DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Kasih,rahmat,
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya khususnya kepada dosen pengampu kami,
yaitu bapak Drs. Abu Bakar, M.Pd yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam p
Kami berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan inspirasi b
agi pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang
Kami menyadari begitu banyak kekurangan dari makalah ini, sehingga kami sangat b
erharap mendapatkan kritik dan saran terhadap pembaca agar kedepannya dapat kami membu
Me
dan, September 2020
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II ISI..........................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Berg (1991: 1), pada pelajaran fisika,siswa tidak memasuki pelajaran den
gan kepala kosong yang dapat diisi dengan pengetahuan fisika. Malah sebaliknya, kepala
siswa sudah penuh dengan pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan dengan peng
etahuan fisika. Dengan pengalaman itu sudah terbentuk intuisi dan “teori siswa’’ mengen
ai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia. Akan tetapi belum ten
tu intuisi yang terbentuk itu benar. Konsep awal atau intuisi yang tidak sesuai dengan kon
sep ilmiah yang disepakati para ahli disebut miskonsepsi.
Dari uraian ini dapat disimpulkan dalam pembelajaran siswa hanya ditekankan pa
da pemahaman metematis dan siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran. Aktivitas sis
wa yang kurang (diskusi, praktikum, membuktikan konsep) dalam kegiatan belajar menga
jar menyebabkan siswa kurang memahami materi yang disampaikan secara optimal. Hal i
ni merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadi miskonsepsi pada siswa.
Setiap peserta didik memiliki prakonsepsi yang dibawa sebagai pengetahuan. Seja
lan dengan perkembangan daya pikirnya, mereka mengembangkan prakonsepsi yang dimi
liki, tetapi terkadang pengembangan konsep yang dilakukan bertentangan dengan konsep
sebenarnya yang dikemukakan para ahli dan jika hal ini tidak diperbaiki akan menghasilk
an miskonsepsi yang berlarut-larut. Dalam hal ini tim penulis membahas tentang materi
Vektor .Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Misko
nsepsi Materi Vektor Kelas X”
1. Apakah arti miskonsepsi & mengapa bisa terjadi miskonsepsi pada materi vektor
kelas X
2. Apa-apa saja miskonsepsi yang sering dialami siswa dalam materi vektor kelas X
1. Untuk mengetahui arti miskonsepsi & alasan terjadi miskonsepsi miskonsepsi dalam
materi vektor Kelas X
2. Untuk mengetahui miskonsepsi yang sering dialami siswa dalam materi vektor Kelas
X
1
BAB II
ISI
Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konse
psi para ilmuan. Konsepsi tersebut sering dibangun berdasarkan akal sehat (common sens
e) atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman
mereka sehari-hari. Miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajar
an pada jenjang pendidikan terdahulu.
Selain itu pembelajaran fisika di sekolah secara umum hanya menekankan pada pe
mahaman secara matematis saja, dan pembelajaran disampaikan dengan cara ceramah. Sis
wa jarang di ajak untuk praktikum, serta tidak semua sekolah mempunyai peralatan yang
lengkap. Padahal dengan praktikum siswa lebih terlibat sehingga hasilnya lebih mudah ter
ingat daripada bahasa dalam buku atau penjelasan guru. Hal tersebut di atas yang menjadi
penyebab siswa tidak memahami konsep dengan baik sehingga rentan mengalami miskon
sepsi.
2
Siswa : Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik , penalaran yang tidak
lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif seseorang, kemampuan
seseorang, minat belajar seseorang
Pengajar : Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak
mengizinkan seseorang mengungkapkan gagasan / ide, relasi guru- seseorang tidak
baik
Buku Teks : Penjelasan keliru, salah tulis, terutama dalam rumus, tingkat administrasi
buku yang terlalu tinggi bagi seseorang, tidak tahu membaca teks, buku fiksi dan
kartun sains sering salah konsep karena alasan menariknya yang perlu,
Konteks : Pengalaman seseorang, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang
salah, keyakinan dan agama , penjelasan orang tua / orang lain yang keliru, konteks
hidup seseorang (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang, bebas atau
tertekan.
Cara mengajar : Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk
matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi PR, model analogi
yang diapakai kurang tepat, model yang sempit, dll
A. Penggambaran Vektor
Untuk menulis suatu besaran vektor dapat langsung menyebutkan nilai dan arahnya.
Tetapi untuk mempermudah pemahaman dan analisa, besaran vektor dapat diwakili
dengan gambar yang berlaku secara universal yaitu gambar anak panah.
Anak panah dapat memberikan dua sifat yang dimiliki oleh vektor. Panjang anak
panah menggambarkan nilai vektor sedangkan arah anak panah menggambarkan arah
3
F 1 besarnya 1 N arahnya
vektornya. Perhatikan contohnya pada Gambar di atas Gaya ⃗
F 1 dapat ditentukan ⃗
ke kanan. Dengan acuan ⃗ F 2, yaitu besarnya 3 N arahnya ke
F 2 = 3 kali ⃗
kanan, karena panjang ⃗ F 1 dan arahnya sama.
B. Penguraian Vektor
Setiap vektor dapat diuraikan menjadi dua komponen yang saling tegak lurus.
Komponen-komponen penguraian vektor ini disebut juga proyeksi vektor. Besar
komponen atau proyeksi vektor ini memenuhi perbandingan trigonometri seperti
persamaan berikut.
Perhatikan Gambar 2.4(b).
4
F x =F cos α
⃗
F y =F sin α
⃗
Jika diketahui dua komponen vektornya maka vektor yang diproyeksikan itu juga
dapat ditentukan yaitu memenuhi dalil Pythagoras. Persamaannya sebagai berikut.
F 2=F2x + F 2y
C. Resultan Vektor
Resultan vektor dapat didefinisikan sebagai penjumlahan besaran-besaran vektor.
1. Vektor-Vektor Segaris
Perhatikan gambar berikut !
Pada bagian (a) : gaya yang dirasakan sebesar (30 + 10) = 40 N. Sedangkan
pada bagian (b) : gaya yang dirasakan sebesar (30 - 10) = 20 N. Perbedaan ini
terjadi karena arah gaya yang tidak sama, bagian (a) gayanya searah
sedangkan bagian (b) gayanya berlawanan arah.
6
ini pasti saling tegak lurus sehingga resultan akhirnya dapat
menggunakan dalil Pythagoras. Metode dengan langkah-langkah
seperti inilah yang dinamakan metode analitis.
4. Selisih Vektor
Sesuai definisi operasi selisih, selisih vektor dapat dianggap sebagai jumlah
dari negatif vektornya. Perhatikan persamaan berikut. Vektor adalah selisih
vektor dan
vektor , berarti berlaku :
c⃗ =⃗a− ⃗b
c⃗ =⃗a +(−⃗b)
D. Perkalian Vektor
Sifat perkalian vektor ini sangat berkaitan dengan penguraian vektor. Coba kalian
perhatikan Gambar di samping. Dua vektor a⃗ dan b⃗ membentuk sudut α. Vektor b
dapat diproyeksikan pada arah sejajar dan tegak lurus a⃗ . Berdasarkan proyeksi vektor
ini, dapat dikenal dua jenis perkalian vektor . Pertama, perkalian vektor a⃗ dengan
proyeksi b⃗ sejajar a⃗ dinamakan perkalian titik (dot product). Hasil perkalian vektor ini
merupakan besaran skalar. Kedua, perkalian vektor a⃗ dengan proyeksi b⃗ yang tegak
lurus a⃗ dinamakan perkalian silang (cross product). Hasil perkalian vektor ini
merupakan besaran vektor. Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan persamaan
berikut.
b = besar vektor b⃗
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada setiap bab terdapat kesalahan konsep yang dialami oleh peserta didik.
3.2 Saran
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan lebih banyak lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Sri &Ari Damari. (2009). Fisika untuk SMA dan MA kelas X.Jakarta.CV. Adi P
erkasa.
Wasis, Arida Pratiwi. 2013. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Vol. 02 No. 03 Tahun
2013.(online).(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan fisika/article/view/36
54/baca-artikel/) diakses pada tanggal 13 Januari 2014.