Anda di halaman 1dari 12

Analisis Miskonsepsi Siswa Pokok Bahasan Impuls dan Momentum di Kelas XII IPA

MAN 1 Metro

Vina Serevina , Mona Dini Mardia


1,a) ,b)

Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia

a)
vina.serevina77@gmail.com , monaakbkir@gmail.com
b)

Abstrak

Miskonsepsi merupakan kekeliruan dalam memahami suatu konsep dimana konsep


yang dipahami berbeda dengan konsep yang dikemukakan oleh para ahli. Miskonsepsi
dalam pemahaman konsep fisika sering kali ditemukan di kalangan siswa salah satunya
pada konsep impuls dan momentum. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
miskonsepsi siswa MAN 1 Metro kelas XII IPA pada konsep momentum dan impuls,
sehingga guru dapat mengetahui konsep apa saja yang sulit dipahami siswa dan
mengetahui konsep yang harus ditekankan dalam pembelajaran impuls dan momentum
agar tidak terjadi miskonsepsi pada siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dimana siswa diberikan beberapa tes diagnostik pilihan ganda
dengan beberapa pilihan merupakan jebakan kemudian hasil dianalisis dan didapati
banyak siswa yang salah dalam memahami konsep momentum, impuls, dan kejadian
tumbukan. Kebanyakan miskonsepsi siswa adalah terkait vektor kecepatan dan
momentum dimana ada 41,5% siswa yang pilihan jebakan sedangkan 55,5% menjawab
dengan benar dan sisanya menjawab jawaban salah yang bukan merupakan jebakan dan
didapat nilai rata-rata siswa yaitu 54,17 atau dikategorikan tidak baik. Sehingga pengajar
seharusnya menekankan konsep vektor dalam pembelajaran impuls dan momentum.

Kata Kunci: Fisika, Impuls, Momentum, Tumbukan, Miskonsepsi

Pendahuluan

Fisika merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang bertujuan untuk
mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksinya. Konsep fisika tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (Ngadimin 2017). Pemahaman konsep dari fisika
merupakan kunci dalam mempelajari interaksi dan fenomena alam di sekitar kita. Dalam
dunia Pendidikan, ilmu fisika diajarkan melalui ruang lingkup pembelajaran yang sesuai
dengan tingkat atau jenjang siswa. Pembelajaran fisika di sekolah berorientasi kepada
teori, pemahaman konsep, aplikasi persamaan matematis atau rumus serta
pengaplikasian konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Fisika sendiri terbagi menjadi
berbagai cabang salah satunya adalah mekanika. Mekanika merupakan salah satu
cabang fisika yang mempelajari tentang gerak benda serta penyebab benda bergerak.
Salah satu hal yang dipelajari pada mekanika yaitu momentum dan impuls. Materi
momentum dan impuls dipelajari siswa pada tingkat SMA. Pada materi momentum dan
impuls siswa belajar mengenai perilaku gerak suatu benda dan faktor yang
mempengaruhi gerak benda tersebut. Momentum merupakan konsep fisika yang
penting karena mencakup dua besaran fisika yang mencirikan dinamika benda yaitu
massa dan kecepatan. Aplikasi konsep momentum dan impuls dalam kehidupan sehari-
hari penting dipahami oleh siswa agar pemahaman siswa terkait konsep momentum
tidak hanya berputar pada rumus dan teori, melainkan konsep kontekstual sehingga
dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Pada pembelajaran konsep momentum dan impuls yang dipelajari siswa sekolah
tingkat menengah atas (SMA) atau sederajat cenderung banyak mengajarkan rumus
tetapi secara konsepnya masih kurang sehingga akibatnya siswa akan lebih
memperhatikan rumusnya agar bisa diaplikasikan untuk memecahkan soal-soal pada
ujian. Miskonsepsi merupakan fenomena atau hal yang lazim terjadi pada pembelajaran
fisika. Miskonsepsi di kalangan siswa dapat menghambat proses asimilasi pengetahuan-
pengetahuan baru pada benak para siswa. Kurangnya pengetahuan konsep dapat diatasi
dengan instruksi dan pembelajaran selanjutnya, namun miskonsepsi pada suatu konsep
akan membuat siswa mengalami kekacauan konstruksi berpikir Ketika mempelajari
konsep selanjutnya yang terkait

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis miskonsepsi siswa MAN 1 Metro kelas
XII IPA pada konsep momentum dan impuls. Miskonsepsi pada siswa biasanya berasal
dari daya pemahaman konsep siswa sendiri atau berasal dari metode ajar yang
memfokuskan pada hafalan rumus. Siswa juga terkadang sulit dalam mendefinisikan
Sebuah istilah dalam ilmu fisika sehingga berbeda dengan pendapat yang dikemukakan
para pakar/ahli.

Identifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada miskonsepsi


momentum, impuls dan kejadian tumbukan dengan menggunakan tes diagnostik. Tes
diagnostik digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa dalam memahami konsep
tertentu. Kesalahan konsep atau disebut miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa
adalah konsep yang dimiliki oleh siswa yang berbeda dengan pendapat ahli, dimana
siswa akan tetap menggunakan pemahaman konsepnya yang salah dalam menjawab
soal atau permasalahan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu fatal dan
mempengaruhi pemahaman siswa. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi
informasi terkait hal-hal yang salah dipahami siswa pada materi impuls dan momentum,
sehingga pengajar dapat menekankan lagi konsep yang sering salah dipahami oleh siswa

Tinjauan Pustaka

1. Konsep

Pengertian Konsep Menurut Bahri (2008:30), Konsep adalah satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek
ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang
dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat
dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa). Carrol (dalam Trianto,
2007:158), mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman
yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu
proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu, dan mengambil elemen-
elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Konsep diartikan sebagai,
rancangan atau buram surat; ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa
konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2014:725). Sedangkan menurut Rosser (dalam Dahar, 2006:63), konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,
atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Dari penjelasan
beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan abstraksi
suatu benda, objek, kejadian, dan situasi yang digunakan manusia.

2. Tinjauan tentang Miskonsepsi

Pengertian Miskonsepsi Menurut Flower (dalam Suparno, 2013:4), miskonsepsi adalah


pengertian yang tidak akurat akan konsep, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
penggunaan konsep yang salah, konsep yang berbeda, kekacauan konsep-konsep yang
berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut Dahar
(2006:153), miskonsepsi adalah hasil konstruksi tentang alam sekitarnya berbeda
dengan konsepsi ilmiah. Dari penjelasan tentang miskonsepsi dari para ahli diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan konsep yang bertentangan dengan
konsep para pakar suatu bidang tertentu.

3. Penyebab Miskonsepsi

Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab miskonsepsi
pada siswa. Menurut Suparno (2013:30- 53), penyebab miskonsepsi pada siswa adalah

(1) miskonsepsi dari sudut filsafat konstruktivisme.

Secara filosofis terjadinya miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan filsafat
konstruktivisme. Filsafat konstruktivisme secara singkat menyatakan bahwa
pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam kontak dengan
lingkungan, tantangan, dan bahan yang dipelajari. Oleh karena siswa sendiri yang
mengonstruksikan pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam
menginstruksi. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa mengonstruksi konsep fisika
secara tepat, belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai
patokan;

(2) Miskonsepsi berasal dari siswa sendiri yaitu dapat dikelompokkan dalam beberapa
hal, antar lain: prakonsepsi atau konsep awal siswa, Pemikiran asosiatif, Pemikiran
humanistic, Reasoning yang tidak lengkap/salah, Intuisi yang salah, Tahap
perkembangan kognitif siswa, Kemampuan siswa, Minat belajar siswa;

(3) guru/pengajar;

(4) buku teks;

(5) konteks;

(6) metode mengajar.

4. Teknik Mendeteksi Miskonsepsi

Teknik untuk mendeteksi miskonsepsi yaitu dengan menggunakan peta konsep (concept
maps), tes multiple choice dengan reasoning terbuka, tes essai tertulis, wawancara
diagnosis, diskusi dalam kelas, praktikum dengan tanya jawab (Suparno 2013:121).
Beberapa peneliti menggunakan beberapa cara itu bersama-sama untuk melengkapi,
seperti tes essay dengan wawancara. Yang kiranya perlu ditekankan adalah bahwa siswa
diberi kesempatan mengungkapkan gagasan mereka sehingga dapat dimengerti
miskonsepsi yang dipunyai.

Metode

Dalam penelitian, digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan


menganalisis jawaban soal-soal yang diberikan terkait materi momentum dan Impuls.
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA 3 dan XII IPA 4 Madrasah Aliyah Negeri 1
Metro tahun ajaran 2021/2022. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi
pemberian tes terkait pemahaman konsep momentum dan impuls yang dilakukan
secara daring.

Tes yang diberikan adalah soal pilihan ganda dengan pilihan 2-4 dimana pada pilihan
juga terdapat jawaban jebakan. kemudian data dikumpulkan dan dihitung berapa
banyak siswa yang menjawab benar, menjawab pilihan jebakan atau menjawab salah
namun bukan pilihan jebakan. Skor jawaban tes dinilai berdasarkan persentase jawaban
benar, dimana jika jawaban salah atau tidak menjawab bernilai 0%, sedangkan skor
untuk jawaban benar bernilai 25%
Analisis data dalam penelitian ini adalah: (1) reduksi data, yaitu mencakup proses
seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang didapat di
lapangan; (2) penyajian data, yaitu mencakup kegiatan melukiskan kumpulan informasi
yang terorganisir sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dan memberikan
gambaran yang jelas tentang hasil penelitian; (3) menarik kesimpulan, yaitu penarikan
kesimpulan tentang jenis kesalahan yang sering dilakukan siswa ketika mengerjakan soal
Fisika dan faktor penyebabnya.

Hasil tes siswa dianalisis dengan kriteria rujukan penilaian sebagai berikut:

Tabel 1. Kriterian Penilaian. (Sumber: Sugiyono, 2017)

Hasil dan Pembahasan

Foto Studi Lapangan

Gambar 1. Tampak Depan MAN 1 Metro


Gambar 2. Lingkungan Sekolah MAN 1 Metro

Gambar 3. Siswa MAN 1 Metro sedang mengisi kuesioner

Kesalahan Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Konsep Momentum

Butir soal yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah konsep momentum:

1. Sebuah sepeda motor dan Sebuah truk memiliki massa masing-masing 300 kg
dan 2000 kg melaju kearah yang sama, dimana sepeda motor dipercepat dan truk
melaju dengan kelajuan konstan. Pada selang waktu t, sepeda motor memiliki
kelajuan empat kali kelajuan truk. Manakah yang memiliki momentum paling
besar pada selang waktu t?

Jawaban: Truk, karena momentum secara matematis: p = m.v.

P truk = 2000. v = 2000v

P motor = 300. 4v = 1200v

Jawaban Siswa Jumlah Siswa Presentase


Truk 70 97,2 %
Sepeda Motor 2 2,8 %
Pada butir soal tersebut ada 2 siswa yang menjawab tidak tepat dan 70 siswa
yang lain benar. Siswa yang menjawab tidak tepat memiliki pemahaman konsep
yang keliru bahwa berapapun massa suatu benda, jika kelajuannya lebih besar,
maka momentumnya lebih besar

2. Sebuah bola bermassa 1 kg mula-mula bergerak dengan kecepatan 5 m/s ke kiri.


Kemudian menumbuk tembok dan bergerak berbalik arah ke kanan dengan
besar kecepatan 3 m/s. Perubahan momentum yang dialami bola adalah …
kgm/s
A. 2
B. 3
C. 5
D. 8
E. 10

Jawaban:

Diketahui:

Massa bola, m = 1 kg

Kecepatan awal, v = -5 m/s (ke kiri negatif)

Kecepatan setalah tumbukan, v’ = 3 m/s (ke kanan positif)

Δp = m(v’ – v)

Δp = 1 (3-(-5)) = 8 kgm/s

Jawaban Siswa Jumlah Siswa Presentase


2 30 41,7 %

3 1 1,4 %
5 1 1,4 %

8 40 55,5 %
10 0 0%
Pada soal ini, lebih dari setengah populasi siswa menjawab benar, namun
banyak juga siswa yang menjawab salah. Siswa yang menjawab salah dengan
opsi A menghitung perubahan momentum tanpa memperhatikan arah vektor
kecepatan. Dari sini terlihat bahwa banyak siswa yang mengalami miskonsepsi
terkait vektor kecepatan dan momentum dimana siswa memandang
momentum seperti besaran skalar yang tidak dipengaruhi arah kecepatan
benda.

3. Sebuah bola bermassa 2 kg dengan kecepatan 10 m/s ke arah kiri bertumbukan


dengan sebuah balok bermassa 8 kg yang bergerak dengan besar kecepatan
yang sama dengan bola namun arahnya berlawanan. Ketika kedua benda
bertumbukan, benda manakah yang memperoleh gaya lebih besar?
A. Bola
B. Balok
C. Gaya yang diperoleh sama

Jawaban:

Gaya yang dialami kedua benda bertumbukan besarnya akan sama dan arahnya
berlawanan sesuai prinsip gaya aksi reaksi pada hukum 3 Newton

Jawaban Siswa Jumlah Presentase


Siswa
Bola 55 76,4 %
Balok 10 13,9 %

Gaya yang diperoleh 7 9,7 %


sama

Sebagian besar siswa menjawab bola karena bola ditumbuk oleh balok yang
massanya lebih besar sehingga bola memperoleh gaya yang lebih besar. Dalam
hal ini siswa mengalami miskonsepsi terkait konsep gaya aksi-reaksi pada
hukum 3 Newton.
4. Sebuah benda bermassa 4 kg melaju dengan kecepatan 50 m/s ke arah tembok
dan menumbuk tembok kemudian bola memantul berlawanan arah dengan
kecepatan sebesar 20 m/s. jika tumbukkan terjadi selama 20 milisekon, gaya
yang dialami tembok akibat tumbukan bola adalah … N
A. 6000
B. 8000
C. 10000
D. 14000
E. 15000
Jawaban:
I = F.t = m(v’-v)
F = m(v’-v)/t
F = 4(50-(-20))/0,02 = 14000 N
Jawaban siswa:

Jawaban Siswa Jumlah Siswa Presentase


6000 32 44,5 %
8000 0 0%

10000 0 0%
14000 40 55,5 %

15000 0 0%
Sebagian besar siswa sudah menjawab dengan tepat namun sebagian yang lain
menjawab tidak tepat. Jawaban siswa yang tidak tepat dipengaruhi karena
kesalahan dalam memahami konsep momentum sebagai besaran vektor, sama
seperti butir soal no. 2, siswa banyak yang tidak memperhatikan vektor dari
besaran kecepatan benda yang dapat mempengaruhi besar perubahan
momentum yang dialami benda.

Tabel Frekuensi Skor Tes Siswa


Tabel di atas menunjukkan hasil tes diagnostik siswa untuk materi momentum,

didapat rata-rata nilai adalah 54,17 dengan kategori “tidak baik” menurut tabel

rujukan penilaian (Sugiyono, 2017)

Kesimpulan

Berikut kesimpulan yang diperoleh dari analisis miskonsepsi siswa pada pokok bahasan
momentum dan impuls:

1. Banyak terdapat miskonsepsi pada siswa terkait pokok bahasan momentum dan
impuls
2. Miskonsepsi yang banyak terjadi adalah kesalahan siswa dalam memahami
momentum dan kecepatan suatu benda yang merupakan besaran vektor
dimana vektor kecepatan suatu benda mempengaruhi vektor momentum benda
tersebut
3. Miskonsepsi siswa terkait vektor momentum dan vektor kecepatan
berpengaruh pada pemahaman konsep selanjutnya yaitu impuls. Akibat
miskonsepsi vektor momentum tersebut, siswa banyak yang salah dalam
menentukan impuls yang dialami suatu benda
4. Miskonsepsi terkait gaya aksi reaksi pada benda yang bertumbukan juga terjadi
di kalangan siswa

Daftar Pustaka

Kurnia, Diyan. 2016. Kesalahan Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah


Momentum-Impuls. Pros Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM.
Vol.1(2016): 174-183.
Lin, Shih & Chandralekha Singh. 2011. Using Isomorphic Problems To Learn
Introductory Physics. Physical Review Special Topics - Physics Education
Research, (Online), 7 (2): 1-16
(http://journals.aps.org/prper/abstract/10.1103/PhysRevSTPER.7.020104),
diakses 10 November 2016.

Lin, Shih & Chandralekha Singh. 2013. Using An Isomorphic Problem Pair To Learn
Introductory Physics: Transferring From A Two-Step Problem To A Three-Step
Problem. Physical Review Special Topics - Physics Education Research, (Online),
9 (2): 1-21
(http://journals.aps.org/prper/abstract/10.1103/PhysRevSTPER.9.020114), diakses
10 November 2016.

Lusiana, Naning. 2016. Analisis Miskonsepsi Siswa Pokok Bahasan Momentum


Dan Impuls Di Kelas Xii Ipa.4 Sma Negeri 4 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016. Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika, (Online).
(http://mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL+%20naning
%20lusiana.pdf) , diakses 15 Februari 2017.

N. Remziye. 2013. Momentum Concept in the Process of Knowledge


Construction. International Journal of Science Education, (Online), 13(3):
1897-1901, (www.edam.com.tr/estp), diakses 15 Februari 2017.

Ngadimin, N. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa dengan Menggunakan


Metode Indeks Respon Kepastian (IRK) pada Materi Impuls dan
Momentum Linear di SMA Negeri 2 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Fisika, 2(2), 272-276.

Suparno, Paul.2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan


Fisika. Jakarta: PT. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai