Anda di halaman 1dari 34

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Problematika Pembelajaran

1. Pengertian Problematika

Problematika berasal dari bahasa inggris “problematica” yang

artinya masalah. Problematika adalah hal yang menimbulkan masalah, hal

yang belum dapat dipecahkan permasalahannya. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2007: 896), pengertian problematika adalah sesuatu

yang masih menimbulkan perdebatan, masih menimbulkan suatu masalah

yang harus dipecahkan.

Menurut Suharso, dkk (2009: 391) problematika adalah sesuatu

yang mengandung masalah. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai

sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Secara umum, suatu

masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan

dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan

kebutuhan yang ada. Problematika dalam sastra adalah masalah dalam diri

satu tokoh, permasalahan antara dua tokoh, dan permasalahan bisa saja

terjadi karena dorongan dasar dari sendiri, dapat juga dari lingkungan

keluarga ataupun masyarakat dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

problematika adalah sesuatu masalah yang masih menimbulkan

perdebatan dan membutuhkan penyelesaian untuk mencapaian tujuan yang

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
9

di inginkan, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara harapan dan

kenyataan.

2. Pengertian pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang dimaksud

dengan pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan antara

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan

belajar (Dit. Pembinaan SMA. 2015: 5).

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal

dari kata dasar “ajar”, yang berarti petunjuk yang diberkan kepada orang

supaya diketahui. Kata pembelajaran yang semula diambil dari kata “ajar”

ditambah awalan “pe” dan akhirnya “an” menjadi kata “pembelajaran”,

diartikan sebagai proses, pembuatan, cara mengajar, atau mengajarkan

sehingga anak didik mau belajar (Susanto. 2016: 19).

Pembelajaran menurut Sugiyono dan Hariyanto (2011: 183),

didefinisikan sebagai sebuah kegiatan guru mengajar atau membimbing

siswa menuju proses pendewasaan diri. pengertian tersebut menerangkan

pada proses mendewasakan yang artinya mengajar dalam bentuk

penyampaian materi tidak serta-merata menyampakan materi (transfer of

knowledge), tetapi lebih pada bagaimana menyampaikan dan mengambil

nilai-nilai (transfer of value) dari materi yang diajarkan agar dengan

bimbingan pendidik bermanfaat untuk mendewasakan siswa. Berbeda

dengan pembelajaran tersebut, pembelajaran dapat dipahami sebagai

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
10

sebuah aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam mengatur dan

mengorganisasikan lingkungan belajar dengan sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Adapun pengertian-pengertian tentang pembelajaran yang telah

disebutkan, Sugiahartoto dkk. (2007:81), mendefinisikan pembelajaran

secara lebih operasional, yaitu sebagai suatu upaya yang dilakukan

pendidik atau guru secara sengaja dengan tujuan menyampaikan ilmu

pengetahuan, dengan cara mengorganisasikan dan menciptakan suatu

sistem lingkungan belajar dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara lebih optimal (Irham,Wiyani. 2017:

131).

Kemudian Suprihatiningrum (2017: 76) mengemukakan bahwa

pembelajaran adalah proses yang menggabungkan pekerjaan dengan

pengalaman. Apa yang dikerjakan orang di dunia manjadikan pengalaman

baginya. Pengalaman tersebut akan menambah keterampilan, pengetahuan

atau pemahaman yang mencerminkan nilai yang dalam.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu

siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu

memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran serta membimbing siswa

menuju proses pendewasaan diri.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
11

3. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala

kegiatan pembelajaran pada tercapainya tujuan tersebut.

Dilihat dari sejarahnya, tujuan pembelajaran pertama kali

diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya

dalam ilmu prilaku (behavioral science) dengan maksud untuk

meningkatkan mutu pembelajaran. Kemudian diikuti oleh Robert Mager

yang menulis untuk buku yang berjudul preparing instructional

Objective pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada

tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan termasuk di indonesia.

Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang

ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi

diperoleh hasil yang maksimal.

Pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan

pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada

perbedaan sesuai dengan sudut pandangan garapannya. Robert F. Mager

(2012) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai

perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa

pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan

David E. Kapal (2011), juga Kemp (2007) yang memandang bahwa

tujuan pembelajarn adalah suatu pernyataan yang spesifik yang

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
12

dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam

bentuk tulisan untuk mengambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkret serta dapat dilihat dan fakta

yang bersamar.

Definisi ketiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry

Ellington (2014) yakini tujuan pembelajaran adalah satuan pernyataan

yang jelas dan menunjukkan penampilan atau ketrampilan siswa tentu

yang di harapkan dapat dicapai sebagai tujuan belajar (Amirudin,

2016:53-55).

