Anda di halaman 1dari 5

NAMA: SUSI YANTI

NIM: 4301417018

PRODI: PENDIDIKAN KIMIA 2017

Komponen Kurikulum Pendidikan

Kurikulum

Kurikulum 2013  memiliki 4 (empat)  komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi/isi; (3)
Metode/strategipembelajaran: dan (4) Evaluasi. Keempat komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan

1.Tujuan
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif
serta mampu berkonstribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban
dunia.

2. Isi
program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum
meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi
tersebut.Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan
yang ada.

3.KomponenMetode atau Strategi


Komponen metode itu meliputi rencana, metode, dan perangkat yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam kurikulum 2013 ini, para tenaga pendidik memiliki ruang untuk
mengembangkan meode pembelajaran yang kreaif dan iniatif dalam menyampaikan mata
pelajaran yang memungkinkan  siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif,
kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode
atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang
akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Komponen Evaluasi
Penilaian (Evaluasi) kurikulum meliputi semua aspek batas belajar. Menurut Schwartz dan
kawan – kawannya, penilaian adalah suatu program untuk memberikan pendapat dan penentuan
arti atau faedah suatu pengalaman.Syarat – syarat umum evaluasi adalah penilaian yang harus
dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai berikut :
a) Memiliki validitas, artinya evaluasi harus benar – benar mengukur apa yang hendak diukur.
b) Mempunyai realibiltas, menunjukkan ketetapan hasilnya. Dengan kata lain, orang yang akan
dites itu akan mendapat skor yang sama bila dites kembali dengan alat uji yang sama
c) Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunkan tanpa membuang waktu dan uang
banyak.
d) Kegunaaan/kepraktisan, alat evaluasi harus berguna. Yaitu untuk memperoleh keterangan
tentang siswa.

Melanjutkan untuk perubahan permendikbud Nomor 35 yaitu: Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, diubah
menjadi:

Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 2A sebagai berikut:
Muatan informatika pada SD/MI dapat digunakan sebagai alat pembelajaran dan/atau dipelajari
melalui ekstrakurikuler dan/atau muatan lokal.
Mata Pelajaran Informatika pada SMP/MTs dan SMA/MA dimuat dalam Kompetensi Dasar
yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
KI dan KD Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
sebagaimana tercantum dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 diubah dengan
menambahkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Informatika SMP/MTs (pada nomor urut
60) dan KI dan KD Informatika SMA/MA (nomor urut 61

Sebelumnya saya lanjutkan dulu untuk Perubahan permendikbud nomor 36: 1. Di antara Pasal 10
dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 10A sebagai berikut: Pasal 10A
(1) Pelaksanaan pembelajaran Informatika sebagai mata pelajaran pilihan dilaksanakan mulai
tahun ajaran 2019/2020 sesuai dengan kesiapan sekolah.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Mata Pelajaran Informatika sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

2. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sebagaimana tercantum dalam


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah diubah dengan menambahkan mata pelajaran
Informatika pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah sehingga menjadi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Menteri
ini

Saya lanjut ke pertanyaan yang no 2 perubahan yang dilakukan dari Permendikbud no 20-24
Pemerintah mengubah aturan terkait jalur pendaftaran untuk penerimaan siswa baru atau PPDB
tahun 2019 ini. Langkah ini merespon protes pada sistem zonasi yang diterapkan.
Merespon kondisi beberapa daerah yang belum dapat melaksanakan secara optimal kegiatan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019 sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 51 Tahun 2018,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan penyesuaian terkait kuota


PPDB)yang telah diatur dalam Permendikbud tersebut.

Kurikulum 2013, semenjak awal kelahirannya sudah menuai kontroversi. Banyak yang
menentang, terutama dari kalangan akademisi. Ketika terjadi perubahan kabinet, yang tentu saja
terjadi pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum 2013 juga ikut mengalami
perubahan. Oleh menteri yang baru, Anies Baswedan, implentasi kurikulum 2013 langsung
dievaluasi. Hasil dari evaluasi adalah dihentikannya sementara implementasi kurikulum 2013 di
sekolah yang baru melaksanakan 1 semester, sedangkan yang sudah melaksanakan 3 semester
dipersilakan melanjutkan.

Langkah selanjutnya kurikulum 2013 langsung direvisi dari semua komponen, yaitu Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian. Sebagai konsekuensi dari
revisi kurikulum 2013 ini kemdikbud harus menerbitkan peraturan-peranturan menteri yang
baru. Sebelum adanya revisi kurikulum 2013 saja sudah sering terjadi "tambal sulam" peraturan
menteri, Setelah direvisi maka tambal sulam peraturan menteri itu semakin "menjadi-jadi".

Dari pengamatan saya selaman proses perubahan kurikulum 2013 sampai dengan revisinya,
ternyata kurikulum 2013 benar-benar membuat kalangan pelaksana, yaitu guru menjadi
kelabakan, dan ini fakta. Saya calon guru, paling tidak saya harus mengetahui langsung kondisi
di sekolah bagaimana keluhan guru dalam menerapkan kurikulum 2013.

Setelah direvsi, saya menilai kurikulum 2013 semakin baik, namun bila kita amati sebenarnya
konsep kurikulum 2013 ini muter-muter di tempat, sudah diubah di sana-sini akhirnya beberapa
konsep "balik maning". Hal ini ini saya amati dari materi diklat terakhir (2016) dan peaturan
menteri terbaru, yaitu permendikbud nomor 20, 21, 22, 23 tahun 2016.

Apa yang "Balik Maning"?

1. Penilaian

Penilaian adalah komponen yang paling sering mengalami perubahan. Penilaian kurikulum 2013
diatur dengan permen 81A tahun 2013, diganti dengan permen 104 tahun 2013 dan terakhir
diganti dengan permen 53 tahun 2015. Semula penilaian menggunakan skala 1 - 4, kembali lagi
menjadi sklala 0 -100.
2. Pembelajaran

Di awal penerapan kurikulum 2013, yang paling digaungkan dan ditonjolkan adalah pendekatan
ilmiah atau saintific Approach, yang lebih dikenal dengan 5M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, Mengomunikasikan), dengan rekomendasi model-
model pembelajaran tertentu. Revisinya adalah pembelajaran menggunakan pendekatan, metode
atau model apa saja yang penting pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran aktif ini kan
sebenarnya konsep lama, yang dulu kita kenal dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Ujian akan dilaksanakan menggunakan komputer ataupun kertas pensil dengan ketentuan
sekolah yang akan menyelenggarakan ujian nasional berbasis kertas pensil harus meminta
persetujuan dari BSNP terlebih dahulu.

“Berdasarkan evaluasi kami, memang UNBK (ujian nasional berbasis komputer) memberikan
akurasi yang lebih baik dan juga dalam pelaksanaannya lebih efesien,” katanya.

Abdul juga mengingatkan, sudah adanya teknis pelaksanaan ujian sekolah pada Permendikbud
No 53/2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

“Permendikbud ini, juga sudah memiliki acuan teknisnya berupa petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh Dirjen Dikdasmen. Ini bisa dijadikan pegangan bagi sekolah untuk
melaksanakan ujian sekolah,” ujarnya.

Sementara itu, Doni Koesoema A, anggota BSNP mengatakan bahwa momen penghapusan
USBN harus menjadi ruang untuk memperkuat kepercayaan publik pada guru dan sekolah.

“Pak Nadiem Makarim memberikan kepercayaan pada satuan pendidikan untuk


menyelenggarakan ujian. Karena itu, kepercayaan ini jangan sampai disalahgunakan,” ujar Doni.

“Satuan pendidikan perlu menjaga kerahasiaan soal-soal Ujian dan mengembangkan berbagai
metode ujian untuk menumbuhkan semangat belajar peserta didik secara kontekstual,” tegas
Doni.

Sementara itu, BSNP juga mengingatakan, para pendidik dan tenaga kependidikan agar tidak
terkungkung dalam standar pendidikan yang telah dibuat BSNP.

Menurutnya, kesalahan mendasar yang terjadi di kelas selama ini adalah, praktik mengajar lebih
fokus pada hal administratif ketimbang substantif.

“Selama ini kesalahan mendasar praktik di lapangan lebih fokus pada hal-hal administratif
ketimbang substantif, standar itu guiding principal jadi itu bukan kitab suci yang tidak bisa
diubah,” kata Anggota BNSP, Bambang.

Menurut Bambang, terjadi hal demikian lantaran adanya perbedaan presepsi terkait standar di
kalangan pendidik. Untuk itu, kata Bambang, ini harus menjadi pekerjaan rumah yang harus
dituntaskan.

“Ini presepsi dan pemahaman bagaimana menerapkan standar ini masih berbeda. Ini tantangan
BSNP dan pemerintah untuk memberikan sosialisi dalam memahami standar itu, jangan
dipahami sebagai pakem atau kitab suci,” tuturnya.

Terlebih lagi, kata Bambang, standar pendidikan harus terus dievaluasi. Apalagi sekarang ada
kebijakan ‘Merdeka Belajar’ yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

“Contoh standar proses di ‘Merdeka Belajar’ itu sebenarnya semangat standar kita memberikan
ruang peluang bagi guru berkreasi,” terangnya

Pasal 5 permendikbudb no 43 tahun 2019 membahas mengenai Bentuk USBN

Ada beberapa hal penting lain terkait UN dan USBN yang diatur melalui Permendikbud ini, di
antaranya bentuk USBN;

1. Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh sekolah dapat berupa


a. portofolio;
b. penugasan;
c. tes tertulis; dan/atau
d. bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan
Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan kompetensi yang diukur
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

2. Bentuk Ujian yang diselenggarakan oleh sekolah di atas dilaksanakan pada semester ganjil
dan/atau semester genap pada akhir jenjang dengan mempertimbangkan capaian standar
kompetensi lulusan

Jadi intinya permendikbud no 43 th 2019 membahas bentuk ujian di sekolah. Apanbila tingkat
sekolah atau biasa disebut USBN, penyelenggara terserah mau bentuk ujian seperti apa. Akan
tetapi apabila tingkat satuan pendidikan atau biasa disebut UN, bentuk ujian sesuai dengan
negara yaitu sekarang UN berbasis Komputer.

Anda mungkin juga menyukai