Anda di halaman 1dari 84

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Haryani, M.Si.
Dra. Sri Nurhayati, M.Pd.

Disusun Oleh:
Nova Lestriyani 4301417005
Susi Yanti 4301417018
Muchibbah 4301417022

Kelompok 8

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Kurikulum di
Indonesia. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Sri Haryani,
M.Si. dan Dra. Sri Nurhayati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum
Universitas Negeri Semarang yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan mengenai Perkembangan kurikulum di Indonesia. Kami pun
menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah
yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Semarang, Maret 2020

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)
mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat
tersebut telah diterbitkan Permendikbud tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sesuai dengan pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
mertabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi
kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan pasal
35 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
peserta didik yang ahrus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada
jenajang pendidikan dasar dan menengah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana isi Permendiibud No. 20, 21, 22, 23, dan 24?
2. Bagaimana isi Permendikbud No. 35,36,37,38,39, dan 40?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengkaji dan mengetahui isi Permendiibud No. 20, 21, 22, 23, dan 24.
2. Untuk mengekaji dan mengetahui isi Permendiibud No35,36,37,38,39, dan 40.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 (STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH)

Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1) Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan
utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
dan standar pembiayaan.
(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
4
a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;
b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan
c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/ Paket C.
(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

KOMPETENSI LULUSAN SATUAN


PENDIDIKAN
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

DIMENSI SIKAP
SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
RUMUSAN
Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap: mencerminkan sikap: mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa 1. beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME, kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan 2. berkarakter, jujur, dan
peduli, peduli, peduli,
3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab, 3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati 4. pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan 5. sehat jasmani dan 5. sehat jasmani dan
rohani sesuai dengan rohani sesuai dengan rohani sesuai dengan
perkembangan anak perkembangan anak perkembangan anak di
di lingkungan di lingkungan lingkungan keluarga,
5
keluarga, sekolah, keluarga, sekolah, sekolah, masyarakat
masyarakat dan masyarakat dan dan lingkungan alam
lingkungan alam lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
sekitar, bangsa, dan sekitar, bangsa, kawasan regional, dan
negara. negara, dan kawasan internasional.
regional.

DIMENSI PENGETAHUAN
SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
RUMUSAN
Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan
faktual, konseptual, faktual, konseptual, faktual, konseptual,
prosedural, dan prosedural, dan prosedural, dan
metakognitif pada metakognitif pada tingkat metakognitif pada tingkat
tingkat dasar berkenaan teknis dan spesifik teknis, spesifik, detil, dan
dengan: sederhana berkenaan kompleks berkenaan
1. ilmu pengetahuan, dengan: dengan:
2. teknologi, 1. ilmu pengetahuan, 1. ilmu pengetahuan,
3. seni, dan 2. teknologi, 2. teknologi,
4. budaya. 3. seni, dan 3. seni,
Mampu mengaitkan 4. budaya. 4. budaya, dan
pengetahuan di atas Mampu mengaitkan 5. humaniora.
dalam konteks diri pengetahuan di atas dalam Mampu mengaitkan
sendiri, keluarga, konteks diri sendiri, pengetahuan di atas
sekolah, masyarakat keluarga, sekolah, dalam konteks diri
dan lingkungan alam masyarakat dan sendiri, keluarga,
sekitar, bangsa, dan lingkungan alam sekitar, sekolah, masyarakat dan
negara bangsa, negara, dan lingkungan alam sekitar,
kawasan regional. bangsa, negara, serta
kawasan regional dan
internasional.

6
PENJELASAN SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
Faktual Pengetahuan dasar Pengetahuan teknis Pengetahuan teknis dan
berkenaan dengan dan spesifik tingkat spesifik, detail dan
ilmu pengetahuan, sederhana berkenaan kompleks berkenaan
teknologi, seni, dengan ilmu dengan ilmu pengetahuan,
dan budaya terkait pengetahuan, teknologi, seni, dan
dengan diri teknologi, seni, dan budaya terkait dengan
sendiri, keluarga, budaya terkait dengan masyarakat dan
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
masyarakat dan lingkungan alam bangsa, negara, kawasan
lingkungan alam sekitar, bangsa, regional, dan
sekitar, bangsa, negara, dan kawasan internasional.
dan negara. regional.
Konseptual Terminologi/ Terminologi/ istilah Terminologi/ istilah dan
istilah yang dan klasifikasi, klasifikasi, kategori,
digunakan, kategori, prinsip, prinsip, generalisasi,
klasifikasi, generalisasi dan teori,model, dan struktur
kategori, prinsip, teori, yang yang digunakan terkait
dan generalisasi digunakan terkait dengan pengetahuan
berkenaan dengan dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail
ilmu pengetahuan, teknis dan spesifik dan kompleks berkenaan
teknologi, seni dan tingkat sederhana dengan ilmu
budaya terkait berkenaan dengan pengetahuan, teknologi,
dengan diri ilmu pengetahuan, seni, dan budaya
sendiri, keluarga, teknologi, seni, dan terkait dengan
sekolah, budaya masyarakat dan
masyarakat dan terkait dengan lingkungan alam sekitar,
Lingkungan alam masyarakat dan bangsa, negara, kawasan
sekitar, bangsa, lingkungan alam regional, dan
dan negara. sekitar, bangsa, internasional.
negara, dan kawasan
regional.
Penjelasan SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
Prosedural Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang cara
cara melakukan cara melakukan melakukan sesuatu atau
sesuatu atau sesuatu atau kegiatan kegiatan yang terkait dengan
kegiatan yang yang terkait dengan pengetahuan teknis,
berkenaan dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode,
ilmu pengetahuan, spesifik, algoritma, dan kriteria untuk
teknologi, seni, dan metode tingkat menentukan prosedur yang
budaya terkait sederhana berkenaan sesuai berkenaan dengan
dengan diri sendiri, dengan ilmu ilmu pengetahuan,
keluarga, sekolah, pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya,
masyarakat dan teknologi, seni, dan terkait dengan masyarakat
lingkungan alam budaya terkait dengan dan lingkungan alam
sekitar, bangsa dan masyarakat dan sekitar, bangsa, negara,
negara. lingkungan alam kawasan regional, dan
sekitar, bangsa, negara, internasional.
dan kawasan regional.
Metakognitif Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang Pengetahuan tentang
kekuatan dan kekuatan dan kekuatan dan kelemahan
kelemahan diri kelemahan diri sendiri diri sendiri dan
sendiri dan dan Menggunakannya Menggunakannya dalam
menggunakannya dalam mempelajari mempelajari pengetahuan
dalam mempelajari pengetahuan teknis teknis, detail, spesifik,
ilmu pengetahuan, dan spesifik tingkat kompleks, kontekstual dan
teknologi, seni dan sederhana berkenaan kondisional berkenaan
budaya terkait dengan ilmu dengan ilmu pengetahuan,
dengan diri sendiri, pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
keluarga, sekolah, teknologi, seni, dan terkait dengan masyarakat
masyarakat dan budaya terkait dengan dan lingkungan alam
lingkungan alam masyarakat dan sekitar, bangsa, negara,
sekitar, bangsa dan lingkungan alam kawasan regional, dan
negara. sekitar, bangsa, negara, internasional.
dan kawasan regional.

DIMENSI KETERAMPILAN
SD/MI/SDLB/ SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB/
Paket A Paket B Paket C
RUMUSAN
Memiliki keterampilan Memiliki keterampilan Memiliki keterampilan
berpikir dan bertindak: berpikir dan bertindak: berpikir dan bertindak:
1. kreatif, 1. kreatif, 1. kreatif,
2. produktif, 2. produktif, 2. produktif,
3. kritis, 3. kritis, 3. kritis,
4. mandiri, 4. mandiri, 4. mandiri,
5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan 5. kolaboratif, dan
6. komunikatif 6. komunikatif 6. komunikatif

melalui pendekatan melalui pendekatan melalui pendekatan ilmiah


ilmiah sesuai dengan ilmiah sesuai dengan sebagai
tahap perkembangan yang dipelajari di satuan pengembangan dari yang
anak yang relevan pendidikan dan sumber dipelajari di satuan
dengan tugas yang lain secara mandiri pendidikan dan sumber lain
diberikan secara
mandiri

Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan
memperhatikan:
a. perkembangan psikologis anak;
b. lingkup dan kedalaman;
c. kesinambungan;
d. fungsi satuan pendidikan; dan
e. lingkungan.
2. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 (STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH)
Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan Ketentuan Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
STANDAR ISI SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi
terdiri dari Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
(2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
(3) Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan
Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK setiap program keahlian
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah.
(5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup materi pada setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas pada tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
(6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti untuk setiap mata pelajaran
sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
(7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti disusun
secara jelas.
(8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap Soial sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan disusun
secara jelas.
(9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisah dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan
Pendidikan Menengah wajib menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3
(tiga) tahun untuk semua tingkat kelas.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

TINGKAT KOMPETENSI
1. Tingkat Pendidikan Dasar (Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SDLB/PAKET A)
KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
Sikap Spritual 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menunjukkan perilaku:
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan
negara
Pengetahuan 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat dasar dengan cara :
a. mengamati,
b. menanya, dan
c. mencoba
Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah,
disekolah, dan tempat bermain.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai
dengan tahap perkembangannya.

2. (Tingkat Kelas VII-IX SMP/MTs/SMPLB/PAKET B)

KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI

Sikap Spritual 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menghargai dan menghayati perilaku:
Sikap Sosial
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. percaya diri,
e. peduli, dan
f. bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak
di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
Pengetahuan
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang:
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan
kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
Keterampilan
secara:
a. kreatif
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif,
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang teori.

3. Tingkat Pendidikan Menengah (Kelas X-XII SMA/MA/SMALB/PAKET C)


KOMPETENSI DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku
a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan
g. pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan
e. humaniora
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai
dengan kaidah keilmuan.

4. (Kelas X- XII SMK/MAK)


KOMPETENSI DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab,
responsif, dan pro-aktif melalui keteladanan, pemberian nasehat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara
berkesinambungan serta menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian pada bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah.
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan
dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

TINGKAT KOMPETENSI DAN RUANG LINGKUP MATERI KIMIA


Tingkat Kompetensi Ruang Lingkup
Kompetensi Materi
Tingkat - Mengembangkan sikap ilmiah: - Hakikat dan peran kimia
Pendidikan rasa ingin tahu, berpikir logis dan dalamkehidupan.
Menengah analitis, tekun, ulet, jujur, disiplin, - Struktur atom dan Sistem
(Kelas X-XII) tanggung jawab, dan peduli periodik.
melalui kimia. - Ikatan kimia dan Bentuk
- Memahami struktur atom dan molekul.
molekul, ikatan kimia, sifat fisik - Larutan elektrolit dan
dan kimia unsur, keperiodikan larutan non- elektrolit.
sifat unsur, dan dapat - Konsep reaksi oksidasi
mengkaitkan struktur atom, jenis reduksi dan bilangan
ikatan, struktur molekul dan oksidasi.
interaksi antar molekul dengan - Tatanama senyawa anorganik
sifat fisik dan kimianya yang dan organik.
teramati. - Stoikiometri.
- Menerapkan hukum- hukum dasar - Termokimia.
kimia, energetika, kinetika dan - Laju reaksi.
kesetimbangan untuk menjelaskan - Kesetimbangan kimia.
fenomena yang terkait seperti - Sifat larutan asam basa dan
kespontanan reaksi dan faktor- pH larutan.
faktor yang mempengaruhi - Kesetimbangan Ion.
jalannya suatu reaksi.
- Merancang dan melakukan
percobaan kimia yang mencakup
perumusan masalah, mengajukan
hipotesis, menentukan variabel,
memilih instrumen,
mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis data, menarik
kesimpulan, dan
mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan
tertulis.
- Menganalisis dan menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan
dengan sifat-sifat molekul, reaksi
kimia, kesetimbangan kimia,
kinetika kimia, dan energetika,
serta menerapkan pengetahuan ini
pada berbagai bidang
- ilmu dan teknologi.
- Mengembangkan sikap ilmiah: - Sifat koligatif larutan.
rasa ingin tahu, berpikir logis dan - Redoks dan elektrokimia.
analitis, tekun, ulet, jujur, disiplin, - Unsur-unsur golongan gas
tanggung jawab, dan peduli mulia, halogen, alkali dan
melalui kimia. alkali tanah, periode 3.
- Menerapkan prinsip- prinsip dasar - Unsur golongan transisi
kimia, struktur dan energetika periode 4 dan senyawanya.
untuk menganalisis feneomena - Senyawa alkana dan derivat
fisik dan kimia yang berkaitan (halo alkana, alkanol, alkoksi
dengan sifat fisik larutan, interaksi alkana, alkanal, alkanon, asam
energi listrik dengan perubahan alkanoat, dan alkil alkanoat).
kimia, dan sifat fisikokimia unsur - Benzena dan turunannya.
dan senyawa. - Makromolekul (polimer,
- Menjelaskan berlakunya prinsip- karbohidratdan protein).
prinsip dasar kimia dalam - Lemak.
fenomena alam dan pada produk. - Hidrokarbon dan minyak
bumi.
- Sistem koloid.

3. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 22 TAHUN 2016 (STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH)
Menimbang :
bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5670);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar
Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai
kompetensi lulusan.
(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
Sikap Pengetahuan Keterampilan
Menerima Mengingat Mengamati
Menjalankan Memahami Menanya
Menghargai Menerapkan Mencoba
Menghayati, Menganalisis Menalar
Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji
- Mencipta

PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
1. Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata
pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a. Identitas mata pelajaran (khusus SMP/ MTs/ SMPLB/ Paket B dan SMA/ MA/ SMALB/
SMK/ MAK/ Paket C/ Paket C Kejuruan);
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c. Kompetensi inti;
d. kompetensi dasar;
e. tema (khusus SD/ MI/ SDLB/ Paket A);
f. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam
bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g. pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan;
h. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan
pencapaian hasil belajar peserta didik;
i. alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu
semester atau satu tahun; dan
j. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber
belajar lain yang relevan.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam
silabus dan KD yang harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan
penutup; dan
m. penilaian hasil pembelajaran.

Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran


1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran
a. SD/MI : 35 menit
b. SMP/MTs : 40 menit
c. SMA/MA : 45 menit
d. SMK/MAK : 45 menit
2. Rombongan belajar
Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik
dalam setiap rombongan belajar dinyatakan dalam tabel berikut:
Jumlah Maksimum
Jumlah
Peserta Didik Per
No Satuan Pendidikan Rombongan
Rombongan
Belajar
Belajar
1. SD/MI 6-24 28
2. SMP/MTs 3-33 32
3. SMA/MA 3-36 36
4. SMK 3-72 36
5. SDLB 6 5
6. SMPLB 3 8
7. SMALB 3 8
3. Buku Teks Pelajaran
Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
4. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 (STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN)
Menimbang :
a. bahwa pengaturan mengenai penilaian pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan
dan kebutuhan dalam penilaian hasil belajar;
b. bahwa dalam rangka pengendalian mutu penilaian hasil belajar peserta didik oleh pendidik,
satuan pendidikan, dan pemerintah perlu menyusun standar penilaian pendidikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Penilaian
Pendidikan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5670);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
2. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik.
3. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
4. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta
Didik secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran untuk memantau kemajuan dan
perbaikan hasil belajar Peserta Didik.
5. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari
suatu satuan pendidikan.
6. Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan
belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi
kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan.

BAB II LINGKUP PENILAIAN


Pasal 2
Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Pasal 3
(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi
aspek:
a. sikap;
b. pengetahuan; dan
c. keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku peserta
didik.
(3) Penilaian pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.
(4) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu.
(5) Penilaian pengetahuan dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.
BAB III TUJUAN PENILAIAN
Pasal 4
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
(3) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu.

BAB IV PRINSIP PENILAIAN


Pasal 5
Prinsip penilaian hasil belajar:
a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai;
c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan
khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik;
g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku;
h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur,
teknik, maupun hasilnya.

BAB V BENTUK PENILAIAN


Pasal 6
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan,
dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk:
a. mengukur dan mengetahui pencapaian kompetensi Peserta Didik;
b. memperbaiki proses pembelajaran; dan
c. menyusun laporan kemajuan hasil belajar harian, tengah semester, akhir semester, akhir
tahun. dan/atau kenaikan kelas.
(3) Pemanfaatan hasil penilaian oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut oleh Direktorat Jenderal terkait.
Pasal 7
(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian
sekolah/madrasah.
(2) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk penentuan kelulusan dari satuan pendidikan.
(3) Satuan pendidikan menggunakan hasil penilaian oleh satuan pendidikan dan hasil penilaian
oleh pendidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) untuk melakukan
perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
(4) Dalam rangka perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidikan sebagai mana yang dimaksud
pada ayat (3), satuan pendidikan menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria
dan/atau kenaikan kelas peserta didik.
Pasal 8
(1) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional dan/atau
bentuk lain yang diperlukan.
(2) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional digunakan sebagai
dasar untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. pertimbangan seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya; dan
c. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk
meningkatkan mutu pendidikan.

BAB VI MEKANISME PENILAIAN


Pasal 9
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik:
a. perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b. penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain
yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas;
c. penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai
dengan kompetensi yang dinilai;
d. penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e. peserta didik yang belum mencapai KKM satuan pendidikan harus mengikuti
pembelajaran remedi; dan
f. hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik disampaikan dalam
bentuk angka dan/atau deskripsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh pendidik diatur dalam pedoman yang
disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian.
Pasal 10
(1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan:
a. penetapan KKM yang harus dicapai oleh peserta didik melalui rapat dewan pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan pada semua mata pelajaran mencakup aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
c. penilaian pada akhir jenjang pendidikan dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah;
d. laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan dalam
rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian
oleh Pendidik; dan
e. kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan melalui rapat
dewan pendidik.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang mekanisme penilaian oleh satuan pendidikan diatur dalam
pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.
Pasal 11
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pemerintah:
a. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN)
dan/atau bentuk lain dalam rangka pengendalian mutu pendidikan;
b. penyelenggaraan UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan
instansi terkait untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan.
c. hasil UN disampaikan kepada peserta didik dalam bentuk sertifikat hasil UN;
d. hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan masukan dalam perbaikan
proses pembelajaran;
e. hasil UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk:
pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk jenjang
pendidikan berikutnya; serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan
dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan;
f. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dapat dilakukan dalam bentuk survei
dan/atau sensus; dan
g. bentuk lain penilaian hasil belajar oleh Pemerintah diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI PROSEDUR PENILAIAN
Pasal 12
(1) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
a. Mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran;
b. Mencatat perilaku peserta didik dengan menggunakan lembar observasi/pengamatan;
c. Menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
d. Mendeskripsikan perilaku peserta didik.
(2) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
(3) Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
a. menyusun perencanaan penilaian;
b. mengembangkan instrumen penilaian;
c. melaksanakan penilaian;
d. memanfaatkan hasil penilaian; dan
e. melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
Pasal 13
(1) Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:
a. menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun;
b. menyusun kisi-kisi penilaian;
c. membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(2) Prosedur penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengkoordinasikan
kegiatan dengan urutan:
a. menetapkan KKM;
b. menyusun kisi-kisi penilaian mata pelajaran;
c. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
d. melakukan analisis kualitas instrumen;
e. melakukan penilaian;
f. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
g. melaporkan hasil penilaian; dan
h. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(3) Prosedur penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dengan urutan:
a. menyusun kisi-kisi penilaian;
b. menyusun instrumen penilaian dan pedoman penskorannya;
c. melakukan analisis kualitas instrumen;
d. melakukan penilaian;
e. mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian;
f. melaporkan hasil penilaian; dan
g. memanfaatkan laporan hasil penilaian.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang prosedur Penilaian oleh Pendidik sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) serta Penilaian oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dalam pedoman yang disusun oleh Direktorat Jenderal terkait berkoordinasi dengan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian.

BAB VII INSTRUMEN PENILAIAN


Pasal 14
(1) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,
pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
(2) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir
dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa,
serta memiliki bukti validitas empirik.
(3) Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan
substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor
yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun.

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


Pasal 15
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

5. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 (KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI
DASAR PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013)
Menimbang :
a. bahwa berdasarkan perkembangan dan kebutuhan pendidikan saat ini diperlukan perbaikan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang mengakomodasikan prinsip- prinsip untuk
memperkuat proses pembelajaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015- 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 923);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN PADA
KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.

BAB I UMUM
Pasal 1
(1) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah mencakup Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
(2) Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. kerangka dasar kurikulum; dan
b. struktur kurikulum.
(3) Pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran Matematika dan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.
(4) an pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran sebagai mata pelajaran
yang berdiri sendiri.

BAB II
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
Pasal 2
(1) Kompetensi inti pada kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas.
(2) Kompetensi dasar merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai
peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu
pada kompetensi inti.
(3) Kompetensi inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. kompetensi inti sikap spiritual;
b. kompetensi inti sikap sosial;
c. kompetensi inti pengetahuan; dan
d. kompetensi inti keterampilan.
(4) Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu
mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.
(5) Kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan sebagai dasar untuk perubahan buku teks
pelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

BAB III KETENTUAN LAIN


Pasal 3
Dokumen yang memuat kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB V KETENTUAN PENUTUP


Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan yang mengatur tentang Kompetensi
Inti, Kompetensi Dasar, Muatan Pembelajaran dalam Struktur Kurikulum, Silabus, Pedoman Mata
Pelajaran, dan Pembelajaran Tematik Terpadu sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR KIMIA SMA/MA
KELAS: X, XI, dan XII
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap
sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses
pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolahdengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan kelas X sebagai berikut ini.


KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam


pengetahuan faktual, konseptual, prosedural ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengembangan dari yang dipelajarinya di
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan sekolah secara mandiri, dan mampu
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Menjelaskan metode ilmiah, hakikat 4.1 Menyajikan hasil rancangan dan
ilmu Kimia, keselamatan dan keamanan di hasilpercobaan ilmiah
laboratorium, serta peran kimia dalam
kehidupan
3.2 Menganalisis perkembangan model 4.2 Menjelaskan fenomena alam atau
atom dari model atom Dalton, Thomson, hasil percobaan menggunakan model atom
Rutherford, Bohr, dan Mekanika
Gelombang
3.3 Menjelaskan konfigurasi elektron 4.3 Menentukan letak suatu unsur dalam
dan pola konfigurasi elektron terluar untuk tabel periodik berdasarkan konfigurasi
setiap golongan dalam tabel periodik elektron
3.4 Menganalisis kemiripan sifat unsur 4.4 Menyajikan hasil analisis data-data
dalam golongan dan keperiodikannya unsur dalam kaitannya dengan kemiripan
dan sifat keperiodikan unsur
3.5 Membandingkan ikatan ion, ikatan 4.5 Merancang dan melakukan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan percobaan untuk menunjukkan karakteristik
ikatan logam serta kaitannya dengan sifat senyawa ion atau senyawa kovalen
zat berdasarkan beberapa sifat fisika
3.6 Menerapkan Teori Pasangan 4.6 Membuat model bentuk molekul
Elektron Kulit Valensi (VSEPR) dan Teori dengan menggunakan bahan-bahan yang
Domain elektron dalam menentukan bentuk ada di lingkungan sekitar atau perangkat
molekul lunak komputer
3.7 Menghubungkan interaksi 4.7 Menerapkan prinsip interaksi antar
antar ion, atom dan molekul dengan sifat ion, atom dan molekul dalam menjelaskan
fisika zat sifat-sifat fisik zat di sekitarnya

3.8 Menganalisis sifat larutan 4.8 Membedakan daya hantar listrik


berdasarkan daya hantar listriknya berbagai larutan melalui perancangan dan
pelaksanaan percobaan
3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan 4.9 Menganalisis beberapa reaksi
oksidasi menggunakan konsep bilangan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
oksidasi unsur yang diperoleh dari data hasil percobaan
dan/ atau melalui percobaan
3.10 Menerapkan hukum-hukum dasar 4.10 Menganalisis data hasil percobaan
kimia, konsep massa molekul relatif, menggunakan hukum-hukum dasar kimia
persamaan kimia, konsep mol, dan kadar kuantitatif
zat untuk menyelesaikan perhitungan kimia

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan Kelas XI sebagai berikut ini.


KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa dengan pengembangan dari yang
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan bertindak secara efektif dan kreatif, serta
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan keilmuan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan
masalah
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Menganalisis struktur dan sifat senyawa 4.1 Membuat model visual berbagai
hidrokarbon berdasarkan kekhasan atom karbon struktur molekul hidrokarbon yang memiliki
dan golongan senyawanya rumus molekul yang sama
3.2 Menjelaskan proses pembentukan fraksi-fraksi 4.2 Menyajikan karya tentang proses
minyak bumi, teknik pemisahan serta pembentukan dan teknik pemisahan fraksi-
kegunaannya fraksi minyak bumi beserta kegunaannya

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran 4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi


hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna dampak pembakaran senyawa karbon
serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, terhadap lingkungan dan kesehatan
partikulat karbon)
3.4 Menjelaskan konsep perubahan entalpi 4.4 Menyimpulkan hasil analisis data
reaksi pada tekanan tetap dalam persamaan percobaan termokima pada tekanan tetap
termokimia
3.5 Menjelaskan jenis entalpi reaksi, hukum 4.5 Membandingkan perubahan entalpi
Hess dan konsep energi ikatan beberapa reaksi berdasarkan data hasil
percobaan
3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang 4.6 Menyajikan hasil penelusuran
memengaruhi laju reaksi menggunakan teori informasi cara-cara pengaturan dan
tumbukan penyimpanan bahan untuk mencegah
perubahan fisika dan kimia yang tak
terkendali
3.7 Menentukan orde reaksi dan tetapan laju 4.7 Merancang, melakukan, dan
reaksi berdasarkan data hasil percobaan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi dan orde reaksi
3.8 Menjelaskan reaksi kesetimbangan 4.8 Menyajikan hasil pengolahan data
di dalam hubungan antara pereaksi dan hasil untuk menentukan nilai tetapan
reaksi kesetimbangan suatu reaksi

3.9 Menganalisis faktor-faktor yang 4.9 Merancang, melakukan, dan


mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan menyimpulkan serta menyajikan hasil
dan penerapannya dalam industri percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
pergeseran arah kesetimbangan
3.10 Menjelaskan konsep asam dan basa serta 4.10 Menganalisis trayek perubahan pH
kekuatannya dan kesetimbangan pengionannya beberapa indikator yang diekstrak dari bahan
dalam larutan alam melalui percobaan

3.11 Menganalisis kesetimbangan ion dalam 4.11 Melaporkan percobaan tentang sifat
larutan garam dan menghubungkan pH-nya asam basa berbagai larutan garam
3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, 4.12 Membuat larutan penyangga dengan pH
dan peran larutan penyangga dalam tubuh tertentu
makhluk hidup
3.13 Menganalisis data hasil berbagai jenis titrasi 4.13 Menyimpulkan hasil analisis data
asam-basa percobaan titrasi asam-basa
3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem 4.14 Membuat makanan atau produk lain yang
koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid dalam berupa koloid atau melibatkan prinsip koloid
kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan kelas XII sebagai berikut ini.
KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, menganalisis 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan


dan mengevaluasi pengetahuan faktual, mencipta dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, prosedural, dan metakognitif abstrak terkait dengan pengembangan dari
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait keilmuan
penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Menganalisis fenomena sifat koligatif 4.1 Menyajikan hasil penelusuran informasi
larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan tentang kegunaan prinsip sifat koligatif
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan larutan dalam kehidupan sehari-hari
osmosis)
3.2 Membedakan sifat koligatif larutan 4.2 Menganalisis data percobaan untuk
elektrolit dan larutan nonelektrolit menentukan derajat pengionan
3.3 Menyetarakan persamaan reaksi redoks 4.3 Menentukan urutan kekuatan
pengoksidasi atau pereduksi berdasarkan data
hasil percobaan
3.4 Menganalisis proses yang terjadi dalam sel 4.4 Merancang sel Volta dengan
Volta dan menjelaskan kegunaannya mengunakan bahan di sekitar

3.5 Menganalisis faktor-faktor yang 4.5 Mengajukan gagasan untuk mencegah


mempengaruhi terjadinya korosi dan cara dan mengatasi terjadinya korosi
mengatasinya
3.6 Menerapkan stoikiometri reaksi redoks 4.6 Menyajikan rancangan prosedur
dan hukum Faraday untuk menghitung besaran- penyepuhan benda dari logam dengan
besaran yang terkait sel elektrolisis ketebalan lapisan dan luas tertentu
3.7 Menganalisis kelimpahan, kecenderungan 4.7 Menyajikan data hasil penelusuran
sifat fisika dan kimia, manfaat, dan proses informasi sifat dan pembuatan unsur-unsur
pembuatan unsur-unsur golongan utama (gas golongan utama (halogen, alkali, dan alkali
mulia, halogen, alkali, dan alkali tanah) tanah)
3.8 Menganalisis kelimpahan, kecenderungan 4.8 Menyajikan data hasil penelusuran
sifat fisika dan kimia, manfaat, dan proses informasi sifat dan pembuatan unsur-unsur
pembuatan unsur-unsur periode 3 dan golongan Periode 3 dan unsur golongan transisi
transisi (periode 4) (periode 4)
3.9 Menganalisis struktur, tatanama, sifat, 4.9 Menyajikan rancangan percobaan
sintesis, dan kegunaan senyawa karbon sintesis senyawa karbon, identifikasi gugus
fungsi dan/atau penafsiran data spektrum
inframerah (IR)
3.10 Menganalisis struktur, tata nama, sifat, dan 4.10 Menyajikan hasil penelusuran informasi
kegunaan benzena dan turunannya beberapa turunan benzena yang berbahaya
dan tidak berbahaya
3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan 4.11 Menganalisis hasil penelusuran informasi
penggolongan makromolekul mengenai pembuatan dan dampak suatu
produk dari makromolekul
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NO 36 TAHUN 2018 (PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN NO 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH
MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH)

Menimbang :
a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya
pada era digital, perlu menambahkan dan mengintegrasikan muatan informatika pada kompetensi
dasar dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
Mengingat :
1. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 N 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4301);
2. UU No 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 No 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4916);
3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 No 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4496),
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah No 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 No 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No 5670);
4. Peraturan Presiden No 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 No 15) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden No 101 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No 14 Tahun
2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 No 192);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 11 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 No
575);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NO 59
TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH
ALIYAH.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 No 955) diubah sebagai berikut:
1. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 10A sebagai berikut:
Pasal 10A
(1) Pelaksanaan pembelajaran Informatika sebagai mata pelajaran pilihan dilaksanakan mulai
tahun ajaran 2019/2020 sesuai dengan kesiapan sekolah.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Mata Pelajaran Informatika sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah dengan menambahkan mata pelajaran
Informatika pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan
Menteri ini.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

STRUKTUR KURIKULUM
A. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang
peserta didik SMA/MA pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas.
Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar antarmata pelajaran
pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMA/MA


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS X KELAS XI KELAS XII
1. Menghayati dan 1. Menghayati dan 1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama mengamalkan ajaran agama mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya yang dianutnya yang dianutnya
2. Menghayati dan 2. Menghayati dan 2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku mengamalkan perilaku jujur, mengamalkan perilaku jujur,
jujur, disiplin, disiplin, tanggungjawab, disiplin, tanggungjawab,
tanggungjawab, peduli peduli (gotong royong, peduli (gotong royong,
(gotong royong, kerjasama, kerjasama, toleran, damai), kerjasama, toleran, damai),
toleran, damai), santun, santun, responsif dan pro-aktif santun, responsif dan pro-
responsif dan pro-aktif dan dan menunjukkan sikap aktif dan menunjukkan sikap
menunjukkan sikap sebagai sebagai bagian dari solusi atas sebagai bagian dari solusi
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam atas berbagai permasalahan
berbagai permasalahan berinteraksi secara efektif dalam berinteraksi secara
dalam berinteraksi secara dengan lingkungan sosial dan efektif dengan lingkungan
efektif dengan lingkungan alam serta dalam sosial dan alam serta dalam
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai menempatkan diri sebagai
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam cerminan bangsa dalam
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia pergaulan dunia
pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan, 3. Memahami, menerapkan, 3. Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan dan menganalisis pengetahuan menganalisis dan
faktual, konseptual, faktual, konseptual, mengevaluasi pengetahuan
prosedural berdasarkan rasa prosedural, dan metakognitif faktual, konseptual,
ingintahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin prosedural, dan metakognitif
pengetahuan, teknologi, tahunya tentang ilmu berdasarkan rasa ingin
seni, budaya, dan pengetahuan, teknologi, seni, tahunya tentang ilmu
humaniora dengan budaya, dan humaniora pengetahuan, teknologi, seni,
wawasan kemanusiaan, dengan wawasan budaya, dan humaniora
kebangsaan, kenegaraan, kemanusiaan, kebangsaan, dengan wawasan
dan peradaban terkait kenegaraan, dan peradaban kemanusiaan, kebangsaan,
penyebab fenomena dan terkait penyebab fenomena kenegaraan, dan peradaban
kejadian, serta menerapkan dan kejadian, serta terkait penyebab fenomena
pengetahuan prosedural menerapkan pengetahuan dan kejadian, serta
pada bidang kajian yang prosedural pada bidang kajian menerapkan pengetahuan
spesifik sesuai dengan yang spesifik sesuai dengan prosedural pada bidang
bakat dan minatnya untuk bakat dan minatnya untuk kajian yang spesifik sesuai
memecahkan masalah memecahkan masalah dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar, dan 4. Mengolah, menalar,
menyaji dalam ranah menyaji dalam ranah konkret menyaji, dan mencipta
konkret dan ranah abstrak dan ranah abstrak terkait dalam ranah konkret dan
terkait dengan dengan pengembangan dari ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang yang dipelajarinya di sekolah pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu secara efektif dan kreatif, serta secara mandiri serta
menggunakan metoda mampu menggunakan metoda bertindak secara efektif dan
sesuai kaidah keilmuan sesuai kaidah keilmuan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan

B. Mata Pelajaran
Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A, mata pelajaran umum
kelompok B, dan mata pelajaran peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan
akademik kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran
Peminatan Bahasa dan Budaya. Khusus untuk MA, dapat ditambah dengan mata pelajaran
keagamaan yang diatur oleh Kementerian Agama.
Struktur kurikulum SMA/MA adalah sebagai berikut. Tabel 2: Alokasi Waktu Mata Pelajaran
SMA/MA
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
MATA PELAJARAN
X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan
2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3 3 3
Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B per
24 24 24
minggu
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 12 atau 16 12 atau 16
Mata pelajaran pilihan 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B, dan C
42 44 44
per minggu

Tabel 3: Mata Pelajaran Peminatan Akademik


MATA PELAJARAN KELAS
X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
Bahasa dan Sastra Asing Lain (Arab,
3 Mandarin, Jepang, Korea, Jerman, 3 4 4
Perancis)
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan *)
Lintas minat dan/atau Pendalaman minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
dan/atau Informatika
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN
2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PELAJARAN
PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH

Menimbang :
a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan dasar peserta didik dalam mengembangkan
kemampuannya pada era digital, perlu menambahkan dan mengintegrasikan muatan
informatika pada kompetensi dasar dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013
pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
4. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 192);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 575);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal I
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 971) diubah
sebagai berikut:
1. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 2A sebagai berikut:

Pasal 2A
(1) Muatan informatika pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dapat
digunakan sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari melalui ekstrakurikuler
dan/atau muatan lokal.
(2) Mata Pelajaran Informatika pada Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs) dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) dimuat dalam Kompetensi Dasar yang digunakan sebagai acuan
pembelajaran.
2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah diubah dengan menambahkan Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Informatika SMP/MTs pada nomor urut 60 dan Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Informatika SMA/MA pada nomor urut 61 sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan
Menteri ini.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 35 TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 3 TAHUN 2019 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH REGULER DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa untuk mendorong pengadaan barang/jasa yang dananya bersumber dari dana
Bantuan Operasional Sekolah yang lebih akuntabel, transparan, dan efisien diperlukan
proses pengadaan barang/jasa secara daring dengan memanfaatkan sistem pasar daring;
b. bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler belum mengatur tentang proses
pengadaan barang/jasa secara daring melalui sistem informasi pengadaan barang/jasa di
sekolah sehingga perlu disempurnakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 102, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6053); 5
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 223,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6263);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4864);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5157);
9. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 nomor 192);
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 575) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 236);
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 56) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 609);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PERUBAHAN
KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 3
TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
REGULER.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun
2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 609)
diubah sebagai berikut

1) Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri
ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah sekolah dasar, sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah menengah atas, sekolah menengah atas luar
biasa, atau sekolah menengah kejuruan.
2. Sekolah Dasar yang selanjutnya disingkat SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.
3. Sekolah Dasar Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SDLB adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan dasar.
4. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disingkat SMP adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang
pendidikan dasar.
5. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SMPLB adalah salah
satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan dasar.
6. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disingkat SMA adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan
menengah.
7. Sekolah Menengah Atas Luar Biasa yang selanjutnya disingkat SMALB adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan khusus pada jenjang
pendidikan Menengah
8. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formalyang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja di bidang
tertentu.
9. Sekolah Terintegrasi adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
menyelenggarakan pendidikan yang dilaksanakan antarjenjang pendidikan dalam satu
lokasi.
10. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
11. Bantuan Operasional Sekolah Reguler yang selanjutnya disingkat BOS Reguler adalah
program Pemerintah Pusat untuk penyediaan pendanaan biaya operasi personalia dan
nonpersonalia bagi Sekolah yang bersumber dari dana alokasi khusus nonfisik.
12. Sistem Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Dapodik
adalah suatu sistem pendataan yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang memuat data satuan pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan substansi pendidikan yang datanya bersumber dari satuan pendidikan
dasar dan menengah yang terus menerus diperbaharui secara online.
13. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
14. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga yang ditetapkan
setinggi- tingginya sebesar taksiran biaya wajar untuk mencetak dan mendistribusikan
buku sampai ditangan konsumen akhir.
15. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selakuBendahara
Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara pada bank sentral.
16. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah Rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh gubernur untuk menampung seluruh
penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
17. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah yang selanjutnya disingkat RKAS adalah
rencana biaya dan pendanaan program atau kegiatan untuk 1 (satu) tahun anggaran baik
yang bersifat strategis ataupun rutin yang diterima dan dikelola langsung oleh Sekolah.
18. Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik,
komunitas Sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang selanjutnya disingkat RPP adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
20. Ujian Sekolah selanjutnya disingkat US adalah kegiatan pengukuran dan penilaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan satuan pendidikan terhadap standar kompetensi
lulusan untuk mata pelajaran yang tidak diujikan dalam USBN dilaksanakan oleh Satuan
Pendidikan pada SD/MI/SDTK dan Program Paket A/Ula.
21. Ujian Sekolah Berstandar Nasional yang selanjutnya disingkat USBN adalah kegiatan
pengukuran capaian kompetensi peserta didik yang dilakukan Satuan Pendidikan dengan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar.
22. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah kegiatan pengukuran capaian
kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan.
23. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
24. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan dan kebudayaan.
26. Pengadaan Barang/Jasa di Sekolah, yang selanjutnya disebut PBJ Sekolah adalah cara
memperoleh barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainya yang dibiayai oleh BOS Reguler yang
ditetapkan oleh Kementerian.
27. Sistem Informasi Pengadaan Barang/Jasa di Sekolah yang selanjutnya disebut SIPLah
adalah sistem daring dalam kewenangan, penguasaan, dan kepemilikan oleh Kementerian
yang digunakan oleh sekolah untuk melaksanakan proses pengadaan barang/jasa secara
daring dengan memanfaatkan sistem pasar daring (e-market place).
28. Bendahara BOS Reguler adalah unsur pembantu kepala Sekolah yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan fungsi perbendaharaan BOS Reguler.
29. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa, yang selanjutnya disebut UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian, lembaga, atau Pemerintah Daerah yang menjadi pusat keunggulan
pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainya.
30. Pelaku Usaha adalah orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.
31. Penyedia Barang/Jasa di Sekolah yang selanjutnya disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha
yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya di Sekolah berdasarkan
kontrak/perjanjian.

1) Ketentuan Lampiran II dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun
2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 56) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Sekolah Reguler (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 609),
diubah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini. 3. Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 7A
sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 7A Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 250/M/2019 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa di Sekolah yang Bersumber dari Dana Bantuan Operasional Sekolah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
2) Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 7A sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 7A
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 250/M/2019 tentang Pengadaan Barang dan Jasa di Sekolah yang Bersumber dari Dana
Bantuan Operasional Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal II Peraturan Menteri ini
mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 36 TAHUN 2019 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS
SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang
a. Bahwa terdapat perubahan nomenklatur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Kepala Sekolah menjadi Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah
b. Bahwa dengan adanya perubahan nomenklatur sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka
perlu dilakukan penataan organisasi dan tata kerja Lembaga Pengembangan dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah
c. Bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah
belum mengakomodir perubahan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala
Sekolah dan Pengawas Sekolah, sehingga perlu diubah
d. Bahwa berdasar kan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah dan
Pengawas Sekolah

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301)
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4586)
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir,
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4941) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6058)
6. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 192);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 575) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 236);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS SEKOLAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah yang
selanjutnya disingkat LPPKSPS adalah unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di bidang pengembangan dan pemberdayaan calon Kepala Sekolah, Kepala
Sekolah, calon Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
2. Kepala Sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan mengelola taman
kanak-kanak/taman kanak-kanak luar biasa atau bentuk lain yang sederajat, sekolah
dasar/sekolah dasar luar biasa atau bentuk lain yang sederajat, sekolah menengah
pertama/sekolah menengah pertama luar biasa atau bentuk lain yang sederajat, sekolah
menengah atas/sekolah menengah kejuruan/sekolah menengah atas luar biasa atau bentuk
lain yang sederajat, atau sekolah Indonesia di luar negeri.
3. Pengawas Sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan
akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
dan kebudayaan.

BAB II

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI

Pasal 2
1) LPPKSPS berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
2) LPPKSPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala.

Pasal 3

LPPKSPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas melaksanakan


pengembangan dan pemberdayaan calon Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon Pengawas
Sekolah, dan Pengawas Sekolah

Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
LPPKSPSmenyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana dan program LPPKSPS;
b. Fasilitasi dan pelaksanaan penyiapan dan peningkatan kompetensi calon Kepala Sekolah,
Kepala Sekolah, calon Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
c. Fasilitasi pemberdayaan calon Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon Pengawas Sekolah,
dan Pengawas Sekolah;
d. Pelaksanaan kerja sama di bidang penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan calon
Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
e. Pengelolaan data dan informasi calon Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon Pengawas
Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
f. Pemantauan dan evaluasi penyiapan, pengembangan dan pemberdayaan calon Kepala
Sekolah, Kepala Sekolah, calon Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah;
g. Pelaksanaan urusan administrasi LPPKSPS.

BAB III

SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 5

Susunan organisasi LPPKSPS terdiri atas:


a) Kepala;
b) Subbagian Umum;
c) Seksi Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah;
d) Seksi Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah;
e) Seksi Data dan Informasi;
f) kelompok jabatan fungsional.

Pasal 6
1) Subbagian Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b mempunyai tugas
melakukan urusan perencanaan, keuangan, kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan,
kehumasan, dan kerumahtanggaan LPPKSPS serta penyiapan bahan kerja sama di bidang
penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan calon Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon
Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah.
2) Seksi Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf
c mempunyai tugas melakukan fasilitasi dan pelaksanaan penyiapan dan peningkatan
kompetensi, fasilitasi pemberdayaan, dan pemantauan dan evaluasi peningkatan kompetensi
calon Kepala Sekolah dan Kepala Sekolah.
3) Seksi Peningkatan Kompetensi Pengawas Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d mempunyai tugas melakukan fasilitasi dan pelaksanaan penyiapan dan peningkatan
kompetensi, fasilitasi pemberdayaan, dan pemantauan dan evaluasi peningkatan kompetensi
calon Pengawas Sekolah dan Pengawas Sekolah
4) Seksi Data dan Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e mempunyai tugas
melakukan pengelolaan data dan informasi calon Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, calon
Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah;

Pasal 7
1. Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f mempunyai
tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas jabatan yang
terbagi dalam kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.
3. Jumlah jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan berdasarkan
kebutuhan dan beban kerja.
4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

Bagan organisasi LPPKSPS sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

Rincian tugas unit kerja sebagai penjabaran tugas dan fungsi dalam Peraturan Menteri ini
ditetapkan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

BAB IV

ESELONISASI

Pasal 10
(1) Kepala merupakan jabatan struktural eselon IIIa atau jabatan administrator. (2) Kepala
Subbagian dan Kepala Seksi merupakan jabatan struktural eselon IVa atau jabatan
pengawas.

BAB V

LOKASI

Pasal 11
LPPKSPS berlokasi di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa
Tengah. BAB VI TATA KERJA

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3,
LPPKSPS berkoordinasi dengan:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Inspektorat Jenderal;
c. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah;
d. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat;
e. Badan Penelitian dan Pengembangan;
f. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan;
g. pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;
h. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah;
i. unit pelaksana teknis yang menangani penjaminan mutu pendidikan;
j. unit pelaksana teknis yang menangani pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan
tenaga kependidikan; dan
k. unit organisasi terkait lainnya di dalam dan di luar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Pasal 13

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3,
LPPKSPS harus:
a. menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan
efisien antar unit kerja di lingkungan LPPKSPS; dan
b. melakukan analisis jabatan di lingkungan LPPKSPS.

Pasal 14

Setiap unit kerja membantu Kepala dalam melaksanakan tugas di bidang tugasnya masing-
masing.

Pasal 15

Setiap pimpinan unit kerja dan kelompok jabatan fungsional dalam melaksanakan tugasnya
harus:
a. menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di dalam maupun di luar
LPPKSPS;
b. melaksanakan akuntabilitas kinerja; dan
c. melaporkan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kepala LPPKSPS.

Pasal 16

Setiap pimpinan unit kerja di lingkungan LPPKSPS:


a. bertanggung jawab memimpin dan mengoordinasikan bawahannya masing-masing;
b. memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan;
c. mengawasi bawahannya masing-masing;
d. mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan apabila terjadi penyimpangan;
e. mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasannya masing-
masing; dan
f. menyampaikan laporan secara berkala tepat waktu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 17

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan unit kerja dari bawahan harus diolah dan dapat
dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan pimpinan.

Pasal 18

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kepala LPPKSPS:


a. menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dengan
tembusan kepada pimpinan unit organisasi yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja dengan LPPKSPS; dan
b. menyampaikan hasil pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan calon Kepala Sekolah,
Kepala Sekolah, calon Pengawas Sekolah, dan Pengawas Sekolah kepada pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

BAB VIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:


a. semua peraturan pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan
Kepala Sekolah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini;
dan
b. seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan tetap melaksanakan tugas
dan fungsinya sampai dengan ditetapkan jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan
Peraturan Menteri ini.
BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Perubahan organisasi dan tata kerja sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan
oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.

Pasal 21

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala
Sekolah (Berita Negara Tahun 2015 Nomor 1022) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2019


TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2017
TENTANG PEMBERIAN PENGHASILAN KETIGA BELAS KEPADA PIMPINAN DAN
PEGAWAI NONPEGAWAI NEGERI SIPIL PADA LEMBAGA NONSTRUKTURAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pimpinan dan pegawai nonpegawai negeri
sipil pada lembaga nonstruktural telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2017
tentang Pemberian Penghasilan Ketiga Belas kepada Pimpinan dan Pegawai Nonpegawai
Negeri Sipil pada Lembaga Nonstruktural;
b. Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pemberian Penghasilan Ketiga
Belas kepada Pimpinan dan Pegawai Nonpegawai Negeri Sipil pada Lembaga Nonstruktural
sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan zaman sehingga perlu dilakukan
perubahan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2017 tentang Pemberian Penghasilan Ketiga Belas kepada Pimpinan dan Pegawai
Nonpegawai Negeri Sipil pada Lembaga Nonstruktural.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pemberian Penghasilan Ketiga Belas
kepada Pimpinan dan Pegawai Nonpegawai Negeri Sipil pada Lembaga Nonstruktural
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6063).

