Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INTERTEKSTUAL DENGAN PREDICT, OBSERVE,


EXPLAIN (POE)
Iski Sujiantari , Tuszie Widhiyanti, Budiman Anwar
Departemen Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
iskisujiantari@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perubahan penguasaan konsep dan
keterampilan proses sains siswa dengan pembelajaran berbasis intertekstual dengan menggunakan
POE. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain penelitian pre-experimental one
group pretest posttest. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di kota Bandung sebanyak 2 kelas
berjumlah 62 orang. Data penguasaan konsep diperoleh dengan pretes-postes menggunakan tes
diagnostik berbasis intertekstual dengan pilihan ganda dua tingkat. Data keterampilan proses sains
diperoleh dengan pretes-postes menggunakan 12 butir soal KPS terdiri dari 8 soal KPS dasar dan 4 soal
KPS terintregasi. Hasil implementasi strategi pembelajaran dengan meningkatkan penguasaan konsep
siswa pada konsep pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia serta keterampilan
proses sains siswa. Namun, hanya 3 soal dari 5 soal yang mengalami peningkatan. Implementasi kedua
dilakukan hanya pada siklus satu yaitu pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia.
Keterampilan proses sains siswa pada implementasi pertama dan kedua mengalami peningkatan.
Kata kunci: Strategi Pembelajaran Intertekstual, Predict Observe Explain, Penguasaan Konsep,
Keterampilan Proses Sains Siswa
ABSTRACT
This study aims to obtain information to improve students' mastery of concepts and Science Process
Skills with intertextual-based learning using the POE model (Predict, Observe, Explain). The method
used is a quantitative method with pre-experimental one group pretest posttest research design. The
subjects in this study were students of one class XI high school in Bandung as many as 2 classes
totaling 62 people. Concept mastery data were obtained by pretest-posttest using an intertextual-based
diagnostic test with a two-level multiple choice. Science process skills data were obtained by pretest-
posttest using 12 Science Process Skills items consisting of 8 basic Science Process Skills questions
and 4 integrated Science Process Skills questions. The results of implementing learning strategies by
increasing students 'mastery of concepts on the concept of the influence of concentration on shifting
chemical equilibrium as well as students' science process skills. However, only 3 questions out of 5
experienced an increase. The second implementation is carried out only in cycle one, namely the effect
of concentration on the shift in chemical equilibrium. The science process skills of students in the first
and second implementations have improved.
Keywords: Intertextual Learning Strategy, Predict Observe Explain, Concept Mastery, Student Science
Process Skills
PENDAHULUAN
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari perubahan materi serta energi yang menyertai
perubahannya (Silberberg, 2010, hlm 2). Wu (2003) menyebutkan bahwa kimia merupakan mata
pelajaran yang sering dianggap sulit oleh siswa karena sifatnya yang abstrak. Kesulitan memahami
kajian kimia yang abstrak tersebut berdampak pada adanya miskonsepsi yang dialami oleh siswa.
Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat
mempertautkan ketiga level representasi yaitu pada level makroskopik, level submikroskopik dan level
simbolik untuk memudahkan dalam memahami materi serta meningkatkan penguasaan konsep (Gilbert
& Treagust, 2009).
Berdasarkan kurikulum 2013, proses pembelajaran kimia mengembangkan aspek pengetahuan
dan keterampilan yang terdapat dalam Kompetensi Dasar. Salah Keterampilan yang dikembangkan
salah satunya merupakan keterampilan proses sains (Sukarno, A. P., & Hamidah, I.,2013). Akan tetapi,
keterampilan proses sains dalam proses pembelajaran belum dikembangkan secara optimal. Hasil studi
lapangan yang dilakukan Annisa (2018) menyebutkan bahwa beberapa aspek dalam keterampilan
proses sains siswa dilapangan masih memiliki persentase yang rendah.
Devetak (2009) mengemukakan bahwa untuk mengatasi permasalahan pengembangan
keterampilan proses sains yang belum optimal, dibutuhkan pembelajaran dengan strategi yang dapat
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan tiga level representasi yaitu dengan tahapan makroskopik,
submikroskopik dan simbolik dan diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat menjembatani
penguasaan konsep dengan menghubungkan ketiga level representasi serta mengembangkan
keterampilan proses sains pada siswa. Pembelajaran yang mempertautkan ketiga level representasi
tersebut efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi kimia (Guzel & Adadan, 2013).
Salah satu pembelajaran yang dapat menjebatani hal tersebut adalah pembelajaran intertekstual dengan
Predict-Observe-Explain (POE).
Pembelajaran dengan POE ini bertolak dari teori konstruktivisme yang menekankan siswa untuk
membangun pengetahuan dan keterampilannya secara aktif pada proses pembelajaran (Santhiy,
Mulyani dan Utami, 2015). POE merupakan strategi yang digunakan untuk menguji pemahaman siswa
yaitu siswa membuat hipotesis (predict), menguji hipotesisnya (observe) dan menjelaskan hasil
observasi yang berfungsi untuk mengkonfirmasi hasil dari prediksi yang telah dibuat (explain)
(Treagust, 2010). Sepanjang pembelajaran, partisipasi siswa muncul melalui prediksi, pengamatan dan
menjelaskan proses pembelajaran (White & Gunstone, 1992). Selain dapat mengembangkan
pengetahuan, pada penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa POE dapat mengembangkan
keterampilan sains siswa (Murezhawati, 2016; Shofa, 2015).
Salah satu strategi pembelajaran yang mempertautkan ketiga level representasi kimia dan
keterampilan proses sains adalah strategi pembelajaran intertekstual dengan POE. Strategi
pembelajaran intertekstual dengan POE pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan kimia telah disusun oleh Annisa (2018). Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi
tentang potensi strategi pembelajaran dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses
sains siswa.

