Offering F8
Kelompok 1
APRIL 2021
1.2 Konsepsi
Penafsiran sesorang terhadap suatu konsep tentu memiliki perbedaan dengan penafsiran
orang lain pada konsep itu. Sebagai contoh, penafsiran seseorang pada konsep indah atau
cantik akan berbeda dengan penafsiran orang lain pada konsep itu. Berg (1991:8)
mengungkapkan bahwa “Tafsiran perorangan dari suatu konsep ilmu disebut konsepsi”.
Walaupun dalam fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, bahkan yang sudah
disepakati oleh para tokoh Fisika, tapi konsepsi siswa/mahasiswa/guru/dosen berbeda-beda.
Duit dan Treagust mendefenisikan konsepsi sebagai interpretasi mental idiosyncratic
individu. Adapun Suparno (2005:5) mendefenisikan konsepsi sebagai kemampuan
memahami konsep, baik yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan maupun konsep
yang diperoleh dari pendidikan formal.
Konsepsi yang dimiliki seseorang pada dasarnya akan berbeda dengan konsepsi orang
lain hal tersebut dikarenakan konsep yang dimiliki seseorang berbeda-beda sehingga
menimbulkan cara pandang atau penafsiran yang berbeda juga. Konsepsi yang dimiliki siswa
terkadang tidak sesuai dengan konsepsi yang dimiliki oleh para ilmuwan. Jika konsepsi yang
dimiliki siswa sama dengan yang dimiliki para ilmuwan, maka konsepsi tersebut tidak dapat
dikatakan salah. Namun jika konsepsi yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan konsepsi para
ilmuwan, maka siswa tersebut dikatakan mengalami miskonsepsi. Dari uraian di atas,
diperoleh pengertian bahwa konsepsi adalah sebuah interpretasi dan tafsiran perorangan pada
suatu konsep ilmu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan dan melalui
pendidikan formal.
1.3 Miskonsepsi
“Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuk
miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-
konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif” (Suparno 2005:4). Novak (dalam
Suparno 2005:4) mendefenisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep
dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Adapun Brown (dalam Suparno 2005:4)
menjelaskan misonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefeisikannya sebagai
suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.
Sedangkan Fowler (dalam Suparno 2005:5) menjelaskan dengan lebih rinci arti miskonsepsi.
Ia memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan
konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang
berbeda, dan hubungan hirearkis konsep-konsep yang tidak benar. Dari beberapa teori di atas
tergambarkan dengan jelas bahwa miskonsepsi adalah sebuah interpretasi, pandangan naif
dan defenisi yang tidak akurat terhadap suatu konsep yang tidak dapat dterima karena
bertentangan dengan pengertian ilmiah.
Suparno (2005:29) menjelaskan beberapa faktor penyebab lahirnya miskonsepsi sebagai
berikut :
1. Faktor siswa yang memiliki masalah pada prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran
humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, perkembangan kognitif,
kemampuan siswa dan minat belajarnya.
2. Faktor pengajar yang tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu tertentu,
tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, dan relasi guru dengan siswa yang
tidak baik
3. Faktor buku teks. Terdapat banyak buku yang penjelasannya salah, salah tulis terutama
dalam rumus, tingkat penulisan buku terlalu tinggi untuk siswa, buku fiksi dan kartun
sains yang sering salah konsep karena alasan menariknya yang perlu.
4. Faktor Konteks. Konteks hidup yang sering menjadi penyebab antara lain pengalaman
siswa, bahasa sehari-hari yang berbeda, teman diskusi yang salah keyakinan dan agama,
penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang
keliru, perasaan senang tidak senang dan perasaan bebas atau tertekan.
5. Faktor cara mengajar yang kadang kala hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke
dalam bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi PR,
model analogi yang dipakai kurang tepat, model demonstrasi sempit dan lain-lain.
1.4 Remedial
Kata remedial berasal dari bahasa Inggris yang berarti bersifat menyembuhkan,
mengobati, membetulkan atau membuat menjadi baik. Hal ini berarti bahwa pembelajaran
remedial adalah pembelajaran yang bersifat menyembuhkan sehingga menjadi baik atau
sembuh dari masalah pembelajaran yang dirasa sulit. Mukhtar dan Rusmini mengemukakan
pembelajaran remedial adalah proses pembelajaran yang berupa kegiatan perbaikan yang
terprogram dan sistematis, sehingga diharapkan dapat mempercepat ketuntasan belajar siswa.
Arifin mengemukakan pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran biasa
atau regular di kelas. Hanya saja, siswa yang masuk dalam kelompok ini adalah siswa yang
belum tuntas belajar.
Hal ini didukung oleh Makmun yang mendefenisikan pengajaran remidi sebagai berikut:
Pengajaran remidi sebagai upaya guru (dengan atau tanpa bantuan/kerjasama dengan
ahli/pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi (kembali/baru/berbeda dari yang biasa) yang
memungkinkan individu atau kelompok siswa (dengan karakteristik) tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya (meningkatkan prestasi, penyesuaian kembali) seoptimal mungkin
sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui
suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, dan terkontrol
dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif
individu atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan
lingkungannya.
Wardani dan Kasron menyatakan bahwa kegiatan remedial adalah usaha pemberian
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk mendapatkan hasil belajar
yang lebih baik atau mencapai ketuntasan belajar. Pembelajaran remedial merupakan layanan
pendidikan yang diberikan kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga
mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan sedangkan siswa yang telah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan diberikan pengayaan pemahaman konsep. Jika seluruh
siswa telah mencapai ketuntasan pada saat tes formatif maka guru memberikan perbaikan
pada tujuan atau indikator yang tingkat ketuntasannya paling rendah sebagai penguatan.
1.4.1 prosedur pengajaran remidi
Menurut Arifin (2009), dalam melaksanakan pembelajaran remedial, langkah-langkah
yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
1. menganalisis kebutuhan, yaitu mengidentifikasi kesulitan dan kebutuhan siswa
2. merancang pembelajaran, yang meliputi merancang rencana pembelajaran, merancang
berbagai kegiatan, merancang belajar bermakna, memilih pendekatan/metode/teknik,
merancang bahan pembelajaran
3. menyusun rencana pembelajaran, yaitu memperbaiki rencana pembelajaran yang telah
ada, dimana beberapa komponen disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan siswa
4. menyiapkan perangkat pembelajaran, seperti memperbaiki soal
5. melaksanakan pembelajaran, yang meliputi; merumuskan gagasan utama, memberikan
arahan yang jelas, meningkatkan motivasi belajar siswa,memfokuskan proses belajar dan
melibatkan siswa secara aktif
6. melakukan evaluasi pembelajaran dan menilai ketuntasan belajar siswa.
Djamarah dan Zain dalam Wardani & Kasron (2009) berpendapat kegiatan-kegiatan yang
terdapat dalam pembelajaran remedial yaitu:
1. mengulang pokok bahasan sebelumnya
2. mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai
3. memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama
4. memberikan tugas-tugas khusus. Berikut disajikan skema prosedur pelaksanaan
pengajaran remidi dan rincian penjelasannya. Skema dan penjelasan berikut diambil dari
buku psikologi pendidikan (Makmun, 2012).
KOMPETENSI DASAR
3.6 Menerapkan sifat-sifat bunyi dan 4.6 Menyajikan laporan hasil percobaan
keterkaitannya dengan indera pendengaran tentang sifat-sifat bunyi
Materi
Memahami konsep Gelombang dan Gelombang bunyi
Jawaban siswa : A
Alasannya adalah air yang berada di tepi kolam adalah berasal dari air dekat jathnya batu yang
merambat bersama gelombang.
Siswa berpikir bahwa air merambat bersama gelombang. Padahal, saat gelombang melintas, air
hanya bergerak turun-naik (bergetar), sehingga jawaban yang tepat adalah C.
Langkah-langkah pelurusan konsepsi siswa yang salah menjadi benar yaitu bisa dengan
menggunakan metode 5E:
Basuki, K. (2019).. ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-0304 (Paper) Jurnal Online
Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari – Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta, 53(9), 1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id
Lidi, M. W. (2018). Pembelajaran Remedial Sebagai Suatu Upaya Dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar. Fondasia, 9(1), 15–26.