MAKALAH
Disusun oleh :
OKTOBER 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Miskonsepsi terhadap Konsep-Konsep IPA di Kelas Rendah dan Menyusun Proses
Remidiasi” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh Dra. Sri Estu
Winahyu, M.Pd. Dalam penyelesaian makalah ini kami secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
kami mengucapkan terima kasih kepada :
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Pengertian Miskonsepsi pada Pembelajaran IPA SD......................................................3
2.2 Faktor Penyebab Miskonsepsi pada Pembelajaran IPA..................................................4
2.3 Miskonsepsi Pembelajaran IPA di Kelas Rendah...........................................................5
2.4 Pengertian Remidiasi.......................................................................................................7
2.5 Proses Remidiasi.............................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
3.1 Simpulan....................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai miskonsepsi materi pelajaran IPA pada
kelas rendah. Selain itu akan dijelaskan pula mengenai proses remidiasi terhadap
miskonsepsi yang terjadi.
2
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari miskonsepsi pada pembelajaran IPA SD.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab miskonsepsi pada pembelajaran IPA SD.
3. Untuk mengetahui miskonsepsi pembelajaran IPA di kelas rendah.
4. Untuk mengetahui pengertian dari proses remidiasi.
5. Untuk mengetahui cara menyusun proses remidiasi untuk mengatasi miskonsepsi
pada pembelajaran IPA di kelas rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
4
Konsep mengenai sifat-sifat benda cair dan contohnya siswa kelas III yang miskonsepsi
sebanyak 78,57%, konsep sifat-sifat benda gas dan contohnya siswa kelas III yang
miskonsepsi sebanyak 71,43%, konsep perubahan yang terjadi pada benda akibat
pemanasan hanya dilaksanakan di kelas III dan siswa yang miskonsepsi sebanyak
57,14% (Yuliati, 2017). Kondisi miskonsepsi apabila dibiarkan tentu saja akan
berbahaya mengingat apabila kondisi ini dibiarkan menetap akan berdampak pada
penerimaan konsep selanjutnya. Miskonsepsi yang dialami setiap siswa di sekolah bisa
berlainan dengan penyebab yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru
untuk mengenali miskonsepsi beserta penyebabnya yang terjadi pada masingmasing
siswa. Adapun penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berasal dari siswa
itu sendiri yaitu berkaitan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prakonsepsi),
tahap perkembangan kognitif yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari, penalaran
siswa yang terbatas dan salah, kemampuan siswa menangkap dan memahami konsep
yang dipelajari, dan minat siswa untuk mempelajari konsep yang diajarkan. Selain dari
faktor siswa terjadinya miskonsepsi juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti guru,
pembelajaran yang dilakukan oleh guru, bahkan bahan ajar yang digunakan oleh siswa
pun dapat menjadi faktor penyebab munculnya miskonsepsi pada siswa (Suparno, 2013:
82). Berkaitan dengan pengetahuan awal, siswa mengetahui banyak hal dari pengalaman
keseharian yang dialaminya bahkan dari sebelum jenjang sekolah formal, dan dari
pengalaman ini lah pengetahuan awal siswa terbentuk. Namun sayangnya pengetahuan
awal yang didapat siswa bisa benar ataupun bisa salah, hal ini disebabkan karena sumber
informasi siswa tidak akurat dan pengalaman yang dialami siswa juga berbeda-beda.
Padahal pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa tersebut merupakan hal yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap pemerolehan pengetahuan siswa pada jenjang
pendidikan selanjutnya. Hal tersebut senada dengan penjelasan dari Samatowa (2010:
55), kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada
konsepsi yang terdapat pada pengalaman siswa sebelumnya. Tidak jauh berbeda dari
pendapat sebelumnya, Rustaman (2005: 170) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar
bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada
pengetahuan awal siswa.
Permasalahan miskosnsepsi ini sulit untuk diselesaikan hal itu karena kerangka
berpikir siswa yang cukup kuat sehingga sulit untuk diubah. Apabila tidak segera
diselesaikan maka miskonsepsi yang dimiliki siswa akan terus bertahan sampai pada
jenjang pendidikan selanjutnya bahkan mungkin akan tetap bertahan sampai siswa
7
Menurut Warkitri (dalam Sutrisno, Kresnadi dan Kartono, 2007: 6.29) terdapat tiga
pendekatan dalam pelaksanaan remediasi yaitu pendekatan preventif, pendekatan kuratif,
dan pendekatan yang bersifat pengembangan.
a. Pendekatan preventif
Kegiatan remedial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remedial
dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran. Kegiatan remedial yang bersifat preventif dilaksanakan sebelum
kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan. Pendekatan Preventif Pre-test adalah salah
satu jenis alat evaluasi yang digunakan guru sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat mengelompokkan siswa menjadi
tiga kelompok, yaitu kelompok siswa yang akan mampu menguasai materi pelajaran
lebih cepat dari waktu yang diaediakan, kelompok siswa yang akan mampu
menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang diaediakan, dan kelompok
siswa yang tidak akan mampu menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan.
b. Pendekatan kuratif
Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan remedial
ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah siswa mengikuti
pembelajaran biasa. Kegiatan remedial yang bersifat kuratif dilaksanakan karena
berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran biasa diketahui bahwa siswa
belum mencapai kriteria keberhasilan minimal yang telah ditetapkan. Biasanya setelah
membahas satu atau beberapa pokok bahasan guru melaksanakan evaluasi formatif.
Dari hasil evaluasi formatif tersebut diketahui ada beberapa siswa yang telah
mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, dan ada pula siswa yang belum
mencapai kriteria keberhasilan yang diharapkan. Bantuan yang diberikan guru kepada
kelompok siswa yang belum menguasai materi pelajaran merupakan kegiatan
remedial yang bersifat kuratif karena guru ingin membantu siswa menguasai materi
pelajaran yang belum dipahaminya.
c. Pendekatan pengembangan
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remedial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui kegiatan
remedial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran secara sertahap dan segera
dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
9
siswa; merencanakan waktu yang diperlukan; menentkan jenis, prosedur, dan alat
penilaian.
d. Melakukan Kegiatan Remediasi
Melakukan Kegiatan Remedial Melaksanakan kegiatan remedial sesuai
rencana yang telah disusun. Sebaiknya remediasi dilaksanakan sesegera mungkin.
Semakin cepat dilaksanakan semakin baik, karena siswa selain cepat terbantu
mengatasi kesulitan belajarnya, sehingga semakin besar kemungkinan siswa berhasil
dalam belajarnya.
e. Menilai Kegiatan Remediasi
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya remediasi yang telah dilakukan perlu
dilakukan penilaian. Jika penilaian menunjukkan kemajuan belajar siswa sesuai
dengan yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang direncanakan dan
dilaksanakan cukup efektif membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya. Namun
jika belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan berarti kegiatan
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Miskonsepsi ini diyakini oleh siswa dan dijadikannya dasar untuk merespon masalah
yang muncul. Dengan demikian miskonsepsi adalah ketidaksesuaian konsep yang dimiliki
oleh siswa dengan konsep para ahli. Secara garis besar penyebab miskonsepsi dapat
dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks
dan metode mengajar. Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal
seperti prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan minat, cara berpikir, dan
lainnya. Permasalahan miskosnsepsi ini sulit untuk diselesaikan hal itu karena kerangka
berpikir siswa yang cukup kuat sehingga sulit untuk diubah. Apabila tidak segera
diselesaikan maka miskonsepsi yang dimiliki siswa akan terus bertahan sampai pada
jenjang pendidikan selanjutnya bahkan mungkin akan tetap bertahan sampai siswa
tersebut dewasa. Remediasi perlu dilakukan karena merupakan salah satu prinsip dari
belajar tuntas yaitu sistem belajar yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas
seluruh Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar mata pelajaran tertentu.
3.2 Saran
Guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada
siswa dengan menerapkan pembelajaran yang lebih menantang siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya secara langsung dan mandiri. Pada pelaksanaannya guru
dapat memilih model atau metode pembelajaran yang relevan. Intinya adalah model atau
metode yang dipilih adalah model atau metode yang berfariasi supaya siswa tidak bosan
dan termotivasi dalam belajar, selain itu model atau metode yang dipilih juga dapat
mendorong siswa untuk mengembangkan cara berpikir logis dengan mengkontruksi
sendiri pengetahuannya. Dengan demikian pembelajaran IPA akan menjadi sebuah
pembelajaran yang bermakna, karena siswa menjalani suatu proses perubahan konsepsi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ngurah Laba Laksana, Dek. 2016. Miskonsepsi dalam Materi IPA Sekolah Dasar (Online),
https://www.researchgate.net/publication/313897816_MISKONSEPSI_DALAM_
MATERI_IPA_SEKOLAH_DASAR, diakses pada 27 September 2021.
Yuliati, Yuyu. 2017. Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran IPA serta Remidiasinya
(Online), http://jurnal.unma.ac.id/index.php/BE/article/view/1197/1101, diakses
pada 27 September 2021.
Dahlan, Ahmad. Tanpa Tahun. Miskonsepsi dalam Pembelajaran dan Pemahaman Konsep
(Online), https://eurekapendidikan.com/miskonsepsi-dalam-pembelajaran-dan-
pemhaman-konsep, diakses pada 27 September 2021.
Tanpa Orang. Tanpa Tahun. Cara Mendekteksi Adanya Miskonsepsi (Online), https://text-
id.123dok.com/document/dy4j3ldky-cara-mendeteksi-adanya-miskonsepsi.html,
diakses pada 27 September 2021.
Tanpa Orang, Tanpa Tahun. Pendekatan dalam Kegiatan Remidiasi (Online), https://text-
id.123dok.com/document/nzw17ro7q-pendekatan-dalam-kegiatan-remedial.html,
diakses pada 27 September 2021.
Yuliati, Y. (2017). Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran IPA Serta Remediasinya. Jurnal
Bio Educatio, 2(2), 50–58.
12