Anda di halaman 1dari 12

852 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 6, No.

1, 2012, hlm 852-861


Vol

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA TERHADAP MATERI


KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
DENGAN MENGGUNAKAN TWO-TIER DIAGNOSTIC
INSTRUMENT
A. Viyandari, S. Priatmoko, Latifah
Jurusan Kimia FM/PA Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi yang dialami siswa pada materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan (Ksp), mengetahui persentase terjadinya miskonsepsi siswa, dan mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Berdasarkan
analisis data hasil penelitian, didapat persentase kesulitan siswa untuk masing-masing konsep pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan sebagai berikut: konsep kelarutan 21 ,79%, konsep hasil kali kelarutan
17,700/0, konsep pengaruh ion senama terhadap kelarutan 39,81%, konsep pengaruh pH terhadap kelarutan
23,85%, serta konsep reaksi pengendapan 14,480/0.

ABSTRACT
This study aims to investigate the students' misconceptions on the material solubility and solubility product (Ksp),
determine the percentage of the student misconceptions, and determine the factors that cause it. This research was
conducted with descriptive methods. Based on the analysis of the survey data, the percentage obtained difficulty for
each student in the material concept of solubility and solubility product as follows: 21.79% solubility concept, the
concept of solubility product of 17.70%, its namesake concept ion effect on solubility 39.81 %, the concept of the
effect of pH on the solubility of 23.85%, and 14.48% precipitation reaction concept.

Keywords: miskonsepsi analysis, two-tier diagnostic instrument


PENDAHULUAN dapat memecahkan masalah seorang siswa
harus mengetahui aturanaturan yang relevan
llmu Kimia merupakan bagian dari berdasarkan konsepkonsep yang
llmu Pengetahuan Alam yang memberikan dimilikinya.
kontribusi penting terhadap perkembangan Kesulitan belajar konsep juga berasal
ilmu-ilmu terapan. Namun ilmu kimia masih dari ketidakmampuan siswa dalam
dianggap sulit oleh siswa SMA maupun mengaitkan pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa perguruan tinggi. Menurut Kean yang telah dimilikinya dengan konsep yang
dan Middlecamp dalam Rumansyah (2002), sebenarnya atau konsep ilmiah. Menurut
kesulitan siswa terkait dengan ciri-ciri ilmu Hamalik (2005), pengalaman masa Jampau
kimia yaitu sebagian besar ilmu kimia dan pengertianpengertian yang telah dimiliki
bersifat abstrak, penyederhanaan dari yang oleh siswa besar peranannya dalam proses
sebenarnya, bersifat berurutan dan belajar. Pengalaman dan pengertian itu
berkembang cepat sedangkan dalam menjadi dasar untuk menerima pengalaman-
pembelajaran kimia lebih mengutamakan pengalaman baru dan pengertian-pengertian
penguasaan konsep dan pemecahan masalah baru. Namun, bila persepsi yang timbul dari
yang bersifat ilmiah. Oleh sebab itu, untuk pengalaman tidak sesuai dengan konsep
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 853
sebenarnya maka akan timbul miskonsepsi. Menurut Van Den Berg

.
dalam Waskito (2007), miskonsepsi akan itu, kesulitan belajar konsep akan membuat sangat
berbahaya bagi siswa dan akan siswa mengalami miskonsepsi.
merugikan masa depannya. Hal ini akan Miskonsepsi yang terjadi pada siswa mempengaruhi
hasil belajar siswa saat sangat berbahaya karena bersifat sulit diubah sekarang dan seterusnya.
dan akan terbawa terus pada tingkat yang Berdasarkan hasil uji validasi instrumen lebih tinggi
bila guru tidak mengetahui konsepyang dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran, konsep yang
mengalami miskonsepsi dan diperoleh data bahwa rata-rata hasil belajar penyebab dari
miskonsepsi tersebut. Oleh siswa pada materi kelarutan dan hasil kali sebab itu penelitian
mengenai analisis kelarutan (Ksp) adalah 61. Pada observasi miskonsepsi sangat diperlukan
sehingga guru awal yang dilakukan di SMA Negeri 4 dapat mencari solusi permasalahan
tersebut. Semarang diperoleh data bahwa rata-rata hasil Penelitian ini menggunakan Two-tier
belajar siswa regular pada pelajaran kimia diagnostic instrument yang terdiri dari dua adalah 68,1
dengan kriteria ketuntasan bagian atau level, bagian pertama berisi minimal sebesar 68.
Walaupun nilai rata-rata pernyataan yang mengandung pilihan jawaban siswa mencapai batas
minimal, tetapi masih benar atau salah, bagian kedua berisi alasan banyak siswa yang memiliki
nilai dibawah 68 alasan yang mengacu pada jawaban-jawaban dan nilai tersebut masih tergolong
rendah. yang terdapat pada bagian pertama. Hal ini Penelitian yang dilakukan oleh Alfatie
menjadikan instrumen diagnostik lebih efektif (2009) berjudul Identifikasi Kesulitan Siswa
dalam memberikan pengetahuan sebagai Kelas XII IPA-2 MAN Malang 1 dalam alasan yang
mendasari jawaban siswa (Tan, Memahami Materi kelarutan dan Hasil Kali 2005).
Kelarutan (Ksp) serta Pemahaman Materi Permasalahan penelitian ini adalah tersebut dalam
Kehidupan Sehari-hari, miskonsepsi apa yang dialami siswa pada diperoleh hasil bahwa siswa
masih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, menganggap kelarutan terjadi pada larutan
berapakah persentase terjadinya miskonsepsi lewat jenuh, tidak dapat membedakan larutan siswa
terhadap materi kelarutan dan hasil kali jenuh dan lewat jenuh, penghitungan harga kelarutan
serta faktor-faktor apa saja yang Ksp tidak memangkatkan konsentrasi dengan menyebabkan
miskonsepsi.
koefisien, adanya ion senama tidak Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berpengaruh terhadap harga kelarutan, tidak mempunyai manfaat antara lain: (1) Bagi guru,
memahami pengaruhnya terhadap miskonsepsi-miskonsepsi yang teridentifikasi
kesetimbangan dan siswa tidak memahami pada siswa bermanfaat bagi guru dalam
pengaruh suhu terhadap kelarutan. Hasil menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat, penelitian
tersebut membuktikan bahwa siswa sehingga dapat menghindari dan atau masih kesulitan
dalam memahami materi mengurangi miskonsepsi siswa menuju kelarutan dan
hasil kali kelarutan. Oleh sebab konsep ilmiah. Pemahaman terhadap faktorfaktor yang
menyebabkan miskonsepsi
bermanfaat agar guru dapat menjalankan pembelajaran yang efektif dan efisien. (2)
fungsinya sebagai fasilitator dan mediator Bagi siswa, mempermudah siswa dalam
854 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, VOI 6, No. 1, 2012, hlm 852-861
mempelajari materi kelarutan dan hasil kali 2010/2011 yang berjumlah 130 siswa.
kelarutan, mempermudah siswa dalam Metode pengumpulan data yang digunakan
mempelajari konsep-konsep yang sering yaitu TwoTier Diagnostic instrument, peta
mengalami miskonsepsi. (3) Bagi sekolah, konsep, wawancara dan observasi.
hasil penelitian dapat memberikan masukan HASIL DAN PEMBAHASAN
bagi sekolah dalam menyediakan fasilitas
pembelajaran yang lebih baik sehingga Hasil data persentase siswa yang
membantu guru dalam upaya meningkatkan sudah paham, belum paham, dan
hasil belajar siswa. miskonsepsi dalam memahami konsep
kelarutan dan hasil kali kelarutan dapat
dilihat dalam Tabel 1 . Adapun grafik
METODE persentase miskonsepsi siswa dalam
memahami konsep kelarutan dan hasil kali
Dalam penelitian ini digunakan kelarutan pada setiap nomor soal disajikan
metode deskriptif. Menurut Sudjana (2005) pada Gambar 2.
penelitian deskriptif adalah penelitian yang Sebaran persentase miskonsepsi siswa
berusaha mendeskripsikan suatu gejala serta keterangan miskonsepsi siswa dalam
peristiwa atau kejadian pada masa sekarang. menjawab soal dapat dijelaskan secara rinci
Penelitian ini dapat mendiskripsikan letak dalam tiap konsep yakni konsep kelarutan,
miskonsepsi pada siswa dengan hasil kali kelarutan, pengaruh ion senama
menyertakan faktor-faktor yang terhadap kelarutan, pengaruh pH terhadap
menyebabkan miskonsepsi sehingga guru kelarutan, serta konsep reaksi pengendapan.
dapat mencegah munculnya masalah Sebaran miskonsepsi siswa pada
tersebut. konsep kelarutan dapat dilihat pada Tabel 2.
Desain penelitian ini dapat dirinci Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
pada bagan yang disajikan pada Gambar 1 .
persentase rata-rata miskonsepsi siswa pada
Subjek pada penelitian ini adalah
konsep kelarutan adalah 21 ,79% dapat
siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPA
dikatakan bahwa sebagian kecil siswa
3 di SMA Negeri 4 Semarang tahun ajaran
mengalami miskonsepsi.
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 855

Gambar 1. Desain Penelitian

Grafik persentase miskonsepsi pada konsep kelarutan


dan hasil kali kelarutan
70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425 Nomor Soa!

Gambar 2. Persentase Miskonsepsi Siswa pada Setiap Soal


Tabel 1. Sebaran Presentase Pemahaman Siswa pada Setiap Soal

Presentase Pemahaman
Nomor Sudah Belum
Miskonsepsi
856 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, VOI 6, No. 1, 2012, hlm 852-861
Soai Paham Paham Miskonsepsi
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 857
18 6,92 49,23 43,85 Hampir
setengahnya
19 83,85 13,85 2,31 Sebagian kecil
20 36,15 53,80 10,00 Sebagian kecil
21 35,38 32,31 32,31 Hampir
setengahnya
22 46,92 31 21 Sebagian kecil
23 57,69 36,92 5,38 Sebagian kecil
24 75,38 9,23 15,38 Sebagian kecil
25 92,31 3,85 3,85 Sebagian kecil
Rata- 54,18 23,1 1 22,71 Sebagian kecil
rata

Nomor Jumlah siswa yang Persentase Keterangan


Soal mengalami miskonsepsi miskonsepsi Miskonsępsi

Tabel 2. Sebaran Miskonsepsi Siswa pada Konsep Kelarutan

1 39
30,00Hampir setengahnya
5 13 10,00 Sebagian kecil
7 37 28,46 Hampir setengahnya
8 4 3,08 Sebagian kecil
16 20 15,38 Sebagian kecil
18 57 43,85 Hampir setengahnya
21 Sebagian kecil

Berdasarkan Tabel 2, miskonsepsi


siswa banyak terjadi pada soal nomor 18.
Pada soal nomor 18, masih ada siswa yang
salah dalam menjawab soal penentuan Ksp
perak fosfat, siswa membawa konsep
penulisan kesetimbangan reaksi yang hasil
kali produk dibagi dengan hasil reaktan
dalam penulisan rumus Ksp. Siswa yang
mengalami miskonsepsi yaitu siswa yang
benar dalam menentukan Ksp tetapi salah
menjawab alasannya mengatakan mereka
mengira kesetimbangan yang te rjad i
adalah kesetimbangan homogen sehingga
858 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, VOI 6, No. 1, 2012, hlm 852-861
.

dengan konsep, karena kesetimbangan yang Miskonsepsi yang paling banyak terjadi pada
terjadi merupakan kesetimbangan heterogen nomor 9 dan 17 padahal pada nomor tersebut
dimana konsentrasi padatannya konstan. merupakan tipe soal yang sedang.
Sebaran miskonsepsi siswa pada Berdasarkan hasil wawancara, miskonsepsi konsep hasil
kali kelarutan dapat dilihat pada yang banyak terjadi pada siswa adalah siswa
Tabel 3. menganggap penulisan rumus Ksp dengan
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat menuliskan koefisien dalam ionisasi. Siswa bahwa
persentase rata-rata miskonsepsi siswa menuliskan rumus Ksp BaC12= [Ba 2+l[2Cl-12 pada
konsep hasil kali kelarutan adalah penulisan rumus Ksp yang salah
Dapat dikatakan bahwa sebagian menyebabkan siswa salah dalam perhitungan kecil
siswa mengalami miskonsepsi. Pada harga Ksp. Siswa terkecoh dengan jumlah konsep hasit kali
kelarutan berisi tentang kelarutan yang dikali dua sehingga saat penghitungan kelarutan
berdasarkan Ksp atau penulisan dirumus Ksp pun menyertakan sebaliknya. Hampir sebagian
siswa mengalami koefisien.
miskonsepsi dalam penulisan rumus Ksp.
Tabel 3. Sebaran Miskonsepsi Siswa pada Konsep Hasil Kali Kelarutan
Nomor Jumlah siswa yang Persentase Keterangan
Soal mengalami miskonsepsi miskonsepsi Miskonsepsi
9 49 37,69 Hampir
10 3 2,31 setengahnya
37 28,46 Sebagian kecil
19 2,31 Hampir
3 setengahnya
Rata-rata 17,70
Sebagian kecil
Sebagian kecil
konsentrasi padatan konstan. Hal ini senama. Siswa mengetahui bahwa
berbeda Sebaran miskonsepsi siswa pada penambahan ion senama dalam larutan
konsep pengaruh ion senama terhadap jenuh akan menyebabkan endapan, namun
kelarutan dapat dilihat pada Tabel 4. masih banyak yang mengalami miskonsepsi
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan soal tersebut. Siswa mengatakan
persentase rata-rata miskonsepsi siswa bahwa semakin besar konsentrasi pelarut
pada konsep pengaruh ion senama maka akan semakin besar kecepatan zat
terhadap kelarutan adalah 39,81%. untuk bereaksi. Siswa menyamakan antara
Persentase miskonsepsi banyak terjadi kecepatan zat yang mudah melarut akibat
pada soal nomor 2, 4, dan 12 walaupun soal penambahan konsentrasi dengan pengaruh
tergolong sedang. Pada soal nomor 2, siswa ion senama dalam kelarutan. Siswa yang
masih banyak mengalami miskonsepsi Iain juga mengungkapkan bahwa ion
dalam memahami kesetimbangan reaksi senama akan terionisasi sempurna dalam
akibat pengaruh ion larutan jenuh. Hal ini juga terjadi pada soal
nomor 4, siswa menganggap ion senama
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 859
dapat menambah kelarutan sehingga sukar maupun Ag + dari Ag2Cr04.. Walaupun
mengendap. Pada soal nomor 12, siswa secara
diminta untuk mencari kelarutan Ag2Cr04 perhitungan yang digunakan adalah
dalam larutan AgN03 0,2 M. Miskonsepsi konsentrasi Ag+ dari AgN03 namun siswa
yang terjadi adalah siswa menganggap juga harus mengetahui bahwa nilai Ag+
kelarutan Ag+ yang digunakan dalam yang digunakan adalah konsentrasi total,
perhitungan merupakan konsentrasi Ag+ karena nilai dari Ag2Cr04 sangat kecil maka
dari AgN03 saja bukan total Ag* dari AgN03 nilai
Ag+ dari Ag2Cr04 diabaikan.
Sebaran miskonsepsi siswa pada Berdasarkan hasil wawancara siswa
konsep pengaruh pH terhadap kelarutan mengatakan bahwa nilai [OH] yang
dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan digunakan adalah nilai dari Iarutan yang
Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase memiliki pH 12. Mereka tidak memikirkan
rata-rata miskonsepsi siswa pada konsep pH bahwa dalam Iarutan sebelumnya telah
terhadap kelarutan adalah 23,85%. Dapat terdapat nilai [OH], sehingga nilai [OH] yang
dikatakan bahwa sebagian kecil siswa seharusnya digunakan adalah nilai [OH]
mengalami miskonsepsi. Soal yang paling total dari Iarutan awal dan Iarutan yang
banyak mengalami miskonsepsi adalah soal memiliki pH 12 walapun harga [OH] kecil
nomor 14. Soal nomor 14 merupakan soai dan hasil perhitungan sama bila
Tabel 4. Sebaran Miskonsepsi Siswa pada Konsep Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan
Nomor Jumlah siswa yang Persentase Keterangan
Soal mengalami miskonsepsi miskonsepsi Miskonsepsi
yang telah2ditambahkan Iarutan45yang memiliki 34,62 Hampir
4 45 34,62 setengahnya
Tabel 5. Sebaran Miskonsepsi Siswa pada Konsep Pengaruh pH terhadap Kelarutan
11 31 23,85 Hampir
Nomor Jumlah siswa yang Persentase Keterangan
12 Soai 86 66,15 setengahnya
mengalami miskonsepsi miskonsepsi Miskonsepsi
Sebagian kecil
6 29 22,31 Sebagian kecil
Sebagian besar
13 16 12,31 Sebagian kecil
Rata-rata 39,81
14 83 63,85 HampirSebagian besar
15 14 10,77 setengahnya
Sebagian kecil
20 13 10,00 Sebagian kecil
Rata-rata 23,85 Sebagian kecil
menentukan kelarutan dalam pH tertentu. menggunakan nilai [OH ] saja namun
Kelarutan yang dimaksud adalah kelarutan konsep yang digunakan salah.
Iarutan standar pH 12. Pada soal ini masih
banyak yang mengalami miskonsepsi.

Sebaran miskonsepsi siswa pada besar terjadi pada soal nomor 21 karena
konsep pengaruh pH terhadap kelarutan soal tersebut tergolong sukar. Miskonsepsi
dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan terjadi karena siswa salah
tabel 6 dapat dilihat bahwa persentase
rata-rata miskonsepsi siswa pada konsep
pengendapan adalah 14,62%. Dapat
dikatakan bahwa sebagian kecil siswa
mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi paling
860 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, VOI 6, No. 1, 2012, hlm 852-861
dalam mencari jumlah mol. Siswa langsung
mencari kelarutan dengan membagi massa
dengan volume. Walapun satuan kelarutan
dapat dinyatakan dalam gram per liter,
namun
Tabel 6. Sebaran Miskonsepsi Siswa pada Konsep Pengendapan
Nomor Jumlah siswa yang Persentase Keterangan dalam
Soal
mengalami miskonsepsi miskonsepsi Miskonsepsi kasus ini
3 11 8,46 Sebagian kecil siswa
21 32,31 Hampir
28 tidak
21 setengahnya
22 teliti
7 5,38 Sebagian kecil
23 dalam
20 15,38 Sebagian kecil
24
5 3,85 Sebagian kecil
25
Sebaaian kecil
Rata-rata 14,48 Sebagian kecil
menggunakan satuan. Massa yang
diketahui adalah 6,3.10-3 gram bukan
6,3.10-3 miligram.
Berdasarkan wawancara, masih Salah satu faktor yang dapat
terdapat siswa yang tidak memahami mempengaruhi hasil belajar siswa adalah
perbedaan antara Ksp dan Qc. Siswa minat. Menurut Slameto dalam Marsita
tersebut mengatakan bahwa Ksp (2009), pengertian minat merupakan
merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion kecenderungan yang tetap untuk
pangkat koefisien reaksi sedangkan Qc memperhatikan dan mengenang beberapa
merupakan hasil kali kelarutan tanpa ada kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang
pemangkatan koefisien reaksi. Pada kriteria diperhatikan terus-menerus yang disertai
proses yang memungkinkan membentuk dengan rasa senang. Kurangnya minat dan
endapan, hampir seluruh siswa yang perhatian siswa pada saat proses
diwawancarai sudah mengerti tentang pembelajaran berlangsung terlihat ketika
kriteria pembentukan endapan. Namun dilakukan pengamatan didalam kelas. Agar
terdapat siswa yang mengatakan bahwa tidak terjadi miskonsepsi, siswa harus
endapan akan tercapai bila Ksp lebih besar mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dari Qc. dipelajarinya agar mereka mendapat
Adapun faktor-faktor penyebab informasi yang lengkap.
miskonsepsi siswa pada materi Kelarutan Kesiapan menurut Jamies Drever
dan hasil kali kelarutan (Ksp) antara lain dalam Surahman (2007) adalah kesediaan
kurangnya minat dan perhatian siswa, untuk memberi respon atau reaksi.
kesiapan siswa dalam menerima materi dan Kesediaan itu timbul dari dalam diri
konsep baru, perbedaan daya tangkap dan seseorang dan juga berhubungan dengan
daya pikir siswa, pengetahuan awal siswa, kematangan, karena kematangan berarti
serta faktor strategi pembelajaran yang kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
kurang tepat. Menurut Slameto dalam Marsita (2009),
belajar merupakan suatu proses usaha yang
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 861
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Namun bila hasil
862 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 6, No. 2012, hlm 852-861
pengalaman siswa tidak diberi penegasan, menghilangkan miskonsepsi yang terjadi
siswa akan menyimpulkan sendiri, sehingga pada siswa.
besar kemungkinan akan mengalami
miskonsepsi. PENUTUP
Setiap siswa memiliki tingkat
kecerdasan yang berbeda-beda. Hal ini Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menyebabkan perbedaan daya tangkap dan dapat disimpulkan bahwa persentase
daya pikir siswa dalam memahami suatu miskonsepsi siswa terhadap materi kelarutan
konsep materi. Siswa yang memiliki
dan hasil kali kelarutan (Ksp) pada konsep
kemampuan tinggi memiliki daya tangkap
kelarutan 21 , 79%, konsep hasil kali
yang lebih baik dari siswa yang
kelarutan konsep pengaruh ion
berkemampuan rendah. Hal ini
menyebabkan siswa akan lebih mudah senama terhadap kelarutan 39,81 konsep
menyerap materi yang dijelaskan oleh guru. pengaruh PH terhadap kelarutan sebanyak
Sedangkan siswa yang memiliki 23,85%, dan konsep reaksi pengendapan
kemampuan rendah âkan lebih sulit untuk 14,48%. Faktorfaktor penyebabkan
memahami materi dengan baik. Akibatnya siswa mengalami miskonsepsi pada
siswa tersebut akan lebih sulit materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
menyimpulkan suatu konsep. (Ksp) yaitu kurangnya minat dan perhatian
Menurut Sadia dalam Hasnunidah siswa, kesiapan siswa dalam menerima
(2007), penyebab adanya miskonsepsi dan materi dan konsep baru, perbedaan daya
kondisi pembelajaran yang kurang tangkap dan daya pikir siswa, pengetahuan
memperhatikan konsep awal yang dimiliki
awat siswa, dan strategi pembelajaran yang
siswa yaitu para guru mengajar berdasarkan
kurang tepat
asumsi tersembunyi bahwa pengetahuan
dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi
tersebut mereka memfokuskan diri pada
upaya penuangan pengetahuan ke dalam DAFTAR PUSTAKA
kepala para siswanya. Alfatie, W.G. 2009. Identifikasi Kesu/itan Siswa
Strategi pembelajaran mencakup Kelas XII IPA-2 MAN Malang 1 dalam
berbagai metode yang digunakan, media, Memahami Materi Kelarutan dan hasil
prosedur dan teknik yang dipakai untuk kali kelarutan (Ksp) serta
menyampaikan materi kepada siswa. Pemahaman Materi tersebut dalam
Mempelajari konsep tidak cukup hanya Kehidupan Sehari-hari. (Skripsi).
dengan menghafal saja, tetapi perlu Malang: Jurusan Pendidikan Kimia
pemahaman yang lebih dalam sehingga FMIPA Universitas Negeri Malang.
konsep yang dipelajari tidak mudah hilang. .
Miskonsepsi siswa terjadi karena
kompetensi Vol 1. Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar.
Sudjan
generiknya lemah oleh sebab itu strategi dan
pembelajaran yang berorientasi pada Jakarta: PT Bumi Aksara. Penilaian
keterampilan generik sains merupakan salah Pendidikan. Bandung: Sinar Hasnunidah, N.
satu cara untuk dapat meminimalisir bahkan 2007. Diagnostik Miskonsepsi Baru
Algesindo.
A. Viyandari, dkk. Analisis Miskonsepsi Siswa 863
Biologi dan Remediasinya dengan
Tiga Surahman, Y. 2007. Faktor-
Faktor yang Model Pembelajaran
yang Berbeda. Mempengaruhi
Keberhasi/an Belajar (Skripsi).
Lampung: PMIPA. Mata Pelajaran
Pengetahuan Sosia/
Marsita, R.A. 2009. Analisis Kesulitan
Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri
22 Kimia Siswa Ke/as XI PSIA SMA
Negen Semarang. (Skripsi).
Semarang: 1 Pemalang dalam
Memahami Materi Fakultas Ekonomi
Unnes.
Larutan Penyangga dengan Tan,
C.D.T., Taber, K.s., Goh N.K., dan
Chia, Menggunkan Two-tier Multiple
Choice L.S. 2005. Development of A
Two-Tier
Diagnostic Instrument. (Skripsi).
Multiple Choice Diagnostic Instrument to
Semarang: Jurusan Kimia FMIPA
Determine a Leve/ Students' Unnes.
Understanding of Ionisation Energy.
Rumansyah. 2002. Penerapan Metode
Latihan Singapore: Nasional Institute
of Berstruktur dalam Meningkatkan
Education, Nanyang Technological
Pamahaman Siswa Terhadap Konsep
University.
Persamaan Kimia. Waskito, P. 2007.
Identifikasi Miskonsepsi
http://aliciakomputer.Wordpress.com
Konsep Listrik pada Mahasiswa
/2008/01 /10 karakteristik - ilmu-
kimia. Program Studi Fisika FKIP
UNS. Jurnal diunduh tanggal 10
Januari 2008. Pendidikan dan
Pengajaran FKIP Unila,
Volume 5(1).

Anda mungkin juga menyukai