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN


PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN PENGHASILAN
KETIGA BELAS KEPADA PIMPINAN DAN PEGAWAI NONPEGAWAI NEGERI SIPIL
PADA LEMBAGA NONSTRUKTURAL.
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pemberian
Penghasilan Ketiga Belas kepada Pimpinan dan Pegawai Nonpegawai Negeri Sipil pada
Lembaga Nonstruktural

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6063), diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan ayat (3) Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

(1) Pimpinan pada LNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas:
a. ketua/kepala
b. wakil ketua/wakil kepala
c. sekretaris; dan/atau
d. anggota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pegawai nonpegawai negeri sipil pada LNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. warga negara Indonesia
b. telah melaksanakan tugas pokok organisasi secara penuh paling singkat 1 (satu) tahun
secara terus-menerus sejak pengangkatan/penandatanganan perjanjian kerja pada LNS
yang bersangkutan
c. pendanaan belanja pegawainya dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara
d. diangkat oleh pejabat yang memiliki kewenangan atau telah menandatangani Surat
Perjanjian Kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada LNS.
(3) Daftar LNS yang pimpinan dan pegawai nonpegawai negeri sipilnya diberikan penghasilan
ketiga belas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan
reformasi birokrasi.
2. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 5A dan Pasal 5B sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5A
Dalam hal pimpinan dan pegawai nonpegawai negeri sipil sekaligus sebagai penerima pensiun
janda/duda atau penerima tunjangan janda/duda maka diberikan penghasilan ketiga belas
sekaligus penghasilan ketiga belas penerima pensiun janda/duda atau penerima tunjangan
janda/duda.
Pasal 5B
Dalam hal penghasilan ketiga belas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 lebih
kecil dari besaran penghasilan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah
ini maka penghasilan ketiga belas bagi pimpinan dan pegawai nonpegawai negeri sipil pada
LNS dibayarkan sebesar penghasilan yang diterima pada bulan Juni.
3. Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 7A sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Pasal 7A

Pajak penghasilan atas penghasilan ketiga belas dibebankan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Ketentuan Lampiran diubah sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal II
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA NOMOR 39


TAHUN 2019 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN NOMOR 96 TAHUN 2013 TENTANG BADAN STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a. Bahwa dalam menjalankan tugasnya, Badan Standar Nasional Pendidikan didukung oleh
anggota yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu
pendidikan sehingga tidak perlu membatasi usia keanggotaannya;
b. Bahwa ketentuan mengenai keanggotan Badan Standar Nasional Pendidikan yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 96 Tahun 2013
tentang Badan Standar Nasional Pendidikan perlu disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang -2- Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 96 Tahun 2013 tentang Badan
Standar Nasional Pendidikan;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5157);
5. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran egara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun 2018 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 192);
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 96 Tahun 2013 tentang Badan
Standar Nasional Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1335);
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 575), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 9 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 236)

MEMUTUSKAN
peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Tentang perubahan atasperaturan menteri
Pendidikan dan kebudayaan nomor 96 tahun 2013 Tentang badan standar nasional
pendidikan.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 96 Tahun
2013 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1335) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan ayat (2) dan ayat (5) Pasal 3 diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3
1. BSNP memiliki susunan organisasi sebagai berikut:
a. Ketua merangkap anggota
b. Sekretaris merangkap anggota; dan
c. Anggota.
2 Anggota BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas) orang dan paling banyak 15 (lima
belas) orang.
3 Ketua dan Sekretaris BSNP dipilih oleh anggota berdasarkan suara terbanyak dan ditetapkan
oleh Menteri.
(4) Mekanisme dalam pengambilan keputusan bersifa kolegial.
(5) Anggota BSNP dapat bekerja paruh waktu.
(6) Ketua BSNP bertugas:
a. memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas BSNP
b. memimpin pengelolaan operasional harian BSNP.
(7) Sekretaris BSNP bertugas:
a. mengelola pelaksanaan ketatausahaan BSNP
b. membantu ketua BSNP dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (6).

2. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5
Persyaratan keanggotaan BSNP adalah:
a. warga Negara Republik Indonesia;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. berkelakuan baik;
d. tidak pernah dihukum/sedang menjalani hukuman
karena melakukan tindak pidana kejahatan;-5-
e. tidak merangkap jabatan struktural/pimpinan di
perguruan tinggi/sekolah/ madrasah dan lembaga
lainnya dan/atau jabatan politik;
f. persyaratan lain yang ditetapkan oleh tim seleksi.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2019 (PERUBAHAN ATAS PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 1 TAHUN 2019
TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI KHUSUS FISIK
BIDANG PENDIDIKAN)
Menimbang
a. Bahwa spesifikasi pengadaan sarana pengadaan alat pendidikan pada subbidang sanggar
kegiatan belajar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus
Fisik Bidang Pendidikan sudah tidak sesuai dengan besaran anggaran dana alokasi
khusus subbidang sanggar kegiatan belajar, sehingga perlu diubah;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan

Mengingat
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
f. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2019
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
h. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
i. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
j. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
k. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 101 Tahun
2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
l. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
m. Peraturan Presiden Nomor 141 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi
Khusus Fisik Tahun Anggaran 2019
n. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 1 Th
2015 tentang E-Tendering
o. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6
Tahun 2016 tentang Katalog Elektronik dan E-Purchasing
p. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
q. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2019 tentang Petunjuk
Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan

MEMUTUSKAN

Menetapkan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI
KHUSUS FISIK BIDANG PENDIDIKAN

Pasal I
Lampiran V dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2019
tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan

Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI
KHUSUS FISIK BIDANG PENDIDIKAN

SUBBIDANG SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)

I. PENGADAAN SARANA
A. Menu Pengadaan Sarana
1. Pengadaan koleksi perpustakaan/TBM pada DAK SKB meliputi.
a. Buku poengayaan ditujukan bagi peserta didik PAUD dan Pendidikan Masyarakat.
b. Buku referensi ditujukan bagi peserta didik PAUD dan Pendidikan Masyarakat
c. Buku panduan pendidikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan Program PAUD
dan Pendidikan Masyarakat.
2. Pengadaan Alat Pendidikan berupa perangkat komputer dan server untuk peningkatan
mutu pembelajaran.
3. Pengadaan Media Pendidikan berupa media pendukung pembelajaran dan media
pendukung praktek laboratorium.
B. Spesifikasi Pengadaan Sarana
1. Pengadaan koleksi perpustakaan/TBM pada DAK SKB
No Jenis Koleksi Jumlah Judul Jumlah Eksplor
75 Judul 1000 eksemplar
1 Buku Pengayaan 50 750
2 Buku Referensi 15 150
3 Buku Panduan Pendidikan 10 100

2. Pengadaan Alat Pendidikan


No Peralatan Keterangan
1 Komputer klien 24 set
2 Komputer Server 1 set
3 Printer 1 unit
4 Pendingin Ruangan 1 unit
5 Scanner 1 unit
6 Switch 24 Port 2 unit
7 Wireless Router 1 unit
8 LAN & RJ 45 2 unit
9 UPS 25 unit
10 Meja Komputer 25 unit
11 Kursi Peserta Didik 25 unit
12 Meja dan Kursi Pendidik 1 set

3. Pengadaan Media Pendidikan


No Peralatan Keterangan
1 LCD Proyektor
2 Laprop
3 Alat Peraga kerangka manusia
4 Alat Peraga tubuh manusia
5 Globe
6 Alat peraga tata surya
7 kaca pembesar
8 Cermin cembung
9 Cermin cekung 2 unit
10 Lensa datar 2 unit
11 Lensa cembung 2 unit
12 Lensa cekung 2 unit
13 Magnet batang 2 unit
14 Peralatan laboratorium IPA 1 paket
lainnya (thermometer, timbangan,
pH, tester, meteran, dll)
15 Software pembelajaran 1 paket
16 Perlengakapan pendukung 1 paket
laboratorium bahasan
17 Perlengkapan pendukung 1 paket
laboratorium IPS

C. Persyaratan Pengadaan Sarana


a. Persyaratan Umum
1. Buku yang dibeli adalah buku baru cetakan lima tahun terakhir, tanpa kerusakan
atau cacat.
2. Buku yang diadakan terdiri dari buku pengayaan, buku referensi, dan buku
panduan pendidikan Program PAUD dan Pendidikan Masyarakat
3. Buku-buku tersebut bukan merupakan buku teks pelajaran, tidak dilengkapi dengan
evaluasi, tidak serial berdasarkan tingkat kelas
4. Buku yang dapat dibeli adalah buku yang telah lulus penilaian dari:
a. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
c. Kementerian Agama cetakan lima tahun terakhir untuk buku referensi dan
pengayaan yang materinya terkait dengan pendidikan agama
5. Apabila sebelum tahun anggaran berjalan ada penilaian kelulusan buku koleksi
perpustakaan oleh pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud pada butir 4.
6. Apabila dalam pelaksanaan pengadaan koleksi perpustakaan ditemui hanya ada 1
(satu) materi buku yang lulus penilaian dari pihak yang berwenang
b. Persyaratan Teknis
1. Mencantumkan tanda lulus penilaian sebagaimana dimaksud dalam huruf D butir 4
(empat) dan International Standard Book Number (ISBN), pada sampul buku
bagian belakang
2. Cetak isi minimal 2 (dua) warna

II. REHABILITASI PRASARANA


A. Menu Rehabilitasi Prasarana
1. Rehabilitasi ruang kelas/ruang praktik/bengkel kerja.
2. Rehabilitasi ruang penunjang lainnya, beserta perabotnya.
3. Rehabilitasi toilet (jamban), beserta sanitasinya.
B. Standar Rehabilitasi Prasarana
1. Standar rehabilitasi/renovasi
Standar rehabilitasi adalah rehabilitasi terhadap bangunan dengan tingkat kerusakan
minimal 30%.
2. Biaya Rehabilitasi
a. Ruang kelas, ruang praktik/bengkel kerja, dan ruang penunjang lainnya Biaya
rehabilitasi/renovasi untuk 1 (satu) ruang dihitung dengan rumus:
R = (a x b x c) + d
Keterangan:
R: Biaya rehabilitasi, a: Luas ruang yang direhabilitasi, b: Nilai tingkat kerusakan ruang
(%), c: Harga satuan bangunan Rehabilitasi atau ruang praktik/ keterampilan perm 2 d:
Harga rehabilitasi/renovasi dan/atau penyediaan perabot.
c. Jamban untuk pendidik/peserta didik

III. PEMBANGUNAN PRASARANA

A. Menu Pembangunan Prasarana


Menu kegiatan pembangunan prasarana terdiri dari:
1. pembangunan ruang kelas baru beserta perabotnya;
2. pembangunan ruang praktik/bengkel kerja baru beserta perabotnya; dan
3. pembangunan jamban beserta sanitasinya

B. Standar Pembangunan Prasarana


1. Standar pembangunan ruang kelas baru (RKB) berupa ruang kelas teori dan/atau
ruang praktik/bengkel kerja
2. Biaya Pembangunan Prasarana
3. Biaya pembangunan ruang kelas teori atau ruang praktik/bengkel kerja, biaya
pembangunan untuk 1 (satu) ruang
4. Spesifikasi Bahan
5. Gambar Prasarana dan Gambar Perabot/Sanitasi SKB dapat mengadopsi prototipe
berikut apa adanya ataupun mengembangkan prototipe yang ada tetapi tetap
mengutamakan unsur kualitas, keamanan, kenyamanan dan kemudahan dengan tetap
mengacu pada standar prasarana
b. Tahapan Pekerjaan
Dalam pembangunan konstruksi gedung/ruang termasuk pekerjaan rehabilitasi/renovasi
dikenal istilah item pekerjaan pembangunan. Item pekerjaan pembangunan ini adalah
pengelompokan kegiatan yang diklasifikasikan sesuai komponen-komponen yang ada
didalam konstruksi bangunan.

Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah:


1. Mempersiapkan gambar dan jadwal kerja;
2. Pembersihan lokasi (site clearing); ‘
3. Membuat papan informasi untuk penempelan informasi proses pelaksanaan
rehabilitasi/renovasi/ pembangunan yang dipasang di area depan SKB dan terlindung
dari hujan;
4. Pengukuran bagian-bagian rencana bangunan (setting out). a) Pekerjaan Galian dan
Urugan Tanah Pekerjaan galian dan urugan (untuk pemasangan pondasi)
dilaksanakan setelah pengukuran dan pemasangan bouwplank atau patok (tanda)
selesai.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2019 TENTANG PENCABUTAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8
TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Menimbang
a. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Uraian
Jabatan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah tidak sesuai
dengan Nomenklatur Jabatan di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pencabutan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Uraian Jabatan di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Mengingat
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
c. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
d. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 41
Tahun 2018 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Instansi Pemerintah

MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN JABATAN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pasal 1
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Uraian Jabatan
di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 661), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN
YANG DISELENGGARAKAN SATUAN PENDIDIKAN DAN UJIAN NASIONAL

Menimbang

a. bahwa sistem pendidikan harus mendorong tumbuhnya praktik belajar-mengajar yang


menumbuhkan daya nalar dan karakter peserta didik secara utuh;
b. bahwa untuk mendorong praktik belajar-mengajar sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
satuan pendidikan diberikan keleluasaan untuk berinovasi dalam menciptakan
lingkungan belajar yang berpihak pada peserta didik;
c. bahwa pengaturan mengenai penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian
hasil belajar oleh Pemerintah Pusat belum dapat mengakomodir kebutuhan hukum di
masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan
huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional;

Mengingat

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
e. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG


PENYELENGGARAAN UJIAN YANG DISELENGGARAKAN SATUAN
PENDIDIKAN DAN UJIAN NASIONAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Satuan Pendidikan adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang meliputi
Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar Teologi Kristen
(SDTK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen
(SMPTK), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Agama Kristen (SMAK),
Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK), Sekolah Menengah Teologi Kristen
(SMTK), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan Program Paket
A/Ula, Paket B/Wustha, dan Program Paket C/Ulya
2. Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.
3. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BSNP adalah badan
mandiri dan profesional yang bertugas mengembangkan, memantau, dan
mengendalikan Standar Nasional Pendidikan.
4. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu
Satuan Pendidikan.
5. Ujian Nasional yang selanjutnya disingkat UN adalah kegiatan pengukuran capaian
kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan.
6. Kementerian adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7. Menteri adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan
menteri sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
9. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

BAB II
PENYELENGGARAAN UJIAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH SATUAN
PENDIDIKAN

Bagian Kesatu Umum

Pasal 2
1. Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan merupakan penilaian hasil
belajar oleh Satuan Pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian standar
kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
2. Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
3. Bagian Kedua Peserta Ujian

Pasal 3
Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 diikuti oleh peserta didik pada akhir jenjang.

Pasal 4
Peserta didik pada akhir jenjang yang mengikuti Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan
Pendidikan harus memenuhi persyaratan:
a. telah berada pada tahun terakhir di masing-masing jenjang atau program paket
kesetaraan; dan
b. memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar seluruh program pembelajaran
yang telah ditempuh pada jenjang pendidikan tersebut.

Bagian Ketiga
Bentuk Ujian
1. Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 berupa:
a. portofolio;
b. penugasan;
c. tes tertulis; dan/atau
d. bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi
yang diukur berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
2. Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan pada semester ganjil dan/atau semester genap pada akhir
jenjang dengan mempertimbangkan capaian standar kompetensi lulusan.

Bagian Keempat
Kelulusan Peserta Didik
Pasal 6
1. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan
c. mengikuti Ujian yang diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan.
2. Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
satuan/program pendidikan yang bersangkutan
Pasal 7
1. Penyelesaian seluruh program pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a, untuk peserta didik:
a. sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar teologi kristen dan sekolah dasar
luar biasa apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas I sampai kelas VI;
b. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/ sekolah menengah pertama
teologi kristen dan sekolah menengah pertama luar biasa apabila telah
menyelesaikan pembelajaran dari kelas VII sampai dengan kelas IX;
c. sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah teologi kristen/sekolah
menengah agama kristen/sekolah menengah agama katolik, sekolah menengah atas
luar biasa, dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan program 3
(tiga) tahun apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai dengan
kelas XII;
d. sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan program 4 (empat) tahun
apabila telah menyelesaikan pembelajaran dari kelas X sampai dengan kelas XIII;
e. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/ sekolah menengah pertama
teologi kristen dan sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah
teologi kristen/sekolah menengah agama kristen/sekolah menengah agama katolik
yang menerapkan sistem kredit semester apabila telah menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang dipersyaratkan; atau
f. program paket A/ula, program paket B/wustha, dan program paket C, apabila telah
menyelesaikan keseluruhan kompetensi masing-masing program
2. Satuan Pendidikan yang menerapkan sistem kredit semester sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e harus memiliki izin dari Dinas Pendidikan
Provinsi/Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi/Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya

Pasal 8
1. Peserta didik yang dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan diberikan ijazah.
2. Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan pada akhir semester genap pada
setiap akhir jenjang.
3. Ketentuan mengenai ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
Satuan Pendidikan wajib menyampaikan nilai Ujian yang diselenggarakan oleh
Satuan Pendidikan dan nilai rapor kepada Kementerian melalui data pokok pendidikan
untuk kepentingan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan

BAB III
PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL

Bagian Kesatu
Umum
UN merupakan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah Pusat yang bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
sesuai dengan kurikulum yang berlaku
peserta didik pada sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan termasuk
ujian kompetensi keahlian
Bagian Kedua
Peserta dan Penyelenggara UN
1. UN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) wajib diikuti oleh peserta
didik pada akhir jenjang:
a. sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama
teologi kristen, program paket B/wustha;
b. sekolah menengah atas/madrasah aliyah/sekolah menengah agama kristen/sekolah
menengah agama katolik/sekolah menengah teologi kristen, program paket
C/ulya; dan
c. sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan, program paket C
kejuruan.

2. Peserta didik pada akhir jenjang sekolah menengah pertama luar biasa dan
sekolah menengah atas luar biasa tidak wajib mengikuti UN.

Pasal 12
(1) Peserta didik yang berhalangan karena alasan tertentu dapat mengikuti UN
susulan.
(2) Alasan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan bukti yang
sah.
(3) Untuk memenuhi kriteria pencapaian standar kompetensi lulusan, peserta didik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berhak mengulang UN

Pasal 13
(1) UN diselenggarakan oleh satuan/program pendidikan yang terakreditasi.
(2) Penyelenggaraan UN bagi peserta didik pada satuan/program pendidikan yang
belum terakreditasi diatur dalam Prosedur Operasional Standar (POS) UN.

Pasal 14
(1) Pelaksanaan UN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) diutamakan
melalui ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
(2) Dalam hal UNBK tidak dapat dilaksanakan, maka UN dilaksanakan berbasis
kertas

Bagian Ketiga
Bahan UN
(1) Kisi-kisi UN merupakan acuan dalam pengembangan dan perakitan naskah soal
Ujian yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian standar kompetensi lulusan,
standar isi, dan kurikulum yang berlaku.
(2) Kisi-kisi UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh BSNP
Pasal 16
(1) Penggandaan dan distribusi bahan UN berbasis kertas dilakukan oleh Pemerintah
Pusat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan pendistribusian bahan UN
berbasis kertas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh badan yang
melaksanakan tugas di bidang penelitian dan pengembangan
Bagian Keempat
Biaya Penyelenggaraan
Pasal 17
(1) Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan UN menjadi tanggung jawab Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan.
(2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Satuan Pendidikan tidak
diperkenankan memungut biaya pelaksanaan UN dari peserta didik, orang
tua/wali, dan/atau pihak yang membiayai peserta didik.

Bagian Kelima
Sertifikat
Pasal 18
(1) Setiap peserta didik yang telah mengikuti UN akan mendapatkan sertifikat hasil
UN.
(2) Sertifikat hasil UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit berisi:
a. biodata siswa; dan
b. nilai UN untuk setiap mata pelajaran yang diujikan.

BAB IV
SANKSI

Pasal 19
(1) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan UN
wajib menjaga kerahasiaan dan keamanan.
(2) Setiap orang, kelompok, dan/atau lembaga yang terbukti melakukan pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 20
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Satuan Pendidikan wajib melakukan
sosialisasi UN.

Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggaraan UN diatur lebih lanjut dalam POS
UN yang ditetapkan oleh BSNP
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 228) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2019 TENTANG PENERIMAAN PESERTA
DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK, SEKOLAH DASAR, SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS, DAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN

Menimbang
a. bahwa pelaksanaan penerimaan peserta didik baru belum dapat dilaksanakan secara
optimal di semua daerah;
b. bahwa tata cara penerimaan peserta didik baru pada taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan sekolah menengah kejuruan
belum dapat mengakomodir perkembangan kebutuhan layanan pendidikan di
masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penerimaan
Peserta Didik Baru pada Taman KanakKanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan;

Mengingat
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
e. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
f. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
g. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
h. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
i. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
j. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

MEMUTUSKAN:

Menetapkan
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK,
SEKOLAH DASAR, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH
MENENGAH ATAS, DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan Sekolah, Taman kanak-kanak, SD,
SMP, SMA, SMK, PPDB, Rombel, UN, Data Pokok Pendidikan, Pemerintah Pusat,
Pemerintahan Daerah, Kementrian, dan Mentri.

Pasal 2
(1) PPDB dilakukan berdasarkan: nondiskriminatif; objektif; transparan; akuntabel; dan
berkeadilan.
(2) melayani peserta didik dari kelompok gender atau agama tertentu
Pasal 3
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
a. mendorong peningkatan akses layanan pendidikan;
b. digunakan sebagai pedoman bagi:
1. kepala daerah untuk membuat kebijakan teknis pelaksanaan PPDB; dan
2. kepala Sekolah dalam melaksanakan PPDB.

BAB II
TATA CARA PPDB

Bagian Kesatu
Persyaratan

Pasal 4
Persyaratan calon peserta didik baru pada TK
Pasal 5
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD
Pasal 6
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 7 (tujuh) SMP
Pasal 7
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 10 (sepuluh) SMA atau SMK
Pasal 8
(1) Syarat usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 dibuktikan
dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan oleh pihak yang
berwenang dan dilegalisir oleh lurah/kepala desa atau pejabat setempat lain yang
berwenang sesuai dengan domisili calon peserta didik
(2) Sekolah yang: menyelenggarakan pendidikan khusus; menyelenggarakan
pendidikan layanan khusus; dan berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar,
dapat melebihi persyaratan usia dalam pelaksanaan
Pasal 9
1. Persyaratan calon peserta didik baru baik warga negara Indonesia atau warga negara
asing untuk kelas 7 (tujuh) SMP atau kelas 10 (sepuluh) SMA/SMK yang berasal
dari Sekolah di luar negeri
2. mengikuti matrikulasi pendidikan Bahasa Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan
Pasal 10
Calon peserta didik penyandang disabilitas di Sekolah dikecualikan dari
1. syarat usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 7; dan
2. ijazah atau dokumen lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan
Pasal 7.
Bagian Kedua
Jalur Pendaftaran PPDB

Paragraf 1
Umum
Pasal 11
Pendaftaran PPDB dilaksanakan melalui jalur sebagai berikut: zonasi; afirmasi;
perpindahan tugas orang tua/wali; dan/atau prestasi.
Pasal 12
Jalur prestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (5) tidak berlaku untuk
jalur pendaftaran calon peserta didik baru pada TK dan kelas 1 (satu) SD
Pasal 13
Ketentuan mengenai jalur pendaftaran PPDB sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dikecualikan Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat; SMK yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; Sekolah Kerja Sama; Sekolah Indonesia
di luar negeri; Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus; Sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan layanan khusus.

Paragraf 2
Jalur Zonasi

Jalur zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a diperuntukkan
bagi peserta didik yang berdomisili di dalam wilayah zonasi yang ditetapkan
Pemerintah Daerah. (2) Jalur zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk
kuota bagi anak penyandang disabilitas.

Paragraf 3
Jalur Afirmasi
Jalur afirmasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b
diperuntukkan bagi peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu.
(2) Peserta didik baru yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan bukti keikutsertaan peserta
didik dalam program penanganan keluarga tidak mampu dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.

Paragraf 4
Jalur Perpindahan Tugas Orang Tua/Wali
Pasal 19 (1) Perpindahan tugas orang tua/wali sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (1) huruf c dibuktikan dengan surat penugasan dari instansi, lembaga,
kantor, atau perusahaan yang mempekerjakan. (2) Kuota jalur perpindahan tugas
orang tua/wali dapat digunakan untuk anak guru.

Paragraf 5
Jalur Prestasi
Jalur prestasi sebagaimana dimaksud dalam huruf d ditentukan berdasarkan: a. nilai
ujian Sekolah atau UN; dan/atau b. hasil perlombaan dan/atau penghargaan di
bidang akademik maupun non-akademik pada tingkat internasional, tingkat
nasional, tingkat provinsi, dan/atau tingkat kabupaten/kota.

Bagian Ketiga
Pelaksanaan PPDB

Paragraf 1
Tahap Pelaksanaan PPDB

Pelaksanaan PPDB dimulai dari tahap: a. pengumuman pendaftaran penerimaan


calon peserta didik baru dilakukan secara terbuka; b. pendaftaran; c. seleksi sesuai
dengan jalur pendaftaran; d. pengumuman penetapan peserta didik baru; dan e.
daftar ulang.
Paragraf 2
Pengumuman Pendaftaran
Pengumuman pendaftaran penerimaan calon peserta didik baru a. satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; dan b. satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang menerima dana BOS.
Paragraf 3
Pendaftaran
Pendaftaran PPDB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf b
dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme dalam jaringan (daring) dengan
mengunggah dokumen yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan ke laman
pendaftaran PPDB yang telah ditentukan. (2) Pelaksanaan mekanisme dalam
jaringan (daring) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah.

Paragraf 4
Seleksi
Seleksi jalur zonasi dan jalur perpindahan tugas orang tua/wali untuk calon peserta
didik baru kelas 1 (satu) SD mempertimbangkan kriteria dengan urutan prioritas
sebagai berikut: a. usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1); dan b. jarak
tempat tinggal terdekat ke Sekolah dalam wilayah zonasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Paragraf 5
Pengumuman Penetapan
(1) Pengumuman penetapan peserta didik baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 ayat (1) huruf d dilakukan sesuai dengan jalur pendaftaran dalam PPDB. (2)
Penetapan peserta didik baru dilakukan berdasarkan hasil rapat dewan guru yang
dipimpin oleh kepala Sekolah dan ditetapkan melalui keputusan kepala Sekolah

Paragraf 6
Daftar Ulang
Pasal 31 Daftar ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf e
dilakukan oleh calon peserta didik baru yang telah diterima untuk memastikan
statusnya sebagai peserta didik pada Sekolah yang bersangkutan dengan
menunjukkan dokumen asli yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan.
BAB III
PENDATAAN ULANG

Pasal 32 (1) Pendataan ulang dilakukan oleh TK dan Sekolah untuk memastikan
status peserta didik lama pada Sekolah yang bersangkutan. Pendataan ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh memungut biaya.

BAB IV
PERPINDAHAN PESERTA DIDIK
1. Perpindahan peserta didik antar Sekolah dalam satu daerah kabupaten/kota,
antarkabupaten/kota dalam satu daerah provinsi, atau antarprovinsi dilaksanakan
atas dasar persetujuan Kepala Sekolah asal dan kepala Sekolah yang dituju.
2. Peserta didik setara SMP, SMA, atau SMK di negara lain dapat diterima di
SMP, SMA, atau SMK di Indonesia setelah: a. menyerahkan fotokopi ijazah
atau dokumen lain yang membuktikan bahwa peserta didik yang bersangkutan
telah menyelesaikan pendidikan jenjang sebelumnya; b. surat pernyataan dari
kepala Sekolah asal;
BAB V
PELAPORAN DAN PENGAWASAN
1. Sekolah wajib melakukan pengisian, pengiriman, dan pemutakhiran data peserta
didik dan Rombongan Belajar dalam Dapodik secara berkala paling sedikit 1
(satu) kali dalam 1 (satu) semester.
2. Sekolah wajib melaporkan pelaksanaan PPDB dan perpindahan peserta didik
antarSekolah setiap tahun pelajaran kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya.

BAB VI
SANKSI

Pemalsuan terhadap: a. kartu keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14;


b. bukti sebagai peserta didik yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18; dan c. bukti atas prestasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 43 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta
Didik Baru pada Taman Kanak.

Pasal 44
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
BAB III
PENUTUP

1.1. Simpulan
Perkembangan permendikbud No. 20, 21, 22, 23, 24, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40 di
Indonesia dimulai dari permendikbud no. 20 dan perkembanagnnuya untuk kedepannuya
menjadi lebih baik dan disertai dengan pelaksanaan nya yang baik.
1.2. Saran
Perlu perbaikan dan tinjauan agar makalah ini dapat berkembang menjadi lebih baik
lagi, sehingga dapat menjadi informasi yang relevan bagi setiap lapisan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24. Tahun
2016 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran. Jakarta.
Kemendikbud (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016. Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2016. Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Kemendikbud (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun
2016. Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Jakarta
Kemendikbud (2018). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun
2018. Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Jakarta
Kemendikbud (2018). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun
2018. Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 35 Tahun
2019. Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun
2019. Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pengembangan Dan
Pemberdayaan Kepala Sekolah Dan Pengawas Sekolah. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun
2019. Tentang Pemberian Penghasilan Ketiga Belas Kepada Pimpinan Dan
Pegawai Nonpegawai Negeri Sipil Pada Lembaga Nonstruktural. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 38 Tahun
2019. Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 39 Tahun
2019. Tentang Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun
2019. Tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pendidika. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun
2019. Tentang Petunjuk Operasional Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pendidikan. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun
2019. Tentang Uraian Jabatan Di Lingkungan Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan. Jakarta
Kemendikbud (2019). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun
2019. Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Dan
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai