Anda di halaman 1dari 12

Gelombang Optik

“Penerapan Sinar-X pada Film Rontgen


(Radiografi)”

Oleh :
NAMA : DESSY GITA ISLAMYAH

NIM : 1513021050

KELAS : VI B

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
“Penerapan Sinar-X pada Film Rontgen (Radiografi)”

1.1 Prinsip Kerja Sinar-X


Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya
terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen
dihubungkan ke transformator filamen. Transformator filamen ini akan
memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya pemanasan pada
filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission, dimana
elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga
terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron.
Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi
10 kV-150 kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan
terjadi garis-garis gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung
dari besarnya arus yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya
magnet ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada
kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari setiap perubahan fluks
pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi
yang akan disuplai ke elektroda tabung Roentgen.
Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik
menuju anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka
akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian
disebut arus tabung. Pada saat yang bersamaan, elektron-elektron yang ditarik
ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron
tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa breamstrahlung dan apabila
menabraknya dielektron di kulit K, disebut K karakteristik. Akibat tabrakan
ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak tersebut
terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain. Perpindahan
elektron ini akan menghasilkan suatu gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya berbedabeda. Gelombang elektromagnetik dengan

1
panjang gelombang 0,1 – 1 A° inilah yang kemudian disebut sinar X atau
sinar Roentgen .

Gambar 1. Blok Diagram Sinar-X


1.2 Interaksi Sinar-X dengan Bahan
Pada saat foton mengenai suatu bahan maka akan terjadi interaksi
yang mengakibatkan penyerapan atau penghamburan foton. Proses
penyerapan dan penghamburan akan berpengaruh pada pelemahan atau
attenuasi dari foton tersebut yang disebabkan oleh kerapatan, ketebalan dan
nomor atom bahan yang dilalui. Apabila radiasi elektromagnetik masuk ke
dalam bahan , maka sebagian dari radiasi tersebut akan terserap oleh bahan.
Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah memasuki bahan penyerap lebih
kecil dibandingkan intensitas semula.
Proses pelemahan radiasi elektromagnetik baik sinar-X maupun sinar gamma
dalam suatu bahan , maka akan terjadi pengurangan intensitas memenuhi
persamaan :

…………………………(1)
Dimana intensitas radiasi elektromagnetik setelah melalui bahan (I),
intensitas radiasi elektromagnetik sebelum melalui bahan (Io), koefisien
serapan bahan bahan (µ) dan ketebalan bahan (x).
1.2.1 Efek Fotolistrik
Pada penyinaran, energi radiasi akan diserap seluruhnya. Energi yang
diserap itu dipergunakan untuk mengeluarkan elektron dari ikatan inti atom.
Elektron yang terlepas itu disebut fotoelektron. Proses pengeluaran elektron
2
ini terjadi pada penyinaran dengan energi foton yang rendah berkisar antara
0,01 MeV hingga 0,5 MeV.

Gambar 2. Efek Fotolistrik


Radiasi elektromagnetik dengan energi fotonnya kecil akan berinteraksi
dengan elektron-elektron yang berada di orbit luar atom. Semakin besar
energi foton maka elektron-elektron yang berada pada orbit lebih dalam akan
dilepaskan. Efek fotolistrik ini umumnya banyak terjadi pada materi dengan
nomor atom yang besar, seperti pada tembaga (Z=29) atau timah hitam
(Z=82).
E=W 0 + Ek ………………………(2)
Ek =E−W 0 ……………..………(3)
Ek =hf −hf 0 ………………...……(4)
c
Ek =h −hf 0 ………………...……(5)
λ
Energi foton datang (hf) sebagian besar berpindah ke elektron
fotolistrik dalam bentuk energi kinetik elektron. Dimana energi kinetik (Ek),
konstanta Planck (h) = 6,63 x 10⁻³⁴ J.s, energi ambang (W₀).
1.2.2 Efek Compton
Energi radiasi hanya sebagian saja diserap untuk mengeluarkan
elektron dari atom (fotoelektron) sedangkan sisa energi akan terpancar
sebagai hamburan radiasi dengan energi yang lebih rendah daripada energi
semula. Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti atom dan bergerak dengan
energi kinetik disertai foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan
foton datang. Foton lain itu disebut foton hamburan dengan energi hf dan
terhambur dengan sudut θ terhadap arah foton datang. Efek Compton terjadi

3
pada elektron-elektron bebas atau terikat secara lemah pada penyinaran
dengan energi radiasi yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 200-1.000 KeV.

Gambar 3. Efek Compton


Dalam hamburan Compton, energi foton datang yang diserap atom
diubah menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan yang berenergi
lebih rendah. Elektron selanjutnya akan kehilangan energinya melalui proses
ionisasi atom bahan. Perubahan panjang gelombang foton dari λ foton primer
menjadi λ' foton hamburan adalah :
Δ λ=λ ' −λ ………………………(6)
¿ λc (1−cosϕ) ……………..………(7)
h
¿ (1−cosϕ) ……………………(8)
m0 c
Dimana konstanta Planck (h) = 6,63 x 10⁻³⁴ J.s, massa diam elektron (m₀) =
0,000549 sma, kecepatan cahaya (c) = 3 x 10⁸ m/s dan sudut hamburan (θ).
1.3 Proses Terjadinya Radiografi
Bayangan laten yang terbentuk pada film Roentgen (radiografi)
dihasilkan oleh berkas sinar-X sesudah menembus objek mengenai film atau
berasal dari berkas cahaya tampak yang dihasilkan pada proses emisi cahaya
dari interaksi radiasi sinar-X dengan lembar penguat.
Berkas radiasi sinar-X yang mengenai objek sebagian diserap oleh
objek dan sisanya diteruskan (menembus objek). Berkas cahaya yang
diteruskan tersebut mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan objek.
Berkas cahaya sinar-X yang menembus objek akan diserap oleh lembar
penguat dan dipancarkan kembali dalam bentuk cahaya tampak. Berkas
4
cahaya tampak tersebut selanjutnya mengenai emulsi film sehingga terbentuk
bayangan laten.
1.4 Lembar Penguat
1.4.1 Pengertian Lembar Penguat
Lembar penguat merupakan alat yang terbuat dari kardus berlapis
fosfor. Diletakkan dalam kaset berhadapan langsung dengan film. Lembar
penguat berfungsi mengubah sinar-X menjadi cahaya tampak dan cahaya
tampak tersebut akan berinteraksi dengan film sehingga membentuk
bayangan laten. Bila memakai film emulsi tunggal, digunakan sebuah lembar
penguat yang berhadapan dengan sisi emulsi film, sedangkan pada film
emulsi ganda digunakan dua buah lembar penguat yang masing-masing
berhadapan dengan kedua permukaan film.
1.4.2 Prinsip Kerja Lembar Penguat
Foton sinar-X yang mengenai kristal fosfor, dapat menghasilkan
beribu foton cahaya yang diemisikan kristal fosfor. Proses perubahan sinar-X
menjadi cahaya tampak oleh screen disebut dengan luminisensi (perpendaran
cahaya). Energi radiasi diserap (penyerapan fotolistrik oleh atom-atom dari
material fosfor). Ada dua jenis luminisensi :
a. Fosforisensi, yaitu cahaya yang dipancarkan setelah terjadinya
penyerapan energi dari radiasi gelombang pendek (sinar-X), pemancaran
akan diteruskan walaupun radiasi gelombang pendek sudah berhenti
menyinarinya. Istilah ini disebut after glow. Waktu terjadinya
pencahayaan lebih besar dari 10-8 detik.
b. Fluoresensi, yaitu cahaya yang dipancarkan setelah terjadi penyerapan
energi dari radiasi gelombang pendek, cahaya dipancarkan hanya selama
adanya radiasi gelombang pendek tersebut. Waktu terjadinnya
pencahayaan kurang dari 10⁻⁸ detik.

5
X-ray

Gambar 4. Proses Terjadinya Fluoresensi


Ketika sinar-X mengenai butiran fosfor akan memancarkan cahaya,
kerapatan lapisan fosfor juga terdapat celah antar butiran fosfor lainnya
sehingga radiasi akan melewati celah tersebut yang juga akan memendarkan
cahaya pada lapisan lembar penguat berikutnya. Elektron yang terlepas
meninggalkan pita valensi menuju pita konduksi. Pada posisi ini elektron
memasuki energi yang lebih tinggi. Material fosfor yang tidak murni
menghasilkan luminisensi yang cenderung memiliki kekuatan menarik
elektron kembali ke pita valensi. Karena energinya cukup tinggi maka terjadi
lompatan elektron dari energi tinggi ke daerah energi rendah. Pada saat
terjadi lompatan energi terebut terjadilah pelepasan energi foton cahaya,
sebagai bentuk pencahayaan fluoresensi.
1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Lembar Penguat
a. Komposisi Fosfor
Komposisi yang diproduksi dengan baik tentu akan menghasilkan
efisiensi pencahayaan yang baik pula. Pemakaian jenis fosfor yang
berbeda pada lembar penguat akan mempengaruhi kecepatannya.
b. Ketebalan Lapisan Fosfor
Lapisan fosfor lebih tebal akan menghasilkan lembar penguat lebih cepat
karena menyerap banyak foton sinar-X dari pada lapisan tipis, tetapi
lapisan tebal akan menyebabkan pengurangan ketajaman gambar yang
tercatat pada film.

6
c. Ukuran Kristal Fosfor
Semakin besar ukuran kristal fosfor, semakin besar pula penyerapan
yang terjadi maka semakin banyak cahaya yang dipancarkan setiap
adanya interaksi dengan energi gelombang sinar-X, semakin besar pula
kecepatan pada lembar penguat. Lembar penguat kecepatan tinggi
ukuran kristalnya ± 8 mikro sedangkan kecepatan rendah ukuran
kristalnya ± 4 mikro.
d. Adanya Lapisan Pemantul / Penyerap
Lapisan pemantul berfungsi memantulkan cahaya kembali ke arah
permukaan lembar penguat untuk membantu proses pembentukan
gambar sehingga menambah kecepatan tetapi mengurangi resolusi
gambar. Lapisan penyerap memiliki sifat yang berlawanan dengan
lapisan pemantul. Berfungsi mengontrol penyebaran cahaya, menyerap
cahaya hamburan sehingga dapat menigkatkan ketajaman gambar.
e. Pemilihan Nilai Tegangan Tabung
Tegangan tabung merupakan beda potensial antara katoda dan anoda di
dalam tabung yang diperlukan untuk memindahkan satuan muatan yaitu
untuk menerik elektron dari filament ke permukaan target anoda.
Menggunakan nilai tegangan tabung tinggi (kV) maka faktor penguatnya
akan naik sehingga lembar penguat memperoleh penguatan yang
maksimum.
1.4.4 Kecepatan Lembar Penguat
Kecepatan lembar penguat adalah kemampuan lembar penguat dalam
mengubah energi sinar-X menjadi cahaya tampak pada eksposi yang
diperlukan untuk menghasilkan densitas pada radiografi. Jenis lembar
penguat menurut kecepatannya dibagi menjadi tiga :
a. Kecepatan Tinggi
Mempunyai butiran-butiran fosfor yang lebih besar sehingga gambaran
yang dihasilkan memiliki detail yang rendah tetapi hanya membutuhkan
sedikit nilai eksposi yang dapat menghitamkan film. Jadi dapat

7
mengurangi dosis radiasi pada pasien dan ini bisa digunakan pada
pemeriksaan pelvis, kepala dan abdomen.
b. Kecepatan Sedang
Jenis lembar penguat ini memiliki butiran fosfor yang sedang sehingga
memberikan perbandingan yang baik antara kecepatan dan detail yang
sedang.
c. Kecepatan Rendah
Lembar penguat dengan kecepatan rendah terdiri dari butiran butiran
fosfor yang kecil sehingga dapat menghasilkan gambaran detail yang
tinggi, tetapi untuk menghasilkan kehitaman tertentu yang dihasilkan
lembar penguat kecepatan tinggi membutuhkan sedikit eksposi maka
dengan menggunakan kecepatan rendah membutuhkan banyak eksposi.
Dosis radiasi tidak terlalu dipertimbangkan serta bagian tubuh yang
diperiksa, misalnya pemeriksaan ekstremitas.
1.4.5 Jenis-Jenis Bahan Lembar Penguat
Tidak semua fosfor berluminisensi menghasilkan warna yang sama.
Hal ini penting menyangkut aplikasi dalam radiografi. Ada fosfor
yang digunakan dalam bentuk murninya dan ada beberapa fosfor yang
membutuhkan pengaktif untuk berluminisensi. Syarat utama bahan
dasar lembar penguat mempunyai spesifikasi koefisien serap yang
tinggi, biasanya bahan dengan nomor atom yang tinggi dan
mempunyai after glow yang singkat.
a. Calsium Tungsten
Calsium tungsten dapat berluminisensi tanpa pengaktif. Memancarkan
cahaya ultraviolet bila terkena radiasi gelombang pendek. Maksimum
fluoresensi sekitar 420 nm. Namun jenis fosfor ini sudah jarang
digunakan lagi karena efisiensi mengubah sinar-X ke cahaya hanya
berkisar 5% jika dibandingkan dari fosfor jenis rare earth sekitar 15%.
b. Barium Fluorochloride

8
Jika dibandingkan dengan calcium tungsten maka barium fluorochloride
mengabsorbsi sinar-X lebih banyak atau dengan kata lain koefisien
absorbsinya lebih tinggi, selain itu barium fluorochloride lebih efisien
dalam mengkonversikan sinar-X menjadi cahaya. Diaktifkan dengan
europium. Sinar yang dihasilkan ultraviolet dan biru dengan panjang
gelombang sampai 380 nm.
c. Rare Earth
Materi fosfor yang secara alamiah jumlahnya sangat terbatas. Rare earth
merupakan material fosfor efisiensi yang tinggi dalam menyerap berkas
sinar-X menjadi cahaya tampak sehingga banyak dipakai sebagai bahan
baku lembar penguat radiografi. Pencahayaannya menghasilkan empat
kali lebih besar dari bahan lembar penguat calsium tungsten. Fosfor rare
earth dibagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Gadolinium oxysulphide, diaktifkan oleh terbium.
2. Lantanum oxysulphide, diaktifkan oleh terbium.
3. Ytrium oxybromide, diaktifkan oleh telerium.
Lanthanum oxysulphide, lanthanum oxysulphide, dan ytrium
soxybromide dengan pengaktif terbium dan telerium akan mengemisikan
sinar warna hijau dengan panjang gelombang antara 625-550 nm.
1.4.6 Struktur Lembar Penguat

Gambar 5. Struktur Lembar Penguat


Lapisan penguat memiliki struktur yang tersusun atas beberapa
lapisan secara berturut - turut sebagai berikut.
a. Lapisan Supercoat
9
Lapisan supercoat terbuat dari bahan selulosa asetat yang tipis dan
kuat, tebalnya sekitar 5-10 µm. Fungsinya untuk melindungi seluruh
permukaan lapisan bahan fluoresensi, serta tahan terhadap goresan.
b. Lapisan Phosphor Layer
Lapisan ini mengandung kristal bahan fluoresensi yang diikat oleh
suatu bahan tebalnya sekitar 100-200 µm. Bahan fluoresensi yang
dapat digunakan adalah kalsium tungsten, barium lead sulfat atau
rare earth.
c. Lapisan Substratum
Digunakan untuk menempelkan lapisan fosfor dengan lapisan dasar.
Lapisan ini dibuat setipis mungkin untuk menghasilkan perlekatan
yang cukup antara kedua lapisan. Tebalnya sekitar 10-20 µm. Ada 2
jenis lapisan substratum yaitu lapisan reflektive dan lapisan
absorptive. Lapisan reflektif berfungsi untuk memantulkan kembali
cahaya menuju ke film. Sedangkan bila menggunakan lapisan
absorptive cahaya akan diserap oleh zat warna pada lapisan ini.
d. Lapisan Base
Lapisan dasar yang berfungsi sebagai penyokong untuk lapisan lain.
Terbuat dari polyester, cardboard dan plastik. Tebalnya sekitar 200-
400 µm. Sifatnya tidak mempengaruhi bahan fluoresensi, tidak
berkerut dan tembus sinar-X.
1.4.7 Pengaruh Lembar Penguat Terhadap Radiografi dan Tegangan
Tabung
Lembar penguat dapat mempercepat proses terjadinya energi sinarX
menjadi cahaya tampak, karena foton sinar-X dapat menghasilkan 80-90
foton cahaya, perubahan ini mempercepat proses penyinaran film, sekitar
95% kepadatan gambar akan terbentuk dari foton cahaya yang dikeluarkan
oleh lembar penguat, karena lebih banyak cahaya yang dikeluarkan dari
lembar penguat. Alasan menggunakan lembar penguat untuk penyinaran
radiografi adalah mengurangi dosis pasien.
10
Dalam nilai kecepatan lembar penguat yang bervariasi akan
berpengaruh terhadap kontras radiografi yang memungkinkan waktu eksposi
singkat sehingga mengurangi artefak akibat pergerakan objek, selain itu dapat
menghemat dan mengurangi beban kerja terhadap tabung pesawat sinar-X.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, M., 2000, ”Dasar-dasar Proteksi Radiasi”, Cetakan Pertama, Jakarta,
PT. Rineka Cipta
BAPETEN. 2010. “Media Edukasi Pasien Sinar-X”. Dalam
http://idrl.bapeten.go.id/assets/upload/leaflet_edukasi_pasien_sinarX.pdf.
Diakses pada tanggal 6 Mei 2018
Suyatno,Ferry. 2008. “Aplikasi radiasi Sinar-X di Bidang Kedokteran untuk
menunjang Kesehatan Masyarakat”. Dalam
http://kbs.jogjakota.go.id/upload/53_FerrySuyatno503-509.pdf .
Diakses tanggal 6 Mei 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai