Anda di halaman 1dari 6

Pelajaran Peralihan Konsep: Berpikir Kritis dan Metode Ilmiah

Di dalam model peralihan konsep mengembangkan pemikiran kritis adalah tujuan


utama. Bahkan, model ini secara unik dirancang untuk memberi siswa latihan
menggunakan metode ilmiah, yaitu satu pola pemikiran yang menenkankan
pengajaran pertanyaan, mengembangkan hipotesis untuk menjawab prtanyaan,
dan menguji hipotesis dengan data. Model Peralihan Konsep bisa digunakan
untuk memberi siswa pengalaman menggunakan metode ilmiah hampir di semua
bidang materi dan dengan topik apapun.

Deskripsi umum tentang metode ilmiah


Gambar 6.4

Melakukan Observasi

Merumuskan Hipotesis

Mengumpulkan Data untuk Menguji Hipotesis

Memodifikasi, Menolak, dan Merumuskan Hipotesis Baru

Mengumpulkan Data Tambahan

Menilai Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan

Jeff memberikan siswanya latihan menggunakan metode ilmiah. Pertama,


ia memberi siswanya data-satu contoh dan satu noncontoh di dalam pelajarannya-
dan kemudian meminta siswanya menhipotesiskan satu label bagikonsep yang ia
bayangkan. Setelah para siswa mengajukan hipotesis mereka, Jeff memberi
mereka data tambahan-lebih banyak contoh dan noncontoh- dan membimbing
analisis siswa berdasarkan tambahan tersebut. Meski proses ini sederhana jika
dibandingkan dengan studi rumit siswa dalam IPA, Jeff telah menangkap inti dari
metode ilmiah dalam proses tersebut. Proses ini juga memiliki aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya Pada saat anda mengalami nyeri gigi dan seorang
ahli menyarankan untuk meminum obat yang dirancang untuk menghilangkan
nyeri pada gigi. Sang ahli berhipotesis bahwa obat itu akan menghilangkan rasa
nyeri pada gigi, kemudian anda meminum obat itu beberapa jam kemudian rasa
nyeri masih ada pada kemudian hari sang ahli memberi obat yang lain dan
hasilnya beberapa jam rasa nyeri pada gigi menghilang. Jadi, obat yang pertaman
dan nyeri yang terus membandel merupakan data yang berujung pada penolakan
hipotesis pertama dan pembentukan hipotesis baru. Hipotesis baru itu didukung
oleh data tambahan karena rasa nyeri menghilang.
Meningkatkan Motivasi Murid dengan Pelajaran Peralihan Konsep

Motivasi dan prestasi adalah dua hal yang saling terkait; segala sesuatu yang bisa
dilakukan guru untuk mendorong motivasi murid akan berkontribusi pada
pembelajaran. Kegiatan Peraliahan Konsep bisa memotivasi. Sebab, kegiatan-
kegiatan-kegiatan tersebut adalah teka-teki intelektual dimana siswa menggunkan
petunjuk (contoh dan noncontoh) untuk mengidentifikasi ide (konsep) yang
dibayangkan sang guru. Misteri mendorong minat, rasa ingin tahu, dan perasaan
tertantang. Juga, memecahkan masalah masalah itu (mengidentifikasi konep pada
akhirnya) memuaskan secara intelektual dan emosional. Kegiatan-kegiatan ini
bisa digunakan untuk menambah variasi dalam kegiatan ruang kelas, yang juga
meningkatkan motivasi siswa (Stipek, 2002).

Meningkatkan Motivasi dengna Kerja Kelompok Siswa

Pelajaran Peralihan Konsep juga bisa memanfaatkan efek motivasi dari siswa-
siswa yang bekerja sama. Misalnya dalam satu kelas utuh dibuat kelompok yang
terdiri dari satu kelompok tiga siswa untuk menciptakan hipotesis-hipotesis
setekah diberikan dua contoh. Mengizinkan siswa bekerja didalam kelompok akan
meningkatkan keterlibatan siswa, yang juga meningkatkan motivasi.
Mengatur siswa ke dalam kelompok-kelompok itu mudah. Kelompok bisa
duduk bersama-sama dan setiap kelompok dapat didorong unruk menganalisis
contoh serta berbagai pemikiran mereka. Kelompok-kelompok ini bisa
melaporkan hipotesis mereka kepada seluruh kelas. Kemudian, hipotesis-hipotesis
itu dikumpulkan menjadi satu daftar keseluruhan. Setelah memberikan pasangan
contoh yang kedua, kelompok-kelompok ini bisa diminta untuk memutuskan
hipotesis mana yang diterima dan mana yang hatus ditolak. Demi meningkatkan
akuntabilitas dan perilaku dalam tugas, mereka juga bisa diarahkan untuk menulis
alasan mereka menerima atau menolak hipotesis di setiap kasus. Ini akan
memanfaatkan pemikiran kritis dan memberi siswa latihan bekerja sama.