METODOLOGI
Subjek penelitian merupakan siswa SMA kelas XII di kota Bandung sebanyak 22 orang siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method.
Metode ini menggabungkan dua bentuk penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.

Quan

Qual

Analysis of Findings
Gambar 1 Concurrent Embedded Desaign
(Creswell, 2012, hlm. 243)
Penelitian ini menggunakan 2 kelas eksperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol karena
penelitian yang dilakukan merupakan penelitian uji coba untuk memperbaiki strategi pembelajaran
yang telah dikembangkan sebelumnya. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental one
gruoup pretest-postest. Desain penelitian one group pretest posttest dapat dilihat pada Gambar 1.

O1 X O2
Kelas Pertama
Pretest Treatment Postest
O1 X O2
Kelas Kedua
Pretest Treatment Postest

Gambar 2. Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest


(Fraenkel, 2012 hlm. 269)
Instrumen soal pretes postes untuk penguasaan konsep digunakan 5 butir soal Tes Diagnostik model
mental pilihan ganda dua tingkat berbasis intertekstual yang telah dibuat dan oleh peneliti sebelumnya,
Ghayatri (2018). Tes diagnostik model mental pilihan ganda dua tingkat yaitu soal berupa pilihan
ganda yang terdiri atas dua tingkat dengan tingkat pertama berupa pertanyaan mengenai konsep materi
pada level makroskopik dan tingkat kedua berupa alasan dari jawaban tingkat pertama pada level
submikroskopik (Ghayatri, 2018). Instrumen soal pretes postes KPS dikembangkan oleh Monica
(2005) dan Ngoh (2009). Instrumen KPS terdiri atas soal KPS dasar yaitu aspek mengobservasi,
mengklasifikasi, memprediksi, mengkomunikasikan dan soal KPS terintegrasi yaitu aspek merancang
dan melakukan percobaan, menginterpretasi data (Zeidan dan Jayozi, 2015). Analisis data kuantitatif
menggunakan analisis deskriptif. Creswell (2012) menjelaskan bahwa pada analisis data dalam
penelitian kuantitatif tidak hanya digunakan analisis statistik tetapi juga dapat dilakukan analisis
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penguasaan konsep setelah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran intertekstual
dengan POE pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia,
Tingkat penguasaan konsep siswa diukur melalui jawaban pretes dan postes. Soal untuk
mengukur penguasaan konsep siswa adalah soal tes diagnostik model mental pilihan ganda dua tingkat
terdiri atas lima soal dengan tingkat pertama berupa pertanyaan mengenai konsep materi dalam level
makroskopik sedangkan tingkat kedua berupa alasan dari jawaban tingkat pertama dalam level
submikroskopik dan simbolik. Soal pretes postes disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi
yang telah dirumuskan. Distribusi indikator pada soal pretes dan postes dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Indikator pada Soal Pretes dan Postes Penguasaan Konsep

Nomor Soal Indikator Penguasaan Konsep


1 3.9.1 Menganalisis pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan.
2 3.9.2 Menjelaskan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan.
3 3.9.3 Menganalisis pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap pergeseran
kesetimbangan.
3.9.4 Menjelaskan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan.
4 3.9.5 Menganalisis pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan
5 3.9.6 Menjelaskan pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan.
Secara keseluruhan mengalami peningkatan penguasaan konsep setelah dilakukan implementasi
strategi pembelajaran intertekstual dengan POE pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran kesetimbangan kimia, tetapi perubahan penguasaan konsep tersebut belum utuh.

Distribusi Jawaban Pretes dan Postes Siswa


Implementasi Pertama
100% 95%

80%

60%
45%
40% 32%

20% 14% 14% 14%


9%
0% 0% 0%
0%

Gambar 3. Distribusi jawaban pretes postes penguasaan konsep siswa pada kelas pertama

Hasil analisis pretes postes penguasaan konsep pada implementasi pertama, dapat diketahui
bahwa penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan dan penurunan dengan persentase yang
beragam. Hasil pretes postes yang mengalami peningkatan tertinggi terdapat pada indikator pengaruh
tekanan terhadap pergeseran kesetimbangan dari 45% menjadi 95%. Indikator lainnya yang mengalami
peningkatan terdapat pada indikator pengaruh penambahan konsentrasi terhadap pergeseran
kesetimbangan dari 14% menjadi 32% dan pada indikator pengaruh penurunan suhu terhadap
pergeseran kesetimbangan dari 0% menjadi 14%. Indikator ini mengalami peningkatan dikarenakan
pada proses pembelajaran indikator disajikan secara makroskopik melalui percobaan, sehingga siswa
dapat memahami konsep secara langsung. Indikator yang mengalami penurunan terdapat pada indikator
pengaruh penurunan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan dan pengaruh peningkatan suhu
terhadap pergeseran kesetimbangan. Hal ini diduga karena siswa tidak mendapatkan pembelajaran
secara utuh akibat keterbatasan waktu.
Hasil analisis data, implementasi pertama masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
khususnya pada konsep pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan. Oleh karena itu,
dilakukan implementasi kedua untuk mengetahui hasil perbaikan dari kekurangan pada implementasi
pertama. Implementasi kedua dilakukan pada siklus satu yaitu mengenai pengaruh konsentrasi terhadap
pergeseran kesetimbangan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak
sekolah untuk implementasi. Hasil penguasaan konsep siswa pada implementasi kedua sebagai berikut.

Distribusi Jawaban Pretes dan Postes Siswa


Implementasi Kedua
100%

80%
67%
60%
49%
42%
40%

20% 15%

0%

Gambar 4. Distribusi jawaban pretes postes penguasaan konsep siswa pada kelas kedua

Hasil implementasi kedua dapat diketahui bahwa penguasaan konsep siswa mengalami
peningkatan dan penurunan. Hasil pretes postes yang mengalami peningkatan tertinggi terdapat pada
soal nomor 1 mengenai pengaruh penambahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan dari
15% menjadi 67%. Soal nomor 2 mengalami penurunan mengenai pengaruh pengurangan konsentrasi
terhadap pergeseran kesetimbangan dari 49% menjadi 42%.
Hasil implementasi pertama dan kedua diketahui bahwa penguasaan konsep pada indikator 3.9.1
dan 3.9.2 pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan mengalami peningkatan. Berikut
merupakan perbandingan distribusi pretes postes penguasaan konsep pada indikator pengaruh
konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan.
Distribusi Penguasaan Konsep Pada Siklus 1
100%

80%
67%
60%
49%
42%
40% 32%

20% 14% 15%

0% 0%
0%

Gambar 5. Distribusi penguasaan konsep siswa pada implementasi pertama dan kedua (siklus 1)

Penguasaan konsep siswa pada indikator 3.9.1 yaitu menganalisis pengaruh perubahan
konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan dan indikator 3.9.2 yaitu menjelaskan pengaruh
perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan mengalami perubahan dari implementasi
pertama dan implementasi kedua. Soal nomor 1, penguasaan konsep siswa mengalami peningkatan
pada implementasi pertama dan implementasi kedua.
Soal nomor 2 pada implementasi pertama tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan,
sedangkan pada implementasi kedua penguasaan konsep siswa mengalami penurunan yang tidak
signifikan dari 49% menjadi 42%. Dari hasil analisis jawaban siswa, terdapat 8 orang siswa dengan
jawaban benar pada pretes-postes. 8 orang siswa dengan jawaban benar pada pretes dan salah pada
jawaban postes. Terdapat 6 orang siswa dengan jawaban salah pada pretes dan benar pada jawaban
postes. Terdapat 11 orang siswa dengan jawaban salah pada pretes dan postes. Peningkatan tersebut
dikarenakan pengaruh proses pembelajaran tahap observasi dilaksanakan sesuai dengan tahapan
observasi yang terdapat pada strategi yang telah dikembangkan, hal ini menunjukkan bahwa modifikasi
yang dilakukan pada implementasi pertama tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep
siswa. Keterbatasan waktu pada implementasi pertama dan kedua berdampak pada proses pembelajaran
guru dalam penyampaian konsep terkait dengan soal nomor 2 yaitu konsep pengaruh pengurangan
konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan, sehingga siswa tidak utuh dalam mendapatkan konsep
mengenai pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan.
Keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran
intertekstual dengan POE pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan kimia,
Tingkat keterampilan proses sains diukur melalui soal pretes postes. Secara keseluruhan nilai
pretes postes siswa mengalami perubahan keterampilan proses sains siswa setelah dilakukan
implementasi strategi pembelajaran intertekstual dengan POE pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. Hasil perubahan keterampilan proses sains dapat dilihat
pada Gambar 4.36.

Distribusi Jawaban KPS Implementasi Pertama


100.00%
100.00%
100.00% Keterangan :
88.64%
81.82% 81.82% 84.09%
84.09% 1. Mengobservasi
80.00% 75.00% 2. Mengklasifikasikan
71.21%
60.61% 3. Memprediksi
60.00%
48.48% 4. Mengkomunikasikan
40.00% 36.36% 5. Mendesain dan
melakukan percobaan
20.00%
6. Interpretasi data

0.00%

Gambar 6. Distribusi jawaban pretes postes keterampilan proses sains siswa


pada implementasi pertama

Secara umum terdapat tiga aspek yang mengalami peningkatan yaitu aspek mengobservasi,
mengklasifikasikan dan aspek interpretasi data. Terdapat dua aspek keterampilan proses sains yang
tetap yaitu pada aspek memprediksi dan mengkomunikasikan serta terdapat aspek keterampilan proses
sains yang mengalami penurunan yaitu aspek merancang dan melakukan percobaan.
Aspek keterampilan proses sains yang mengalami peningkatan yaitu pada aspek mengobservasi
dari 81,82% menjadi 88,64%, aspek mengklasifikasi dari 75% menjadi 81,82% dan pada aspek
interpretasi data dari 60,61% menjadi 71,72%. Aspek keterampilan proses sains yang tetap dan tidak
mengalami peningkatan ataupun penurunan yaitu pada aspek memprediksi yaitu 100% dan aspek
mengkomunikasikan yaitu 84,09%. Kelima aspek keterampilan proses sains mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mencapai indikator keterampilan proses
sains yang dikembangkan.
Aspek keterampilan proses sains yang mengalami penurunan yaitu aspek merancang dan
melakukan percobaan sebesar dari 48,48% menjadi 36,36%. Aspek tersebut mengalami penurunan.
Penurunan tersebut diduga adanya modifikasi langkah pembelajaran pada tahap merancang langkah
percobaan dikarenakan adanya keterbatasan waktu pada proses implementasi. Selain itu, siswa ragu
dalam menjawab pertanyaan keterampilan proses sains pada nomor 9 dan 10. Hal ini dilihat dari
jawaban siswa yang semula benar menjadi salah.
Secara keseluruhan nilai pretes postes siswa mengalami perubahan keterampilan proses sains
siswa setelah dilakukan implementasi strategi pembelajaran intertekstual dengan POE pada materi
faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. Hasil perubahan keterampilan proses
sains dapat dilihat pada Gambar 4.37.

Distribusi Jawaban KPS Implementasi Kedua


100.00%
98.00% 98.00%
100.00% 97.00% 95.00% Keterangan :
92.00% 94.00%
89.00% 91.00%
82.00% 1. Mengobservasi
79.00%
79.00%
80.00%
2. Mengklasifikasikan

60.00%
3. Memprediksi
4. Mengkomunikasikan
40.00% 5. Mendesain dan
melakukan percobaan
20.00%
6. Interpretasi data
0.00%

Gambar 7. Distribusi jawaban pretes postes keterampilan proses sains siswa


pada implementasi kedua

Keterampilan proses sains pada implementasi kedua mengalami peningkatan dibeberapa aspek.
Terdapat empat aspek yang mengalami peningkatan diantaranya aspek mengobservasi,
mengklasifikasikan, memprediksi dan aspek mengkomunikasikan. Terdapat satu aspek keterampilan
proses sains yang tetap yaitu pada aspek keterampilan proses sains merancang dan melakukan
percobaan. Terdapat dua aspek keterampilan proses sains yang mengalami penurunan yaitu aspek
mengukur dan menginterpretasi data.
Aspek keterampilan proses sains yang mengalami peningkatan yaitu pada aspek mengobservasi
dari 92% menjadi 97%, aspek mengklasifikasi dari 85% menjadi 95%, aspek memprediksi dari 98%
menjadi 100%, dan pada aspek mengkomunikasikan dari 91% menjadi 98%. Aspek keterampilan
proses sains yang tetap dan tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan yaitu pada aspek
merancang dan melakukan percobaan sebesar 79%. Kelima aspek keterampilan proses sains mengalami
peningkatan yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah dapat mencapai indikator
keterampilan proses sains yang dikembangkan.
Aspek keterampilan proses sains yang mengalami penurunan yaitu pada aspek mengukur dari
92% menjadi 91% dan aspek interpretasi data dari 94% menjadi 82%. Hal tersebut terjadi diduga siswa
kurang teliti dalam mengukur dan menginterpretasi data yang didapat pada proses pembelajaran. Selain
itu, siswa ragu dalam menjawab pertanyaan keterampilan proses sains pada nomor 9 dan 10 dari
jawaban siswa yang semula benar menjadi salah.
Berdasarkan hasil implementasi pertama dan kedua, keterampilan proses sains implementasi
kedua mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dikarenakan pengaruh proses pembelajaran tahap
observasi dilaksanakan sesuai dengan tahapan observasi yang terdapat pada strategi yang telah
dikembangkan. Modifikasi yang dilakukan pada implementasi pertama tidak efektif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

KESIMPULAN
Penguasaan konsep siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi hanya pada beberapa konsep saja
menandakan siswa masih belum memahami konsep seutuhnya. Berdasarkan analisis yang didapat,
konsep yang mengalami peningkatan yaitu konsep pengaruh peningkatan konsentrasi serta pengaruh
tekanan dan volume yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia namun belum dapat
meningkatkan konsep pengaruh penurunan konsentrasi dan pengaruh suhu terhadap pergeseran
kesetimbangan kimia.
Keterampilan proses sains siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan mengalami peningkatan. Peningkatan yang dialami siswa diperoleh dari hasil pretes
postes. Keterampilan proses sains yang mengalami peningkatan terdapat pada beberapa aspek yang
diukur yaitu pada aspek mengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksi, mengkomunikasikan dan
interpretasi. Pada aspek merancang dan melakukan percobaan tidak mengalami peningkatan maupun
penurunan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu pada saat implementasi pembelajaran dengan POE
pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N. (2018). Pengembangan Strategi Pembelajaran Intertekstual dengan POE pada Materi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa. (Skripsi). FPMIPA, Universitas
Pendidikan Indonesia.
Creswell, J. W. (2012). Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed Methods. London :
SAGE.
Devetak, I., Vogrinc, J., & Glazar, S. A. (2009). Assessin 16-year-old students’ understanding of
aqueous solution at submicroscopic level. (hlm. 157-179).
Fraenkel, J. R., Wallen, N, E., dan Hyun, H.H. (2012). How to design and evaluate resesrch in
education. New York: McGraw-Hill
Gilbert, J. K. dan Treagust. D. F. (2009). Introduction: Macro, Submicro and Symbolic Representations
and the Relationship Between Them: Key Models in Chemical Education. Multiple
Representations in Chemical Education, Models and Modeling in Science Education. Dordrecht:
Spriger, hlm 1-8.
Guzel, B. K dan Adadan, A. (2012). Use of multiple representations in developing preservice chemistry
teachers’ understanding of the structure of matter. International Journal of Environmental &
Science Education. 8(1), hlm. 109-130.
Ghayatri. (2018). Profil Model Mental Siswa pada Materi Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Pergeseran Kesetimbangan Kimia Menggunakan TDM-MT. (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia.
Murezhawati, E., Harida., Melati, H. A. (2016). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
dengan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain Materi Hidrolisis Garam. (Skripsi). FKIP
Untan Pontianak.
Santhiy, Mulyani, B., dan Utami, B. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Larutan
Penyangga Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal
Pendidikan Kimia, 4(4), 139-146.
Silberberg, Martin, S. (2010). Principles of General Chemistry Second Edition. New York. The
McGraw-Hill Company.
Sukarno, Permanasari, A., & Hmidah, I. (2013). Science Teacher Understanding to Science Procss
Skills and Implications for Science Learning at Junior High School (Case Study in Jambi).
International Journal of Science and Research, 2(6), HLM. 450-454.
Shofa, N. E. F. penerapan model POE melalui metode eksperimen untuk meningkatkan keterampilan
proses sains siswa kelas XI SMAN 1 Bae Kudus. (skripsi). FPMIPA, Universitas Negeri Malang.
Treagust, Chandrasegaran, & Mocerino. (2010). An Evaluation of a Teaching Intervention to Promote
Students’ Ability to Use Multiple Levels of Representation When Describing and Explaining
Chemical Reaction (hlm,237-248). UK: Springer.
White & Gunstone. (1992). Probing Understanding. London: Flamer Press.
Wu, H. K. (2003). Linking The Microscopic View Of Chemistry To Real-Life Experiences:
Intertextuality In A High-School Science Classroom. Science Education, 87(6), 868-891.
Zeidan, A. H., & Jayosi, M. R. (2015). Science Process Skills and Attitudes toward Science among
Palestinian Secondary School Students. World journal of Education, 5(1), 13-24.

Anda mungkin juga menyukai