Disusun Oleh :
NIM : 4163121016
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa Saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa . Karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah Mini
Research ini untuk memenuhi tugas Pengantar Pendidikan.
Ucapan terima kasih Saya ucapkan kepada Bapak Drs. Jurubahasa Sinuraya, M.Pd selaku
Dosen Pembimbing Mata Kuliah Fisika SMA yang telah membantu dan membimbing Saya
dalam penyelesaian Mini Research ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil
apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
Saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan
Makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan kita bersama.
Penulis,
Tia Damayanti
(4163121016)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, permasalahan dalam memahami konsep-konsep awal yang sudah ada semakin
meningkat, khususnya dalam bidang pendidikan. Konsep – konsep yang tidak sesuai dengan
kebenaran sains ini disebut miskonsepsi. Konsep awal tersebut didapatkan oleh peserta didik saat
berada di sekolah dasar, sekolah menengah, dari pengalaman dan pengamatan mereka di
masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang bahwa konsep siswa, meskipun tidak
cocok dengan konsep ilmiah, dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki atau diubah selama
pendidikan formal.
Menurut Suparno (2005:3) hal tersebut disebabkan oleh konsep yang siswa miliki, meskipun
keliru, tetapi dapat menjelaskan beberapa persoalan yang sedang mereka hadapi dalam
kehidupan mereka. Bahkan beberapa anak menggunakan konsep ganda dalam hal ini, yaitu
konsep ilmiah digunakan di sekolah dan konsep sehari-hari untuk digunakan di masyarakat. Hal
ini membuat para ahli baik pendidik maupun peneliti terlibat dalam membahas bagaimana
terjadinya miskonsepsi, bagaimana miskonsepsi dapat diatasi dan kesulitan apa dalam
mengatasinya.
Miskonsepsi atau salah konsep (Suparno, 2005:4) menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu.
Begitu juga dengan Wartono, dkk (2004:25) mendefinisikan miskonsepsi adalah pemahaman
alternatif yang tidak benar secara ilmiah. Miskonsepsi ini diyakini oleh siswa dan dijadikannya
dasar untuk merespon masalah yang muncul. Dengan demikian miskonsepsi adalah
ketidaksesuaian konsep yang dimiliki oleh siswa dengan konsep para ahli. Berdasarkan hal
tersebut miskonsepsi fisika adalah ketidaksesuaian konsep fisika yang dimiliki oleh siswa
dengan para fisikawan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran miskonsepsi fisika ?
2. Apa saja factor yang menjadi dasar dalam miskonsepsi fisika ?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran miskonsepsi fisika.
2. Mengetahui factor – factor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi dalam fisika
BAB II
BAGIAN TEORI
Miskonsepsi adalah salah konsep menunjuk pada sesuatu yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu (atau tidak sesuai dengan
tuntutan keilmuan suatu disiplin ilmu tertentu. Kondisi yang bagaimana yang memungkinkan
terjadinya perubahan miskonsepsi menjadi konsep yang benar?
- Siswa harus merasa tidak puas dengan adanya pemahaman yang salah.
2. Kesalahan,
Peta konsep adalah suatu alat skematik untuk memperesentasikan suatu rangkaian konsep yang
digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta ini mengungkapkan hubungan-hubungan
yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasan pokok. Miskonsepsi dapat
diidentifikasi dengan melihat hubungan antara dua atau lebih konsep apakah benar atau tidak.
Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak ada hubungan yang
lengkap antar konsep.
Siswa diberi soal atau tes pilihan ganda dengan alasan. Dalam bagian reasoning, siswa harus
menulis alasan mengapa memilih jawaban itu. Atau siswa diberi soal tes pilihan ganda dengan
interview. Berdasarkan hasil jawaban yang jelek dalam multiple choice itu, mereka
mewawancarai siswa. Tujuan wawancara adalah untuk meneliti bagaimana siswa berpikir dan
mengapa mereka berpikir seperti itu.
a) Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang
memeang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan.
b) Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian
dalam bidang apa.
c) Beberapa siswa diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan
seperti itu.
d) Dari wawancara itu akan terlihat darimana salah pengertian itu dibawa.
4. Wawancara
a) Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau
beberapa konsep fisika yang pokok dari bahan yang akan diajarkan.
b) Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep di atas.
c) Dari sini dapat dimengerti miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana
mereka memperoleh konsep alternatif tersebut.
a) Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang
sudah diajarkan atau ang akan diajarkan.
b) Dari diskusi dikelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka tepat atau tidak. Guru
dapat mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa.
c) Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga sebagai penjajakan awal.
1. Dapat berasal dari diri siswa sendiri (konsepsi awal sebelum pelajaran, pengalaman,
kemampuan, dan minat)
a) Dapat dijelaskan dengan filsafat konstruktivisme (siswa membangun pengetahuan awal
sebelum belajar formal)
b) Gagasan asosiatif siswa (asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari, misal asosiasi terhadap
gaya dengan aksi atau gerakan, dan mengasosiasikan kerja dengan energi)
c) Intusi yang salah dan perasaan siswa (pandangan manusiawi, misal jika dua benda punya
percepatan sama, kecepatan dan jaraknya juga sama. Jika kecepatan adalah nol, maka
percepatannya juga nol.
d) Pengalaman siswa (dalam kehidupan sehari-hari, siswa berpikir energi kekal yang artinya
walaupun digunakan akan tetap benilai sama dan kekal, tanpa memikirkan perubahan energi
yang terjadi)
2. Dapat berasal dari guru yang juga punya salah pengertian dan salah mengajar.
b) Cara guru mengajar yang klasik, hanya terpaku pada matematis bukan konsep.
3. Dari buku yang digunakan (bahasa sulit dimengerti, atau pembahasan yang salah)
Penggunaan analogi yang salah dalam mengajarkan konsep, misal guru yang membandingkan
listrik dengan aliran air. Ini dapat menjelaskan kepada siswa mengenai aliran listrik, tetapi dapat
menimbulkan miskonsepsi tentang tegangan.
b) Guru mendefinisikan konsep dengan jelas dan tidak ambigu serta melatih siswa dengan
cara yang sama. Guru harus konsekuen dalam menggunakan term yang sama dalam contoh-
contoh.
d) Probelem solving, siswa mengerjakan soal untuk mengecek mereka salah konsep atau tidak,
dilatih untuk mengorganisasikan kemampuannya.
f) Pemberain pengalaman anomali, percobaan yang berlawanan dengan gagasan siswa yang
salah.
d) Pemberian contoh dalam hidup sehari-hari untuk mengajarkan rumus atau konsep, hukum,
teori, dan hal-hal yang baru.
3. Buku
Sangat penting bahwa buku teks dibuat dengan benar dan secara konseptual juga benar.
Kesalahan yang ditulis dalam buku teks akan mudah dicerna siswa sehingga mereka memperoleh
salah pengertian.
a) Konsep kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu, siswa beranggapan bahwa kalor itu
sesuatu yang disimpan oleh suatu benda. Tetapi konsep yang benar yaitu kalor yang diterima air
digunakan untuk menaikkan suhu.
b) Konsep pengaruh suhu terhadap ukuran benda, Siswa menganggap bahwa suhu yang dicapai
suatu benda bergantung pada ukurannya tetapi konsep yang benar yaitu suhu balok es akan
sama besar bagaimanapun dipotong.
c) Konsep pengaruh kalor terhadap suhu suatu benda, siswa menganggap ketika balok besi
diletakkan di atas balok kayu maka Kalor dari kayu mengalir ke besi sebab besi lebih cepat
panas daripada kayu tetapi konsep yang benar yaitu tidak ada kalor yang mengalir dari besi
ke kayu atau sebaliknya sebab suhu kedua benda.
d) Konsep kalor jenis, siswa menganggap bahwa Suhu benda naik lebih cepat jika kalor jenisnya
besar sedangkan suhu benda naik lebih lambat jika kalor jenis yang kecil tetapi konsep yang
benar yaitu semakin besar kalor jenis suatu benda, semakin kecil kemampuan benda tersebut
menyerap atau melepaskan kalor. Semakin kecil kalor jenis benda, semakin baik
kemampuan benda tersebut menyerap atau melepaskan kalor.
e) Konsep muai panjang, siswa menganggap bahwa partikel-partikel kalor memenuhi ruang antar
partikel alumunium, sehingga partikel-partikel alumunium terdesak ke segala arah tetapi konsep
yang benar yaitu suatu benda yang dipanaskan mengalami pemuaian karena jarak antar
partikel menjadi semakin jauh akibat kenaikan suhu.
f) Konsep perubahan wujud dari padat menjadi cair, siswa mengganggap Es melepaskan kalor
tetapi konsep yang benar yaitu yaitu terjadi perubahan wujud dari es menjadi air karena es
menerima kalor dari lingkungan akibat adanya perbedaan suhu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian
Metode Penelitian yang Kami gunakan adalah metode penelitian Observasi secara langsung
dalam pengumpulan data.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 :
104).
Metode observasi sering kali diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada subyek penelitian. Teknik observasi sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik hendaknya dilakukan pada subyek yang secara aktif mereaksi
terhadap obyek. Adapun kriteria yang hendak diperhatikan oleh observeser antara lain:
Memliki pengetahuan yang cukup terhadap obyek yang hendak diteliti.
Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.
Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati.
Pengamatan dan pencatatan harus dilaksanakan secara cermat dan kritis.
Pencatatan setiap gejala harus dilaksanakan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi.
Pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil observasi.
Instrument Penelitian
Instrument Penelitian yang Kami gunakan adalah dengan pembagian test dalam materi suhu dan
kalor kepada siswa/siswi SMAN 1 Batang Kuis sebanyak 10 butir soal.
Teknik Pengumpulan Data yang kami gunakan adalah dengan memberikan 10 butir soal fisika
dengan materi suhu dan kalor . Setelah soal tersebut sudah diselesaikan oleh siswa/siswa SMAN
1 Batang Kuis, maka kami akan memeriksa jawaban mereka kemudian kami klasifikasikan
jawaban mereka ke dalam kolom pengamatan data kami.
HASIL PENELITIAN
Objek penelitian : 25 orang siswa / siswi SMAN 1 Batang Kuis kelas X IPA 3
1. Langkah-langkah penelitian :
2. Menentukan topic materi yang akan dibahas
3. Mengembangkan instrument test untuk menguji terjadinya miskonsepsi berdasarkan
materi suhu dan kalor.
4. Menguji test tersebut ke 25 orang siswa/siswi SMAN 1 Batang Kuis kelas X IPA 3
5. Analisa jawaban pada test.
6. Daftar semua jawaban baik yang benar maupun yang salah
7. Data yang diperoleh kemudian ditulis didalam laporan.
Nama :
Kelas / Jurusan :
Asal Sekolah :
Hari / Tanggal :
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, ternyata masih banyak sekali
siswa atau siswi yang mengalami miskonsepsi terhadap materi fisika yaitu suhu dan kalor.
Hampir semua bagian dari mereka masih sangat minim dalam memahami konsep dasar
fisika. Dalam hal ini, seharusnya peran guru harus sangat signifikan guna perbaikan dalam
proses pembelajaran.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada satu pun siswa yang berhasil mencapai nilai
KKM. Artinya, dalam proses belajar mengajar mereka juga sudah membawa miskonsepsi
tersebut sebelumnya, sehingga konsep yang salah tersebut tetap dijadikann panduan atau
pedoman dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, Peran guru dalam proses
pembelajaran, khususnya sains (fisika), sangat sentral.
Guru tidak hanya sebagai sumber belajar tetapi juga sebagai motivator serta memiliki
tugas sebagai penilai (supervisi) (Indrakutni, 2005; ). Oleh karena itu, profesionalitas seorang
guru dalam memahami bidang keilmuan, khususnya konsep sains, dengan baik sangat
dibutuhkan. Apabila guru memiliki pemahaman konsep yang kurang baik maka
dikhawatirkan siswa juga akan mengalami hal yang serupa.
B. Faktor- factor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi fisika di SMAN 1
Batang Kuis
6 Pada soal keenam, sebanyak 16 Menurut alasan yang mereka Jawaban yang mereka jawab salah.
responden menjawab pada berikan, mereka berpendapat Konsep yang benar yaitu, terjadi
kolom YA. Bahwa Es bahwa es yang melepaskan perubahan wujud dari es menjadi
melepaskan kalor sehingga bisa kalor lama - kelamaan akan air karena es menerima kalor dari
mencair. segera mencair. lingkungan akibat adanya
perbedaan suhu.
7 Pada soal ketujuh, sebanyak 15 Menurut alasan yang mereka Jawaban yang mereka jawab
responden menjawab pada berikan, mereka berpendapat salah. Konsep yang benar yaitu,
kolom YA. Bahwa suhu air bahwa suhu air yang sudah kalor digunakan untuk mengubah
yang sedang mendidih tidak mendidih tidak akan naik molekul air dari keadaan cair
akan naik lagi meskipun terus lagi meskipun terus menjadi uap (gas).
dipanaskan. dipanaskan.
8 Pada soal kedelapan, sebanyak Menurut alasan yang mereka Jawaban yang mereka jawab salah.
18 responden menjawab pada berikan, mereka berpendapat Konsep yang benar yaitu
kolom YA. Bahwa pemanasan bahwa pemanasan batang pemanasan batang logam
batang logam termasuk proses logam termasuk proses termaksud konduksi.
konveksi. konveksi.
9 Pada soal kesembilan, sebanyak Menurut alasan yang mereka Jawaban yang mereka jawab salah.
16 responden menjawab pada berikan, mereka berpendapat Konsep yang benar yaitu, termos
kolom YA. Bahwa ruang hampa bahwa ruang hampa yang ada dibuat dengan prinsip mencegah
yang ada pada termos pada termos dimaksudkan proses perpindahan kalor secara
dimaksudkan agar pemindahan agar pemindahan panas konduksi, konveksi dan radiasi.
panas secara radiasi tidak secara radiasi tidak terjadi.
terjadi.
10 Pada soal kesepuluh, sebanyak Menurut alasan yang mereka Jawaban yang mereka jawab salah.
18 responden menjawab pada berikan, mereka berpendapat Konsep yang benar yaitu, suhu
kolom YA. Bahwa suhu pada bahwa suhu pada sendok pada sendok besi dan sendok
sendok besi lebih tinggi besi lebih tinggi daripada plastik sama.
daripada suhu pada sendok suhu pada sendok plastik.
plastik.
Berdasarkan penelitian tersebut, melalui alasan – alasan jawaban responden maka dapat
disimpulkan bahwa factor - factor yang mempengaruhi terjadinya miskonsepsi dalam fisika pada
materi suhu dan kalor adalah :
1. Dapat berasal dari diri siswa sendiri (konsepsi awal sebelum pelajaran, pengalaman,
kemampuan, dan minat)
a. Siswa membangun pengetahuan awal sebelum belajar formal
b. Pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari siswa
2. Dapat berasal dari guru yang juga punya salah pengertian dan salah mengajar.
a. Guru tidak memahami konsep fisika yang baik,
b. Cara guru mengajar yang klasik, hanya terpaku pada matematis bukan konsep.
c. Guru memberikan contoh yang keliru.
3. Dari buku yang digunakan (bahasa sulit dimengerti, atau pembahasan yang salah)
4. Berasal dari penggunaan metode mengajar. Penggunaan analogi yang salah dalam
mengajarkan konsep.
Dokumentasi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, ternyata masih banyak sekali siswa
atau siswi yang mengalami miskonsepsi terhadap materi fisika yaitu suhu dan kalor. Hampir
semua bagian dari mereka masih sangat minim dalam memahami konsep dasar fisika.
Dalam hal ini, seharusnya peran guru harus sangat signifikan guna perbaikan dalam proses
pembelajaran.
2. Miskonsepsi sering terjadi dalam berbagai disiplin ilmu pada diri siswa. Sesuai dengan
pandangan konstruktivisme, siswa diberi kebebasan untuk membangun konsep sendiri,
tetapi bila terjadi kesalahan perlu diluruskan dengan cara yang bijak.
3. Kita perlu tahu bagaimana konsep siswa, maka penting untuk mereka diberi kesempatan
mengungkapakan gagasan dari konsepnya. Sehingga dapat diketahui penyebab dan dapat
membantunya.
4. Dibutuhkan guru yang menguasai bahan , memahami kesulitan dan kesalahan siswa, serta
rela bertekun dengan siswa. Butuh waktu lama untuk membantu siswa mengatasi salah
konsep.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.