Membangun pengaturan diri (self-regulation) dengan Pelajaran Peralihan


Konsep

Kegiatan Peralihan Konsep juga bisa digunakan untuk meningkatkian metakognisi


dan pengaturan didi siswa, Metakognisi adalah kesadaran siswa tentang, dan
kendali terhadap, proses mental mereka. Mengembangkan metakognitif dalam diri
siswa bisa berkontribusi pada pengaturan diri yaitu penggunaan sadar seorang
akan strategi mental yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran dan
pemikiran. Murid yang mampu mengatur diri sendiri bertanggung jawab atas
kemajuan pembelajaran mereka serta menyesuaikan strategi pembelajaran
merekauntuk memenuhi tuntutan tugas (Bruning dkk.,2004).
Mengembangkan kemampuan metakognitif dan pengaturan diri akan
membutuhkan lebih dari satu contoh yang kita lihat di dalam pelajaran. Namun,
jika siswa terus menerus mendapatkan pengalaman, kemampuan-kemampuan ini
akan berkembang secara bertahap. Hal yang sama berlaku pada pembentukan
segala bentuk pengetahuan dan keterampilan.

Menyesuaikan Model Peralihan Konsep di dalam Lingkungan Belajar yang


Berbeda

Menggunakan Model Peralihan Konsep didalam lingkungan belajar yang berbeda


akan memerlukan adaptasi tertentu. Adaptasi paling signifikan adalah pengaruh
perkembangan. Kita akan menelaah penyesuaian-penyesuaian ini di dalam bagian-
bagian berikut.

1. Praktik yang Sesuai taraf Perkembangan: Pelajarn Peralihan Konsep untuk


Anak-anak Kecil
Secara umum, semakin belia siswa, semakin konkret contoh yang
diberikan (Eggen & Kauchak, 2010). Misalnya, di awal bab kita membahas
satu pelajaran tentang konsep bangun ruang, dengan menemukan konsep
bagaimana bangun ruang tersebut bisa terjadi sebagai karakteristik utama.
Pelajaran ini akan lebih cocok untuk anak kecil sebab perbandingan nonliteral,
satu karakteristik dari konsep bangun ruang, lebih abstrak dibandingkan
bagaimana pembentukan bangun ruang itu bisa terjadi.
Saat menghadapi anak-anak kecil, anda mungkin perlu memperkenalkan
Peralihan Komsep dengan satu ide yang akrab kali pertama atau kali kedua
anda menggunakan model ini. Topik-tpik seperti benda hidup, objek kayu,
objek persegei empat, atau bahkan siswa mengakrabkan diri dengan prosedur.
Menggunakan topik sederhana juga memberi siswa latihan untuk secara dini
merumuskan dan menguji hipotesis. Kegiatan ini bisa menantang terutama
untuk anak-anak kecil.
Anak-anak kecil pada awalnya cenderung sekadar menggambarkan
contoh-contoh. Atau, membuat pertanyaan lain tentang contoh-contoh, dengan
desakan dan dukungan mereka secara bertahap akan belajar menyatakan
hipotesis. Anda juga bisa memodifikasi bahasa yang anda gunakan untuk
menjadikannya sekonkret mungkin.
Selain itu, meningkatkan penekanan pada contoh-contoh positif dan
menggunakan lebih sedikit noncontoh merupakan penyesuaian perkembangan
tambahan yang menjadikan model itu lebih efektif bagi anak kecil. Sebab,
mereka dapat mengkonseptualkan ide mengenai apa sesuatu itu. Hanya saja,
mereka kesulitan unntuk mengkonseptualkan ide bahwa seuatu hal itu
bukanlah contoh yang lebih abstrak (Berk,2018). Melakukan analisis terhadap
hipotesis adalah latihan yang bagus untuk anak kecil. Dengan modifikasi,
mereka bisa jadi cakap dalam melakukam strategi tersebut. Model ini efektif
sebagai bentuk review dan untuk menambahkan variasi di dalam kegiatan
ruang kelas. Saat mereka lebih berpengalaman, murid akan menjadi lebih ahli
dalam membuat urutan contoh mereka sendiri dan memainkan permainan diri
mereka satu sama lain.

2. Mengeksplorasi Keberagaman: Kegiatan Peralihan Komsep dengan Anggota


Minoritas Kultural
Pengetahuan awal yang dibawa kaum minoritas kultural ke sekolah kerap
menjadi isu penting saat menghadapi mereka. Anggota dari minoritas kultural
kadang ragu untuk mengajukan jawaban karena ketakutan terhadap reaksi
teman-teman mereka atau karena ketidakpastian tentang pengetahuan atau
keterampilan bahasa mereka sendiri. Ini menyiratkan bahwa mengatur siswa
sedari awal ke dalam kelompok bisa efektif.
Iklim ruang kelas yang anda ciptakan juga penting. Semua siswa harus
merasa cukup aman secara emosional untuk mengeksplorasi hipotesis tanpa
ucapan sarkastis. Saat anda menggunakan satu model yang agak berbeda dari
pengajaran tradisional, seperti peralihan konsep, beberapa siswa yang biasanya
tidak bersinar justru akan bisa bersinat dan memang sering demikian, ini adalah
satu keuntungan memiliki banyak model yang biasa anda gunakan secara
nyaman. Isu utama dalam berhadapan dengan anggota minoritas kultural
adalah reaksi emosional yang mungkin mereka tunjukkan pada pelajaran ynag
anda ajarkan dengan menggunakan model-model pengajaran yang berbeda.
Penyesuian-penyesuaian yang baru kita beberkan dapat membantu anda
mengakomodasi reaksi-reaksi emosional potensional itu.

Peralihan Konsep II
Peralihan Konsep II (PK II) adalah modifikasi di dalam prosedur dasar yang
dirancang untuk meningkatkan penekanan pada pengujian hipotesis dan berpikir
kritis. Dimulai secara sama sebagaimana prosedur dasar (PK I). Siswa
mendapatkan satu contoh negatif dan positif. Mereka juga menghpotesiskan
nama-nama konsep, yang dituliskan di papan , kamera dokumen, atau kertas
grafik atau kertas diagram. Kemudian, guru menunjukkan semua contoh
tambahan. Siswa kemudian didorong unruk memindai daftar contoh yang
mungkin mendukung atau menyanggah hipotesis-hipotesis di dalam daftar.
Mereka juga menyatakan hipotesis mana yang harus ditolak jika
penggolongannya benar. Guru kemudian memverifikasi pengglongannya. Jika
penggolongannya tepat, perubahan yang sesuai didalam daftar hipotesis. Jika
penggolongannya salah maka hipotesis-hipotesis itu akan dianalisis ulang
berdasrkan informasi baru. Siswa kemudian memilih contoh tambahan dan
melanjutkan proses sampai satu hipotesis sudah disendirikan.
Misalnya, guru ingin mengajarkan perbedeaan bilangan ganjil dan
bilangan genap, guru bisa memberikan gambaran tentang angka-angka berikut

Contoh
1 22
3 32
15 16
21 12

Siswa mungkin menjawab informasi dengan hipotesis-hipotesis berikut,


yang kemudian akan didaftarkan ke dalam informasi yang sama sebagai berikut.

Contoh Hipotesis
1 3 1,3 adalah bilangan ganjil
22 32
0 21 22,32 adalah bilangan genap
16 12

Siswa kemudian memutuskan untuk memilih angka 0 sebagai tes untuk

Tujuan penting menggunakan Peralihan Konsep II adalah supaya siswa


bisa mengembangkan pengujian hipotesis yang efisien. Efisiensi tercapai jika satu
contoh bisa digunakan untuk menguji semua atau beberapa dari hipotesis-
hipotesis yang ada.

Melalui latiahn dengan kegiatan Peralihan Konsep II , siswa akan menjadi


efisien dalam mengumpulkan data dan mendapatkan informasi maksimal untuk
setiap contoh. Tujuan utama strategi ini adalah mendaptkan pengalaman dengan
logika ilmu pengetahuan. Artinya, siswa boleh dibilang merancang penyelidikan
atau eksperimen mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai