APA Citation: Damayanti, Pipit., Hindriana, A.F., & Abidin, Zaenal. (2022). Penerapan Model
Pembelajaran SM2CL untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Motivasi Belajar Siswa pada Materi Ekosistem. Quagga: Jurnal Pendidikan dan
Biologi, 14(1), 9-15. doi: 10.25134/quagga.v14i1.4821.
Abstrak: Pembelajaran biologi di kelas masih terfokus pada tekstual dan masih belum mengoptimalkan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan berpikir kritis dan motivasi belajar dengan menerapkan model
pembelajaran SM2CL pada materi ekosisitem di MA Khas Kempek. Metode penelitian yang digunakan
yaitu quasi experiment. Teknik sampling yang dipilih dalam penelitian ini adalah eknik purposive
sampling. Sampel yang dijadikan sebagai subjek penelitian sebanyak dua kelas, yaitu X IPA 5 sebagai
kelas eksperimen dan kelas X IPA 6 sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 52 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan penerapan model pembelajaran SM2CL terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-
langkahnya, Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada skor pretest 53,17 menjadi
skor posttest 79,97. Terdapat peningkatan motivasi belajar pada siswa yang diimplementasikan SM2CL
pada materi ekosistem pada kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol dengan rata-rata nilai
motivasi belajar kelas eksperimen 85,30% sebesar sedangkan rata-rata nilai motivasi belajar kelas
kontrol sebesar 76,20%. Respon positif siswa terhadap pembelajaran model SM2CL sebesar 54%
dengan kriteria sangat kuat. Penerapan model SM2CL dapat meningkatan keterampilan berpikir kritis
dan motivasi belajar siswa pada materi ekosistem di MA Khas Kempek.
Kata kunci: Synectics Mind Maps Cooperative Learning; Keterampilan Berpikir Kritis; Motivasi
Belajar
Abstract : Biology learning in the classroom is still focused on textual and still has not optimized
learning models that can improve critical thinking skills. This study aims to determine the improvement
of critical thinking and learning motivation by applying the SM2CL learning model to the ecosystem
material at Kempek Khas MA. The research method used is quasi-experimental. The sampling
technique used in this research is purposive sampling technique. The samples used as research subjects
were two classes, namely X IPA 5 as the experimental class and class X IPA 6 as the control class which
consisted of 52 students. The results showed that the implementation of the SM2CL learning model was
carried out well according to the steps. There was an increase in students' critical thinking skills from
the pretest score of 53.17 to the posttest score of 79.97. There is an increase in learning motivation in
students who implemented SM2CL on ecosystem materials experimental class better than the control
class with an average value of 85.30% learning motivation experimental class while the average value
of learning motivation in the control class is 76.20%. The positive response of students to learning the
SM2CL model is 54% with very strong criteria. The application of the SM2CL model can improve
students' critical thinking skills and learning motivation on ecosystem materials at the Kempek Khas
MA.
Keywords: Synectics Mind Maps Cooperative Learning; Critical Thinking Skill; Learning Motivation.
9
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
10
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
11
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
Rata-rata pretest kelas kontrol sebesar 51,60 kelas eksperimen dapat dilihat dari indikator
sedangkan rata-rata pretest kelas eksperimen keterampilan berpikir kritis. Setiap indikator
sebesar 53,17. Selisih pretest antara kelas mengalami peningkatan dalam setiap
kontrol dan kelas eksperimen sebesar 1,75. pertemuannya baik itu kelas eksperimen
Adanya selisih perbedaan tersebut menunjukkan maupun kelas kontrol, posttest yang dilakukan
kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
kemampuan awal yang tidak jauh berbeda. menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan
Perbedaan nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih
berpikir kritis siswa antara kelas kontrol dan besar dari pada kelas kontrol
100 86 86 87 88 88
80 71 68 69 72 70
55
60 50 53 49 51 50 53 51 53 51
40 Eksperimen
Kontrol
20
0
KBK KBK KBK KBK KBK KBK KBK KBK KBK KBK
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Pretest Postest
Gambar 2. Grafik Nilai Rata-Rata Pretest-Postest setiap Indikator KBK pada Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil pretest yang paling penjelasan yang telah disampaikan oleh teman
tinggi yaitu pada indikator Mengidentifikasi sekelompok sehingga saat siswa mengerjakan
elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, postest, indikator mengklarifikasi dan
khususnya alasan-alasan dan kesimpulan- menginterpretasi pernyataan- pernyataan dan
kesimpulan dengan perolehan nilainya sebesar gagasan-gagasan siswa rendah. Saat siswa
55 terdapat di kelas eksperimen. Sedangkan nilai belum bisa untuk mengevaluasi maka siswa
pretest yang paling rendah terdapat pada kurang mampu untuk mengambil keputusan
indikator mengklarifikasi dan menginterpretasi yang baik dan benar. Hal ini sejalan dengan
pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan penelitian Abed, Davoudi, & Hoseinzadeh
dengan perolehan nilainya 51 pada kelas (2015) pola synectics menyebabkan
eksperimen. peningkatantingkat berpikir kritis dan
Berdasarkan grafik nilai rata-rata pretest- dimensinya (evaluasi, deduksi, analisis,
postest kelas kontrol dan kelas eksperimen penalaran deduktifdan penalaran induktif) pada
untuk setiap indikator KBK gambar 4.2 terlihat siswa. Penelitian lain yang mendukung mind
bahwa nilai rata-rata postest kelas kontrol dan map berdasakan penelitian Günay (2013)
kelas eksperimen mengalami peningkatan. Hal penggunaan peta pikiran dikurikulum sains
ini dapat disebabkan pada proses pembelajaran berkontribusi pada peningkatan prestasi dan
kemampuan siswa dalam mengevaluasi masih pemahaman siswadari sebuah subjek dan
kurang atau saat proses pembelajaran guru membangun hubungan antara konsep dan
kurang memunculkan indikator evaluasi. merangsang pembelajaran aktif. Penyusunan
Penyebab lainnya yaitu pada saat diskusi siswa peta pikiran dan peta konsep yang berkaitan
kurang memperhatikan pendapat dari orang lain dengan ilmu pengetahuan dan teknologi mata
sehingga belum bisa menilai kualitas argumen pelajaran akan meningkatkan dan memfasilitasi
seseorang baik atau tidak, argumen tersebut pembelajaran siswa dengan memungkinkan
logis atau tidak, disertai dengan referensi atau mereka untuk menghubungkan banyak mata
tidak atau bahkan saat diskusi siswa pelajaran dan konsep. Dengan menggunakan
menunjukkan sikap tidak peduli terhadap metode pembelajaran mind mapping lebih
12
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
berpengaruh dibandingkan dengan siswa yang Independent sample test. Hasil Uji Beda N-
dibelajarkan dengan menggunakan metode Gain dijelaskan dalam tabel 2 berikut.
pembelajaran konvensional (Simamora et al., Tabel 2. Hasil Uji Beda N-Gain
2020).
Data Uji beda Sig. Ket.
Salah satu strategi pemetaan pikiran
N- Independent Berbeda
kritis melibatkan penggabungan citra, penataan 0,000
Gain sample test signifikan
visual-spasial dan warna dalam proses belajar
mengajar. Kegiatan ini lebih meningkatkan
proses retensi dan mengingat di otak pada Tabel 2. menunjukkan hasil uji beda
kelompok mind map dibandingkan dengan dari data N-Gain secara umum. Nilai signifikasi
kelompok metode ceramah konvensi (Ogunleye N-Gain berdasarkan hasil Independent sample
& Ojekwu, 2020). test sebesar 0,000 yang berarti bahwa Ho ditolak
Berdasarkan hasil Uji Prasyarat data N- dan Ha diterima. Berdasarkan data tersebut
Gain yang menunjukkan bahwa data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
berdistribusi Normal, maka uji beda yang peningkatan Keterampilan berpikir kritis siswa
dilakukan pada data N-Gain adalah yang signifikan.
Nilai signifikansi untuk pilla’s Trace, berpikir kritis siswa pada mata pelajaran biologi
Wilks’ Lamda, Hotelling Trace’s, dan Roy’s materi sistem gerak di MA Madani Alauddin
Largest Roots adalah 0,000. Sehingga dapat Pao-pao. Kategorisasi terdiri atas kategori
disimpulkan bahwa nilai signifikansi (.sig) < rendah, sedang dan tinggi.
0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yaitu 𝐻0 ditolak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sehingga kesimpulan yang didapat dari uji sebelumnya bahwa penerapan model SM2CL
multivariate adalah “Penerapan Model dapat meningkatan hasil belajar dan motivasi
Pembelajaran Synectics Mind Maps Cooperative belajar siswa memberikan pengarahan bahwa
Learning (SM2CL) dapat Meningkatkan model pembelajaran SM2CL memberikan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Motivasi dampak yang lebih baik dalam pembelajaran
Belajar Siswa pada Materi Ekosistem”. biologi, terutama pada hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Faktor yang menyebabkan nilai postest
Taufik et al. (2018) menunjukkan bahwa hasil kelas yang tidak merepakan SM2CL lebih
tes data statistik deskriptif yang diperoleh rendah karena pembelajaran yang dilakukan
dimasukkan pada kategorisasi yang telah tidak menuntut siswa untuk membaca terlebih
ditetapkan, maka akan didapatkan frekuensi dan dahulu sebelum pembelajaran dilakukan.
persentase untuk skala sikap berpikir kritis siswa Dengan membaca siswa akan memiliki
kelas XI IPA MIA1 sebagai kelas eksperimen wawasan terlebih dahulu, dan dapat dengan
setelah diterapkanya model pembelajaran mudah memahami konsep. Berpikir kritis siswa
SM2CL untuk menguatkan hasil tes kemampuan juga dapat dilihat pada argumen siswa di mana
13
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
alasan mereka tidak tepat, memberikan asumsi pada indikator 1 sedangakan pada kelas kontrol
yang kurang logis, dan evaluasi tanpa indikator tertinggi terdapat pada indikator 5 dan
memberikan berdasarkan fakta Taufik et al. yang terendah terdapat pada indikator 1, untuk
(2018). Hal ini menunjukkan bahwa metode kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama
pembelajaran atau model pembelajaran yang kurang dalam motivasi instrisik khususnya pada
digunakan kurang mampu mengembangkan indikator 1 yaitu adanya hasrat dan keinginan
keterampilan berpikir kritis. Sedangkan dalam untuk berhasil didapatkan presentase rata-rata
konsep dasar kursus sains, siswa diharapkan sebesar 73,08 pada kelas kontrol sedangkan
untuk memberdayakan keterampilan berpikir pada kelas eksperimen didapatkan hasil yang
mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih tinggi sebesar 83,08, bila dilihat setiap
yang diharapkan. pertanyaan-pertanyaan pada indikator adanya
Angket motivasi belajar siswa yang hasrat dan keinginann untuk berhasil
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan diantaranya siswa lebih tertarik dengan
kelas kontrol terdiri dari 25 butir pertanyaan. pembelajaran menggunakan model SM2CL
Perbedaan motivasi belajar siswa antara kelas dibandingkan dengan pembelajaran
eksperimen dan kelas kontrol setelah konvensional. Hal ini sejalan dengan pendapat
pembelajaran diimplementasikan model Trianto (2013) menyatakan bahwa pembelajaran
pembelajaran Synectics Mind Maps Cooperative konvensional siswa tidak diajarkan strategi
Learning (SM2CL) pada materi ekosistem belajar yang dapat memehami bagaimana
dilihat dari nilai anket motivasi belajara yang belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut
kelas kontrol setelah masing-masing diberikan merupakan kunci keberhasilan dalam suatu
perlakuan didapatkan hasil yang disajikan dalam pembelajaran.
Gambar 3.
Respon siswa terhadap pembelajaran
Motivasi bologi pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Synectics Mind Maps Cooperative
85,30 Learning (SM2CL) sebesar 59% hal tersebut
100 76,20 menunjukkan bahwa implementasi model
80 pembelajaran Synectics Mind Maps Cooperative
Learning (SM2CL) pada materi ekosistem
60 Eksperimen direspon dengan setuju oleh kelas eksperimen
dan mendapat respon baik dan positif oleh siswa.
40 Kontrol
Pembelajaran berbasis kelompok dianggap
20 menarik dan mudah oleh siswa dikarenakan
siswa mampu menjalin kerjasama dalam
0 menyelesaikan permasalahan dan tugas-tugas
Eksperimen Kontrol selama proses pembelajaran berlangsung.
Disamping itu mereka juga dapat belajar secara
Gambar 3. Perbandingan motivasi belajar
kontekstual melakukan pengamatan langsung di
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
lingkungan yang ada disekitar mereka.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa merasa
Berdasarkan gambar 3. menunjukkan
senang dan tidak bosan dalam belajar. Respon
perolehan nilai rata-rata motivasi belajar kelas
siswa secara keseluruhan memiliki rata-rata
kontrol dan kelas eksperimen adanya perbedaan
dengan kriteria sangat kuat. Berdasarkan data
peningkatan yang cukup besar antara keduanya.
tersebut, penerapan model SM2CL pada materi
Nilai rata-rata motivasi belajarkelas kontrol
ekosistem dapat diterima siswa dengan baik,
sebesar 76,20 sedangkan rata-rata pretest kelas
atau dapat diasumsikan bahwa siswa senang
eksperimen sebesar 85,30. Selisih nilai antara
dalam proses pembelajaran tersebut.
kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 9,10.
Hosnan (2014) menyatakan bahwa proses
Motivasi belajar pada kelas eksperimen dan
pembelajaran pada dasarnya merupakan
kelas kontrol didapatkan hasil bahwa untuk
pemberian stimulus-stimulus kepada siswa, agar
kelas eksperimen indikator yang tinggi terdapat
terjadinya respon yang positif pada diri siswa.
pada indikator 6 dang yang terendah terdapat
14
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 14, Nomor 1, Januari 2022, pp.9-15 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga
15