Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANALISIS PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH 1

Tentang
Miskonsepsi Pembelajaran Fisika Gerak Lurus (GLB,GLBB)

Disusun untuk Melengkapi Tugas pada Mata Kuliah


Analisis Pembelajaran Fisika Sekolah 1

OLEH:
Selvi Dwi Arnis (2030107016)
Silvi Rahmiati (2030107017)

DOSEN PEMBIMBING:
Novia Lizelwati, M.Pfis

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN BATUSANGKAR)
2021
Abstrak

Tujuan penulisan artikel studi literatur ini adalah untuk mengetahui berbagai
miskonsepsi yang dialami oleh siswa, penyebab miskonsepsi serta cara mengatasi miskonsepsi
pada materi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang diperolehdaribeberapa
jurnal penelitian.
Dari studi literature ini banyak dijumpai siswa mengalami berbagai miskonsepsi pada materi
tersebut salah satunya adalah tidak dapatmembedakan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah
beraturan. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah pendidik yang tidak
terlalu menguasai konsep pada materi sehingga mengajarkan konsep yang salah pada siswa,
sehingga dapat menimbulkan salah tafsiran dari
pembaca.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan terdapat cara me
ngatasi miskonsepesi tersebut, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakter siswa.

Kata Kunci : gerak lurus berubah beraturan, miskonsepsi, gerak lurus beraturan
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang selalu melimpahkan
rahmat, berkah dan taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Miskonsep Pembelajaran Fisika”, guna memenuhi tugas mata kuliah
Analisis Materi Pembelajaran Fisika 1 pada program studi Tadris Fisika, IAIN
Batusangkar.

Selawat dan salam senantiasa terucap kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
menyampaikan risalah dari Allah dan menunjuki sekalian alam kepada jalan yang benar,
seperti yang kita rasakan saat ini.

Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha memberikan yang terbaik, yang mudah
dipahami, dengan merujuk pada sumber-sumber baik bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Akan tetapi penulis sadar, sebagai manusia dan masih dalam tahap belajar pasti banyak sekali
kekurangan bahkan kekeliruan.

Beberapa Bimbingan dari Dosen dan masukan dari rekan-rekan sekalian sangat
membantu untuk perbaikan dan menambah kualitas makalah ini menjadi lebih baik. Atas
seluruh perhatiannya kami ucapkan ribuan terimakasih, semoga Allah membalas dengan yang
lebih baik, Amin.

Batusangkar, 14 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembelajaran fisika berfungsi supaya siswa mempunyai pengalaman untuk dapat


mengembangkan,serta dapat mengkomunikasikan secara lisan dan tulisan dengan menerapkan prinsip
fisika dan konsep fisika untuk menerangkan berbagai peristiwa alam serta memiliki
kemampuan yaitu berupa keterampilan pengembangan ilmu pengetahuannya (Yuwono et al.,
2014). Pengalaman yang sering dialami siswa ketika mempelajari fisika yaitu adanya
miskonsepsi pada materi fisika. Sehingga menyebabkan konsep yang disampaikan guru di
kelas, sulit dipahami oleh siswa sehinggamenciptakan ketidak sesuaian dengan materi
yang sebenarnya. Akibat dari miskonsepsi ini menyebabkan berkurangnya minat siswa
terhadap pembelajaran fisika. Menurut (Astutik, 2018)menjelaskan bahwa miskonsepsi
merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Sedangkan
menurut (Artiawati et al., 2018) menjelaskan miskonsepsi adalah suatu kesalahan dalam
mempelajari konsep pada materi pembelajaran yang menimbulkan ketidaksesuaian antara konsep
diri sendiri dan para ahli. Sebagian masalah besar dalam proses pembelajaran miskonsepsi
harus dicegah dengan materi yang cocok dalam proses pembelajaran, terutama dengan konsep
fisika yang cukup abstrak sehingga siswa sulit untuk dipahami (Jubaedah et al., 2019).

Miskonsepsi adalah kejadian yang sangat wajar dalam mempelajari ilmu pengetahuan dalam
kegiatan pembelajaran. Apabila miskonsepsi ini tidak segera diperbaiki maka akan
menghambat danmengganggu proses kegiatan belajar siswa. Kesalahpahaman konseptual
juga dikenal sebagai miskonsepsi, hal ini sangat umum di antara banyak pelajar, terutama
pelajar pemula, dan sering kali menghasilkan basis dan struktur pengetahuan yang buruk atau salah
(Sheng-nan & Da-ming, 2015).Sebagai contoh dari penelitian yang dilakukan oleh (Sutrisno,
2019)menjelaskan masih ditemukannya miskonsepsi yang terjadi pada siswa ketikaproses
kegiatan pembelajaran yaitu pada materi Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan misalnya masih bingung dalam perbedaan jarak dan perpindahan, baik dalam besaran.
Serta beranggapan bahwa konsep jarak serta perpindahan itu sama. Hal ini jelas sangat
mempengaruhi dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Miskonsepsi dalam kegiatan
pembelajaran fisika sangat seringdialami sehingga menjadi salah satu penghambat siswa dalam
belajar memahami dan mengaitkankonsep yang dipelajari, hal ini dapat menimbulkan kesalahan dan
kesulitan dalam mempelajari fisika (Yolanda, 2017). Tujuan penulisan artikel studi literatur ini
yaituuntuk dapat mengetahui berbagai miskonsepsi yang dialami oleh siswa, penyebab
miskonsepsi serta cara mengatasi miskonsepsi yang didapat dari beberapa jurnal penelitian.
Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan
konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar
dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang
menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa
perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun
dalam diri

siswa ( Howe, 1996 : 45 ).

Miskonsepsi yang dialami siswa secara umum bersifat resisten dalam pembelajaran,
sedangkan di sisi lain anak-anak memiliki penalaran formal yang berbeda-beda. Dalam hal ini, siswa
membutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dengan demikian dalam penulisan makalah ini dipilih judul model belajar konstruktivis dalam
meminimalkan miskonsepsi siswa tentang pelajaran fisika.

Sitasi:Febriana, A, E., & Nada, A, Q., (2021).Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Materi
Gerak Lurus Beraturan (GLB) Dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Jurnal
Kependidikan Betara,2(1), 43-50.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan

MiskonsepsiMiskonsepsi merupakan kekeliruan ketika mempelajari konsep pada materi


pembelajaran yang menimbulkan ketidak cocokan antara konsep yang dimiliki dengan konsep
sebenarnya yang dimiliki ilmuwan. Menurut penelitian (Fadllan et al., 2019) menjelaskan bahwa
miskonsepsi tidak hanya terjadi pada pendidikan dasar melainkan menengah serta
pendidikantinggi juga dapat terjadi miskonsepsi. Miskonsepsi yang sering terjadi secara
berkesinambung dan apabila tidak segera diatasi maka akan menyebabkan siswa sulit dalam
mencerna atau memahami konsep ilmiah dan juga dapat mengganggu proses pembelajaran
berlangsung. Dalam proses pembelajaran tentunya terjadinya miskonsepsi merupakan hal yang
lumrah tetapi perlunya untuk menghindari adanya miskonsepsi ini dengan cara pengetahuan yang
sudah dimiliki digantikan dengan pengetahuan baru yang tepat (Taqwa & Pilendia, 2018)dapat
menggunakan berbagai model pembelajaran yang berkelompok agar miskonsepsi pada siswa
dapat diukur dengan berdiskusi berdasarkan pokok permasalahan, membuat peta konsep, apabila
menggunakan peta konsep dapat mengetahui bagaimana pola pikir siswa dalam memahami materi,
sehingga dapat diidentifikasi, melakukan wawancara berdasarkan dari konsep fisika yang sulit
dipahamioleh siswa dan siswa diajak untuk berpikir mengenai konsep yang sudah dimilikinya
dari situ dapat diketahui bagaimana konsep yang dimiliki siswa. melakukan tes pilihan ganda
dengan memberikan alasan mengapa memiliki jawaban seperti itu.

Memahami Konsep GLB dan GLBB

Benda dikatakan bergerak apabila kedudukannya berubah terhadap titik acuan tertentu
(Tri, 2017). Contohnya ketika orang menaiki sebuah mobil yang bergerak meninggalkan rumah,
dan rumah merupakan titik acuannya maka orang dan mobil dikatakan bergerak terhadap rumah.
Menurut (Nufus & Furqon, 2009) menjelaskan bahwa perpindahan merupakan suatu perubahan
kedudukan atau posisi dalam selang waktu tertentu. Perpindahan ditentukan dari kedudukan
awal dan akhir. Jarak merupakan panjang lintasan yang dilalui dalam selang waktu tertentu.
Jarak ini tergolong besaran skalar yang tidak bergantung oleh arah. Kelajuan adalah besaran
skalar sedangkan kecepatan adalah besaran vektor.Ketika membicarakan kecepatan suatu
benda maka kita akan membicarakan arah dari benda itu untuk kelajuan kita membicarakan
mengenai besar atau nilai dari kecepatan. Kelajuan dirumuskan dengan persamaan:

Keterangan :
v= kelajuan (m/s)
s= jarak tempuh (m)
t = waktu tempuh (sekon)

Kelajuan rata-rata dapat menggunakan persamaan:

Kecepatan dihitung dari perpindahan persamaannya sebagai berikut:

Keterangan :
v= kecepatan (m/s)
s= jarak tempuh (m)
t = waktu tempuh (sekon)

Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak pada lintasan lurus tanpa perubahan arah
(tidak berbelok-belok, tidak berbalik arah) dengan kecepatan yang tetap pada selang waktu
tertentu.
Untuk menentukan posisi benda, diukur dari titik acuan tertentu. Untuk mencari persamaan
jarak akhir(st) dapat menggunakan persamaan:

⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗

Kecepatan yang berubah dalam selang waktu tertentu disebut dengan percepatan.
Percepatan pada Gerak Lurus Beraturan adalah noldan konstan. Karena benda tidak pernah
berubah besar kecepatannya selalu sama dan arahnya selalu sama sehingga kecepatannya tidak
berubah baik dari besar maupun arah. Persamaan dari percepatan benda dapat ditulis dengan
persamaan berikut.
Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)adalah gerak benda pada lintasan lurus dan kecepatan
berubah secara teratur. Apabila diketahui posisi awal benda dan kecepatan awal benda ( ) maka
persamaanya menjadi :

Miskonsepsi yang sering terjadi pada siswa


1.Menentukan antara perpindahan dan jarak=Siswa tidak bisa dalam membedakan perpindahan
dan jarak dalam suatu peristiwa (Yolanda, 2017)

2. Perbedaan kelajuan dan kecepatan=Siswa tidak bisa dalam membedakan kecepatan dan kelajuan
(Yolanda, 2017)

●Siswa menganggap bahwa kecepatan rata-rata dengan kelajuan rata-rata adalah suatuhalyang sama
(Mufit et al., 2019)

●Kecepatan dan kelajuan mengacu pada satu hal yang sama (Mutsvangwa,2020)
3. Kecepatan dan percepatan=●Jika benda memiliki ekstensi kecepatan yang sama, maka
benda tersebut juga memiliki percepatan yang sama (Demirci, 2005)

●Kecepatan dan percepatan merupakan dorongan yang diberikan oleh pukulan sehingga
menghilangkan dorongan asli dari benda (Fadaei A & Mora C,2015)

4. Konsep GLB=•Siswa beranggapan bahwa konsep dari Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah
hal yang sama dengan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) (Yolanda, 2017)

5. Konsep GLBB=•Siswa beranggapan bahwa pada GLBB hanya mempunyai percepatan dan
tidak mengetahui adanya percepatan yang bernilai negatif atau yang disebut dengan
perlambatan (Yolanda, 2017)

6. Arah percepatan pada GLBB=•Banyak siswa mengasumsikan tanda negatif pada suatu
percepatan selalu terjadi perlambatan atau arah gerak ke kiri. (Taqwa, M. & Rivaldo, 2018)

B. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika

Novak (1984 : 20) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep


dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Suparno (1998 : 95) memandang miskonsepsi
sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep
yang tidak benar. Dari pengertian di atas miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan. Miskonsepsi
didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya dapat
diterima dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat
digeneralisasi. Konsepsi tersebut pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat (common sense)
atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari-
hari dan hanya merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia realita. Miskonsepsi siswa mungkin
pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya (Sadia, 1996:13).
Penyebab dari resistennya sebuah miskonsepsi karena setiap orang membangun pengetahuan
persis dengan pengalamannya. Sekali kita telah membangun pengetahuan, maka tidak mudah untuk
memberi tahu bahwa hal tersebut salah dengan jalan hanya memberi tahu untuk mengubah
miskonsepsi itu. Jadi cara untuk mengubah miskonsepsi adalah dengan jalan mengkonstruksi konsep
baru yang lebih cocok untuk menjelaskan pengalaman kita (Bodner, 1986 : 14). Sejumlah
miskonsepsi sangatlah bersifat resistan, walaupun telah diusahakan untuk menyangkalnya dengan
penalaran yang logis dengan menunjukkan perbedaannya dengan pengamatan-pengamatan
sebenarnya, yang diperoleh dari peragaan dan percobaan yang dirancang khusus untuk maksud itu.
Jumlah siswa yang berpegang terus pada miskonsepsi cenderung menurun dengan bertambahnya
umur mereka dan makin tingginya strata pendidikan mereka. Keterampilan siswa dalam mengubah-
ubah bentuk matematis rumus-rumus yang menyatakan hukum-hukum fisika dan kelincahan mereka
dalam menggunakan rumus untuk memecahkan soal-soal kuantitatif dapat menyembunyikan
miskonsepsi mereka tentang hukum-hukum itu. Belum tentu mereka dapat menyembunyikan hukum-
hukum itu secara kualitatif, seperti misalnya besaran mana yang merupakan sebab dan besaran mana
yang merupakan akibat pada penerapan hukum Ohm (Wilarjo, 1998 : 55).

Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut paradigma konstruktivis, dalam pikiran setiap orang terdapat
skemata. Melalui skemata itu ia mampu membangun gambaran mental tentang gejala-gejala yang
dialaminya. Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi
yang benar, hanya dapat ditemukan dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus
lainnya serta tidak dapat digeneralisasi. Miskonsepsi akan terbentuk bila gambaran mental seseorang
tidak sesuai dengan konsepsi seorang ilmuwan. Suatu miskonsepsi muncul bila gambaran tersebut
dibayangkan secara intuitif oleh seseorang atas dasar pengalaman sehari-harinya. Dalam menangani
miskonsepsi yang dipunyai siswa, kiranya perlu diketahui lebih dahulu konsep-konsep alternatif apa
saja yang dipunyai siswa dan dari mana mereka mendapatkannya. Dengan demikian kita dapat
memikirkan bagaimana

mengatasinya. Diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu
melalui peta konsep, tes essai, interview klinis dan diskusi kelas (Novak, 1985 : 94 ; Pearsall,
1996:199 ; Sadia, 1997:8 ; Harlen, 1992:176).

C. Penyebab Miskonsepsi

Menurut (Saputra et al., 2019)menjelaskan bahwa miskonsepsi disebabkan oleh metode


mengajar yang tidak sesuai dengan kondisi, materi serta situasi yang diajarkan yang sangat
memungkinkan menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Menurut (Hamdani, 2015)
menyatakan bahwa terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
miskonsepsi, diantaranya adalah: mengidentifikasi miskonsepsi, mencari penyebab terjadinya
miskonsepsi dan menemukan atau mencari solusi untuk memperbaiki miskonsepsi.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Sutrisno, persentase tingkat pemahaman siswa
mengenai materi kinematika gerak adalah siswa mengalami miskonsepsi dalam menjelaskan
grafik sebesar 23,5%. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu siswa
kurang minat terhadap pelajaran fisika, ceroboh dalam mengerjakan soal. Berdasarkan hasil
analisis tabel diatas ada berbagai penyebab terjadinya miskonsepsi yang dialami siswa yaitu
pendidik yang tidak terlalu menguasai konsep pada materi sehingga mengajarkan konsep yang salah
pada siswa, bahasa dalam buku yang sulit dipahami oleh siswa sehingga dapat menimbulkan
salah tafsiran dari pembaca, khususnya siswa yang dalam proses belajar yang dapat
menimbulkan miskonsepsi karena mereka mencerna sebagian atau bahkan tidak paham sama
sekali, konteks dari pengalaman siswa, bahasa sehari-hari atau diskusi antar teman dan
lingkungan yang keliru dapat menimbulkanmiskonsepsi.

D. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Ada beberapa cara mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa, dengan
menggantikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang benar (Taqwa &
Pilendia, 2018)diantaranya dengan cara pemilihan model yang sesuai dengan karakter siswa
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Yolanda, 2017)adalah menggunakan pembelajaran
STAD. Pada penelitian yang dilakukan (Demirci, 2005) cara menurunkan miskonsepsi adalah
dengan memasukkan program fisika berbasis web bahkan juga dapat meningkatkan prestasi
siswa. Selain itu untuk mengatasi kesulitan dalam memahami grafik, perlu pembiasaan bagi
siswa untuk menghadapi soal-soal yang berbentuk grafik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penulisan makalah ini, dapat dituliskan beberapa kesimpulan yaitu:

Banyak miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami materi Gerak Lurus
Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), hal tersebut dikarenakan
beberapa penyebab salah satunya adalah pendidik atau guru tidak menguasai konsep sehingga
mengajarkan konsep yang salah pada siswa, untuk itu guru atau pendidik harus bisa menguasai
konsep fisika dengan baik dan benar agar tidak menimbulkan miskonsepsi terhadap siswa.Saran
untuk penulisdalam penulisan artikel ini yaitu lebih banyak dalam membaca berbagai artikel
miskonsepsi pada materi GLB dan GLBB sehingga lebih banyak wawasan dalam penulisan
studi literatur dikedepannnya

B. SARAN

1. Para guru fisika disarankan untuk menggunakan model belajar konstruktivis sebagai model
belajar alternatif dalam pembelajaran fisika. Model belajar konstruktivis telah mampu
mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah.
2. Pembelajaran fisika sangat sarat dengan konsep-konsep yang membutuhkan penalaran tinggi.
Agar hasil belajar yang dicapai lebih optimum maka para guru fisika sebaiknya selalu
memperhatikan penalaran formal yang telah dimiliki siswa. Sehingga strategi pengubah
miskonsepsi dapat ditentukan dengan tepat. Telah terbukti bahwa kualitas miskonsepsi yang
dimiliki siswa sangat tergantung pada penalaran formal siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, Werdhiana, I. K., & Darmadi, I. W. (2020). Analisis Kesulitan Siswa SMA Negeri 5 Palu
dalam Menyelesaikan Soal-soal Fisika Berbentuk Grafik Menggunakan Tes Diagnostik pada
Materi Gerak Lurus. Jurnal Kreatif Online, 8(2), 164–176.

Artiawati, P. R., Muliyani, R., & Kurniawan, Y. (2018). Identifikasi Kuantitas Siswa
yang Miskonsepsi Menggunakan Three Tier-Test Pada Materi Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB). JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 3(1), 5. https://doi.org/10.26737/jipf.v3i1.331

Astutik, W. (2018). Pengembangan Instrumen Three-Tier Multiple Choice Diagnostic Test


Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Materi Gerak Melingkar Beraturan.
Skripsi Universitas Islam Negeri Walisongo (Unpublished).
Demirci, N. (2005). A Study About Students ’ Misconceptions in Force and Motion Concepts By
Incorporating a Web-Assisted Physics Program. The Turkish Online Journal of Eduvational
Technology-TOJET, 4(3), 40 –48.

Anda mungkin juga menyukai