Melakukan Observasi
Merumuskan Hipotesis
Motivasi dan prestasi adalah dua hal yang saling terkait; segala sesuatu yang bisa
dilakukan guru untuk mendorong motivasi murid akan berkontribusi pada
pembelajaran. Kegiatan Peraliahan Konsep bisa memotivasi. Sebab, kegiatan-
kegiatan-kegiatan tersebut adalah teka-teki intelektual dimana siswa menggunkan
petunjuk (contoh dan noncontoh) untuk mengidentifikasi ide (konsep) yang
dibayangkan sang guru. Misteri mendorong minat, rasa ingin tahu, dan perasaan
tertantang. Juga, memecahkan masalah masalah itu (mengidentifikasi konep pada
akhirnya) memuaskan secara intelektual dan emosional. Kegiatan-kegiatan ini
bisa digunakan untuk menambah variasi dalam kegiatan ruang kelas, yang juga
meningkatkan motivasi siswa (Stipek, 2002).
Pelajaran Peralihan Konsep juga bisa memanfaatkan efek motivasi dari siswa-
siswa yang bekerja sama. Misalnya dalam satu kelas utuh dibuat kelompok yang
terdiri dari satu kelompok tiga siswa untuk menciptakan hipotesis-hipotesis
setekah diberikan dua contoh. Mengizinkan siswa bekerja didalam kelompok akan
meningkatkan keterlibatan siswa, yang juga meningkatkan motivasi.
Mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok itu mudah. Kelompok bisa
duduk bersama-sama dan setiap kelompok dapat didorong unruk menganalisis
contoh serta berbagai pemikiran mereka. Kelompok-kelompok ini bisa
melaporkan hipotesis mereka kepada seluruh kelas. Kemudian, hipotesis-hipotesis
itu dikumpulkan menjadi satu daftar keseluruhan. Setelah memberikan pasangan
contoh yang kedua, kelompok-kelompok ini bisa diminta untuk memutuskan
hipotesis mana yang diterima dan mana yang hatus ditolak. Demi meningkatkan
akuntabilitas dan perilaku dalam tugas, mereka juga bisa diarahkan untuk menulis
alasan mereka menerima atau menolak hipotesis di setiap kasus. Ini akan
memanfaatkan pemikiran kritis dan memberi siswa latihan bekerja sama.
Peralihan Konsep II
Peralihan Konsep II (PK II) adalah modifikasi di dalam prosedur dasar yang
dirancang untuk meningkatkan penekanan pada pengujian hipotesis dan berpikir
kritis. Dimulai secara sama sebagaimana prosedur dasar (PK I). Siswa
mendapatkan satu contoh negatif dan positif. Mereka juga menghpotesiskan
nama-nama konsep, yang dituliskan di papan , kamera dokumen, atau kertas
grafik atau kertas diagram. Kemudian, guru menunjukkan semua contoh
tambahan. Siswa kemudian didorong unruk memindai daftar contoh yang
mungkin mendukung atau menyanggah hipotesis-hipotesis di dalam daftar.
Mereka juga menyatakan hipotesis mana yang harus ditolak jika
penggolongannya benar. Guru kemudian memverifikasi pengglongannya. Jika
penggolongannya tepat, perubahan yang sesuai didalam daftar hipotesis. Jika
penggolongannya salah maka hipotesis-hipotesis itu akan dianalisis ulang
berdasrkan informasi baru. Siswa kemudian memilih contoh tambahan dan
melanjutkan proses sampai satu hipotesis sudah disendirikan.
Misalnya, guru ingin mengajarkan perbedeaan bilangan ganjil dan
bilangan genap, guru bisa memberikan gambaran tentang angka-angka berikut
Contoh
1 22
3 32
15 16
21 12
Contoh Hipotesis
1 3 1,3 adalah bilangan ganjil
22 32
0 21 22,32 adalah bilangan genap
16 12