Dari beberapa pengertian tujuan pembelajaran oleh para ahli

maka penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran adalah

suatu kemampuan yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah

melakukan rangkaian proses pembelajaran.

4. Unsur-Unsur Pembelajaran

Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran

adalah seorang siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja

untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk

sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau

dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang

diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat

menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan

prosedur perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran( Hamalik.

2011:66).

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
13

Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan

Pembelajaran (2011:68), mengemukakan unsur-unsur pembelajaran

sebagai berikut :

a. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru

1) Motivasi pembelajaran siswa

2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa

b. Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar

1) Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta

kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya

pembelajaran.

2) Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada

buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat.

3) Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa

sendiri, dan bantuan orangtua.

4) Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif

5) Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu

diberikan binaan.

Unsur-unsur pembelajaran di atas ini adalah satu kesatuan yang

harus terkumpul menjadi satu agar proses pembelajaran akan

berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara

maksimal.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
14

5. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan

proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana,

alat dan media, serta faktor lingkungan (Sanjaya. 2010:52).

a. Faktor Guru.

Guru pengaruhnya sangat besar dalam proses pembelajaran

Menurut Ahmad (2013:89) Mengemukakan guru dapat menjadi sebab

kesulitan belajar diantaranya yaitu:

1) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang

digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.

2) Hubungan guru dan muridnya kurang baik.

3) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan

belajar.

4) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkankesulitan

belajar, antara lain:

a) Metode mengajar yang mendasarkan dari pada latian mekanis

tidak didasarkan pada pengertian.

b) Guru dalam mengajar tidak mengunakan alat peraga yang

memungkinkan semua alat indranya berfungsi.

c) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga

anak tidak ada aktivitas.

d) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak

bervariasi. .

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
15

Menurut Sanjaya (2010:52) Guru tidak hanya berperan sebagai

model atau teladan bagi siswa yang diajarkan, tetapi juga sebagai

pengelola pembelajaran. Guru adalah komponen yang sangat

menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa

guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi itu tidak

mungkin bisa diaplikasikan.

Bedasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik

kesimpulan bahwa guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada

kepiawean guru dalam mengunakan metode menyampaikan materi

pembelajaran, dan teknik pembelajaran setra kualitas keilmuan guru

tersebut.

b. Faktor siswa

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar

belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative

experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

Aspek latar belakang Sanjaya (2010: 53) berpendapat meliputi

jenis kelamin siswa, tepat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat

sosial ekonomi siswa,dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan

lain-lain; sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi

kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Tidak dapat

disangkalbahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda yang

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
16

dapat dikelompokan pada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang,

dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya

ditunjukan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian, dan

keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaiknya, siswa

yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya

motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran,

termasuk menyelesaikan tugas, dan lain sebagainya. Perbedan-

perbedaan semacam itu menurut perlakuan yang berbeda pula baik

dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam

perlakuan guru dalam menyelesaikan gaya belajar. Demikian juga

halnya dengan tingkat pengetahuan siswa. Siswa yang memiliki

pengetahuan yang memadai tentang penggunaan bahasa standar,

misalnya, akan mempengaruhi proses pembelajaran mereka

dibandingkan dengan siswa yang memiliki tentang hal itu.

c. Faktor sarana dan prasarana

Menurut Hartinah (2011:79) yang mengemukakan bsahwa

faktor sarana dan prasarana jangan sampai menimbulkan gangguan

kesehatan pada anak. Misalnya, tempat duduk yang kurang sesuai

serta ruangan yang gelap dan terlalu sempit akan menimbulkan

gangguan kesehatan. Penyelenggaraan pendidikan moderen

menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat diatur sesuai

dengan kebutuhan, ruangan kelas bersih, terang dan cukup luas, serta

kedisiplinan yang tidak kaku.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
17

Kemudian Sanjaya (2010:52) Mengemukakan mengenai faktor

sarana dan prasarana yang juga merupakan faktor yang sangat penting

dalam memepengaruhi proses pembelajaran, Menurutnya Sarana

adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap

kelancaran proses pembelajaran, misalnya, media pembelajaran, alat-

alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya; sedangkan

prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidaklangsung dapat

mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju

sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.

Kelengkapan sarana dan parasarana anak membantu guru dalam

penyelengaraan proses pembelajaran: dengan demikian sarana dan

parasarana merupakan komponen penting yang dapat memenuhi

proses pembelajaran.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwasanya faktor

sarana dan prasarana ini juga sangat berpengaruh sekali terhadap

keberhasilan suatu proses pembelajaran, apalagi pembelajaran pada

kurikulum 2013 yang mana memang lebihbanyak praktek secara

langsung bukan hanya sekedar teori saja.

d. Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan

faktor iklim sosial-psikologis.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
18

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah

siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa

mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu

besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kelompok belajar yang besar dalam suatu kelas berkecenderungan:

1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan

jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfatkan dan

mengunakan semua sumber daya yang ada.

3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun.

4) Anggota kelompok yang terlalu banyak cenderung semakin

banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam

setiapkegiatan kelompok. (Sanjaya. 2010: 56 ).

6. Faktor Pendukung Keberhasilan Proses Pembelajaran

Faktor pendukukng keberhasilan telah kita ketahui bahwa proses

pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor guru, kurikulum,

tujuan yang ingin dicapai, sarana, lingkungan dan siswa itu sendiri. Dari

sekian banyak faktor ini, faktor guru mempunyai peranan yang lebih

menentukan daripada faktor yang lain, tanpa mengurangi faktor kondisi

siswa yang dihadapi.

Disamping perencanaan guru yang memadai untuk pelaksanaan

pembelajaran, keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh sikap guru

dalam mengelola pembelajaran,keterampilan guru mengajukan

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
19

pertanyaan, pengetahuan guru, dan keterampilannya dalam menggunakan

media, dan masih banyak faktor pendukung lain yang dapat mendorong

terjadinya proses belajar yang lebih baik.

Menurut Surprihatinngrum (2017: 93-99 ).Ada beberapa hal yang

menjadi komponen pendukung keberhasilan proses pembelajaran sebagai

berikut:

a. Sikap Guru dalam Pembelajaran

b. Sikap Ilmiah Dan Pengembangannya

c. Ketepatan Bahasa

d. Pengelolaan kelas

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

faktor pendukung keberhasilannya suatu proses pembelajaran sangat

banyak sekali diantaranya seperti yang tercantum di atas yaitu sikap guru

dalam mengelola pembelajaran, pengetahuan guru, dan keterampilannya

dalam menggunakan media serta dalam mengelola kondisi kelas.

7. Problematika Pembelajaran

Demikian para ahli berpendapat mengenai pengertian tentang

problematika pembelajaran. Menurut Rosihuddin (2012) problematika

pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar

mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

Menurut Burhanuddin (2014) problematika pembelajaran adalah

suatu keadaan yang tidak diharapkan oleh kita sebagai penyimpangan

kecil dalam belajar yang kita alami. Ada dua faktor yang menjadi

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
20

penyebab masalah belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik meliputi

kurangnya motivasi dalam belajar, kurangnya minat dalam belajar,

intelegensi, bakat serta kesehatan mental. Faktor eksternal yaitu faktor

yang berasal dari luar peserta didik meliputi lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat atau sosial.

Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam

permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai

permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau

bahkan mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian problematika pembelajaran oleh para

ahli, penulis mnyimpulkan bahwasannya problematika pembelajaran

adalah kesukaran atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar,

kesukaran atau kendala dalam proses belajar mengajar yang harus

dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

Berkaitan dengan mata pelajaran Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 yang baru diaplikasikan di SMP

Muhammadiyah pada tahun 2017/2018 maka pastilah terjadi yang

namanya problematika pada pembelajaran baik dari faktor guru, bahan

materi pelajaran, sarana dan prasarana belajar ataupun bisa jadi timbul

dari faktor yang lainnya. Kondisi inilah yang sangat perlu di adakan

evaluasi atau penelitian agar kedepan lebih baik lagi pelaksanaannya dan

setidaknya akan mengurangi problematika yang timbul saat pembelajaran

berlangsung.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
21

B. Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Kurikulum 2013

1. Pengertian Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan bagi sekolah

Muhammadiyah merupakan ciri khusus dan keunggulan. Sejak awal

berdirinya sekolah dan madrasah Muhammadiyah dirancang dengan

sistem pendidikan Islam moderen yang integratif holistik sehingga

menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan umum sesuai

jenjangnya, yaitu agama Islam dan Kemuhammadiyahan (majelis

DIKDASMEN. 2017: iii).

Menurut Haedar Natsir Mata pelajaran Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan pada sekolah dan madrasah Muhammadiyah

merupakan ciri khusus dan keunggulan. Tujuan utama mata pelajaran ini

adalah mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang

Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat

melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang

menggembirakan (Hasanudin. 2017: 99).

Dari beberapa penjelasan mengenai mata pelajaran Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan maka penulis menyimpulkan bahwasanya mata

pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan adalah mata palajaran yang

disusun secara khusus oleh pimpinan pusat Muhammadiyah yang di

dalamnya adalah nilai-nilai ajaran Islam serta pengetahuan mengenai

Kemuhammadiyahan yang disusun secara moderen serta menjadi ciri

khusus dan keunggulan dalam pendidikan di sekolah Muhammadiyah.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
22

Mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan ini dibagi

menjadi 6 (enam) cabang mapel yang di ajarkan. Pembagian mata

pelajarannya sebagai berikut: Aqidah, Ibadah, Akhlaq, Alquran- Hadits,

Tarikh dan Kemuhammadiyahan adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Mata Pelajaran Aqidah

Kata aqoid jamak dari aqidah berarti kepercayaan

maksudnya adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang islam.

Aqidah selalu berkaitan dengan iman, seperti: iman kepada Allah

Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan

hari akhir (Thoha dkk. 1999 :88).

Adapun materi yang diajarkan pada mapel Aqidah adalah

sebagai berikut: beriman kepada Allah Swt., tauhid rububiyah,

asmaul husna as-sami’ dan al-basyir, beriman kepada malaikat

(Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-

99).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis menyimpulkan

bahwasanya mapel Aqidah dalam Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan adalah menguatkan iman para peserta didik

agar lebih kuat, karena iman adalah sebagai pondasi dalam menjalani

kehidupan. Tanpa adanya iman, seseorang maka akhlaknya akan

tidak baik.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
23

b. Mata Pelajaran Ibadah

Ibadah merupakan suatu aktifitas yang tidak bisa lepas dari

setiap kegiatan manusia. Ibadah dalam kehidupan manusia menjadi

sangat penting bahkan sesntral, karena setiap hal yang dilakukan

oleh orang yang beriman dapat dijadikan sebagai Ibadah. Adapu

materi yang terdapat dalam mata pelajaran Ibadah dalam kurikulum

Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kelas VII kurikulum 2013 adalah

sebagai berikut: ketentuan thaharah, shalat fardu, shalat berjamaah,

shalat jumat dan khutbah jumat, shatat jama’dan qashar (Kurikulum

al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-108).

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan bahwasanya

mata pelajaran ibadah bertujuan agar peserta didik di sekolah-

sekolah Muhammadiyah dapat mengetahui dan mengamalkan tatacra

ibadah yang sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunah.

c. Mata Pelajaran Akhlaq

Pengertian akhlak dilihat dari sudut kebahasaan, akhlak

berasal dari bahasa Arab yaitu isim mashdar (infinitive) dari

kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, yang berarti perangai, kelakuan,

tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang baik, dan

agama. Adapun materi yang terdapat dalam mata pelajaran akhlaq

kurikulum 2013 kelas VII adalah sebagai berikut: kerja keras dan

mandiri, jujur amanah istiqomah, hormat kepada orang tua dan guru,

cerdas bekemajuan dan kompetitif (Kurikulum al-islam dan

kemuhammadiyahan kelas VII. 2017: 89-99).

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
24

Dengan demikian maka mata pelajaran akhlaq adalah

matapelajaran yang disusun guna memberikan pelajaran atau ilmu

pengetahuan kepada peserta didik agar tidak terjerumus ke dalam

perilaku yang tidak baik yang dilarang oleh Allah Swt. Serta

menjadikan peserta didik senantiasa ber akhlaqul karimah.

d. Mata Pelajaran Al-Quran Hadits

Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah untuk memahami dan

mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih,

menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan

menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan

hadits-hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian

dari pelajaran Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal

mengikuti jenjang pendidikan berikutnya (Fakhrizal. 2016).

Pada mata pelajaran Al-Quran Hadits materi yang di ajarkan

pada kelas VII adalah: Qs. Al-Mujadalah 58: 11, Qs. Ar-Rahman 55:

33 dan hadits terkait tentang menuntut ilmu, Qs. As-Syams tentang

keteraturan alam semesta sebagai bukti kekuasaan Allah Swt.

Beserta hadits terkait, Qs. An-Nisa 4: 146, Qs. Al-Baqarah 2 :153,

Qs. Ali-Imran 3: 134 serta hadits tentang ikhlas sabar dan pemaaf,

Qs. Al-Fajr tentang balasan bagi manusia yang tidak beriman beserta

hadits terkait (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas

VII. 2017: 79-88).

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
25

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan mata

pelajaran Al-Quran Hadits adalah mata pelajaran yang disusun dan

dirancang agar peserta didik mempunyai kemampuan membaca Al-

Quran dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan,

menyalin dan menghafal ayat-ayat serta dapat menerapkan pesan

yang terkandung di dalamnya.

e. Mata Pelajaran Tarikh

Mata pelajaran tarikh menurut Thoha dkk adalah mata

pelajaran yang mengkaji riwayat hidup Rasulullah saw. sahabat-

sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang di ceritakan kepada

murid sebagai suri tauladan yang utama dari tingkah laku manusia

baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial (Thoha dkk. 1999:

215).

Dibawah ini adalah materi yang terdapat pada kurikulum

kelas VII kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: perjuangan nabi

Muhammad saw. Periode mekah dalam menegakan risalah Allah

Swt. Perjuangan nabi Muhammad saw. Periode madinah, biografi

khalifah Abu Bakar, Umar Bin khathab, Utsman Bin afan, Ali Bin

Abi Thalib (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas VII.

2017: 111-122).

Dari uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan

bahwasanya mata pelajaran tarikh ini adalah mata pelajaran yang

disusun guna peserta didik pada sekolah Muhammadiyah

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
26

mengetahui kehidupan Rasulullah dan para sahabat pada jaman

dahulu agar peserta didik dapat menjadikannya sebagai suri tauladan.

f. Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan

Mata Pelajaran Kemuhamadiyahan merupakan Mata

Pelajaran Wajib di dalam Sekolah Muhammadiyah Maksud dan

Tujuan Pendidikan Kemuhammadiyahan adalah Memberi

pengetahuan kepada siswa sekolah Muhammadiyah tentang

organisasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan gerakan

dakwah amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan Qur’an dan

Sunnah. Membentuk manusia muslim berakhlak mulia, cakap,

percaya diri, berguna bagi masyarakat bangsa dan negara .

Menumbuhkan motivasi dalam diri siswa untuk menjadi kader

Muhammadiyah (Fairuz zahir : 2015).

Adapun materi yang diajarkan pada kelas VII pada mata

pelajaran Kemuhammadiyahan adalah sebagai berikut: perguruan

Muhammadiyah, sejarah hidup dan kepribadian tokoh pendiri

Muhammadiyah, akhlaq pelajar Muhammadiyah, peran

Muhammadiyah dalam kebangkitan nasional, sejarah berdirinya

Muhammadiyah dan kepribadian dan perjuangan tokoh-tokoh

Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan kelas

VII. 2017: 117-133).

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis menarik

kesimpulan mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah mata

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
27

pelajaran yang disusun guna menambah wawasan mengenai

perjuangan dan ajaran Muhammadiyah serta agar peserta didik dapat

mengambil hikmah dari kisah-kisah para tokoh-tokoh

Muhammadiyah pada masa lampau serta pengkaderan agnggota

simpatisan Muhammadiyah.

2. Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. Pengertian Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai

diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. kurikulum ini adalah

pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik

Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahan 2004

maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada tahun 2006.

Hanya saja menjadi titik tekan pada kurikulum2013 ini adalah

adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills

yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Kemudian, keduudukan kompetensi yang semula

diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran

dikembangkan dari kompetensi. Selain itu, pembelajaran lebih

bersifat tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa kurikulum2013 adalah sebuah

kurikulum yang berkembang untuk meningkatkan dan

menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hand skills yang berupa

sikap,ketrampilan, dan pengetahuan (Fadlillah, M. 2014:16)

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
28

Dengan demikian, kurikulum itu merupakan program

pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang

direncanakan diprogramkan dan direncanakan yang bersisi berbagai

bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu

yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan

tersebut direncanakan secara sistemik, artinya direncanakan dengan

memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara

harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang tesebut harus sesuai

dengan norma-norma yang berlaku sekarang, di antaranya harus

sesuai dengan pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP

No. 27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan

terjadikan pedoman bagi tenaga pendidik maupun peserta didik

dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai cita-

cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan

pendidikan (Dakir. 2010:3).

Menurut A. Sulaeman pembelajaran kurikulum 2013

memiliki ciri keunikan dalam kontruksi pembelajaran dengan

pendekatan saintifik yang didalamnya memiliki sifat integratif

tematik. Kurikumum ini memiliki lima karakteristik utama, yaitu

menggunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan,

strategi individual personal, kemudahan belajar dan belajar tuntas.

Semua aspek tersebut memfokuskan pada pola pembentukan peserta

didik yang mempunyai kompetensi dan karekter yang kuat. Dengan

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
29

demikian pendidikan agama Islam perlu memfokuskan pada

pemberdayaan semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik agar

dapat memiliki kompetensi yang diharapkan serta mempunyai

karakter yang diidealkan (Gunawan, Hasan, 2015: 196-197).

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

muhammadiyah dengan memperhatikan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta harapan masyarakat, maka

pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan melakukan

pengembangan kurikulum yaitu dikenal dengan nama Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan kurikulum 2013. Yang mencakup konsep

pembelajaran dengan pendekatan saintific serta penguatan

pendidikan karakter (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan.

2017: iii).

Jadi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan kurikulum 2013

merupakan matapelajaran ciri khusus dan keunggulan sekolah

muhammadiyah dengan tujuan utama mata pelajaran ini adalah

mendidik para siswa agar memiliki pengetahuan yang luas tentang

Islam, dan kemuhammadiyahan, serta memiliki karakter yang kuat

melalui pembelajaran keteladanan dan pembiyasaan yang

menggembirakan yang sudah di perbaharui dan direvisi dari

kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 yang menekankan pada

pendidikan karakter siswa dengan menggunakan pendekatan

saintifik dalam proses pembelajarannya.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
30

Dengan demikian maka mata pelajaran Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan kurikulum 2013 menjadi sangat penting di

implementasikan pada sekolah-sekolah Muhammadiyah. Karena

seiring dengan perkembangan zaman maka manusia dituntut untuk

hidup lebih inovatif dan kreatif untuk menghadapi perkembangan

zaman serta memiliki karakter yang kuat yaitu karakter seorang

muslim yang sesuai dengan apa yang diajarkan oleh nabi

Muhammad Saw.

3. Tujuan dan fungsi Mata Pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi kurikulum 2013 secara spesifik

mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang sisdiknas ini disebutkan

bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuanya, yaitu untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta tanggung jawab.

Mengenai tujuan penyusunan kurikulum mata pelajaran Al-Islam

dan Kemuhammadiyahan 2013, secara khusus dapat penulis uraikan

sebagai berikut:

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
31

1) Menjadi setandar mutu pengelolaan pendidikan pada sekolah

Muhammadiyah (Kurikulum al-islam dan kemuhammadiyahan.

2017: 2).

2) Meningkatkan mutu pendidikan dengan nyenyeimbangkan hard

skills dan soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan,

danpengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global

yangterus berkembang.

3) Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang

produkttif, kreatif, dan inovatif sebagai model pembangunan bangsa

dan negara indonesia.

4) Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan

menyiapkan adminitrasi mengajar, sebab pemerintah telah

menyiapkan semua komponen kurikulum serta buku teks yang

digunakan dalam pembelajaran.

5) Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga

masyarakat secaraseimbang dalam menentukan dan mengendalikan

kualitas dalam pelaksanaan kurikulum ditingkat satuan pendidikan.

6) Meningkatkan persaingan yang sehat antar-satuan pendidikan

tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah

diberikan kelulusaan untuk mengembangkan kurikulum 2013 sesuai

dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan

potensi daerah (Fadlillah, M. 2014:24-25).

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
32

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

tujuan Kurikulum 2013 secara umum tujuan tersebut hampir sama

dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja pada

Kurikulum 2013, pemerintah telah menyiapkan buku teks pembelajaran,

serta berusaha meningkatkan hand skills dan soft skills peserta didik

secara seimbang dan berkelanjutan.

4. Keunggulan Kurikulum 2103

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan

insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena

kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual

memiliki beberapa keunggulan.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah

(konstektual), karena berangkat, berfokus dan bermuara pada hakekat

peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan

potensinya masing-masing. Dalam hai ini peserta didik merupakan

subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam

bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu bukan

transfer pengetahuan ( transfer of knowledge).

Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh

terjadi mendasari pengembanggan kemampuan-kemampuan lain.

Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu

pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
33

sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat

dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi terttentu.

Terdapat bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang

dalampengembanganya lebih tepat menggunakan pendekatan

kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan(mulyasa

2013:163-164).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

kurikulum 2103 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi

seperti digariskan dalam haluann negara.

5. Pembelajaran kurikulum 2013

Pembelajaran pada kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum-

kurikulum sebelumnya. Sebab pembelajaran pada kurikulum ini lebih

menggunakan pendekatan sintific (ilmiah) dan tematik integratif. Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotifasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologispeserta didik (fadlillah. 2014: 171).

Pembelajaran dengan pendekatan saintificadalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
34

hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep hukum atau

prinsip yang ditemukan (Daryanto. 2014: 51).

Dari uraian diatas menurut para ahli maka penulis menyimpulkan

bahwasanya pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah menggunakan

pendekatan saintific dalam pembelajaran. Adapun pembelajaran saintific

penulis menyimpulkan bahwasanya pembelajaran saintific adalah model

pembelajaran yang mengadopsi dari pembelajaran sains kemudian

dimodifikasi dan di sesuaikan dengan materi pelajaran apapun.

a. Prinsip Pembelajaran kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 memiliki

karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum KTSP 2006.

Namun, sebenarnya pembelajaran pada kurikulum 2013 tidak jauh

berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Karena pada dasarnya

kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum lama

tersebut. Hanya saja yang membuat beda adalah titik tekan

pembelajaran dan juga cakupan materi yang diberikan kepada

peserta didik. Sebagai mana diketahui bahwa kurikulum 2013

berupaya untuk memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan,

dan pengetahuan (fadlillah. 2014: 173).

Pada pembelajaran mapel Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

berdasarkan kurikulum 2013 Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

yang disusun oleh majelis dikdasmen pimpinan pusat

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
35

Muhammadiyah (2017: 36) dilaksanakan dengan memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa,

dengan semangat tauhid untuk menguasai kompetensi ilmu

amaliah dan amal ilmiah bagi dirinya dan orang lain.

2) Diorientasikan upaya menghasilkan lulusan yang memiliki aqidah

yang murni, taat beribadah dengan benar, berakhlaq karimah, dan

gemar beramal shaleh

3) Pelayanan pendidikan yang bermutu, dan memperoleh

kesempatan mengekspresikan diri secara bebas, dinamis dan

menyenangkan.

4) Pelaksanaan pembelajaran yang menegakan kelima pilar belajar:

a) Belajar untuk beriman kepada Allah Swt.

b) Belajar untuk memahami dan menghayati

c) Belajar untuk melaksanakan dan berbuat secara aktif

d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain

e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, dan

perilaku yang baik melalui proses pembiasaan dan

keteladanan.

5) Iklim pembelajaran yang menggembirakan, hubungan yang

harmonis antar guru dan murid, saling menghargai, saling empati,

kasih sayang, aktif, kreatif, inovatif dan efektif.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
36

6) Dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi strategi dan

multimedia, sumber teknologi yang memadai dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.

b. Pelaksanaan pembelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

kurikulum 2013

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 terbagi menjadi

tiga yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.ketiga

kegiatan tersebut tersusun menjadi satu dalam suatu kegiatan

pembelajaran dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang

lainnya. Untuk lebih jelasnya menurut Fadlillah (2014: 182) sebagai

berikut:

1) Kegiatan awal

Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan

sebelum memasuki inti pembelajaran. Biyasanya alokasi

waktunya adalah 15 menit yaitu sebagai berikut

a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti pembelajaran

b) Mengawali dengan doa dan salam

c) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang

sudah diajarkan dan terkait materi yang akan dipelajari

d) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan

untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan

pembelajaran atau KD yang akan dicapai.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
37

e) Menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari

f) Memberi motivasi belajar terhadap peserta didik secara

kontekstual sesuai manfaat dalam kehidupan sehari-hari

serta memberikan perbandingan baik lokal, nasional dan

internasional.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan

utama dalam proses pembelajaran. Karena pada kegiatan inilah

materi pembelajaran akan disampaikan dan diberikan kepada

peserta didik. Langkah-langkah dalam mengimplementasikan

pendekatan ini sebagai berikut:

a) Mengamati (Observasi)

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam permendikbud nomor 81a,

hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan

melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar dan

membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal yang

penting dari suatu benda atau objek dan mencari informasi

(Daryanto. 2014: 61).

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
38

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati guru membuka secara

luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apayang

sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Kemudian guru

perlu membimbing peserta didik agar supaya dapat

mengajukan pertanyaan. Tentang hasil pengamatan objek

yang kongkret.

c) Mengumpulkan dan mengasosiasiakn

Setelah bertanya adalah mengasosiasikan yaitu

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui

berbagai cara. Informasi tersebut sebagai dasar bagi kegiatan

berikutnya yaitu memproses informasi kemudian mengambil

kesimpulan.

d) Mengkomunikasikan hasil

Mengkomunikasikan adalah menulisakan atu

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari

informasi dan mengasosiasi. Hasil tersebut disampaikan

dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta

didik atau kelompok peserta didik.

3) Kegiatan akhir

Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan untuk

mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat

dimanfaatkan oleh guru untuk menarik kesimpulan tentang

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
39

materi pembelajaran yang barusaja selesai dilaksanakan,

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran, mekasanakan kegiatan tidak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas individu atau kelompok, kemudian yang

terakhir menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran

untuk pertemuan berikutnya (Fadlillah. 2014: 185-187).

Demikian adalah rangaian dari pembelajaran kurikulum

2013 yang meliputi tiga kegiataan yaitu kegiatan awal, kegiatan

inti dan kegiatan akhir. Teknik pembelajarannya adalah

menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan saitific.

C. Hasil penelitian terdahulu

1. Jurnal yang ditulis oleh Noor Amirudin universitas Muhammadiyah

Gresik dengan judul Problematika Pembelajaran Bahasa Arab.Adapun

hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Masalah belajar bahasa Arab adalah masalah unsur-unsur tertentu

dari proses penghambatan belajar bahasa Arab, masalah belajar bahasa

Arab terdiri dari; problematika linguistik yaitu problematika phonetik/tata

bunyi, kosa kata, tulisan, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dan

problematika non linguistik, diantaranya dari unsur guru/pendidik,

peserta didik, materi ajar dan media/sarana prasarana, serta sosiokultural

yang bebeda antara Indonesia dan Arab, tentunya mempunyai kondisi

sosial yang berbeda yang kan menjadi problem dalam pembelajaran

bahasa Arab.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
40

2. Jurnal yang ditulis oleh Nandang Sarip Hidayat Dosen Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan UIN Suska Riau dengan judul Problematika Pembelajaran

Bahasa Arab tahun 2012 adapun hasil penelitiannya sebagai berikut:

Problematika pembelajaran Bahasa Arab adalah unsur-unsur yang

menjadi penghambat terlaksanan keberhasilan pembelajaran Bahasa

Arab, Problematika ini diantaranya: Problematika Linguistik yaitu

Problematika Phonetik/Tata Bunyi, Kosa kata, Tulisan, Morfologi,

Sintaksis, Semantik. Dan Problematika Non Linguistik, diantaranya dari

unsur Guru/Pendidik, Peserta didik, Materi Ajar dan Media / Sarana

Prasarana, serta sosiokultural yang bebeda antara Indonesia dan Arab,

tentunya mempunyai kondisi social yang berbeda yang kan menjadi

problem dalam pembelajaran bahasa Arab.

3. Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Zaki Fuad Dosen Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul Problematika

Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia tahun 2015 adapun hasil

penelitiannya sebagai berikut:

Eksistensi dan perkembangan Bahasa Arab di Indonesia

mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Sejak Islam datang

bersama dengan Bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci (Al-Qur’an) dan

bahasa ritual ibadah bagi umat Islam perkembangan bahasa Arab

mengalami stagnasi, hal ini disebabkan banyak problematika dalam

proses pemahaman, perkembangan dan pembelaajaran. Problematika

tersebut terbagi menjadi tiga aspek: aspek politik, aspek sosiologis, dan

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018
41

aspek metodologis. Problematika pembelajaran Bahasa Arab bisa

diselesaikan dengan cara merumuskan kebijakan yang berpihak terhadap

perkembangan Arab, mempelajari bahasa Arab dengan pendekatan

continuitas dan integratif serta meningkatkan sumber daya manusia

melalui pendidikan yang profesional sehingga dapat menemukan dan

memilih metode yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab sesuai

dengan kondisi dan kultur masyarakat Indonesia.

Bedasarkan jurnal di atas memang telah ada penelitian yang

hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-

sama meneliti tentang problematika pembelajaran, namun ada perbedaan

yaitu dalam penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian

terdahulu yaitu terletak pada tempat penelitian dan variabel mata

pelajaran. Pada penelitian terduhulu fokus pada pembelajaran bahasa

Arab, sedangkan pada penelitian yang akan penulis lakukan fokus pada

pembelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan. Kemudian yang lebih

membedakan lagi adalah kurikulum yang dipakai peneliti memilih mata

pelajaran Al-Islam dan kemuhammadiyahan kurikulum 2013

dikarenakan matapelajaran ini baru dilaksanakan serentak pada

perguruan muhammadiyah tingkat SMP pada tahun pelajaran 2017/2018.

Problematika Pembelajaran Al- Islam…, Pupi Eko Retnani, Fakultas Agama Islam UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai