Anda di halaman 1dari 5

JURNAL 1

A. Identitas Jurnal 1
- Judul : A Revisited Conceptual Change in Mathematical-Physics Education from a
Neurodidactic Approach: A Pendulum Inquiry
- Penulis : Julio Ballesta-Claver1, María Fernanda Ayllón Blanco1, Isabel Angustias
Gómez Pérez2
- Afiliasi : 1 La Inmaculada Teaching Center (LITC), Didactics of Experimental
Sciences
Department, University of Granada, Spain
2
La Inmaculada Teaching Center (LITC), Evolutionary Psychology and
Education Department, University of Granada, Spain
- Nama Jurnal, Volume, Nomor, dan Tahun Terbit : Mathematics, Vol. 1755, No. 9,
2021

B. Analisis Jurnal 1
- Introduction
Siswa jarang mengingat atau memahami bagaimana menetukan hukum-hukum dan
persamaan fisika yang terdapat pada soal karena hal tersebut tampak seperti pembelajaran
bahasa asing dengan symbol tanpa konteks dan matematika hanya seperti logika sains
yang kosong makna. Metode pemecahan masalah dengan penggunaan proses matematis
menghasilkan begitu banyak kesenjangan konsep, meskipun persoalan dunia nyata yang
digunakan, hal ini dikarenakan terdapat beberapa kekurangan dalam pengetahuan
konseptual mengenai analisis matematis, sehingga konsep saintifik tidak tergabung secara
utuh. Akhirnya, metodologi lain pun dikembangkan. Terdapat dua metode terkini dalam
Pendidikan sains, yaitu (1) Inquiry-Based Science Education (IBSE) yang menggunakan
aktivitas hands-on dan pendekatan eksperimen dalam merumuskan masalah dan (2)
Model Based Inquiry (MBI) yang menggunakan aktivitas minds-on dalam membangun
pengetahuan dari sebuah model.
Neurosains menyatakan bahwa kemampuan otak untuk belajar bergantung kepada
jumlah neuron dan banyaknya ketersambungan antar neuron. Sehingga, jika pembelajaran
dihubungkan dengan pengalaman sebelumnya, seperti suasana sehari-hari, emosi positif,
motivasi, dan juga konsep interdisiplin, ingatan dan pembelajaran akan ditingkatkan
melalui perluasan formasi dari hubungan neural. Kecenderungan pertama adalah Brain-
Based Learning atau disebut educational neuroscience / neuroeducation, yakni sebuah
istilah yang dibuat oleh Howard Gardner pada tahun 2008. Kecenderungan kedua adalah
Mind, Brain, and Education science atau neurodidactics. Arah dari neurodidactic
membantu pengajar dalam menghadapi empat tantangan, yaitu (1) mengenali model
Pendidikan yang tidak efektif, (2) mengganti model-model tersebut dengan menggunakan
orientasi kognitif neurosains, (3) menerapakan model-model tersebut dalam berbagai
konteks, dan (4) memperoleh kolaborasi yang lebih efektif dalam lingkungan yang lebih
kompleks.
Hipotesis pada penelitian ini menyangkut dengan pengajuan penguatan didaktis
metodologi IBSE daripadaa MBI untuk mengkonfirmasi bahwa metode IBSE lebih baik
daro MBI dalam memperoleh perubahan konsepsi yang efektif. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) memperoleh efek transdisiplin dalam pembelajaran konsep saintifik (kontribusi
area neurodidaktis) dan (2) pengaruh penggunaan metode IBSE (pengalaman sensorial,
pertanyaan, dan sumber-sumber simulasi virtual-visuaspasial) dibandingkan MBI dan
peran komponen aljabar matematis menurut usulan neurodidaktis dalam meningkatkan
perubahan konsepsi yang efektif.
- Method
Penelitian ini menggunakan metode true experiment. Peserta penelitian adalah 171
mahasiswa tingkat tiga jurusan Pendidikan dasar Universitas Granada, Spanyol. Peserta
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (74 orang) dan kelompok
eksperimen (97 orang). Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berjumlah 7
soal. Analisis data menggunakan uji T, effect size, dan N-Gain

- Results & Discussion


Pada soal nomor satu, terdapat peningkatan signifikan terhadap pilihan B (gravitasi)
dari 56,8% menjadi 86,5%. Sedangkan pada kelas eksperimen tidak ada perbedaan
signifikan, yakni hanya peningkatan dari 63,92% menjadi 73,2%.
Soal nomor 2 berkaitan dengan hubungan matematis dengan sains. Pada kedua
kelompok, opsi B dan C jarang dipilih siswa, berkebalikan dengan opsi A. Hasil tidak
menunjukkan perbedaan signifikan antara dua kelompok. Pada kelompok kontrol, secara
umum siswa memilih opsi B dan C, tapi pada kelompok eksperimen, hampir 92% siswa
mempertimbangkan matematika sebagai kebutuhan untuk menjelaskan fenomena sains
(jawaban B)
Soal nomor 3 berkaitan dengan teori perkembangan kognitif Piaget. Hasil tidak
menunjukkan perbedaan signifikan pada kelas kontrol. Pilihan C (tahap konkret-
operasional) adalah jawaban yang paling bnayak dipilih, yakni 64,8% pada pre test dan
74,8% pada post test. Adapun pada kelas eksperimen, menunjukkan bahwa peningkatan
pemerolehan pada tahap formal-operasional (27,8% menjadi 64,9%) berkebalikan dengan
penurunan tahap konkret-operasional (50,5% menjadi 25,8%).
Soal nomor 4 berkaitan dengan berbagai variabel yang mempengaruhi pergerakan
bandul. Pada kelompok kontrol, diperoleh signifikansi moderat. Adapun pada kelas
eksperimen diperoleh ukuran pengaruh yang besar (menurut indikator nilai V Cramer).
Setelah sesi eksperimen, hanya dua jawaban yang paling banyak dipilih, yaitu Panjang
bandul, yang meningkat sebesar 30,4% pada kelompok kontrol dan 52,8% pada kelompok
eksperimen dan gaya dorong, yang menurun sebesar 4,7% pada kelompok kontrol dan
11,1% pada kelompok eksperimen
Soal nomor 5 berkaitan dengan pertanyaan spesifik mengenai konsep fisika yaitu
(sudut osilasi). Pada kelompok kontrol, terdapat perubahan jawaban dominan pada pre
test (opsi A sebesar 48,6%) dan post test (jawaban benar, opsi C 83,8%). Pada kelompok
eksperimen, ternyata jawaban benar (Opsi C) dipilih dalam kondisi yang sama (54,6%
menjadi 46,4%) sedangkan opsi “tidak ada dari pilihan diatas” meningkat dari 41,2%
menjadi 53,6%.
Soal nomor 6 berkaitan dengan gerak bandul di bulan. Pada kelompok kontrol,
jawaban yang benar tidak tampak mengalami perubahan signifikan sehingga tidak dapat
dikatakan mengalami perubahan konsepsi yang utuh. Sedangkan pada kelompok
eksperimen terjadi pencapaian perubahan konsepsi karena jawabn benar (opsi C)
meningkat dari 59,8% menjadi 77,3%. Perubahan ini mungkin terjadi karena penggunaan
berbagai sumber belajar, seperti video dan simulasi virtual.
Soal nomor 7 berkaitan dengan area interdisiplin. Analisis soal ini menghasilkan
pembagian dua kelompok peserta, yaitu (1) kelompok sosial sains dan (2) STEM. Hasil
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan sebesar 49,2% dalam kelompok
pertama daripada kelompok STEM. Peningkatan komponen sosial science pada
pembelajaran (komponen neurodidaktis), secara moderat menjawab tujuan penelitian
yang pertama.

- Conclusion
Penelitian ini menunjukkan pentingnya menggabungkan pengembangan
neurosaintifik, psikologis, dan pedagogis untuk meningkatkan pengajaran sains berkaitan
dengan perubahan konsepsi.

- Comment
Penelitian ini memberikan gambaran kepada penulis mengenai true experiment
dengan menggunakan satu buah instrument dengan masing-masing butir soal dapat
mengukur variabel tertentu. Hal ini menguntungkan dari segi efektivitas pelaksanaan
penelitian.

- References
- Lampiran

A. Identitas Jurnal 15
- Judul : Effect of Simple Electric Circuits Teaching on Conceptual Change in Grade
9 Physics Course
- Penulis : Hüseyin KÜÇÜKÖZER, Sabri KOCAKÜLAH
- Afiliasi : Balıkesir University, Necatibey Faculty of Education, Balıkesir, TURKEY
- Nama Jurnal, Volume, Nomor, dan Tahun Terbit : Journal of TURKISH SCIENCE
EDUCATION, Vol.5, No.1, 2008

B. Analisis Jurnal 15
- Introduction
Penelitian tentang konsepsi awal siswa dan perubahannya menuju kebenaran saintifik
sudah banyak ditemui pada literatur mulai tahun 1970 hingga sekarang (Pfundt & Duit,
2006). Guru memberikan kepentingan yang besar pada penelitian ini karena fakta bahwa
pemahaman awal siswa pada pembelajara memiliki kontradiksi dengan kebenaran
saintifik dan telah tampak bahwa hal tersebut sulit untuk diubah menggunakan metode
pengajaran tradisional dan akhirnya menimbulkan masalah ketika mempelajari topik yang
baru. Ketika pembelajaran dilakukan dengan kerangka teori constructivism, maka penting
untuk mempertimbangkan miskonsepsi siswa dan menyusun lingkungan belajar yang
dapat memfasilitasi siswa membentuk pemahamannya secara mandiri. Selain itu,
pemilihan konsep kunci sebagai awalan pembelajaran juga merupakan hal penting dalam
meminimalisir miskonsepsi. Pada penelitian mengenai miskonsepsi pada rangkaian listrik
sederhana, ditemukan tiga konsep yang paling banyak dipilih, yaitu tegangan (Lee &
Law, 2001; Psillos, Koumaras & Valassiades, 1987; Psillos, Koumaras & Tiberghien,
1988; Psillos, 1998), arus (Cosgrove, 1995; Shafer & McDermott, 1992) atau energi
(Berg & Grosheide, 1997; Licht, 1991; Shipstone & Gunstone, 1985).Pada literatur,
ditemukan juga bahwa strategi konflik kognitif dan analogi paling banyak digunakan
secara bersamaan. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh
pembelajaran yang dirancang berdasarkan literatur dengan mempertimbangkan
miskonsepsi siswa mengenai rangkaian listrik sederhana dan perubahan konsepsi yang
terjadi.

- Method
Penelitian ini menggunakan metode pre-experiment dengan desain one group pre test-
post test. Sampel penelitian adalah 23 siswa kelas 9 di Balıkesir, Turki. Pengumpulan
data menggunakan instrument tes pemahaman konsep berupa 8 soal pertanyaan terbuka
yang akan dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Sebagai tambahan, dilakukan pula
wawancara semi terstruktur kepada 9 siswa secara acak setelah dilakukan pre test dan
post test untuk mengukur pendapat siswa mengenai topik yang diuji. Pembelajaran
berlangsung selama lima pekan yang direkam oleh salah satu peneliti untuk memperoleh
informasi pendukung mengenai hasil kuantitatif yang diperoleh.
Analisis jawaban siswa pada tes pemahaman konsep akan dikode menggunakan
kategori yang dikembangkan pada penelitian sebelumnya (Küçüközer, 2004), yaitu A –
Scientifically Correct, B – Partially Correct, C – Incorrect 1, D – Incorrect 2, E –
Incorrect 3, F – Uncodeable, dan G – No Explanation. Miskonsepsi berada pada kategori
C dan D. peneliti juga menggunakan diagram CC untuk menunjukkan level pemahaman
siswa pada tiap tes dan perpindahannya.

- Results & Discussion


Siswa memiliki beberapa miskonsepsi mengenai rangkaian listrik sederhana sebelum
pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan sangat efektif dalam mengubah miskonsepsi
pada nomor 1,2,3,4, dan 8. Bahkan, untuk soal nomor 2,4, dan 8 dapat dinyatakan efektif
secara sempurna karena siswa tidak memiliki miskonsepsi baik pada post test maupun
delay post test. Adapun terdapat peningkatan miskonsepsi pada post test dan delayed post
test untuk soal nomor 5. Hal ini dijelaskan oleh kondisi pembelajaran yaitu ternyata
pembelajaran terjadi (45 menit) melebih batas waktu yang telah ditetapkan (15-20 menit).
Sehingga pemahaman awal siswa masih belum diperbaiki dan diperbaiki akibat siswa
yang terlalu lama bekerja dalam kelompok untuk mengukur arus menggunakan
amperemeter. Terdapat 11 siswa yang memiliki perubahan konsepsi yang permanen
sedangkan 6 siswa mengalami perubahan konsepsi yang temporer.

- Conclusion
Pengajaran yang dirancang secara umum mampu memfasilitasi siswa dalam membuat
penjelasan saintifik baik pada post test dan delay post test. Delay post test yang diberikan
6 bulan setelah pembelajaran, menunjukkan tidak ada miskonsepsi mengenai “arus
mengalir dari kedua terminal baterai dan memiliki nilai yang sama”, “tidak ada lampu
yang menyala ketika saklar dalam kondisi off”, dan “lampu yang disambung secara
parallel memberikan cahaya yang lebih baik daripada secara seri”. Pembelajaran menjadi
efektif untuk mengubah miskonsesi siswa dan membentuk perubahan miskonsepsi yang
permanen pada topik ini.

- Comment
1. Diagram CC yang digunakan dapat menjadi inspirasi untuk mengembangkan analisis
transisi perubahan konsepsi siswa
2. Analisis data yang unik dapat dijelaskan dengan baik melalui studi dokumentasi

- References
- Lampiran

Anda mungkin juga menyukai