sering mengabaikan interaksi
antar siswa dan antar siswa dengan guru.
Menurut pandangan. Selama proses
pembelajaran berlangsung guru bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa siswa

3
memiliki interaksi yang sesuai dengan materi
dan siswa berinteraksi dengan guru, tetapi
relatif sedikit waktu yang dihabiskan untuk
siswa memiliki makna dan interaksi yang
sesuai satu sama lain. Interaksi antar pribadi
diperlukan untuk berfungsinya sistem
sekolah. Kognitif dan pengembangan sosial
juga berdampak pada kualitas hubungan
teman sebaya serta prestasi mereka, yang
tentunya bisa mengarah pada pencapaian
yang rendah dalam bidang kimia. Metode
pembelajaran yang kurang inovatif
menyebabkan pada rendahnya prestasi
belajar siswa, utamanya pada bidang kimia.
Skor mentah prestasi siswa masih dalam
kategori buruk, dimana ujiannya tidak
pernah melebihi rata-rata. Ini ditunjukkan
berdasarkan laporan penguji oleh Kepala
WAEC, sebagai berikut.

4
Prestasi siswa yang buruk di bidang kimia
yang tercatat dalam Laporan Kepala Penguji
WAEC sering dikaitkan dengan metode
pengajaran yang digunakan. Karena itu perlu
untuk mengadopsi sebuah metode
pengajaran yang dapat memfasilitasi
interaksi antar siswa, antar siswa dengan
guru dan sumber daya instruksional.

2. Metode
2.1 Populasi dan sampel
Desain yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuasi-eksperimentak. Secara
khusus, desain posttest pretest kelas
kelompok kontrol yang tidak setara

5
digunakan. Berikut desain penelitian yang
digunakan, yaitu.

Tabel 2. Desain penelitian

Keterangan:
E1 = Kelas eksperimen I
E2 = Kelas eksperimen II
C = Kelas control
O1 = Pre-test
O2 = Post-test
X1 = Percobaan 1 (metode kooperative)
X2 = Percobaan II (metode individu)
~X = Metode konvensional
Populasi siswa terdiri dari 840 pria dan
1225 perempuan. Sampel diambil
menggunakan multi teknik pengambilan
sampel tahap.

6
2.2 Instrumen Pengumpulan Data
Chemistry Achievement Test (CAT)
dikembangkan oleh peneliti sebagai
instrument untuk belajar. Item CAT dalam
tes prestasi dibuat berdasarkan topic yang
digunakan dalam rencana pembelajaran.
Pertanyaan dibuat menggunakan tabel
spesifikasi validasi kontesn. Tes terdiri dari
20 item tes objektif yang harus dijawab
dalam waktu 50 menit. Instrumen divalidasi
oleh dosen Departemen Pendidikan Sains di
Universitas Nnamdi Azikiwe. Mereka
diminta untuk memvalidasi teknik
pengajaran, isi pelajaran yang sejalan
dengan pertanyaan dan hipotesis. Validasi
mengharuskan untuk mempertahankan,
menghapus, atau memodifikasi item dalam
CAT berdasarkan pada kejelasan kalimat,
pertanyaan dan item sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Metode ini sesuai untuk tes

7
objektif item yang dinilai dengan
diktominya tingkat kesulitan yang
heterogen. Instrumen diberikan pada 40
siswa bidang kimia SMA Onitsha, Jakarta
dan skor diuji menggunakan rumus berikut.
K d 2− X́ ( K − X́ )
r=
d 2 ( K −1 )
Keterangan:
K = nomer item
X́ = skor rata-rata
d = standar deviasi
Indeks reliabilitas yang diperoleh adalah
0,92.
2.3 Prosedur eksperimen, pengumpulan data,
dan analisis
Tiga kelompok dalam penelitian ini
diajarkan isi pelajaran sebagaimana
tercantum dalam rencana pembelajaran.
Kelompok eksperimen (E1) diajarkan dengan
menggunakan metode kooperatif, kelompok

8
dua (E2) dengan metode individual, dan
kelompok tiga dengan menggunakan metode
konvensional. Kelompok eksperimen 1:
kelompok eksperimen dibagi menjadi empat
kelompok seperti yang digunakan dalam
pendekatan Think Pair Share (TPS).
Kelompok eksperimen 2: siswa akan belajar
sendiri seperti yang dipersyaratkan oleh
Self-Directed Instruksi Individual.
Kelompok control: kelompok control akan
sama menggunakan metode konvensional.
Instrument CAT diberikan sebagai
pretest sebelum perlakuan tanpa umpan
balik pada kinerja mereka. setelah itu, CAT
ini akan kembali diberikan sebagai posttest
dengan reshuffle item. Skor itu kemudian
dikumpulkan untuk analisis. Percobaan
berlangsung selama 8 minggu dengan
pelajaran, setiap minggu akan berlangsung
periode ganda. Hipotesis nol diuji

9
signifikansi menggunakan analisis
multivariate kovarians (MANCOVA) untuk
menghapus perbedaan kelompok awal di
kalangan mahasiswa. Aturan pengambilan
keputusan adalah menolak hipotesis null
ketika P nilai kurang dari 0,05, jika tidak
menolak hipotesis nol.
3. Hasil dan pembahasan
3.1 Hasil
Hipotesis 1 : “tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam rata-rata prestasi siswa
yang diajarkan menggunakan instruksi
individual dengan metode konvensional.
Hasil analisis menunjukkan tingkat
signifikansi 0,05, dengan hasil p¿0,05,
jipotesis null1 ditolak. Dengan demikian,
tidak ada perbedaan yang dignifikan dalam
nilai prestasi rata-rata siswa dalam pelajaran
kimia menggunakan metode kooperatif.
Berdasarkan uji Scheffe Post Hoc
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

10
signifikan dalam rata-rata nilai prestasi
siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif dan metode konvensional. Hal ini
menunjukkan dari 3 metode yang diujikan,
pembelajaran kooperatif terbukti paling
efektif.”
Hipotesis 2: “tidak ada perbedaan yang
signifikan antara nilai prestasi rata-rata
siswa laki-laki dan perempuan. Dengan
pvalue¿0,05, hipotesis nol dua ditolak.”
Hipotesis 3: “tidak ada yang signifikan
antara metode pengajaran dan jenis kelamin
terhadap prestasi kimia siswa. Tidak ada
interaksi yang signifikan dari metode
pengajaran dan jenis kelamin terhadap
prestasi siswa dalam kimia, P> 0,05. Batal
hipotesis tiga ditolak. Oleh karena itu,
tidak ada interaksi yang signifikan dari
metode pengajaran dan jenis kelamin
terhadap prestasi siswa di kimia. Ini berarti

11
bahwa nilai prestasi siswa relatif terhadap
metode pengajaran tidak dipengaruhi oleh
jenis kelamin.”

3.2 Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif secara signifikan
meningkatkan prestasi kimia siswa.
Pembelajaran kooperatif juga lebih efektif
daripada pembelajaran secara individual.
Peningkatan prestasi Kimia siswa melalui
penggunaan pembelajaran kooperatif
mampu meningkatkan pengembangan
pribadi, sosial dan intelektual, pencapaian
akademik dan tanggapan positif antar siswa.
Minat belajar juga dapat meningkat pada
pembelajaran kimia. Siswa dalam belajar
kooperatif juga dapat merancang pendekatan
yang berbeda untuk mengatasi satu masalah.
Siswa mulai mampu mengevaluasi

12
pembelajaran secara mandiri. Sehingga
dapat dikatakan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif mengungguli
mereka diajarkan menggunakan metode
belajar konvensional.
Perbedaan prestasi siswa yang diajarkan
menggunakan metode instruksi individual
dan metode konvensional dapat dikaitkan
dengan fakta bahwa siswa belajar dengan
kecepatan mereka sendiri, mengambil waktu
mereka untuk memahami materi yang sulit,
mengajukan pertanyaan, dan membuat
penyelidikan. Faktor lain yang dapat
menjelaskan efek positif dari intruksi
individual yaitu strategi ini mampu
membantu siswa lebih baik dalam belajar
dan membantu mereka dalam hal mengingat
informasi.
4. Kelemahan dan Kelebihan
4.1 Kelebihan

13
Isi dari jurnal ini sangat baik, dimana
dalam jurnal ini membahas pengembangan,
implementasi, dan penerapan pembelajaran
kooperatif sebagai program pembelajaran
yang cocok dengan kerangka paradigma
baru pedidikan, yang ditandai dengan fitur
sebagai berikut : pendidikan dapat diakses
dimana saja, pendidikan sepanjang hidup,
pelatihan pada pekerjaan.
Dalam jurnal ini juga telah dijelaskan
dan dipaparkan dengan jelas tentang
pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran secara konvensional, instruksi
individual, serta kooperatif. Sehingga kita
dapat memutuskan untuk menggunakan
model pembelajaran yang cocok guna
meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.2 Kekurangan
Meskipun isi jurnal ini sudah sangat
baik, namun jurnal ini juga memiliki

14
beberapa kelemahan ataupun kekurangan,
adapun kekurangan-kekurangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penulisan kata-kata yang susah untuk
dipahami dan banyak kata-kata yang
diulang.
2. Penulis kurang lengkap dalam
menyimpulkan keseluruhan isi dari
penelitian yang dilakukan.

15

Anda mungkin juga menyukai